Você está na página 1de 40

Bahan Kuliah 4: Administrasi Pembangunan Program Sarjana Reguler A & Non Reguler, DIA FISIP UI Selasa, 23 Februari 2010

& Kamis, 25 Februari 2010 @ Teguh Kurniawan http://staff.ui.ac.id/teguh.kurniawan

Outline
Pengantar
Penataan Ruang Otonomi Daerah PartisipasiMasyarakat

Dimensi Spasial Administrasi Pembangunan 1/2


Dimensi ruang dan daerah dalam perencanaan

pembangunan adalah perencanaan pembangunan bagi suatu kota, daerah, ataupun wilayah. Pendekatan ini memandang kota, daerah, ataupun wilayah sebagai suatu wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah, ataupun wilayah yang lain, sehingga penekanan perencanaannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri Pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Perencaan pembangunan daerah, dalam pendekatan ini, merupakan pola perencanaan pada suatu jurisdiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian pola pembangunan nasional.

Dimensi Spasial Administrasi Pembangunan 2/2


Cara pandang yang melihat bahwa perencanaan

pembangunan daerah adalah instrumen bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan di daerah yang telah direncanakan secara terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi antar daerah

Peranan Administrasi Pembangunan


Administrasi pembangunan dalam kaitannya dengan

dimensi ruang dan daerah, harus dapat mencari jawaban tentang bagaimana pembangunan dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan, tetapi dengan memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang cukup pada daerah dan masyarakatnya

Aspek Dimensi Ruang


Regionalisasi atau perwilayahan
Ruang, akan tercermin dalam penataan ruang Otonomi daerah

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan


Sebagai implikasi dari dimensi administrasi dalam pembangunan daerah yang dikaitkan dengan

kemajemukan adalah dimungkinkannya keragaman dalam kebijaksanaan

Prinsip Tata Ruang


Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan Mengedepankan Pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku atau stakeholder utama pembangunan. Pengembangan potensi yang ada di suatu daerah harusnya berawal dari bawah (bottom up) melalui fasilitasi pemerintah kota/kabupaten untuk kemudian dipadukan dengan sistem jaringan yang ada

Istilah Tata Ruang


Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota adalah hasil perencanaan

tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah Tata ruang atau Land use adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang

Siklus Penataan Ruang

PERENCANAAN TATA RUANG

PEMANFAATAN RUANG

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Keterkaitan Rencana
RPJP
NASIONAL RPJM NASIONAL RPJP RTRW RPJM/RKP PROPINSI RPJP RTRW RPJM/RKP KABUPATEN NON SPATIAL KABUPATEN SPATIAL PROPINSI RTRW NASIONAL

PROPINSI

KABUPATEN

Sistem Perencanaan Tata Ruang


Strategic Development Framework
Hirarki
Sistem Perencanaan Tata Ruang Nasional Rencana Umum TR
Sistem Perencanaan Tata Ruang Provinsi

Sistem Perencanaan Tata Ruang Kab/Kota

RTRWN

RTRWP

RTRWK

Rencana Detail TR

RTR Pulau, Kawasan Tertentu, Kawasan Perbatasan, Kawasan Terpencil

Renc. Detail TRWP

RDTR Kab/Kota

Rencana Teknik Ruang

RTR Kawasan

Renc. Teknik RWP

RTR

Sistem Penataan Ruang Nasional


RTRW Nasional
RTR Pulau SISTEM NASIONAL
Pereencanaan 1. Pengemb. Kaw. Prioritas (Kaw. Tertentu, Perbatasan, Terpencil, dll) Pengemb. Sistem Perkotaan Pengemb. Sistem Prasarana Strategis Pengembangan Sistem Perlindungan thd. Bencana Alam

2. Ditjen Penataan Ruang 3.


4.

