Você está na página 1de 59

1 Laporan Praktek Kerja PT.

Semen Baturaja (Persero) BAB I PENDAHULUAN

A. Sejarah Pendirian Pabrik Dari survey yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan pada tahun 1973 di daerah Ogan Komering Ulu propinsi Sumatera Selatan, diperoleh informasi bahwa daerah ini banyak mengandung batu kapur dan tanah liat. Hasil survey menunjukkan terdapat cadangan batu kapur sebesar 38.250.000 ton dan tanah liat sebesar 22.650.000 ton yang terdapat di daerah Pusar Kabupaten Ogan Komering Ulu. Di daerah Bedegung dan Padang Bindu 32 km dari kota Baturaja terdapat cadangan batu kapur sebesar 96.520.000 ton dan tanah liat sebesar 16.772.85 ton. Dengan cadangan batu kapur dan tanah liat yang melimpah ini, maka layaklah didirikan pabrik semen di daerah tersebut. Pada tanggal 14 November 1974, dikeluarkan akta pembangunan PT. Semen Baturaja dengan nomor Akta Notaris No. 34 yang dikeluarkan oleh John Frederick Berthod Tumbeleka Sinjal, SH. Akta tersebut disahkan tanggal 22 November 1974 oleh Menteri Kehakiman RI dengan No. Bo.Y.A5/422/81, dengan pemegang saham PT. Semen Padang dan PT. Semen Gresik. Pembangunan fisik pabrik baru dimulai pada bulan Juni 1976 dengan kontraktor utama Isshikawajima Harima Heavy Industries (IHHI) Jepang. Pembangunan berlangsung selama 30 bulan, dengan tiga lokasi pabrik, yaitu Palembang, Panjang, dan Baturaja. Perubahan status pabrik ini menjadi Persero yaitu tanggal 19 Agustus 1980 dan diresmikan pada tanggal 29 April 1981, dengan pemegang saham Pemerintah RI (88%), PT. Semen Padang (7%), dan PT. Semen Gresik (5%). Operasi secara komersial dimulai pada 1 Juni 1981 dengan jenis semen yang diproduksi Semen Portland Tipe I menurut SII-0013-1977 (sekarang SNI-15-20492004) dengan beban total produksi 450.000 ton klinker per tahun. Pada tahun 1991
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

2 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 3 tahun 1991, susunan modal PT. Semen Baturaja (Persero) mengalami perubahan menjadi 100 % milik

pemerintah RI, dengan pengambilalihan saham-saham yang dimiliki oleh PT. Semen padang (Persero) dan PT. Semen Gresik (Persero). Untuk mempermudah pemasaran semen Portland Tipe I, PT. Semen Baturaja (Persero) membagi daerah pemasarannya menjadi dua, yaitu: Sumatera bagian selatan dan Kepulauan Riau dengan basis pemasaran Bandar Lampung, Metro, Kotabumi, Palembang, Baturaja, Lubuk Linggau, kota Bengkulu, Jambi, Riau, Pangkal Pinang, Tanjung Pandan, dan Tanjung Balai Karimun. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan yang diiringi dengan semakin naiknya permintaan semen di daerah Sumatra bagian selatan, maka diadakan Proyek Optimalisasi Produksi Terak (OPT) I dan II. Pada OPT I yang dilaksananakan pada Maret 1992 Maret 1994 bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi klinker menjadi 525.000 ton/tahun. Sedangkan OPT II yang dilaksanakan pada Oktober 1996 September 2001 bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi klinker menjadi 1.200.000 ton/tahun dan dengan pembangunan unit penggilingan dan pengantongan semen dengan kapasitas 550.000 ton/tahun.

B. Lokasi Pabrik Lokasi atau wilayah pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) memiliki tiga buah lokasi pabrik, yakni : 1. Pabrik di Baturaja, merupakan lokasi penambangan bahan mentah (batu kapur dan tanah liat) sampai pengantongan semen dengan luas area 534 ha. Sejak tahun 2001 di pabrik Baturaja didirikan Cement Mill Plant, yakni untuk pengolahan klinker menjadi semen. 2. Pabrik di Palembang, merupakan pabrik pengolahan dari klinker menjadi Semen Portland tipe I, pengantongan dan pemasaran, sekaligus sebagai kantor pusat dari PT. Semen Baturaja (Persero) dengan luas area 4,3 ha.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

3 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) 3. Pabrik di Panjang, Lampung, merupakan Grinding plant pabrik pengolahan klinker menjadi Semen Portland, pengantongan dan pemasaran, serta pabrik pembuatan kantong semen dengan luas area 4 ha. Lokasi pabrik Baturaja terletak di Sukajadi, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. Jarak antara pabrik Panjang ke pabrik Baturaja sekitar 280 km, sedangkan dari pabrik Palembang ke pabrik Baturaja sekitar 200 km. Pemilihan ketiga tempat tersebut berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut : 1. Pertimbangan Ekonomi Lokasi pembuatan klinker di Pabrik Baturaja dekat dengan tambang batubara dan merupakan lokasi penambangan bahan mentah, sedangkan Cement Mill Plant sekarang digunakan untuk pemerataan produksi dan pemasaran. Lokasi Grinding plant dipilih di Panjang dan Palembang dengan pertimbangan sebagai berikut : - Dekat dengan daerah pemasaran sehingga memudahkan pemantauan konsumsi semen di pasaran yang dapat mengontrol proses produksi. - Dekat dengan pusat sarana transportasi, baik untuk transportasi hasil produksi maupun untuk bahan baku. 2. Pertimbangan Sosial - Meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya. - Memperluas lapangan kerja disekitarnya dan mengembangkan industri disekitarnya serta mengembangkan industri angkutan dan perdagangan bahan bangunan.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

4 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Pabrik C. Bahan Baku dan Produk 1. Bahan Baku Utama Bahan baku utama merupakan bahan baku yang mengandung komposisi kimia oksida-oksida kalsium, silika dan alumina. Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur (lime stone) dan tanah liat (clay). a. Batu Kapur Batu kapur sebagai sumber CaCO3 karena komponen utama dari batu kapur adalah CaCO3 (calsite) dan sisanya adalah MgCO3 (dolomit). Kalsium karbonat (CaCO3) berasal dari pembentukan geologis yang pada umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen portland sebagai sumber senyawa kapur

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

5 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) (CaO). Batu kapur diperoleh dari penambangan di sekitar lokasi pabrik, tepatnya di desa Pusar. Batu kapur mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi, dan terdapat di bukit-bukit. Sifat fisik batu kapur di PT. Semen Baturaja: Warna : Putih keabu-abuan : 1,8 3 skala mohs : 1339 oC Berat jenis : 2,6 3,3 g/cm3 Kekerasan Titik leleh b. Tanah Liat Tanah liat (3Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber utama senyawa silika, senyawa alumina, dan senyawa besi. Mineral oksida silika (SiO2) merupakan komponen paling dominan dalam tanah liat. Lokasi penambangan tanah liat terdapat di Air Gading, sekitar 400 m sebelah barat daya pabrik. Luas lokasi penambangan sekitar 27,4 hektare. Sifat fisik tanah liat di PT. Semen Baturaja: Warna : Coklat kemerahan : 1450 oC Berat jenis : 2,9 g/cm3 Titik leleh

2. Bahan Baku Korektif Bahan baku koreksi digunakan apabila campuran dari bahan baku utama terdapat kekurangan dari salah satu komponen atau beberapa komponen sehingga perlu ditambahkan bahan koreksi untuk memenuhi syarat. Bila raw mix kekurangan komponen Fe2O3, maka ditambahkan bahan koreksi yang banyak mengandung Fe2O3, misalnya pasir besi. Bila raw mix kekurangan komponen SiO2, maka ditambahkan bahan koreksi yang banyak mengandung SiO2, misalnya pasir silika.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

6 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) 3. Bahan Baku Tambahan Bahan ini ditambahkan pada raw mix untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari semen yang dihasilkan. Bahan tambahan dalam pembuatan semen adalah gypsum (CaSO4.2H2O). Dalam pembuatan semen Portland, gypsum berfungsi untuk mengendalikan kecepatan pengerasan semen (setting time). Gypsum ditambahkan pada proses pencampuran akhir dan kebutuhannya sekitar 4%-6%.

4. Produk PT Semen Baturaja (Persero) merupakan salah satu pabrik semen yang memproduksi Ordinary Portland Cement (OPC) atau Semen Portland tipe I sesuai dengan SNI-1-2049-1994. Kapasitas produksi sebesar 1.250.000 ton semen per tahun. Kualitas semen yang dihasilkan harus mendapatkan perhatian yang serius dalam produksi. Sehingga perlu dilakukan pengendalian kualitas yang meliputi sistem pengawasan, analisis, dan tindakan yang dilakukan terhadap proses produksi sehingga diperoleh suatu tingkatan kualitas semen yang diinginkan.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

7 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) D. Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT Semen Baturaja dapat dilihat pada gambar berikut:
DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR SDM & UMUM

DIREKTUR TEKNIK

DIREKTUR PRODUKSI

DIREKTUR KOMERSIL

DEPT SPI

DEPARTEMEN SDM & UMUM

DEPARTEMEN LITBANG

DEPARTEMEN OPERASI

DEPARTEMEN KEUANGAN

DEPARTEMEN NIAGA

BIRO PRODUKSI

BAGIAN PENGGILINGAN

BAGIAN ENG. PRODUKSI & DAL. PROSES

BAGIAN PEMBAKARAN

ASISTEN ENG. PRODUKSI

REGU PENGENDALIAN PROSES

ADM. BIRO PRODUKSI

ANALIS KIMIA

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

1. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Jabatan Kelompok jabatan dalam struktur PT Semen Baturaja (Persero) dibagi dalam delapan tingkatan yaitu : a) Departemen b) Biro c) Bagian d) Seksi

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

8 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) e) Regu f) Pelaksana I g) Pelaksana II h) Pelaksana III Tingkat seksi sampai dengan tingkat departemen dinamakan karyawan staff, sedangkan tingkat Regu, Pelaksana I, II dan III dinamakan karyawan non staff. Setiap tingkat dipimpin oleh seorang kepala, dengan masing-masing kepala dalam setiap tingkat mempunyai tugas dan wewenang masing-masing atau disebut uraian tugas jabatan (Job Description). Secara umum struktur organisasi PT Semen Baturaja dapat dijelaskan sebagai berikut : Direktur Utama membawahi Direktur Produksi, Direktur Komersil, dan Direktur SDM & Umum. Tugas dan tanggung jawab direktur PT Semen Baturaja terdiri dari : 1. Direktur Utama Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perusahaan. 2. Direktur Teknik Bertanggung jawab atas kegiatan perencanaan, penelitian, dan pengembangan bidang engineering, pengembangan usaha sistem manajemen dan logistik. 3. Direktur Produksi Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perencanaan dan pengendalian seluruh operasional produksi semen di ketiga site yaitu Palembang, Baturaja, dan Panjang. 4. Direktur Komersial Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian bidang keuangan dan pemasaran. 5. Direktur Umum & SDM

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

9 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) Bertanggung jawab atas kegiatan perencanaan pengembangan sumber daya manusia dan umum.

