Você está na página 1de 15

this site

Subscribe to my RSS Find Me On Facebook

Home Pertanian Data Kuliah Ensiklopedia Kumpulan Ide Jejak Pena Info

Thursday, April 21. You are here : Home jurnal TPHP, Peluang Usaha, TPHP Analisis Usaha Pemanfaatan limbah Kulit Nanas Menjadi Minuman

Analisis Usaha Pemanfaatan limbah Kulit Nanas Menjadi Minuman


Posted by Napi Culture on Minggu, April 10, 2011 in jurnal TPHP, Peluang Usaha, TPHP | 0 comments

BABI PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, buah-buahan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia.Pada umumnya, buah nanas hanya dimanfaatkan dagingnya saja oleh masyarakat umum sebagai jus, selai, salad, dan sirup.Tetapi, pemanfaatan kulit buah nanas sangat jarang kita temukan. Bila kita lihat proses pengupasan kulit nanas akan banyak memakan bagian dari daging nanas, mengingat nanas termasuk buah yang cukup sulit dalam pengupasannya. Hal ini amat disayangkan bilapotensi akan adanya kandungan vitamin dan mineral dari kulit buah nanas yang tidak diberdayakan secara optimal. Selain itu pemanfaatan sisa kulit nanas juga berpotensi membuka lapangan usaha baru dalam bidang minuman. Adapun alasan lain perlunya optimasi pengolahan limbah nanas karena kulit buah nanas merupakan salah satu hasil limbah pertanian, apabila dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang terarah,makaakan mencemari lingkungan. Oleh karena itu, salah satu solusi yang tepat dalam penanganannya bisa melalui pengolahan untuk memanfaatkan kulit buah nanas menjadi produk minuman. Kalau dilihat dari peluang usaha, bisnis makanan dan minuman merupakan bisnis yang potensial dan memiliki tingkat profit yang besar.Oleh karena itu, usaha ini merupakan produk baru yang kedepannya berpotensial sebagai peluang usaha yang sangat menjanjikan dilihat dari segi profit dan kelangsungannya.Sebagai strategi dalam pemasarannya maka metode kerjasama yang baik dengan masyarakat dan konsumen bisa menjadi strategi yang jitu agar produk ini dapat dijual dan diterima di lingkungan masyarakat atau pasar-pasar. 1.2. Tujuan Program Adapun tujuan dari pelaksanaan program ini adalah bertujuan untuk 1. Memanfaatkan kulit buah nanas sebagai bahan minuman.

2. Dapat memahami cara pembuatan minuman dari kulit buah nanas dengan efisien sehingga mendapat profit yang maksimal. 3. Menjadikan produk ini beredar di berbagai pasar sehingga dapatdiminati oleh masyarakat dengan membuat sistem pemasaran. 1.3. Identifikasi Masalah Melihat dari berbagai peluang dan kendala diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1.Bagaimana membuat minuman dari kulit nanas dengan seefisien mungkin untuk mendapat profit yang maksimal? 2.Jenis kulit nanas apa yang harus di gunakan dalam membuat minuman dari kulit nanas ini adalah? 3.Bahan apa saja yang harus di tambahkan agar minuman dari kulit nanas ini diinati oleh konsumen? 4.pada daerah mana saja pemasaran harus dilakukan? 5.kelebihan dan kekurangan minuman kulit nanas adalah ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 asam sitrat Asam Sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibnu Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat dalam Ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam Sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya dari sari buah lemon. Pembuatan Asam Sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia. Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk Asam Sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan Asam Sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan Asam Sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi Asam Sitrat skala industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian. (Wikipedia. 2008) Di alam, Asam Sitrat tersebar luas sebagai bahan penyusun rasa dari berbagai macam buahbuahan (sitrun, nenas, pear, dan lain-lain). Asam Sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Karena sifat-sifatnya yang tidak beracun, dapat mengikat logam-logam berat (besi maupun bukan besi), dan dapat menimbulkan rasa yang menarik, Asam Sitrat banyak dimanfaatkan di dalam industri pengolahan alkyd resin. Asam Sitrat alami juga banyak diproduksi di Sisilia, India Barat, Kalifornia, Hawaii, dan di berbagai wilayah lainnya. Produksi Asam Sitrat dengan proses fermentasi diterapkan secara

besar-besaran dalam skala industri oleh Jerman pada awal abad ke-20 dan sekarang hampir 90% dari seluruh produksi Asam Sitrat di Amerika Serikat dihasilkan dengan cara fermentasi. 2.2 Struktur Kimia dan Sifat-sifat Asam Sitrat 2.2.1 Struktur Kimia Asam Sitrat