Peninjauan RTR

Pengendalian

I P Strategis (5 Tahun)

Pemanfaatan

Rencana Induk Jalan

Rencana Induk SDA

Rencana Induk Air Bersih

Sektor
Perwujudan
Pemantauan

Pembangunan Pembangunan Rencana Induk Perkotaan Perkotaan Sektor Lain

Konteks Desentralisasi
Kewenangan yang dimiliki
Kemampuan sumberdaya (manusia, alam dan

teknologi) Demokrasi dan partisipasi lokal Kondisi ekonomi, sosial, politik dan kekuasaan lokal Kinerja pembangunan yang berbeda

Pro Kontra Desentralisasi


Pelayanan Publik yang lebih baik: Lebih memuaskan kebutuhan lokal Lebih fleksibel Lebih inovatif Murah Mobilisasi keunggulan komparatif dari perusahaan lokal dan sektor non profit lokal Demokratisasi lokal: Mengintegrasikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat Memberikan kebebasan kepada organisasi sektor ketiga dan perusahaan lokal untuk bertindak dan mengartikulasikan pandangan dan kebutuhan mereka Sarana pelatihan bagi budaya partisipatif/demokratis, kapasitas negosiasi dan penyelesaian konflik Memberikan sejumlah otonomi dan integrasi politik kepada minoritas Integrasi Nasional: Dapat mencapai distribusi yang lebih setara dari sumberdaya nasional Penyebaran kekuasaan politik secara vertikal Kebijakan atau badan perencanaan bersama atau pelaksanaan tugas bersama Keberagaman nasional dapat direalisasikan dalam kesatuan nasional

Berbahaya bagi pelayanan publik: Deseentralisasi korupsi Pengeluaran yang tidak jelas Memtar kembali sejumlah fungsi ekonomi dan sosial khusus dari negara Kader lokal tidak akan cukup independen dan tidak cukup termotivasi untuk mengambil tanggungjawab terhadap kebijakan yang beresiko Politik lokal tetaplah politik: Reproduksi / melabel-kan kembali elit lokal Masyarakat miskin dapat menjauhkan diri dari upaya mempromosikan kepentingan mereka Politisi lokal dapat saja responsif hanya kepada kebutuhan lokal dari konstituen mereka saja Akuntabiltas dapat berkurang jika pemiliahn lokal tidak dilihat sebagai sesuatu yang penting dan menghasilkan turnouts yang rendah Gerakan untuk memisahkan diri: Institusionalisasi faksi-faksi berdasarkan garis etnis Menghasilkan kebijakan diskriminatif dari partai penguasa

Steinich, 2000, 4

Desentralisasi & Otonomi Daerah


Otonomi Daerah merupakan pelaksanaan dari asas

Desentralisasi Desentralisasi = devolusi (desentralisasi politik) dan dekonsentrasi (desentralisasi administratif) Desentralisasi = devolusi

TERMS ASSOCIATED WITH: Organizing principle

DECONCENTRATION

DECENTRALIZATION

Dconcentration (French Dcentralisation (French writers) writers) Deconcentration (UN Devolution (UN report) report) Democratic decentralization Bureaucratic decentralization Political decentralized Administrative decentralized Field administration Regional administration Prefectoral administration Delegation of powers Local government Local self-government Municipal administration

Structures in which the principle dominates Practices

Devolution of powers

Desentralisasi vs Sentralisasi
Desentralisasi dan Sentralisasi tidak bersifat dikotomis

satu rangkaian kesatuan (continuum) Perlu dicari pengaturan pembagian kerja yang terbaik antara Sentralisasi ekstrim dengan Desentralisasi ekstrim Desentralisasi tidak akan terwujud tanpa Sentralisasi

Tujuan Desentralisasi
Merealisasikan tujuan-tujuan dasar atau nilai-nilai tertentu dari komunitas politik Pemerintahan Daerah dilihat sebagai bagian penting dari struktur pemerintahan demokratis Pemindahan beban dalam penyediaan layanan masyarakat Mendorong pendidikan politik dan keterlibatan masyarakat Memungkinkan kebijaksanaan pemerintahan lebih sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat setempat