2. Manajemen Organisasi Pembagian manajemen organisasi antara lain : Direktur Utama Direktur Utama membawahi : a. Direktur Teknik dan Pengembangan b. Direkur Produksi c. Direktur Umum/SDM d. Direktur Komersial

a. Direktur Teknik dan Pengembangan Membawahi antara lain: - Departemen Penelitian dan Pengembangan a) Penelitian LBBPP dan jaminan mutu (QA). b) Sistem informasi manajemen dan PUM. c) Rancang bangun dan perekayasaan - Perencanaan dan penyediaan material b. Direktur Produksi Membawahi antara lain : - Departemen Operasi a) Produksi PBR b) PBM PBR. c) Pemeliharaan PBR d) K-3 e) Perencanaan Teknik Pabrik f) Pabrik Palembang

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

10 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) g) Pabrik Panjang c. Direktur Umum atau SDM Membawahi antara lain : - Departemen SDM dan Umum a) Umum b) SDM & afiliasi c) Keamanan - Departemen Logistik a) Pengadaan b) Perencanaan pengadaan material d. Direktur Komersial Membawahi antara lain : a) Departemen keuangan b) Akuntansi c) Pembendaharaan, pajak dan asuransi d) Anggaran dan analisa keuangan e) Departemen pemasaran f) Penjualan g) Pemasaran h) Distribusi dan transport 3. Tenaga Kerja Jumlah karyawan pada saat ini, adalah sebanyak 297 karyawan, dengan rincian laki-laki 292 orang dan perempuan 5 orang. PT. Semen Baturaja (Persero) memakai sistem kerja non shift dan shift guna kelancaran operasional pabrik dengan waktu kerja sebagai berikut : 3.1. Kerja non shift Menggunakan sistem 5 hari kerja yaitu: a) Hari Senin - Jumat dengan jam kerja : 07.30 16.30

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

11 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) b) Jam istirahat hari senin sampai Kamis : 12.00 12.45 c) Jam istirahat hari Jumat 3.2. Kerja shift Hari Minggu dan hari besar lainnya adalah hari kerja. a) Shift I : 07.30 15.30 b) Shift II : 15.30 23.30 c) Shift III : 23.30 07.30 Untuk karyawan yang bekerja shift, diseluruh unit kerja yang tersebar dalam lingkungan pabrik PT. Semen Baturaja dibagi menjadi empat grup yaitu grup A, B, C, dan D. Bila ketiga grup bekerja dari shift I sampai shift III, maka yang satunya mendapatkan giliran off day. Begitulah seterusnya grup yang bekerja maupun grup yang terkena off day bergiliran terus-menerus. Direksi berkedudukan di : 11.30 13.30

Palembang (4 Direktur) dan Baturaja (1 Direktur) sedangkan untuk Pabrik Panjang dipimpin oleh Kepala Biro. 4. Peraturan Perusahaan Peraturan perusahaan adalah sesuatu yang memuat berbagai kebijaksanaan, prosedur, serta pelaksanaan yang ditertibkan oleh perusahaan yang kemudian disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja yang berlaku di RI. Beberapa peraturan umum yang ditetapkan oleh PT Semen Baturaja adalah: 1. Dalam memasuki area pabrik, karyawan harus menunjukkan tanda pengenal dan menggunakan helm. 2. Memakai seragam yang disediakan oleh PT Semen Baturaja. 3. Jumlah cuti tahunan adalah 12 hari bagi setiap karyawan. 4. Setiap orang berkewajiban melaksanakan tugas dengan baik dan

membersihkan tempat pekerjaan. 5. Dilarang membawa obat-obatan terlarang ke dalam wilayah perusahaan dan dilarang meminum minuman yang mengandung alkohol selama jam kerja. 6. Setiap karyawan wajib masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

12 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap karyawan wajib mengetahui ketentuan ketentuan dari perusahaan dimana dia bekerja dan prosedur-prosedur keselamatan kerja demi menunjang suasana yang kondusif di tempat kerja sehingga mampu menciptakan suatu perwujudan sikap yang baik pada perusahaan, terhadap pekerjaan, pimpinan serta rekan kerja. Pada PT. Semen Baturaja terdapat peraturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu : 1. Manajemen perusahaan PT. Semen Baturaja mempunyai perhatian khusus terhadap pencegahan kecelakaan. 2. Suatu kecelakaan bisa saja terjadi, tetapi bukan tidak mungkin untuk mencegahnya. 3. Setiap karyawan diminta melaporkan kepada supervisor apabila menghadapi suatu keadaan yang tidak aman dalam bekerja. 4. Tidak seorang pekerja pun diperkenankan mengoperasikan peralatan sebelum mengetahui dan mempelajari cara pemakaiannya dan telah diberi wewenang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan itu oleh supervisor. 5. Tidak seorang pekerja pun melaksanakan suatu pekerjaan yang dirasakan kurang aman untuk keselamatan diri. 6. Menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis pekerjaan dan tempat. 7. Pelindung terhadap mesin-mesin, alat-alat, dan tempat-tempat kerja telah dilaksanakan dengan baik dan pihak manajemen akan terus berusaha menyempurnakannya sesuai dengan kebutuhan dan metode-metode baru yang telah didapatkan. Dalam menangani kesehatan kerja, perusahaan menyediakan

pengelolaan kuratif dan preventif. Pengelolaan kuratif diberikan berupa pelayanan obat-obatan dan tersedianya tenaga medis untuk karyawan yang bersangkutan maupun keluarganya. Pengelolaan preventif diberikan berupa perlengkapan kerja seperti helm, sepatu, kaca mata, sarung tangan, ear plug dan lain-lain.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

13 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) BAB II DESKRIPSI PROSES

A Konsep Proses 1. Definisi Semen Portland PT. Semen Baturaja (Persero) menghasilkan semen Portland yang berdasarkan SNI 15-7064-2004 didefinisikan sebagai berikut: Semen Portland adalah semen hidrolic yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. 2. Komposisi Semen Semen Portland terutama terdiri dari oksida kapur (CaO), oksida silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Kandungan dari keempat oksida kurang lebih 95% dari berat semen dan biasanya disebut major oxides, sedangkan sisanya sebanyak 5% terdiri dari oksida magnesium (MgO) dan oksida lain. Komposisi spesifik semen Portland tergantung pada jenis semen dan komposisi bahan baku yang digunakan. Komposisi kimia semen Portland mempunyai batasan seperti pada tabel berikut:

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

14 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) Tabel 2.1 Komposisi semen Portland Oksida CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO Na2O+K2O TiO2 P2O5 SO3 Komposisi (% berat) 60-67 17-25 3-8 0,5-6 0,1-5,5 0,5-1,3 0,1-0,4 0,1-0,2 1-3

Keempat oksida utama pada semen akan membentuk senyawa-senyawa yang biasa disebut: 1. Trikalsium Silikat, 3CaO. SiO2 disingkat C3S 2. Dikalsium Silikat, 2CaO. SiO2 disingkat C2S 3. Trikalsium Aluminat, 3CaO. Al2O3 disingkat C3A 4. Tetra Kalsium Alumino Ferrite, 4CaO. Al2O3. Fe2O3, disingkat C4AF Keempat senyawa tersebut mempunyai sifat sebagai berikut: 1. C3S Sifat C3S hampir sama dengan sifat semen, yaitu apabila ditambahkan air akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan menimbulkan panas hidrasi 500 joule/gram. Kandungan C3S pada semen portland bervariasi antara 35%-55% tergantung pada jenis semen portland. 2. C2S Pada penambahan air segera terjadi reaksi, menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250 joule/gram. Pasta yang mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu,

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

15 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S. Kandungan C2S pada semen Portland bervariasi antara 15%-35%. 3. C3A Dengan air bereaksi menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu 850 joule/gram. Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi sangat rendah. Kandungan C3A pada semen Portland bervariasi antara 7%15%. 4. C4AF Dengan air bereaksi dengan cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 420 joule/gram. Warna abu-abu pada semen dipengaruhi oleh C4AF. Kandungan C4AF pada semen Portland bervariasi antara 5%-10% dan rata-rata 8%. 3. Sifat-sifat Semen Sifat Fisika Semen a. Hidrasi Semen Semen terdiri atas beberapa senyawa, dengan demikian hidrasi semen terdiri dari beberapa reaksi kimia yang berjalan bersamaan. Semen

mempunyai kandungan oksida utama yaitu C3S, C2S, C3A, C4AF, dan oksida-oksida ini apabila ditambahkan air akan bereaksi sebagai berikut: C3 S C2 S C3 A C3 A + + + + Air Air Air CSH + CSH + CAH + Ca(OH)2 Ca(OH)2 panas tinggi

Gypsum + Air Ettringite (menunda pengerasan) Air CAFH + Ca(OH)2

C4AF +

Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain : 1. Kehalusan semen 2. Jumlah air yang digunakan 3. Temperatur