Rumus kimia Asam Sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Gambar 2.1 Struktur Molekul Asam Sitrat 2.2.2 Sifat-sifat Asam Sitrat (C6H8O7) A.Sifat Fisika 1. Berat molekul : 192 gr/mol 2. Spesific gravity : 1,54 (20C) 3. Titik lebur : 153C 4. Titik didih : 175C 5. Kelarutan dalam air : 207,7 gr/100 ml (25C) 6. Pada titik didihnya asam sitrat terurai (terdekomposisi). 7. Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa asam. B. Sifat Kimia 1.Kontak langsung (paparan) terhadap Asam Sitrat keringatau larutan dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. 2. Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan dalam air. 3. Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil -COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. 4. Asam Sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekulnya. 5. Bentuk anhidrat Asam Sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat

didapatkan dari kristalisasi Asam Sitrat dalam air dingin. 6. Bentuk monohidrat Asam Sitrat dapat diubah menjadi bentuk anhidrat dengan pemanasan pada suhu 70-75C. 7. jika dipanaskan di atas suhu 175C akan terurai (terdekomposisi) dengan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). 2.3 Kegunaan Asam Sitrat Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode Asam Sitrat sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga. Kemampuan Asam Sitrat untuk mengikat ionion logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan mengikat ion-ion logam pada air sadah, Asam Sitrat akan memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Asam Sitrat juga digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam Sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak, dan dalam resep makanan Asam Sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk. Asam Sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama. (Wikipedia. 2008) 2.4 Limbah Kulit Nenas Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah (Ananas comosus L. Merr). Nenas berasal dari Brazil (Amerika Selatan) yang telah didomestikan disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-15 tepatnya tahun 1599. (Ashari. 1995) Saat ini nenas banyak terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata, dan sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nenas juga banyak digunakan sebagai konsumsi industri dan rumah tangga. Di bidang industri, nenas digunakan dalam pembuatan sirup, essence minuman fermentasi, selai dan keripik, sirup, serta buah dalam botol atau kaleng. Berbagai macam pengolahan tersebut akan membutuhkan bahan baku nenas dalam jumlah yang cukup besar dan tentu akan menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar juga. Namun limbah atau hasil ikutan (side product) nenas relatif hanya dibuang begitu saja. Terutama bagian kulit, karena bagian ini tergolong bagian yang tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar. Namun, jika diamati bagian limbah yang terbuang ini masih memiliki bagian yang mirip dengan bagian daging buah, hanya saja bercampur dengan bagian yang tidak diinginkan. Tabel 2.1 Kandungan Pada Kulit Buah Nenas/100 gram Berat Basah

Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi, maka kulit nenas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya Asam Sitrat melalui proses fermentasi.

Tabel 2.2 Produksi Limbah Kulit Nenas di Beberapa Daerah Indonesia

Komposisi limbah nenas rata-rata mencapai 40 %, dimana sebesar 5 % adalah bagian sisik (kulit). Misalnya, PT Damar Siput di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan industri makanan dan minuman dari buah Nenas, mengolah sebanyak 30 ton buah nenas segar tiap jam, dan menghasilkan limbah sebanyak 50-65 % atau sebesar 15-19,5 ton. Dalam sehari mesin pengolah sebenarnya mampu mengolah sebanyak 8 kali atau 240 ton nenas dengan hasil limbah kulit nenas sebanyak 120-156 ton per hari. (Sianipar. 2006)