Sisi Positif Desentralisasi


Secara ekonomi: peningkatan efisiensi penyediaan barang dan jasa publik Secara politik: memperkuat akuntabilitas, kemapuan politik dan integritas nasional; kedekatan dengan masyarakat; mempromosikan kebebasan, kesamaan dan kesejahteraan; latihan dasar bagi partisipasi penduduk dan pemimpin politik Secara sosial: hubungan keberadaan negara dan perekonomian

Sisi Negatif Desentralisasi


Memunculkan pemikiran sempit dan separatisme
Mengancam kesatuan dari kehendak umum Menguatkan kepentingan-kepentingan yang sempit

dan bersifat setempat (lokalitas) Anti kesederajatan Dari segi keuangan: berbahaya dilihat dari aspek redistribusi, stabilisasi, dan alokasi

Dampak Kelembagaan
Berhak menentukan kebijakan sendiri yang sesuai

dengan aspirasi masyarakat Adanya lembaga perwakilan rakyat Daerah Pendapatan sendiri untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah diserahkan

Tujuan Hubungan Pusat-Daerah


Dalam rangka kontrol politik Pusat
Dalam rangka mengatur perekonomian Dalam rangka menetapkan standar minimum nasional

pelayanan Daerah Dalam rangka efisiensi administratif Daerah yang merupakan pre kondisi bagi partisipasi masyarakat yang efektif

Faktor Berpengaruh Hubungan PusatDaerah


Sumber daya yang dimiliki: Politik Keuangan Konstitusi Hukum Hirarkhi (hanya milik Pusat) Kemampuan mengelola sumber daya

Kondisi bagi Suksesnya Desentralisasi


Kerangka kerja (framework) desentralisasi harus terhubung, diantara batas-batasnya, dimana keuangan lokal dan kewenangan fiskal harus terhubung dengan tanggung jawab dalam penyediaan pelayanan dan fungsi dari pemerintah lokal, sehingga politisi lokal dapat menyampaikan janji-janji mereka dan menanggung beban dari kebijakan yang mereka ambil Masyarakat lokal harus diberikan informasi mengenai biaya-biaya pelayanan dan pilihan-pilihan dalam penyampaian pelayanan serta sumberdaya pembiayaan dan sumber-sumbernya, sehingga kebijakan yang mereka buat menjadi berarti. Penganggaran partisipatif seperti yang dilaksanakan di Porto Alegre, Brazil, merupakan salah satu contoh dalam upaya menciptakan kondisi ini Masyarakat membutuhkan sebuah mekanisme untuk mengekspresikan preferensi mereka dalam sebuah cara yang dapat mengikat politisi, sehingga dapat tercipta insentif yang kredibel bagi masyarakat untuk berpartisipasi Seharusnya terdapat sebuah sistem akuntabilitas yang berdasarkan pada informasi publik dan transparan yang memungkinkan masyarakat untuk dapat memonitor kinerja pemerintah lokal secara efektif dan untuk dapat bereaksi secara tepat terhadap kinerja tersebut, sehingga politisi dan pejabat lokal memiliki insentif untuk responsif Instrumen-instrumen desentralisasikerangka kerja institusi dan hukum, struktur tanggungjawab penyampaian layanan, serta sistem fiskal antar pemerintahanharus didesain untuk mendukung sasaran politik

Sumber; Litvack &Seddon (eds), 1999, 8

Penentu Berhasilnya Desentralisasi


Sumber daya: manusia, keuangan, infrastruktur dan peralatan, bahan-bahan Struktur: kestabilan organisasi, hubungan antar program, aspek legal atau informal Teknologi: pengetahuan dan tingkah laku yang dibutuhkan bagi operasional organisasi dan program Kepemimpinan: kemampuan untuk mengubah dan memodifikasi input yang kritis (faktor dominan)

Ciri Dekonsentrasi
Pergeseran kekuasaan secara geografis untuk membuat sejumlah keputusan dalam lingkup hirarkhi administrasi publik yang tersentralisasi secara langsung Digunakan untuk mengurangi lokalisme dan memaksakan keseragaman pembuatan keputusan yang berlaku secara nasional Adanya struktur yang mewakili kepentingan pusat Pembuatan keputusan formal dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk Pusat