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

16 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) Dalam hal ini, kecepatan hidrasi perlu diketahui karena akan menentukan waktu pengikatan awal dan pengerasan semen. Sedangkan kecepatan awal harus cukup lambat agar adonan semen dapat dituang, atau sebaliknya sesuai kebutuhan. Hidrasi semen juga dapat mengakibatkan semen

tersebut kurang baik mutunya, yaitu adanya senyawa free kalsium yang tidak terjadi proses kalsinasi sehingga dapat mengeroposkan semen yang sudah jadi. b. Panas Hidrasi Panas hidrasi merupakan panas yang terjadi selama semen mengalami proses hidrasi. Jumlah panas hidrasi tergantung pada : 1. Tipe semen 2. Komposisi kimia semen 3. Kehalusan semen 4. Rasio air semen Pada umumnya panas hidrasi dari high early strenght cement adalah yang paling tinggi, sedangkan moderate heat cement menpunyai panas hidrasi yang paling rendah. Ordinary cement terdapat di antara keduanya. Pada komposisi kimia semen yang menghasilkan panas hidrasi terbesar adalah C3A dan terkecil adalah C3S. c. Kelembaban Semen Kelembaban semen akan berakibat : 1. Menurunkan specific gravity 2. Terjadi false set 3. Terbentuknya gumpalan-gumpalan 4. Menurunnya kualitas semen 5. Bertambahnya loss on ignition 6. Bertambahnya setting time dan hardening 7. Penurunan tekanan

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

17 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) Oleh sebab itu, strategi penyimpanan semen harus diperhatikan agar semen dapat menjadi awet dan mutu semen akan terjaga. Oleh karena itu, pabrik semen biasanya justru tidak memiliki gudang penyimpanan semen dalam bentuk bag, melainkan menyimpan semen dalam Silo. Di dalam Silo, semen dapat bertahan sampai empat tahun. d. Setting dan Hardening Reaksi air dengan C3A membentuk 3CaO.Al2O3.3H2O akan terjadi pada saat pencampuran dengan air, dimana 3CaO.Al2O3.3H2O merupakan senyawa yang berbentuk gel dan cepat kaku. Senyawa ini akan bereaksi dengan gypsum (berfungsi sebagai retarder) membentuk ettringite yang akan membungkus permukaan sendiri dengan C3A, sehingga menyebabkan reaksi hidrasi terlambat. Namun akibat peristiwa osmosis lapisan ini akan pecah dan reaksi hidrasi C3A akan terjadi lagi. Periode tersebut dinamakan Dorman Period yang akan terjadi selama 1-2 jam. Pada saat gypsum dan C3A bereaksi dan gypsum hampir habis, C3A dan silika akan saling

mempengaruhi sehingga kecepatan hidrasi bertambah. Akibatnya kristal C3A yang terbentuk akan berubah menjadi kristal yang lebih besar. Reaksi hidrasi dari C3S terjadi selama beberapa jam, menghasilkan CaO.2SiO2.3H2O (C-S-H). C-S-H ini akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menyebabkan kekakuan. Selanjutnya akan terjadi pengikatan konsentrasi C-S-H yang akan menghalangi gerakan partikel-partikel semen. Pada akhirnya pasta menjadi kaku dan terjadi final set sehingga pengerasan terjadi secara tetap. e. Kekuatan kompresi Sifat yang paling penting dari semen adalah kekuatan tekannya atau Compressive Strenght. Jika kadar C3S semen tinggi, maka semen akan

mempunyai kekuatan tekan awal yang besar. C2S memberikan kekuatan awal yang tinggi untuk waktu yang lama.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

18 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) f. Pengkerutan (Shringkage) Terdapat tiga jenis penyusutan atau pengkerutan yang terjadi pada pasta semen dalam campuran beton, yaitu : 1. Hidration shringkage 2. Carbonation shringkage 3. Drying shringkage Dari tiga jenis pengkerutan di atas, drying shringkage adalah yang paling mudah menyebabkan keretakan pada beton. Drying shringkage disebabkan oleh penguapan air bebas (free water), yaitu air yang terdapat di antara fase padat, cair, dan pasta. Faktor yang mempengaruhi shringkage adalah komposisi semen, jumlah campuran air dan kandungan C3A yang tinggi. g. Daya Tahan Semen terhadap Asam sulfat Pada umumnya daya tahan beton terhadap asam sulfat sangat lemah sehingga mudah terdekomposisi. Senyawa sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat, sehingga akan terjadi pengembangan volume dan menyebabkan terjadinya keretakan pada beton. Oleh sebab itu,

dibuatlah jenis semen lain yang dapat mengatasi masalah tersebut, biasanya dipergunakan untuk daerah dengan kadar asam sulfat tinggi, misalnya daerah pantai. h. Specific Gravity Specific gravity sangat penting untuk perancangan beton. Dalam menjaga kualitas semen, specific gravity digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker serta untuk mengetahui apakah klinker tercampur dengan impuritas. i. Kelenturan (Soundness) Supaya beton mempunyai daya tahan yang baik, maka semen juga harus mempunyai kelenturan yang baik. Selama proses hidrasi akan terjadi ekspansi abnormal yang akan menyebabkan beton menjadi retak. Jika

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

19 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) kandungan freelime, MgO, Na2O dan K2O sangat tinggi atau gypsum yang ditambahkan pada proses penggilingan terlalu banyak maka akan terjadi ekspansi yang sangat besar terhadap semen. j. Kehalusan Semen (Blaine) Kehalusan semen erat sekali hubungannya dengan sifat-sifat fisis semen, terutama dengan kekuatannya. Semakin halus semen maka akan menyebabkan : - kekuatan semen meningkat - makin tinggi panas hidrasi dan kebutuhan air - setting time makin singkat - drying shringkage lebih mudah terjadi sehingga menyebabkan keretakan beton Semen dengan kehalusan terlalu tinggi mudah menyerap air dan CO2 dari udara. Jika kurang halus plastisitas dan kestabilannya akan berkurang. Maka disarankan kehalusan semen sekitar 3400 3600 cm2/gr. k. False Set Yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan semen tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi karena pada operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu yang terlalu tinggi sehingga terjadi dehidrasi (pelepasan air kristal) dari CaSO4. 2H2O menjadi CaSO4. H2O. l. Warna Di dalam standar SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai warna semen, disamping itu bahwa warna semen gelap atau pucat tidak ada pengaruhnya terhadap kuat tekan ataupun kualitas semen. Warna semen

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

20 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) ditentukan oleh kandungan C4AF dan MgO, semakin tinggi kandungan C4AF dan MgO akan membuat warna semen menjadi lebih gelap. Di sisi lain, MgO adalah komponen negatif pada semen, yang apabila jumlahnya terlalu banyak dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pemuaian pada beton, dan ini dikenal sebagai Magnesia Expansion, sehingga didalam standar SNI dan ASTM kandungan MgO dibatasi maksimum 5%. Sedangkan pada C4AF, semakin tinggi C4AF maka C3A menjadi semakin rendah, dan ini mengakibatkan kuat tekan semen menjadi semakin rendah. Sifat Kimia Semen a. Loss on ignition (Hilang Pijar) LOI dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diuraikan dengan pemijaran karena kristal mineral-mineral tersebut pada umumnya mengalami perubahan dalam periode yang panjang, dimana proses ini dapat menimbulkan kerusakan pada batu setelah beberapa tahun kemudian. b. Insoluble Residue Yaitu impuritas yang masih tinggal setelah semen tersebut direaksikan dengan asam klorida (HCl) dan natrium karbonat (Na2CO3). Insoluble residu dibatasi untuk mencegah tercampurnya semen portland dengan bahan-bahan alami lainnya yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika. c. Modulus Cement Modulus Cement adalah senyawa-senyawa utama dalam semen yang digunakan untuk menentukan jenis semen. Senyawa ini terdiri dari

C3S, C2S, C3A, C4AF, yang terbentuk dari CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Modulus yang dipakai dalam semen adalah : 1. Hidroulic Modulus (HM) HM = _______CaO________ SiO2 + Al2O3 + Fe2O3

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

21 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) Umumnya harga HM berkisar antara 1,7 2,3. Untuk menghasilkan semen bermutu baik, harga HM harus mendekati 2. Apabila harga HM >2,3 maka mengindikasikan adanya CaO yang relatif tinggi terhadap oksida lain sehingga akan menyebabkan :

Kuat tekan awal tinggi Daya tahan terhadap senyawa kimia berkurang Panas hidrasi tinggi Daya ekspansi tinggi

Sedangkan apabila HM <1,7 akan mengakibatkan :


Kadar CaO bebas cenderung rendah Kebutuhan panas rendah Kuat tekan semen rendah

2. Silika Modulus (SM) SM = _______SiO2________ SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 Modulus ini mengidentifikasikan perbandingan antara fase cair pada suhu klinkerisasi, karena pada suhu tersebut SiO2 masih dalam fase padat, sedangkan Al2O3 dan Fe2O3 sudah berada pada fase cair. Perubahan sifat dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada bentuk coating di burning zone dan burnability dari terak. Pembentukan ring coating di dalam tanur biasanya dapat dipantau dari perubahan SM terak. Harga SM berkisar antara 1,9 3,2, tetapi dalam pembuatan semen disarankan antara 2,3 2,7. Harga SM > 3,0 akan menyebabkan :

Sulit dibakar dan memerlukan temperatur tinggi Fase cair rendah, thermal load tinggi, terak berdebu dan kadar CaO bebas cenderung tinggi

Sifat coating tidak stabil, coating yang terbentuk tidak tahan terhadap thermal shock sehingga radiasi dari dinding tanur tinggi

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

22 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)


Merusak bata tahan api Memperlambat pengerasan semen

Sedangkan bila SM < 2,0 akan menyebabkan :


Selalu membentuk ring coating Terak berbentuk bola dan sulit digiling Waktu pengikatan semen pendek dan panas hidrasi naik Kuat tekan awal semen (3 7 hari) rendah Mudah dibakar, fase cair tinggi, menyerang bata tahan api Tanur tidak stabil, kebutuhan panas rendah

3. Iron Modulus (IM) IM = Al2O3/Fe2O3 Harga IM sangat mempengaruhi komposisi fase cair dalam proses pembakaran klinker. Harga IM berkisar antara 1,5 2,5 tetapi disarankan 1,5 1,6. Semen yang mempunyai harga IM tinggi mengakibatkan berkurangnya fase cair sebagai medium reaksi sehingga menyulitkan proses pembakaran atau pengerasan yang cepat sehingga diperlukan gypsum dalam jumlah yang besar. Bila harga IM > 2,5 maka semen akan:

Sulit dibakar Viskositas fase cair turun, menyebabkan hasil tanur rendah Semen yang dihasilkan: kuat tekan awal tinggi, waktu pengikatan pendek, panas hidrasi tinggi, dan ketahanan terhadap sulfat rendah.