2.5 Perlakuan Awal Bahan Baku 2.5.1 Proses Pengecilan Ukuran Kulit Nenas

Kulit Nenas yang diperoleh dan akan disimpan di gudang bahan baku (F-101) sebelumnya telah disortir, dicuci dan dipisahkan dari kotoran, serta dilakukan penjemuran 2 hari untuk mengurangi kadar air berlebih hingga 40 % yang dapat menyebabkan kebusukan selama penyimpanan. Sebelum masuk ke Fermenter (R-101), kulit Nenas terlebih dahulu dicacah untuk memperkecil dan menghomogenkan ukurannya menggunakan Rotary Cutter (CH-101) yang dilengkapi dengan ayakan (penapis) berukuran 1 mm, hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan kontak Aspergillus niger terhadap substrat (kulit nenas). (Bernasconi. 1995) 2.5.2 Proses Pembiakan Aspergillus niger Strain Aspergillus niger yang akan digunakan berasal dari kultur diperoleh dari hasil pembiakan Aspergillus niger murni pada media agar miring. Hal ini dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba yang sesuai dengan kapasitas fermentasi, yaitu 2 % dari total medium. 2.6 Deskripsi Proses Unit-unit operasi yang utama dari proses pembuatan Asam Sitrat adalah proses fermentasi Glukosa dengan Aspergillus niger dan unit pemurnian Asam Sitrat dari hasil fermentasi. (Tjokroadikoesoemo. 1993) 2.6.1 Proses Fermentasi Proses fermentasi berlangsung selama 4 hari (96 jam). Bahan baku (kulit nenas), nutrien, air, dan udara dialirkan ke dalam Fermenter (R-101). Selama proses fermentasi berlangsung, medium selalu diaduk dengan kecepatan hingga 540 rpm, pH dijaga 6,5 dan temperatur sekitar 30C. Jumlah strain yang diinokulasikan adalah 2 % dari total medium dan delapan jam setelah inokulasi ke dalam medium ditambahkan Metanol (CH3OH) 3 % untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Reaksi : Aspergillus niger 3C6H12O6 + 2H2O + 9O2 2C6H8O7 + C2H2O4 + 11H2O + 4CO2 + O2 Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap ke dalam sel. Aspergillus niger dapat tumbuh pada kisaran suhu 29C-37C (optimum) dan 6C-8C (minimum) serta memerlukan oksigen (O2) yang cukup. Aspergillus niger dalam perkembangannya memerlukan nutrien/mineral seperti Ammonium Nitrat (NH4NO3), Kalium Klorida (KCl), dan Magnesium Sulfat (MgSO4) yang akan mempengaruhi produksi enzim Selulase yang dapat mengubah komponen disakarida (C12H22O11) menjadi monosakarida (C6H12O6). 2.6.2 Proses Pemurnian Hasil akhir dari Fermentor akan dialirkan ke Filter Press-1 (H-101) untuk memisahkan Asam Sitrat (C6H8O7) dan Asam Oksalat (C2H2O4) yang dihasilkan dari proses fermentasi dari beberapa limbah padat (impurities). Kemudian Asam Sitrat diisolasi dari Asam Oksalat dengan penambahan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) di dalam tangki Koagulasi (R-201), yang nantinya akan terbentuk senyawa Kalsium Sitrat (Ca3(C6H5O7)2) dan endapan Kalsium Oksalat (CaC2O4). Kalsium Sitrat lalu diumpankan ke Filter Press-2 (H-201) untuk memisahkannya dari senyawa Kalsium Hidroksida yang tidak bereaksi. Pada tangki Acidifier (R-202) senyawa Asam Sitrat yang terisolasi tersebut diregenerasi melalui

reaksi dengan penambahan Asam Sulfat (H2SO4) 98 %. Asam Sitrat yang berhasil diregenerasikan lalu dipisahkan dari endapan Kalsium Sulfat (CaSO4) yang terbentuk di Filter Press-3 (H-202). Larutan C6H8O7 dapat dimurnikan dengan cara penambahan karbon aktif untuk mengikat senyawa H2SO4 yang tidak bereaksi, kemudian impurities tersebut dipisahkan dengan Filter Press-4 (H-203). Kandungan air berlebih pada campuran Asam Sitrat kemudian diuapkan dengan Evaporator (E201) sehingga diperolah larutan Asam Sitrat 75 %. Sebelum tahap pemurnian selanjutnya, Asam Sitrat terlebih dahulu didinginkan dengan Cooler (E-202), dimana pada tahap pendinginan ini fase kristalisasi akan mulai terjadi dan melalui Sentrifugal Filter (H-204) kristal tersebut diendapkan. Kristal Asam Sitrat lalu dikeringkan dengan Dryer (E-203) pada suhu 75C sehingga diperoleh kristal anhidrat dengan kemurnian 99 %. Selanjutnya kristal C6H8O7 dapat disimpan di gudang produk (F-207) dan siap dipasarkan.