Dampak Kelembagaan
Adanya Wilayah Administrasi (WA) yang merupakan wilayah kerja dari aparatus Pusat yang ada di Daerah untuk melaksanakan kewenangan-kewenangan Pusat yang telah didelegasikan kepada pejabat Pusat yang ada di Daerah

Perbedaan WA dengan Devolusi


Jenis kewenangan yang di delegasikan kepada pejabat

lapangan adalah kewenangan birokrasi daripada kewenangan politik Administrator lapangan biasanya pegawai negeri yang ditempatkan untuk jangka waktu terbatas sebelum dipindahkan ke Daerah lain atau Pusat Area dibatasi oleh kebutuhan administratif fungsifungsi mereka

Tipe WA 1/3
Wilayah Administrasi yang Terfragmentasi

(Fragmented Field Administration): batas-batas wilayah kerja (yurisdiksi) dari perangkat departemen di lapangan (Instansi Vertikal) berbeda menurut pertimbangan fungsi dan organisasi departemen induknya. Dalam hal ini tidak terdapat dalam Wilayah Administrasi seorang Wakil Pemerintah (Prefektur) untuk keperluan koordinasi dan kegiatan pemerintahan umum lainnya Sistem Fungsional

Tipe WA 2/3
Wilayah Administrasi yang Terintegrasi (Integrated

Field Administration): mengharuskan terdapatnya keseragaman batas-batas wilayah kerja (yurisdiksi) dari berbagai instansi vertikal atas dasar Wilayah Administrasi serta adanya Wakil Pemerintah Sistem Prefektoral

Tipe WA 3/3
Sistem Prefektoral Terintegrasi (Integrated Prefectoral

System): rangkap jabatannya Wakil Pemerintah yang juga sebagai Kepala Daerah selain dari berhimpinya batas Wilayah Administrasi dengan Daerah Otonom Sistem Prefektoral Tidak Terintegrasi (Unintegrated Prefectoral System): Wakil Pemerintah berbeda dengan Kepala Daerah

Dimensi Pengukuran Desentralisasi & Otonomi Daerah


Kriteria berdasarkan issue (GTZ, 1999): Kepemerintahan lokal (local governance): Akuntabilitas (desentralisasi politik) Transparansi dan akses terhadap informasi Partisipasi masyarakat (oleh penduduk lokal) Pemberdayaan masyarakat sipil Pemerintah lokal (local government): Peran dan fungsi dari setiap tingkatan pemerintahan (tanggungjawab fungsional; pengaturan antar-pemerintahan lainnya mengenai pembagian kekuasaan dan tanggungjawab) Pembiayaan daerah/pemerintah daerah Prosedur perencanaan dan penganggaran Pengorganisasian daerah/pemerintah lokal dan pengukuran kinerjanya Tingkatan pengawasan yang lebih tinggi dan supervisi/kapasitas pengawasan pemerintah lokal Sistem peradilan yang efektif dalam hal pencegahan dan penyelesaian konflik Indikator Global (OECD, 1999 a, b): Penerimaan terhadap prinsip pembagian kekuasaan dan dalam konstitusi dan undang-undang Cakupan geografis dari devolusi Persentase pendapatan pemerintah yang dihasilkan oleh pemerintah lokal Persentase pengeluaran pemerintah oleh pemerintah lokal Persentase pemerintah lokal menghasilkan pendapatan secara mandiri (lokal) Kecukupan finansial dan sumberdaya manusia untuk institusi pemerintahan lokal Definisi yang jelas dari tugas dan tanggungjawab pusat dan pemerintah lokal Bantuan yang efektif dan independen dari keputusan pengadilan terhadap konflik Penunjukkan administrator lokal yang bertanggungjawab terhadap institusi yang dipilih secara lokal Penyampaian layanan oleh pemerintah lokal secara: - efektif - setara - responsif - akuntabel