Kadar C3A naik, C4AF turun, sedangkan C3S dan C2S naik Fase cair mempunyai viskositas rendah Semen yang dihasilkan : ketahanan terhadap sulfat tinggi, kuat tekan awal rendah, panas hidrasi rendah

Tetapi bila IM < 1,3 :


IM yang rendah dan tidak adanya SiO2 bebas dalam tepung baku menyebabkan terak menjadi lengket dan berbentuk bola-bola besar.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

23 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) 4. Lime Saturation Faktor (LSF) LSF = __________CaO 0,7 SO3_______ 2,8 SiO2 + 1,2 Al2O3 + 0,64 Fe2O3 LSF adalah nilai yang menunjukkan perbandingan CaO nyata dengan CaO teoritis paling tinggi yang dapat mengikat oksida-oksida SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Perhitungan LSF didasarkan pada anggapan kondisi pembakaran klinker sempurna, homogenitas bahan baku baik dan CaO bebas pada klinker sama dengan 0. Harga LSF antara 0,66 1,2 tetapi disarankan 0,92 0,96. Free lime disebabkan oleh harga LSF yang lebih besar dari 1,0. Semakin tinggi harga harga LSF biasanya kekuatan semen semakin baik dan membutuhkan panas yang lebih tinggi pada proses pembakaran klinker. Pengaruh pada terak apabila LSF > 0,99 :

material sukar dibakar Sulit membentuk coating, sehingga panas radiasi yang hilang dari dinding tanur mengikat.

Kadar CaO bebas cenderung naik Kadar C3S naik sehingga kuat tekan awal dan panas hidrasi semen mengikat Biasanya digunakan untuk mengantisipasi kadar abu dan komposisi semen kadar abu batu bara (fly ash) yang tinggi

Dan bila nilai LSF < 0,90 :


Tepung baku mudah dibakar, mengakibatkan kebutuhan panas rendah Fase cair di burning zone berlebih dan kadar C2S naik secara proporsional Panas hidrasi semen cenderung rendah

d. Magnesium oksida (MgO) Kadar MgO disarankan 2 %, bila MgO di atas 2 % akan terbentuk MgO yang dikenal dengan istilah periclase. Periclase sangat merugikan karena akan

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

24 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) bereaksi dengan air dan menghasilkan Mg(OH)2 yang mempunyai volume yang lebih besar sehingga menyebabkan keretakan. e. Sulfat trioksida (SO3) Gypsum memberikan sumbangan SO3 terbesar di dalam semen, sedangkan batubara mengandung sedikit SO3. menyebabkan :
Meningkatnya kekuatan tekan awal. Mengurangi penyusutan Meningkatkan soudness Kandungan SO3 dalam semen 2,2 %.

Kandungan SO3 yang optimum akan

f. Alkali (Na2O dan K2O) Kandungan alkali maksimum 1 % tetapi disarankan 0,2 0,3 %. Makin tinggi kandungan alkali akan berakibat :
Memperbaiki burnability pada suhu rendah. Menaikkan liquid contact membentuk coating.

g. Free lime Kapur bebas terjadi apabila bahan mentah mengandung lebih banyak kapur dari pada oksida silika alumina dan besi. Pada reaksi hidrasi, kapur bebas akan membentuk Ca(OH)2 yang mempunyai volume lebih besar dari CaO, sehingga menyebabkan ekspansi semen (unsoundness) dan menimbulkan cracking. B. Diagram Alir Proses Proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

25

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Semen

26 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

C. Langkah Proses Pada dasarnya proses pembuatan semen ada lima tahap utama. Kelima tahap itu adalah sebagai berikut : 1. Penyediaan Bahan Baku 2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku 3. Pembentukan clinker (Pembakaran) 4. Penggilingan clinker 5. Pengantongan Semen 1. Penyediaan Bahan Baku Bahan baku berupa batu kapur dan tanah liat untuk produksi semen di PT. Semen Baturaja diperoleh dari penambangan di sekitar lokasi pabrik. Pasir silika diperoleh dari penambangan di sekitar Sumatera Selatan, sedangkan untuk penyediaan pasir besi diperoleh dari PT. Aneka Tambang. Batu kapur mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi, dan biasanya terdapat di bukit-bukit sehingga perlu dilakukan proses : a. Clearing (pembersihan) Yaitu kegiatan pembersihan dari pepohonan dan semak yang menutupi daerah penggalian. b. Stripping of over burden (pengupasan) Yaitu penghilangan overbouden (lapisan tanah bagian atas). Alat yang biasa digunakan adalah Excavator Back Hoe. Tujuannya adalah agar batu kapur tidak tercampur lapisan tanah yang dapat menurunkan kadar CaO. c. Drilling (pengeboran) Yaitu proses pembuatan lubang untuk memasukkan bahan peledak dengan kedalaman 9 meter. Sudut pengeboran dengan kemiringan 80o bertujuan untuk mencapai efisiensi peledakan yang tinggi. d. Blasting (peledakan)

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

27 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Proses peledakan lapisan batu kapur bertujuan agar batu kapur mudah diambil dari lapisannya. Bahan peledak yang digunakan ialah ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil). Standar penggunaan bahan peledak adalah 130 gram per ton batu kapur. e. Loading (Pemuatan) Merupakan proses pengangkatan batu kapur hasil peledakan ke dalam dump truck dengan menggunakan Hydrolic shovel, Back hoe, dan whell Loader. f. Hauling (pengangkutan) Merupakan proses pemindahan batu kapur hasil ledakan dari lokasi tambang ke tempat penggilingan dengan dump truck. g. Crushing (penghancuran) Limestone dimasukkan ke dalam hopper, dan kemudian oleh appron feeder dimasukkan ke dalam alat pemecah single shaft hammer wall linning. Prinsip alat pemecah ini berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer yang membentuk impact wall linning. Produk yang lolos dari saringan (grate basket) masuk discharge steel conveyor, sedangkan material jatuhan dari appron feeder ditampung oleh drag chain dan masuk ke dalam discharge steel conveyor. Selanjutnya batu kapur yang sudah sedikit halus diangkut dengan belt conveyor untuk dihomogenisasi membentuk layer-layer di limestone storage dengan dua bagian stock pile I dan II. Kegiatan penambangan tanah liat sama dengan penambangan batu kapur, hanya saja proses penambangan tanah liat tidak membutuhkan proses pengeboran dan peledakan, tetapi langsung digali dengan back hoe. Dalam proses penambangan ini, peralatan yang digunakan meliputi hidraulic exavator/back hoe dengan kapasitas 2,4 m3 dan untuk alat hauling menggunakan rear dump truck (kapasitas angkut 20 ton). Proses clearing dan stripping dilakukan dengan buldozer.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

28 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Pada proses crushing, tanah liat dituang ke dalam clay hopper, kemudian appron feeder akan mentransfer tanah liat dengan speed tertentu ke double roller crusher. Selanjutnya double roller crusher yang dilengkapi dengan kuku baja (teeth) yang berputar berlawanan arah akan memecahkan tanah liat yang keras, hasilnya appron feeder akan mengalirkan kembali tanah liat yang telah hancur ke drag chain. Belt conveyor selanjutnya mengangkut ke stock pile menjadi dua bagian. 2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku Penggilingan bahan baku bertujuan untuk memperkecil atau memperhalus ukuran bahan baku sehingga luas permukaannya akan semakin besar. Tujuan lain adalah untuk mendapatkan campuran bahan baku yang homogen dan untuk mempermudah terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan, material juga mengalami proses pengeringan dengan media pengering berupa gas panas yang diperoleh dari kiln exhaust gas. Batu kapur dan tanah liat diambil menggunakan reclaimer dari stock pile masing-masing, kemudian diumpankan oleh belt conveyor ke raw mill (vertical mill). Setelah proses prehomogenezing, seluruh material mentah dicampur dengan komposisi tertentu selanjutnya dialirkan menggunakan belt conveyor menuju losche mill untuk digiling. Alat penggilingan berupa vertical mill dengan sistem penggilingan close circuit dan keluaran material menggunakan sistem air swept mill. Dengan memanfaatkan kiln exhaust gas maka air dalam material yang mencakup air bebas, air kapiler, dan air adsorpsi dapat diuapkan hingga < 1 %. Agar kereaktifan material dapat dicapai pada proses selanjutnya, standar kehalusan raw meal harus memiliki sieving di atas 90 (14-20 %), maka material yang terhisap harus melewati separator dengan putaran tertentu dan selanjutnya gas panas dipisahkan dengan menggunakan empat cyclone. Bahan baku yang telah memenuhi standar kehalusan dengan menggunakan fluxoslide dan belt bucket elevator dimasukkan ke dalam continous flow silo untuk
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

29 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

mengalami homogenezing terakhir sebelum diumpankan ke dalam kiln. Produk atas dari cyclone separator adalah uap air, gas panas, dan sebagian debu yang terikut pada waktu pemisahan. Sebelum keluar, gas yang mengandung debu tersebut dilewatkan dalam alat penangkap debu (Electrostatic Precipitator) yang bekerja dengan menggunakan elektroda-elektroda bertegangan tinggi. kemudian debu yang berhasil ditangkap dialirkan dengan alat transport fluxoslide dan belt bucket elevator menuju CF Silo. Sedangkan gas panas dari kiln, uap air, dan sebagian debu yang tidak tertangkap oleh alat penangkap debu ditransportasikan ke cerobong (stack) dengan bantuan filter fan. 3. Pembakaran Raw Meal Proses pembakaran raw meal di pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) dilakukan di dalam kiln dan calsiner. Bahan bakar yang digunakan adalah batubara, kecuali pada saat start dibantu dengan diesel oil. Bahan bakar batubara diolah terlebih dahulu sesuai dengan syarat bahan bakar untuk kiln. Penyiapan Raw Coal (batu bara mentah) Raw coal yang diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) ditumpuk dalam dome storage, selanjutnya reclaimer akan menggaruk batubara untuk dijatuhkan dalam belt conveyor. Kemudian oleh bucket elevator material dibawa ke raw coal silo. Penggilingan raw coal Proses diawali dengan pemanasan sistem (heating up), yang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi operasi coal mill dengan cara memasukkan gas panas dari kiln hingga mencapai temperatur tertentu dan harus dilakukan dengan benar hingga tidak membahayakan sistem sebelum dimasuki batubara. Setelah kondisi panas memenuhi persyaratan, segera raw coal dimasukkan ke dalam coal mill melalui twin padle. Di dalam coal mill, raw coal masuk di antara table dan roller membentuk ketebalan tertentu bed contac dengan gas panas dan mengalami proses pengeringan. Selain itu juga berlangsung proses
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