2.7 Sifat-sifat Bahan Baku 2.7.1 Air (H2O) A. Sifat Fisika 1. Berat molekul : 18,016 gr/mol 2. Indeks bias : 1,3330 3. Spesific gravity : 1 (cair) 0,915 (es) 4. Suhu lebur : 0C 5. Suhu didih : 100C 6. Kalor jenis : 1 kal/grC B. Sifat Kimia 1. Merupakan senyawa nonpolar karena memiliki pasangan elektron bebas. 2. Memiliki ikatan hidrogen yang lemah antara atom H+ dengan OH-. 3. Merupakan senyawa kivalen. 4. Tidak dapat larut dalam campuran minyak dan akan membentuk dua lapisan cairan. 5. Sebagai senyawa elektrolit lemah akan mudah terionisasi (H+ dan OH-). 6. Tidak mengalami disosiasi yang kuat.karena memiliki konstanta ionisasi yang kecil. 2.7.2 Glukosa (C6H12O6) A. Sifat Fisika 1. Berat molekul : 180,18 gr/mol 2. Spesific gravity : 1,544 3. Suhu lebur : 146C 4. Kelarutan dalam air : 82 gr/100 ml (17,5C) 5. Tidak mudah atau sedikit larut dalam alkohol. 6. Pada bentuk kristal monohidratnya berwarna putih. B. Sifat Kimia 1. Merupakan jenis senyawa kimia aldehida (mengandung gugus-CHO). 2. Memiliki isomer dextro-glukosa sehingga biasa disebut dekstrosa. 3. Merupakan heksosa monosakarida yang mengandung enam atom karbon.

4. Berupa kristal monohidrat pada suhu < 60C dan anhidrat pada suhu > 60C. 5. Secara kimiawi glukosa terikat dengan fruktosa dalam sukrosa. 6. Pada proses respirasi teroksidasi menjadi karbon dioksida, air, dan energi. 2.7.3 Ammonium Nitrat (NH4NO3) A. Sifat Fisika 1. Berat molekul : 80,05 gr/mol 2. Spesific gravity : 1,66 3. Suhu leleh : 169,6C 4. Suhu didih : 210C 5. Indeks bias : 1,611 6. Sangat larut dalam ammonia (NH3) B. Sifat Kimia 1. Terdiri atas dua jenis struktur molekul : NH4NO3 () stabil pada 16oC 32oC NH4NO3 () stabil pada 32oC 84oC 2. NH4NO3 merupakan zat yang dapat meledak (explosif), dan bila meledak akan terurai menjadi : NH4NO3 2N2 + 4H2O + O2 3. Pada suhu 200oC-260oC terdekomposisi menjadi Nitro Oksida yang bersifat anestetik : NH4NO3 N2O + 2H2O 4. Tergolong dalam senyawa elektrolit 5. Merupakan senyawa ionik. 6. Merupakan garam dari golongan asam kuat. 2.7.4 Magnesium Sulfat (MgSO4) (Kirk-Othmer. 1967) A. Sifat Fisika 1. Berat molekul : 120,38 gr/mol 2. Spesific gravity : 2,66 3. Suhu lebur : 1185C 4. Densitas : 1,2922 gr/ml (30C) 5. Tidak berwarna (bening) dan bentuk kristalnya rhombik 6. Sangat larut dalam golongan alkohol. B. Sifat Kimia 1. Senyawanya cukup stabil, tidak mudah terbakar. 2. Merupakan senyawa elektrolit. 3. Merupakan pereaksi murni yang higroskopis. 4. Memiliki ikatan ionik. 5. Merupakan garam ber-pH netral karena berasal dari asam dan basa kuat. 6. Bentuk anhidratnya dapat digunakan sebagai drying agent. 2.7.5 Kalium Klorida (KCl) A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 74,56 gr/mol 2. Spesific grafity : 1,988 3. Suhu leleh : 790oC 4. Suhu didih : 1.500oC 5. Indeks bias : 1,4904 6. Larut dalam golongan alkohol dan alkali. B. Sifat Kimia 1. Merupakan senyawa ionik. 2. KCl bersifat elektrolit. 3. Bereaksi dengan asam kuat seperti H2SO4 dengaN menghasilkan Asam Klorida : KCl + H2SO4 K2SO4 + 2HCl 4. Bereaksi dengan asam lemah seperti CH3COOH : KCl + CH3COOH CH3COOK + HCl 5. Bereaksi dengan H2O, CO2, dan Trimethylamine membentuk Kalium Bikarbonat : KCl + N(CH3)3 + H2O + CO2 KHCO3 + N(CH3)3HCl 6. Bereaksi dengan Calcium Hidroksida : 2KCl + Ca(OH)2 2KOH + CaCl2 2.7.6 Ammonium Klorida (NH4Cl) A. Sifat Fisika 1. Berat molekul : 53,50 gr/mol 2. Spesific gravity : 1,53 3. Indeks bias : 1,639 4. Suhu leleh : 350C 5. Suhu didih : 520C 6. Berwarna putih dan kristalnya berbentuk kubik. B. Sifat Kimia 1. Merupakan senyawa yang cukup stabil. 2. Pada kontak langsung dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan infeksi pernafasan. 3. Bila teroksidasi dapat terdekomposisi menjadi hidrogen dan ammonia. 4. Dalam bentuk larutan bersifat asam lemah. 5. Dapat dihasilkan dengan mereaksikan Ammonia dan Asam Klorida melalui proses kamar : NH3 + HCl NH4Cl 6. Biasa digunakan sebagai bahan perekat plywood.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kami melaksanakan program Minuman dari Kulit Nanas dari mulai bulan Februari hingga sekarang, untuk tempat pelaksanaan program ini sesuai dengan agenda setiap program yang kami lakukan, diantaranya daerah IT Telkom(sekitar Sukabirus, Bojongsoang, dan Sukapura) untuk pelaksanaan penjualan, daerah Buah Batu dan Dayeuh Kolot untuk pembelian bahan pembuatan,