Steinich, 2000, 10

Kerangka kerja Pengukuran


Pemerintah Lokal (local government) Finansial dan sumberdaya manusia Tugas/tanggungjawab Susunan pemerintahan Hubungan antar pemerintahan Pembangunan Lokal (local development) Pertumbuhan ekonomi Pengentasan kemiskinan Kesetaraan (gender) Keberlanjutan lingkungan (perdamaian)

Kepemerintahan Lokal (local governance) Akuntabilitas Transparansi Partisipasi Pemberdayaan Ketiadaan korupsi Aturan hukum Kepuasan pegawai

Kinerja pemerintah lokal (local government performance) Kinerja finansial Penyampaian layanan Manajemen infrastruktur Regulasi konflik Manajemen insentif

Steinich, 2000, 11

Apakah Perencanaan Partisipatif


Perencanaan Partisipatif adalah seperangkat

proses dimana kelompok dan kepentingan yang berbeda terlibat bersama dalam mencapai konsensus pada sebuah rencana dan implementasinya. Perencanaan Partisipatif berarti lebih dari sekedar partisipasi publik

Public participation and participatory planning compared Public participation Participatory planning

Relation between the council and the public

The council embodies the interests of the community as a whole, and expresses these in its plan. The public should be informed about the plan and be given a chance to express views. Plans and documents are drafted by the council in line with national guidance, so that already they have substantially resolved most conflicts. They are likely to require marginal adjustments not a fundamental effort to reconcile differences. Skills are in making plans and policies that provide a local interpretation of national policy guidance, and then adjusting these in the light of information gained through the process of consultation.

A council has to serve many different communities. There will be contentious issues that will need to be negotiated or even mediated amongst the interested parties during the process of developing a plan. Stakeholders know their own needs and priorities. Planners need to listen to them, not assume that being planners means they already know the needs of others.

The plans

Skills

Skills are in reaching out to diverse groups; listening to their own perception of needs/ priorities; clearly and systematically establishing and comparing the needs/priorities with the range of groups involved; identifying and negotiating adjustments, and maintaining the confidence of the different parties. Independent mediators or planners, but many parties will be involved, including planners employed by the council. A determined attempt should be made to include groups traditionally marginalized from planning processes.

Who leads?

The professional planners lead the consultation and the collection, processing and reaction to views. Everyone has the same opportunity to participate. However, participants are usually an informed group though they may not be widely representative.

Who participates?

Some innovative techniques Place Ingolstadt, Bavaria Technique 'Day of Visions' in local theatre - music, workshops, special guests (e.g. Franz Beckenbauer). 5000 attended and 900 feedback cards were submitted by citizens with over 1500 ideas for urban development. Then six citizens' conferences, facilitated by expert mediators, had up to 25 participants and included 2-4 city council members, 3-6 administration and external experts and 15 citizens selected because they contributed to the specific topic of the conference. These were followed by 41 Round Tables (Autumn 2001), where citizens, councillors, experts from the administration and representatives of LA21 discussed a range of issues leading to consensus regarding the new Master Plan and the Local Agenda 21 Action Programme.

Groningen Province, Netherlands

The POP plan used many different techniques. One particularly interesting one was the outreach to young people through 'Groningen 2030', a story-line project (supported by the NoordXXI Interreg project) aimed at secondary school pupils, who were encouraged to develop their own plans. Pupils and teachers received information packs and staff received training in skills required in story-line techniques. The project culminated in a presentation by the pupils in the provincial government.

Verwall, Vorarlberg, Austria

This exercise seeking agreements amongst contending interests in a Natura 2000 area went through several planned stages. One of them involved the setting up of study groups (November 2001 to April 2002) focused on four main topics: agriculture, forestry, hunting, and tourism. There were then excursions and local inspections in the Natura 2000 area. This resulted in rough drafts of agreement being prepared (by members of the mediation team) covering the topic areas. These draft agreements were discussed in June-September 2002, which included a plenary meeting of the negotiation team, providing feedback to the original groups involved resulting in gradual revision and specification. These then formed separate chapters in the final draft version of the Agreement.

Você também pode gostar