30 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

penggilingan oleh gerakan table dan roller. Semua hasil penggilingan dihisap oleh jet pulse filter untuk dipisahkan antara coal halus dari gas panas. Coal halus ditangkap oleh filter kemudian disimpan dalam bin sebagai produk coal mill yang siap untuk digunakan pada proses pembakaran, sedangkan gas panasnya dibuang melalui stack (prinsipnya sama dengan penggilingan raw material semen pada vertical mill). Keberhasilan proses penggilingan batu bara selain dari segi kuantitas juga ditinjau dari kualitasnya, yaitu kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill standar air 3-5 %, agar tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan kehalusan batubara dibatasi maksimum 20 % yang lolos ayakan 90 . Tingkat kehalusan yang berlebihan akan merugikan dalam proses pembakaran. Agar sistem tetap bertekanan negatif dan tidak adanya batubara yang berhamburan, maka digunakan jet pulse dengan ukuran kecil. Pengumpanan coal ke kiln dan kalsiner Kebutuhan batubara yang dialirkan ke kiln maupun kalsiner diatur dengan control system. Fine coal dari bin akan di umpankan dengan bantuan udara dari aerasi untuk ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya keluar melalui pipa kemudian dihembuskan oleh udara bertekanan tinggi dari blower menuju kiln burner atau calsiner burner (secondary burner) untuk proses pembakaran. Prinsip utama yang paling penting adalah stabilitas supply batubara ke burner sangat berpengaruh terhadap proses pembakaran di kiln dan calsiner. 4. Proses Pembentukan Terak Raw meal dari continous flow silo yang telah melalui proses aerasi untuk homogenezing terakhir keluar melalui serangkaian alat transport selanjutnya diumpankan ke dalam suspension preheater. Tepung baku yang diumpankan disebut kiln feed. Pengaruh homogenitas kiln feed yang jelek yaitu : a. Pembentukan cincin coating (ring formation) di dalam kiln b. Pemakaian bahan bakar yang lebih besar.
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

31 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

c. Umur firebrick kiln rendah karena pembentukan coating yang tidak stabil d. Dapat mempengaruhi grindabilitas clinker e. Kualitas klinker akan bervariasi f. Dapat menurunkan kapasitas produksi Proses pembakaran yang terjadi meliputi pemanasan awal umpan baku di preheater (meliputi pengeringan, dehidrasi, dan dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi), dan pendinginan di grate cooler (quenching) sampai penyimpanan. Gas panas dari kiln dihisap oleh IDF (kiln fan) dan bergerak dari bottom cyclone menuju top cyclone (300 800oC) melaui gas duct yang terpasang continue dengan kiln. Raw meal yang diangkat oleh belt bucket elevator dijatuhkan pada top cyclone, karena gaya gravitasi maka material akan meluncur ke bawah dan pada saat bersamaan akan bersentuhan dengan gas panas di riser pipe cyclone. Pada tahap ini akan terjadi proses perpindahan panas dari gas ke material. Panas inilah yang berperan untuk menguraikan unsur-unsur oksida reaktif yang terkandung dalam material. Gas dan udara panas bercampur mengalir masuk cyclon. Material dalam cyclone akan mengalir membentuk pusingan sentrifugal yang diakibatkan oleh konstruksinya. Material jatuh ke lubang bawah cyclon, dan untuk mencegah agar aliran gas panas tidak masuk dari bagian bawah cyclone, dipasang flap damper searah gerakan material. Jika udara masuk lewat bagian bawah cyclone, akan mengganggu aliran material. 4.1. Pengeringan Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung dalam umpan baku. Terjadi pada saat umpan baku berkontak dengan gas panas pada temperatur sampai 200 0C. 4.2. Dehidrasi Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water) yang terikat secara molekuler di dalam mineral-mineral bahan baku. Proses ini

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

32 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero) terjadi pada temperatur 100 400 0C. kondisi ini menyebabkan struktur mineral menjadi tidak stabil dan akan terurai menjadi oksida-oksida yang reaktif. 4.3. Dekomposisi dan kalsinasi Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral-mineral umpan baku menjadi oksida-oksida yang reaktif. Terjadi pada temperatur 400 900 0C dengan persamaan reaksi sebagai berikut : Kaolin menjadi Metakaolin Al4(OH)8.Si4O8 Al2O3.2SiO2 serta CO2 sebagai gas. Proses kalsinasi berlangsung dari cyclon I hingga cyclon III pada temperatur yang berbeda dengan keberhasilan derajat kalsinasi (persentasi unsur CaO yang terurai dari senyawa karbonat) sesuai dengan desain preheater yang digunakan. Reaksi dekomposisi karbonat yaitu : CaCO3 MgCO3
panas panas

2 (Al2O3.2SiO2) + 4 H2O Al2O3 + 2 SiO2

Metakaolin menjadi oksida-oksida reaktif

Proses kalsinasi adalah proses penguraian karbonat menjadi oksida CaO dan MgO

CaO + CO2 MgO + CO2

4.4. Klinkerisasi Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa-senyawa penyusun semen portland, baik dalam fase padat maupun dalam fase cair. Proses klinkerisasi membutuhkan energi yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 0 80 kcal/kg clinker, dan proses ini sebagian besar terjadi di dalam kiln selain dalam cyclone IV dan calsiner. Proses klinkerisasi dalam kiln terbagi dalam beberapa zone, yaitu : Calcining Zone Pada zone ini raw meal dari Preheater akan mengalami pemanasan hingga 1200 0C dan proses yang terjadi adalah proses penguraian secara maksimum dari unsur-unsur reaktif yang terkandung dalam material. Pada kondisi ini

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

33 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

material masih berbentuk bubuk, dan bagian dalam kiln digunakan lapisan brick alumina. Transition Zone Karena adanya slope kiln ke arah outlet dan bergerak memutar, maka material dari calcining zone akan bergerak ke daerah transition zone. Pada daerah ini material mengalami pemanasan hingga 1450 0C. Proses yang terjadi adalah mulai terbentuk reaksi sedikit demi sedikit antara CaO dengan senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Material mulai berubah menjadi cair dan pada daerah ini. Burning Zone Pada daerah ini material mulai mendekati sumber panas yang terpancar dari burner. Pemansan yang terjadi hingga 1450 0C. Proses yang terjadi adalah pelelehan dari seluruh material dan reaksi maksimum antara CaO dengan unsur SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 membentuk mineral compound senyawa utama klinker yaitu C2S (belite), C3S (alite), C3A (celite), dan C4AF (felite). Reaksi ini disebut reaksi klinkerisasi. Lapisan yang terpasang pada dinding kiln adalah brick jenis basic yang mempunyai sifat dapat mengikat coating, sehingga kiln shell lebih terlindungi terhadap perlakuan panas yang sangat tinggi. Reaksi klinker adalah : 4CaO(s) + Al2O3(s) + Fe2O3(s) 3CaO(s) + Al2O3(s) 2CaO(s) + SiO2(s) CaO(s) + 2CaO. SiO3(s) 4CaO. Al2O3.Fe2O3(s) : (C4AF) 3CaO. Al2O3 2CaO.SiO3(s) 3CaO. SiO3(s)
(s)

: (C3A) : (C2S) : (C3S)

Mekanisme perpindahan panas yang terjadi di kiln sebagian besar adalah dengan cara radiasi. Jika temperatur rendah (under burn) maka klinker yang terjadi tidak memenuhi standar. Pada temperatur 1260 1310 0C mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari komponen Al2O3 dan Fe2O3. Pada temperatur 1450 0C jumlah fasa cair dapat mencapai 20 30 %. Dalam fasa cair ini terjadi pembentukan 3CaO. SiO3 .

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

34 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Apabila dalam proses klinkerisasi masih terdapat CaO yang belum bereaksi dengan oksida lainnya, maka akan terbentuk CaO bebas (free lime) yang bersifat merugikan terhadap mutu semen. Banyaknya CaO bebas dalam semen dapat dijadikan salah satu indikator apakah proses pembakaran klinker berjalan dengan baik atau tidak. Semakin banyak kadar CaO maka proses pembakaran semakin jelek. Kecepatan pembakaran bahan baku dalam Rotary Kiln tergantung pada: - Kecepatan putaran kiln - Panjang Kiln Cooling Zone Material yang berbentuk cair di burning zone akan mengalir ke cooling zone dan akan mengalami perubahan fasa karena material menjauhi burner gun. Temperatur akan turun hingga mencapai 1200oC, dan karena adanya gerakan rotasi kiln, maka sebagian besar material akan berbentuk butiran. 4.5. Quenching Quenching adalah proses pendinginan klinker secara mendadak setelah reaksi klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam grate cooler dengan media pendinginnya berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam grate cooler dengan menggunakan fan. Klinker panas keluaran dari kiln akan jatuh pada grate plate di bagian depan (mulden plate) membentuk suatu tumpukan (bed), selanjutnya udara bebas dihembuskan oleh sejumlah fan melalui bagian bawah grate plate menembus lubang-lubang pada grate plate sehingga terjadilah pendinginan klinker. Gerakan grate plate maju mundur menyebabkan klinker terdorong ke bagian belakang menuju outlet. Klinker yang halus akan lolos melalui lubang grate plate dan ditampung oleh hopper, selanjutnya dikeluarkan oleh drag chain. Sedangkan - Kemiringan Kiln - Diameter Kiln

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

35 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

ukuran besar akan dipecah oleh crusher pada keluarannya. Tujuan quenching yaitu untuk mendapatkan klinker dengan mutu yang baik, diantaranya :
-

Mencegah terjadinya reaksi inversi 3CaO. SiO3 3CaO. SiO3(s) 2CaO. SiO3(s) + 2 CaO(s) Mencegah terjadinya pembentukan struktur kristal -2CaO. SiO3 yang bersifat hidraulis menjadi kristal -2 CaO.SiO2 yang bersifat kurang hidraulis.