dan daerah sekitar Bandung untuk daerah observasi penjual kulit nanas. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam pembuatan minuman kulit nanas adalah. Pisau, blender, kotak es, freezer, dan lemari es. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan kulit nanas adalah, kulit nanas (bahan baku), gula pasir, asam blimbing, kunyit, jahe, telur ayam, dam garam.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN A.Hasil Kerja Sebagai upaya dari perealisasian program produk hasil pertanian, kami dari team Minuman Kulit Nanas melakukan analisa, evaluasi dan pengukuran hasil kerja yang telah ada dalam beberapa kurun waktu pelaksanaan program. Hasil kerja (output) yang telah kami dapatkan dari program ini meliputi: 1.Respon peminatan terhadap produk Hasil kerja berupa respon masyarakat terhadap minuman kulit nanas. Respon ini kami dapatkan melalui wawancara yang dilakukan secara langsung. Waktu pengumpulan kuisioner kami lakukan pada saat Pimnas Fair, proses penjualan dan saat promosi produk. Dari hasil respon yang ada dapat kami simpulkan bahwa 19% sangat suka, 5% tidak suka, biasa saja 9%, suka 67%. Untuk hasil respon bisa dilihat pada pie chart pada grafik di bawah. (Grafik 3. Analisis Konsumen) 2.Jumlah produk yang terjual Sesuai dengan Time Line dan program yang ada, kami telah melakukan penjualan secara bertahap di beberapa wilayah di sekitar IT Telkom. Hasil yang kami dapatkan yaitu terjualnya produk kami sebanyak 27cup/periode penjualan. 3.Keuntungan Keuntungan kami peroleh dengan mengalokasikan keuntungan yang di target pada tiap penjualan produk. Untuk pemasukan rata-rata tiap penjualan kami perolehpemasukan Rp.50.000 dengan BEPdiprediksikan akan dicapai pada bulan ke-3. 4. pemasaran Pemasaran dilakukan pada daerah sekitar malang dan kampus-kampusdengan cara membagikan brosur- brosur ke kampus- kampus serta daerah yang strategis.

