Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
masalah kesenjangan, ketidakadilan, dan kemiskinan. Inilah yang kemudian melahirkan sentimen kelompok dan pribadi yang bisa menyulut pada aksi kekerasan itu. Setidaknya, pendapat seperti itu dikemukakan oleh Dom Helder Camara. Sang aktivis dan pelopor perdamaian dari Brasil itu menegaskan, ketidakdilan dan sentimen kelompok yang merupakan sumber utama spiral kekerasan spiral of vilence- publik. Bahkan, kekerasan paling utama dipicu oleh ketidakadilan. Ketidakadilan dalam bidang ekonomi dan hukum telah membuat sebagian besar masyarakat menderita dan frustrasi. Dendam, dengki dan iri hati yang memicu kekerasan antara anggota masyarakat dan kelompok, bermula dari ketidakadilan itu. Meskipun, teror bom itu sendiri bermula dari anggapan politik, yang oleh filsuf dan teolog Thomas Aquinas dikatakan sebagai, System, regime de la tereur, yaitu tiran yang merebut kekuasaan (tyrannus ex defectu tituli) yang perlu dilawan oleh otoritas public. Artinya, pertama, teror bom itu dalam sejarahnya bermula dari teror politik kemudian melebar ke aneka macam kepentingan; ekonomi dan sosial. Kedua, kekerasan di negeri ini atau di mana pun bersifat akumulatif, ada kekerasan yang mendahului. Kekerasan melahirkan kekerasan yang bersifat generarif. Inilah spiral kekerasan yang tersusun secara berlapis. Pertama, kekerasan berlandaskan ketidakadilan sebagai akibat egoisme penguasa dan kelompok tertentu, kedua, perjuangan keadilan lewat kekerasan, dan ketiga, kekerasan dari tindakan represi pemerintah. Dan jelas, kekerasan demi kekerasan, tidak lain adalah lebih pada salah urus negara yang kemudian melahirkan frustrasi sosial dan perilaku nekad yang berujung pada kekerasan publik. Itulah yang kemudian dikatakan filsuf Hannah Arendt, sebagai sebuah situasi masyarakat mimesis. Dalam masyarakat mimesis, kekerasan mudah membiak dan beranak pinak. Kekerasan adalah komunikasi bisu atau ibarat sakit jiwa sosial dari para pelakunya. Memang ada juga kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok marginal untuk menunjukkan identitas diri. Mereka butuh pengakuan atas kehadirannya. Mereka meneriakkan ketidakadilan dan diskriminasi yang berlangsung dan menjerat mereka. Ketidakadilan dan diskriminasi itulah yang melahirkan pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan kriminalitas dari kawasan-kawasan pinggiran dan dari orang-orang yang tersisihkan. Warga yang melakukan tindakan-tindakan kekerasan dalam bentuk teror bom atau dalam bentuk lainnya terkadang juga dilakukan oleh rakyat yang lelah dengan kemiskinan dan tidak kuat lagi menghadapi ketidakadilan. Bagaimana tidak, jika rakyat terus berkubang dalam ketidakadilan dan kemiskinan, sebaliknya para penguasa dengan tenang menjarah segala akses dengan serakahnya. Di samping itu, para koruptor kakap dibiarkan menghirup udara bebas, sedangkan rakyat kecil langsung ditembak mati ketika kedapatan mencuri sesuatu demi mengganjal perutnya yang lapar akibat kemiskinan yang mendera, dan pengangguran berkepanjangan tanpa ujung? Menyalurkan agresi publik
Satu hal yang perlu ditegaskan bahwa kekerasan publik dalam bentuk teror bom atau dalam bentuk lainnya sebenarnya dipicu oleh rasa frustrai sosial. Dan secara gamblang dikatakan, perilaku kekerasan merupakan penjelmaan dari dorongan agresi, misalnya menyakiti atau menyerang orang lain secara fisik, psikologis (verbal-emosional), ekonomi, sosial, politik dan hukum. Dan sebenarnya, semua itu sudah menjadi media pembelajaran, mengingat aksi kekerasan seperti yang terjadi belakangan ini sebenarnya sudah begitu kerap terjadi. Namun, apakah kekerasan demi kekerasan yang begitu kejam belakangan ini masih dapat dijadikan sebagai media belajar efektif bagi mereka yang sudah memendam potensi untuk menyalurkan rasa marah dan frustrasi sosial publik? Harus dicatat pula bahwa sebenarnya tidak semua dorongan agresif menjelma sebagai tindak kekerasan karena dorongan agresif juga bisa disalurkan dalam bentuk yang lebih berbudaya, seperti perjuangan meraih prestasi tinggi, hasrat untuk maju dan proaktif dalam kehidupan sosial. Maka, yang perlu dikedepankan untuk mencegah segala aksi kekerasan adalah pertama, segera menciptakan keadilan publik dan mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Kedua, penegakan hukum harus dilakukan secara tegas bagi para pelaku tindak kekerasan dan para pelanggar hukum di bidang apa pun. Ketiga, berjuang keras membangun kembali budaya adiluhung kita yang terkenal ramah tamah dan sopan santun itu.