4.6. Storaging Aktivitas pengangkutan klinker menuju tempat penyimpanan menggunakan peralatan yang tahan terhadap suhu tinggi. Alat yang digunakan dapat berupa pan conveyor dan chain conveyor. Sebelum diproses lebih lanjut, klinker disimpan dalam klinker silo. 5. Penggilingan Klinker Klinker yang disimpan dalam silo dikeluarkan dan di handling dengan conveyor masuk ke dalam klinker bin, demikian juga gypsum disimpan dalam bin. Dengan perbandingan tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan dari bin masingmasing dan akan tercampur di Belt Conveyor. Dari Belt Conveyor campuran ini kemudian dihancurkan dengan Roller Press sehingga memiliki ukuran tertentu yang selanjutnya digiling dengan menggunakan Tube Mill 2 kompartemen yang berisi ball stell sebagai media penghancur. Dengan menggunakan sebuah fan, material yang sudah halus dihisap dan dipindahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalam semen silo yang kedap udara. 6. Pengantongan Semen Semen dikeluarkan dari Cement Silo dan diangkut dengan menggunakan Belt Conveyor masuk ke stell silo. Dengan alat pengantongan berupa Rotary Packer, semen dikantongi setiap saknya 50 kg, kemudian dibawa dengan menggunakan truk atau kereta api.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

36 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

BAB III SPESIFIKASI ALAT

A. Spesifikasi Alat Utama Peralatan utama pada PT. Semen Baturaja adalah sebagai berikut : 1. Limestone Crusher Fungsi Jenis Kapasitas Ukuran umpan Ukuran produk Kadar air maksimum 2. Clay Crusher Fungsi Jenis Kapasitas 3. Raw Mill Fungsi Jenis Merk Kapasitas Kemampuan drying Media pengering Daya motor Kapasitas mill fan 4. Coal Mill Fungsi Jenis : Penggilingan raw roal : ATOX MILL Vertical roller mill : Penggilingan dan pengeringan campuran bahan baku : Vertical Roller Mill : Loesche LM 50.4 : 360 ton/jam : dari 15% menjadi 1% air : Gas panas dari proses/exhaust gas : 3100 kW : 13800 m3/min : Memperkecil ukuran tanah liat dari tambang : Roller Crusher : 500 ton/jam : Memperkecil ukuran batu kapur dari tambang : Hammer Crusher : 600 ton batu kapur/jam : Sekitar 1,5 m : Maksimum 120 mm : 18%

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

37 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Bahan konstruksi Media pengering

: Stainless steel : Kiln exhaust gas

Ukuran umpan maksimum: 65 mm Gas fine coal separator : Jet Pulse Filter Kehalusan produk Kelembaban produk 5. Hydraulic Roller Press Fungsi Kapasitas Tipe Temperatur maksimum Diameter roller Lebar roller Kecepatan roller Jumlah roller Kecepatan motor Daya : Pregrinding klinker sebelum masuk Cement Mill : 225 ton/jam : HRP 0.75 : 100 oC : 1360 mm : 550 mm : 22.3 / 16.7 rpm : 2 buah : 985 / 740 rpm : 2 x 355 kW : 90 max 12% dan 200 max 1% : 3% - 5% kandungan air

6. Cement Mill (Finish Mill) Fungsi Jenis Grinding media Diameter dalam Panjang shell Ukuran umpan Kehalusan produk Kecepatan putar Tipe motor Daya/tegangan : Penggilingan klinker dan gypsum menjadi semen : Tube Mill 2 Compartment : Bola baja :4m : 7,43 m : Maksimum 8 cm : 320 m2/kg : 15,6 rpm : Motor induksi 3 fasa HET-W : 1400 kW/6000 V

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

38 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Gambar 3.1 Cement Mill Keterangan Gambar : 1. Feed chute 2. Feed Cone 3. Mill Shell 4. Sekat diafragma 7. Preheater Fungsi Jenis Jumlah stage Jumlah Calsiner : Pemanas awal umpan kiln : Suspension Cyclone Preheater 2 string : 4 stage : 1 tiap string 5. Bola-Bola baja 6. Discharge Cone 7. Trommel Screen

Tabel 3.1 Diameter Preheater String A Stage I Stage II Stage III Stage IV 2 x 4,48 m diameter 1 x 6,00 m diameter 1 x 6,40 m diameter 1 x 6,40 m diameter String B 2 x 4,11 m diameter 1 x 6,11 m diameter 1 x 6,39 m diameter 1 x 6,53 m diameter

8. Rotary Kiln Fungsi Bentuk : Tempat pembakaran material menjadi klinker : Silinder horizontal
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

39 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Kapasitas Panjang Diameter Tebal Shell Kiln

: 4300 ton/hari : 76 m : 4,5 m : 35,45 mm : 4o ke arah outlet

Tebal refractory : 200 mm Sudut inklinasi

Kecepatan putar : 3 rpm Suhu pembakaran : 1450 oC Heat consumption : 800 kkal/kg klinker Jenis refractory : Alumina brick

Gambar 3.2 Rotary Kiln Keterangan Gambar : 1. Inlet 2. Girth Gear 3. Nose Ring 4. Main Gear 9. Grate Cooler Fungsi : Mendinginkan klinker secara mendadak 5. Speed Reducer 6. Blower 7. Aliran Gas 8. Aliran klinker ke cooler

Media pendingin : Udara

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

40 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

Tipe Kapasitas

: Grate Cooler 2 compartment : 4300 ton klinker/hari

Gambar 3.3 Grate Cooler 10. Rotary Packer Fungsi Kapasitas Daya 11. Continuous Flow Silo Fungsi Sistem homogenisasi : Penyimpanan dan homogenasi raw mix : Sistem blending/controlled flow : Memasukkan semen ke kantong kemasan : 500 600 bags/jam : 15 kW

B. Spesifikasi Alat Pendukung 1. Belt Conveyor Fungsi Material yang diangkut Lokasi Kapasitas Panjang Lebar Kemiringan Bahan konstruksi : Mengangkut serbuk dan bongkahan secara horizontal : Raw coal, Clay, Limestone, Raw Mix : Coal Mill, Clay Crusher, Limestone Crusher : 600 1200 ton/jam : 10 160 m : 1 1,5 m : 8o : Karet
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

41 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

2. Screw Conveyor Fungsi Bentuk Ukuran material Material yang diangkut Percent loading Kecepatan : Mengangkut serbuk secara vertical maupun horizontal : Screw helix : Maksimum 4 mm : Raw meal : 30% : 30 rpm : Mengangkut serbuk dengan sudut inklinasi 40 150 : Udara tekan : 1000 m3/jam : Tabung berbentuk kotak terbagi 2 bagian diafragma : Tertutup : Fluxo Slide : Maksimum 150 oC

3. Air Slide (Pneumatic Gravity Conveyor) Fungsi Media Pengangkut Kapasitas Bentuk Tipe Merk Temperatur material 4. Air Lift Fungsi Media Pengangkut Kapasitas Tinggi Material yang diangkut 5. Bucket Elevator Fungsi Kapasitas Ketinggian Isian maksimum Temperatur material Material yang diangkut : Mengangkut material dengan arah vertikal : 1300 m3/jam : 60 m : 75% : Maksimum 350 oC : Klinker, raw coal, tanah liat, dan batu kapur : Membawa material bubuk secara vertikal atau miring : Udara tekan : 500 ton/jam : 100 m : Raw meal

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

42 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

6. Drag Chain Conveyor Fungsi Kapasitas Material yang diangkut Temperatur maksimum Kemiringan maksimum 7. Cyclone Fungsi Jumlah Diameter Efisiensi Pembuat 8. Sepax Separator Fungsi Tipe Kapasitas umpan Laju alir udara pemisah Daya 9. Bag Filter Fungsi Tipe Lokasi : Pemisahan gas-padatan halus : Jet pulse : Coal Mill, Raw Mill, dan Cement Mill : Memisahkan material halus produk Cement Mill : Sepax 315 M 122 : 202 ton/jam : 1868 m3/menit : 110 kW : Pemisahan padatan besar dan kecil dengan udara : 10 : 6,3 m : 90% : FL Smidth : Pengangkut material jarak dekat secara horizontal : 500 ton/jam : Batubara dan batu kapur di Pile masing-masing : 100 oC : 20o

10. Electrostatic Precipitator Fungsi Kapasitas Lokasi : Penangkap debu menggunakan medan listrik : 1750 m3/menit : Sebelum cerobong

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

43 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

BAB IV UTILITAS

Utilitas merupakan salah satu faktor pendukung proses produksi, dengan adanya utilitas, maka proses produksi akan berjalan dengan baik. Hal-hal yang termasuk di dalam utilitas PT. Semen Baturaja yaitu: A. Penyediaan Air Untuk memenuhi kebutuhan air maka PT. Semen Baturaja mengambil dari Sungai Ogan, yang perlu ditreatment terlebih dahulu karena kondisi air yang masih kotor. Air dari Sungai Ogan dihisap dengan menggunakan pompa sentrifugal. Air dialirkan ke Rotostainer untuk menyaring kotoran-kotoran kasar seperti ranting kayu dan kerikil. Proses aerasi terjadi setelah adanya injeksi udara dari aerator. Sebelum masuk ke bak pengadukan, air ditambah bahan-bahan kimia, yaitu : - Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3), berguna sebagai koagulan, pengumpul lumpur, dan mengendapkannya sehingga air menjadi bersih. - Caustic Soda (NaOH), sebagai pengatur pH. pH yang dibutuhkan antara 7 - 9. Air yang jernih akan masuk ke settling basin melalui lubang overflow, selanjutnya dialirkan ke buffer basin oleh dua pompa. Pada plant site, air ditampung dalam precleaning water basin yang dilengkapi dengan lima pompa. Dua pompa akan dialirkan ke iron dan manganese removal filter yang di dalamnya terdapat lapisan pasir dan polarite. Pasir dan polarite ini berguna untuk menyerap Fe dan Mn, serta untuk menyaring kotoran yang masih terdapat dalam air. Tiga pompa yang lain digunakan untuk memompa air ke Grevel Bed Filter. Lalu air ini dipompakan dengan dua pompa ke high level tank kemudian secara gravitasi menuju ke mill dan kiln untuk pendinginan bearing-bearing. Setelah dipakai untuk pendingin bearing, air ditampung dalam warm water basin.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

44 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

B. Penyediaan Tenaga Listrik Kebutuhan listrik disuplai dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan daya 18,5 MVA. Jika terjadi pemadaman listrik, maka hal ini dapat membahayakan proses produksi dan peralatan. Rotary Kiln, misalnya tidak boleh berhenti berputar secara tiba-tiba karena dapat menimbulkan kerusakan (bengkok). Oleh karena itu, jika keadaan darurat digunakan generator diesel dengan daya 910 kVA. Selain itu juga terdapat dua buah diesel berkapasitas 250 kVA. Hal ini supaya motor pada peralatanperalatan yang penting tidak berhenti secara tiba-tiba.