5.Bahan Tambahan bahan yang ditambahkan dalam proses pembuatan minuman kulit nanas adalah kulit nanas, gula pasir, asam belimbing, kunyit, jahe telur ayam, dan garam. 6.Kelebihan Dan Kekurangan kelebihan dari minuman kulit nanas adalah kaya akan serat, vitamin c, memiliki enzim bromelain yang berfungsi sebagai pemecah makanan dan jaringan mati, serta dapat melindungi perut. Kekurangannya adalah apabila dikonsumsi terus-menerus akan mengakibatkan darah rendah, memiliki rendemen yang rendah yaitu 0,0013% yang dapat menyebabkan daging berubah rasa. B.Pembahasan Kerja Dari kinerja yang kami laksanakan didapatkan hasil yang cukup maksimal.Pada kinerja ini meliputiproduksi, pengemasan, pemasaran dan publikasi produk. Kegiatan yang berlangsung selama proses produksi meliputi pengolahan bahan baku minuman sehingga siap diolah pada proses berikutnya. Semua produk yang sudah siap dijual kami lakukan pengemasan untuk memudahkan pemasaran. Publikasi dan pemasaran dilakukan dengan menggunakan sales marketing proccess atau menggunakan link internet sepertiblog, web, via sms dll. Berdasarkan uraian data diatas maka kedepannya produk ini dapat kami simpulkan akan mengalami peningkatan dari segi pemasaran dan peminatannya. Selain itu kedepannya program ini tidak hanya akan berhenti begitu saja tetapi akan dilakukan program lanjutan dengan variasi produk yang lebih beragam. Sekilas rincian keuangan dan penggunaan kedepannya, dengan modal awal dari DIKTI sebesar Rp. 2.300.000,-PengeluaranRp.1.063.000,-Pendapatan( dalam 4 periode penjualan) Rp.207.000,-Dana untuk modalRp.523.000,-Investasi dana penunjang usaha kedepan (Belum diterima)Rp.781.000,Dari uraian diatas didapatkan bahwa BEP akan tercapai pada waktu 3 bulan. Rincian dana yang ada akan dialokasikan modal sebesar Rp.550.000,- untuk di investasikan dalam bentuk usaha kedepan . Dana ini diperoleh dari dana Pendapatan dalam 4 periode penjualan dan Dana modal usaha. Investasi dana penunjang usaha kedepan sebesar Rp.781.000,-akan digunakan untuk memperluas usaha dan pemasaran produksi. Sehingga tujuan awal dari program PKM-K ini benar-benar dapat tercapai secara optimal. Keteranganmengenai rencana proses usaha kedepannya bisa dilihat pada time line berikut: 4.2.Kesimpulan dan Saran Program ini telah berjalan selama6 bulan, dari mulai melaksanakan rumusan program sampai dengan pelaksanaan program. Program Minuman dari Kulit Nanasmerupakan program PKM-K dimana mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kulit nanas. Dalam program ini kami mendapatkan beberapa masalah, diantaranya produk yang belum begitu dikenal oleh masyarakat. Namun dengan kendala tersebut kami sudah melakukan promosi untuk produk ini lebih dikenal di daerah sasaran kami, sehingga program ini dapat dilanjutkan kedepannya.

Daftar Pustaka Wikipedia. 2008 Murjianto, Bambang,Pengelolahan kulit nanas,Arkola,1994:surabaya


Tags: jurnal TPHP, Peluang Usaha, TPHP

Napi says
Maaf ya.....kalau mungkin kurang memuaskan.....!!! Saya juga masih belajar.... Like Dislike

Community Disqus

Add New Comment


Image

Showing 0 comments
Sort by Subscribe by email Subscribe by RSS

Recent Posts Comments

Kamboja Jepang (Adenium obesum (Forssk.) Roem. & Schult)20 Apr 2011

Makalah dasar perlindungan tanaman - Pemuliaan Tanaman19 Apr 2011

Makalah Dasar Perlindungan Tanaman - Musuh Alami18 Apr 2011

Akasia Mutiara (Acacia podalyriifolia A. Cunn. ex Don)17 Apr 2011

Ambre (Pelargonium x hortorum Bailey)16 Apr 2011

Anyelir (Dianthus caryophyllus)15 Apr 2011

Video Tutorial

Dokumentasi Kegiatan

Google Translate

Follow this blog

2010 Simplex Enews. All rights reserved. Designed by SimplexDesign

Você também pode gostar