C. Penyediaan Udara Tekan Udara yang digunakan dalam proses pembuatan semen di PT. Semen Baturaja ada 2 macam yaitu udara tekan dan udara luar. Penyediaan udara tekan dari kompresor kemudian dimasukkan ke pressure tank yang dipergunakan untuk menggerakkan damper valve, sedangkan udara luar dari fan-fan untuk pendinginan clinker pada cooler, udara primer (primary air) pada pembakaran, dan udara dari blower-blower sebagai pendorong batubara (dalam pfister feeder sebelum digunakan dalam burner).

D. Penyediaan Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan PT. Semen Baturaja ada 2 macam, yaitu : 1. IDO (Industrial Diesel Oil) IDO digunakan sebagai bahan bakar untuk start up atau pemanasan Kiln dan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan generator diesel. IDO diperoleh dari pasokan PERTAMINA dengan jumlah pasokan 500KL/bulan. IDO tersebut disimpan dalam tangki penampungan bahan bakar. 2. Batubara Batubara digunakan sebagai bahan bakar utama baik digunakan pada preheater, maupun kiln. PT. Semen Baturaja menggunakan batubara bituminous dan

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

45 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

subbituminous karena keberadaannya lebih banyak dibanding batubara anthracite dan mempunyai tingkat kalori cukup tinggi sehingga proses pembakaran yang ada dapat berjalan dengan stabil. Batubara didatangkan dari PT. Bukit Asam dan dari Lahat menggunakan kereta api dengan frekuensi kedatangan 4 hingga 5 kali dalam 1 bulan. Untuk setiap harinya dibutuhkan konsumsi batu-bara sebanyak 650 ton.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

46 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

BAB V PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah padat berupa debu merupakan limbah utama yang dihasilkan oleh pabrik semen. Pada industri semen, proses pembuatan semen dari pengolahan bahan baku sampai terbentuknya semen berpotensi untuk menimbulkan polusi udara dalam bentuk penghamburan partikel-partikel debu. Limbah tersebut dapat berasal dari gas buang kiln ataupun dari transportasi partikel-partikel halus dengan menggunakan conveyor. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup No. KEP/13/MENLH/3/1995 tentang baku mutu emisi sumber tak bergerak ditetapkan : Di atas tahun 2000 untuk proses kering, maka gas buang maksimum yang dibolehkan mengandung 80 mg/Nm3 partikel debu. Untuk mengendalikan limbah yang berupa partikel debu agar sesuai dengan peraturan tersebut, maka PT. Semen Baturaja melakukan beberapa usaha, yaitu dengan memasang unit peralatan Electrostatic Precipitator. Electrostatic Precepitator merupakan peralatan yang digunakan untuk menangkap partikel-partikel debu dalam aliran gas dengan menggunakan konsep mekanikal maupun konsep elektrikal. Disamping limbah yang berupa debu, PT. Semen Baturaja juga menyebabkan pencemaran antara lain: A. Pencemaran Udara Sumber pencemaran udara dapat dibagi dua, yaitu sumber yang bergerak dan yang tidak bergerak. Parameter pencemarannya ada dua, yaitu gas yang terdiri dari CO2, SOx, NOx, serta partikel yang berupa dust, fly ash, smoke, dan fume. PT. Semen Baturaja terus meningkatkan usaha-usaha untuk menangani limbah-limbah dan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi. Pengawasan dan pemeliharaan tanaman di sekitar pabrik dan penanaman tanaman hias sebagai zone penyangga (land scaping) dan jalur hijau (green belt) yang berbatasan dengan pemukiman penduduk pun telah dilakukan. Usaha pengendalian pencemaran udara berpedoman pada
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

47 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

penetapan Baku Mutu Udara Ambient Nasional agar pencemaran dari usaha atau kegiatan industri dapat dicegah (Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999). Tabel 5.1 Pedoman Penetapan Baku Udara Ambient Nasional No 2. 2. 3. 4. Parameter Pencemaran Total suspended partikulat (TSP) Partikulat Material < 10 (PM-10) Sulfurdioksida (SO2) Carbondioksida (CO2) Baku Mutu Waktu 230 gr/m3 150 gr/m3 365 gr/m3 10 gr/m3 24 jam 24 jam 24 jam 8 jam

Sumber : Bagian Keselamatan Kerja PT. Semen Baturaja, 2007

B. Pencemaran Suara Pengendalian batas tingkat kebisingan suara berpedoman pada Permenaker No. 718.Per/XI/1987. Tabel 5.2 Pedoman Batas Tingkat Kebisingan No. 1. 2. 3. 4. Zone A B C D Max dianjurkan dB (A) 35 5 50 60 Max diizinkan dB (A) 45 55 60 70

Sumber : Bagian Keselamatan Kerja PT. Semen Baturaja, 2007 Keterangan :


1. Zone A : diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit, dan kegiatan sosial. 2. Zone B : diperuntukkan bagi perumahan, rekreasi 3. Zone C : diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, dan pasar. 4. Zone D : diperuntukkan bagi industri, pabrik, terminal, stasiun KA.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

48 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

BAB VI LABORATORIUM

A. Program Kerja Laboratorium Laboratorium PT. Semen Baturaja berfungsi untuk mengendalikan mutu selama proses dan mempertahankan mutu produksi dalam batas-batas yang ditetapkan. Pengawasan mutu yang dilakukan mulai dari bahan baku, material selama proses, hingga produk semen yang dihasilkan. Laboratorium memberikan hasilnya ke Central Control Room (CCR). Selanjutnya CCR dapat melakukan tindakan yang diperlukan jika terdapat penyimpangan hasil yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Laboratorium yang terdapat di PT. Semen Baturaja antara lain Laboratorium Proses dan Kimia, Laboratorium Quality Control X-Ray, Laboratorium Fisika, dan Laboratorium Kimia Analisis. Adanya laboratorium sangat menunjang tahapan kendali mutu, yaitu: 1. Penetapan standar merupakan hal hal yang berkaitan dengan biaya, cara, maupun bentuk yang dikehendaki dari produk yang akan dihasilkan. 2. Evaluasi, yaitu membandingkan mutu hasil atau produk yang diperoleh dengan standar yang diperoleh sebelumnya. 3. Koreksi, diperlukan apabila ada penyimpangan mutu produk selama proses produksi. 4. Perencanaan peningkatan efisiensi dan standar mutu dari produk yang dihasilkan.

B. Alat-Alat Laboratorium Alat laboratorium utama adalah sebagai berikut: 1) Blaine Prinsip kerjanya didasarkan pada kecepatan udara dalam volume tertentu untuk menghembus suatu batch semen. Makin halus semen, maka nilai blaine-nya akan makin besar.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

49 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

2)

Wagner Untuk menentukan ukuran distribusi partikel dari semen.

3)

Spektofotometer Sinar X Untuk memeriksa kadar SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3.

4)

Viccat Untuk memeriksa pengerasan semen.

5)

Gillmore Untuk memeriksa pengeringan semen.

C. Prosedur Analisis Analisis Kimia a) Pengujian Hilang Pijar (Loss in Ignition) - Menimbang 1 g sampel dalam crusible yang telah diketahui beratnya. - Menutup dan memijarkan krusible beserta isinya hingga berat konstan dalam tungku pemanas pada suhu 950 50 0C. - Membiarkan 15 menit untuk waktu pemanasan awal dan sekurang-kurangnya 5 menit untuk tiap periode waktu berikutnya. - Perhitungan :
% LOI berat sisa pijar berat awal x100

b) Pengujian Bagian Tidak Larut (Insoluble) - Menimbang 1 gr contoh, masukkan ke dalam gelas kimia 250 ml, tambahkan 25 ml air dan 5 ml HCl. - Bila perlu larutan dipanaskan dan sampel ditekan-tekan dengan ujung batang pengaduk kaca sampai terurai sempurna. - Mengencerkan larutan sampai 50 ml dengan air panas dan dipanaskan di atas plat panas sampai mendekati titik didih.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

50 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Menyaring sampel melalui kertas saring berpori medium ke dalam gelas kimia 400 ml, kemudian mencuci gelas kimia, kertas saring dan endapan 10 kali dengan air panas dan filtrat digunakan untuk penetapan SO3. - Memindahkan kertas saring dan endapan ke dalam gelas kimia semula, menambahkan 10 ml larutan NaOH panas (10 g/l) dan digest selama 15 menit pada suhu hampir mendidih. - Selama digest, sekali-sekali campuran diaduk dan kertas saring dihancurkan dengan batang pengaduk. Larutan diasamkan dengan HCl dan digunakan metil merah sebagai indikator, HCl berlebih ditambahkan 4-5 tetes. - Menyaring dengan kertas saring berpori medium dan endapan dicuci sekurangkurangnya 14 kali dengan larutan NH4NO3 panas (20 g/l) untuk meyakinkan bahwa kertas saring dan isinya tercuci sempurna. Kertas saring beserta isinya dimasukkan kedalam krusible yang telah diketahui beratnya. - Membakar dan dipijarkan pada suhu 900-1000 0C sekurang-kurangnya 30 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. - Perhitungan :
% bagian tidak larut berat endapan berat contoh x 100

c) Pemeriksaan Free Lime Klinker - Memasukkan 60 ml pelarut gliserin etanol ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih dan kering - Menambahkan 2 gr SrNO3 anhidrat dan mengatur pelarut hingga sedikit bersifat alkali dengan menambahkan tetes demi tetes NaOH encer, membasahi dengan alkohol hingga terbentuk warna sedikit merah muda. - Menimbang 1 gr sampel yang telah halus ke dalam erlenmeyer, batang pengaduk magnetik dimasukkan dan segera dihubungkan dengan pendingin tegak / kondensor air (memakai gelas penghubung berukuran 24 / 40).

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

51 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Mendidihkan larutan dalam erlenmeyer di atas plat panas berpengaduk magnet selama 20 menit dengan kecepatan pengaduk sedang. - Melepaskan kondensor dan segera dititrasi dengan larutan baku Ammonium Asetat hingga pada titik akhir titrasi tidak berwarna. - Perhitungan : % CaO bebas = E . V . 100 dengan : E = kesetaraan CaO terhadap larutan Ammonium Asetat g/ml V = ml larutan Ammonium Asetet yang diperlukan sampel - Hasil % CaO bebas diperoleh dari Tabel Free Lime. Analisis Fisika a) Pengujian Kehalusan semen (Blaine) - Memasukkan Perforated Disk ke dalam Sel Permeabilitas - Memasukkan Filter Paper no. 40 ke dalam Cell. - Menimbang sampel semen OPC = 2,6535 g. - Memasukkan sampel semen yang sudah ditimbang ke dalam Cell - Memasukkan Plunger ke lubang Cell, lalu ditekan hingga tutup Plunger menyentuh bibir Cell. - Memasukkan Cell lubang manometer dan harus dipastikan sudah rapat betul. - Melepas Plunger dari Cell. - Menekan karet penghisap cairan dan membuka Valve hingga cairan naik sampai tanda paling atas. - Mengaktifkan Stopwatch apabila cairan mencapai tanda ke-2. - Menghentikan Stopwatch apabila cairan mencapai batas ke-3 (dekat batas bawah ). - Mencatat waktu pengukuran dengan tabel blaine yang telah dibuat pada saat kalibrasi. b) Pengujian Kehalusan semen 325 Mesh - Menimbang 1 gr sampel semen.
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

52 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Memasukkan ke dalam saringan-saringan 325 mesh silinder 2 inch - Menyemprot dengan air bertekanan 10 psi selama 1 menit - Mengeringkan diatas Hot Plate - Menurunkan ayakan sampai dingin dan residu dikumpulkan dalam silinder dengan kuas kecil - Menuangkan residu kedalam kertas kemudian menimbangnya - Mencatat berat residu dan hitung kehalusan semen 325 mesh - Perhitungan : Mesh = ( 1 residu ) x 100

c) Pengujian Normal Konsistensi - Menimbang sampel semen 650 gr, lalu dimasukkan ke dalam bowl (mangkok) yang telah diisi air secukupnya ( 154 ml) dan mencatat waktunya. - Membiarkan selama 30 detik. - Menjalankan Mixer pada kecepatan rendah selama 30 detik. Pengadukan dihentikan setelah 15 detik dan dalam waktu itu pasta semen yang menempel pada dinding mangkok diturunkan. - Kemudian dijalankan pada kecepatan sedang selama 1 menit. - Mengambil pasta semen dan dilempar-lempar dengan kedua tangan sebanyak 6 kali dengan jarak 25 cm lalu dimasukkan kedalam Con dari bagian yang lebar, kelebihan pasta semen diambil dengan satu gerakan tangan bagian yang lebar diletakkan pada plat kaca. - Mengambil kelebihan pasta semen yang menonjol pada bagian atas dengan satu gerakan dengan cetak segi 3, usahakan tidak terjadi getaran / tekanan yang berlebihan. - Menempatkan Con pada alat Vicat dan jarum Vicat besar diluncurkan selama 30 detik (sp = 0). - Konsistensi yang tepat didapat bila angka menunjukkan 9-11 mm.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

53 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Jika < 9 mm diulang dengan menambahkan air. Jika >11 mm diulang dengan mengurangi air. - Perhitungan :
NC jumlah air berat contoh

x 100

d) Pengujian Waktu Pengikatan Semen dengan Alat Vicat ( Setting time ) - Melakukan prosedur seperti pada pengujian normal konsistensi sampel. Pasta disimpan dalam kamar lembab ( 95 % nisbi, dengan T = 21,7-230C) dan dicatat jarum jam pembuatannya. - Selang waktu 30 menit ditest dengan jarum Vicat kecil. Untuk pengujian penetrasi, jarum set point diturunkan tepat menempel pada permukaan pasta. Sekrup bagian bawah dikencangkan dan indikator ditepatkan pada skala 0. Jarum Vicat dibebaskan dan dibiarkan turun selama 30 detik. Untuk penetrasi awal turunnya jarum Vicat dapat diperlambat untuk mencegah bengkoknya jarum. - Mengulangi lagi penetrasi tiap 15 menit bila tembusnya jarum sudah mendekati skala 25 menit (setting awal) interval 10 menit. - Apabila jarum menembus set point, skala ini menunjukkan pengerasan awal. Melakukan lagi penetrasi dengan inerval 10 menit. Bila sudah hampir mengeras (pembacaan skala <10), interval penetrasi tiap 5 menit, set ponit jarum tidak menampakkan terbenam terhadap pasta semen. Hal ini menunjukkan waktu pengerasan akhir. - Perhitungan : Kecepatan pengerasan awal = waktu pengers awal - pembuatan Kecepatan pengerasan akhir = waktu pengers akhir - pembuatan e) Pengujian Pemuaian (Ekspansi) - Mengambil dari sisa sampel pengujian setting time (Vicat).

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

54 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Memotong-motong dengan cetakan panjang 25 cm dan memasukkannya dalam cetakkan terisi penuh. Memenuhi cetakan dengan sisa-sisa pasta semen dan menekannya dengan ibu jari. Meratakan dengan cetak kemudian memberi tanda. - Menyimpan dalam kamar lembab sampai selama 24 jam. - Mengukur panjang dengan komparator yang mempunyai ketelitian 0,001 mm,dalam Autoclave nampak keluar kemudian ditutup. Tekanan dalam Autoclave akan naik terus sampai tekanan 2000 kPa ( 2 Mpa) 30 psi. Tekanan dipertahankan dengan mengatur Heat Detector Thermogulator pada skala 40-50 % selama 3 jam, tekanan lalu diturunkan dengan mematikan Heating Riscal Tuas Cooling Raffredomento. Setelah tekanan mencapai 0, katup pelepasan dibuka untuk mengelurkan sisa uap panas. - Benda uji dikeluarkan dari Autoclave, didinginkan pada suhu kamar, kemudian diukur panjangnya dan ditimbang beratnya. - Perhitungan :
% ekspansi panjang akhir panjang semula 250 ml

x 100

f) Pengujian Pengikatan Semu (False Set) - Menimbang sampel semen 500 gr dan dimasukkan ke dalam bowl (mangkok) yang telah diisi air untuk semen OPC 120 ml sedang untuk PPC 135 ml. - Sampel dibiarkan selama 30 detik sehingga air diserapnya. Mixer dijalankan pada kecepatan rendah selama 30 detik. - Pengadukan dihentikan selama 15 detik, dalam waktu ini pasta semen yang menempel pada dinding mangkok diturunkan. - Kemudian Mixer dijalankan pada kecepatan sedang selama 2,5 menit.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

55 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

- Pasta semen diambil dan dimasukkan ke dalam Cone dari bagian yang lebar. Kelebihan pasta semen yang menonjol pada bagian atas dibersihkan dengan 1 getaran dan tekanan yang berlebihan. - Menempatkan Cone pada alat Vicat dan jarum Vicat besar diluncurkan selama 30 detik lalu dicatat sebagai penetrasi awal. - Konsistensi yang tepat didapat bila angka penunjukkan 25-36 mm dengan pengadukan dan dicatat penetrasi akhir 30 detik setelah batang diluncurkan. - Perhitungan :
% Pengika tan semu penetrasi akhir 5 menit penetrasi awal x 100 %

g) Pengujian Kuat Tekan - Memasukkan 359 ml air ke dalam mangkok kemudian 740 gr semen dimasukkan kedalamnya dan menjalankan Mixer dengan kecepatan rendah selama 30 detik, 2035 gr Graded Ottawa Sand 778 dimasukkan secara perlahan-lahan selama 30 detik. - Pengadukan diteruskan, memetikan Mixer dan mengubah kecepatan menjadi kecepatan sedang dan diaduk selama 1 menit, pengadukan dihentikan dan diamkan selama 15 menit. Mangkok ditutupi dengan kertas / plastik kemudian diaduk lagi selama beberapa menit dengan kecepatan sedang. - Memasukkan adonan ke dalam cetakan kubus separuh cetakan penuh ( 1 sampel semen 3 cetakan, terdiri atas 9 benda uji ) lalu ditekan / ditusuk dengan temper sebanyak 32 kali dengan posisi 4 keatas, 4 kebawah, 4 kekiri, 4 kekanan. - Sampel lalu disimpan dalam kamar lembab ( 20-24 jam ). - Cetakan dibongkar , benda uji diberi tanda untuk umur perendaman dan umur produksi. Umur perendaman adalah 3, 7, dan 28 hari, tiap 1 cetakan terdiri atas 3 benda uji. - Benda uji direndam dalam bak perendaman :

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

56 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

*) untuk umur 3 hari direndam 2 hari *) untuk umur 7 hari direndam 6 hari *) untuk umur 28 hari direndam 27 hari dan satu hari untuk pengeringan. - Benda uji dikeluarkan dari bak perendamaman dan siap diuji dengan mesin kuat tekan SATEC. - Perhitungan :
kadar kuat tekan hasil rata rata 3 benda uji luas penampang benda uji (25 cm )
2

(Kg/cm2)

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

57 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan Pelaksanaan praktek kerja sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk membandingkan teori yang didapat dari kuliah dengan yang terjadi di industri sesungguhnya. Setelah melakukan kerja praktek penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : a Lokasi pabrik yang dipilih strategis karena tersedia transportasi (jalan raya dan kereta api), bahan baku, serta tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kelancaran proses produksi. b PT. Semen Baturaja (Persero) memproduksi semen Portland Tipe I atau Ordinary Portland Cement. c Polusi yang ditimbulkan berupa debu, gas, dan kebisingan dan diatasi dengan melakukan pencegahan yang efektif yaitu dengan adanya alat-alat seperti : Electrostatic Precipitator, bag filter, dan Cyclone, yang fungsinya : menangkap, menampung, dan memisahkan partikel halus/debu dari gas sebelum dibuang melalui cerobong, dan adanya program peduli lingkungan oleh karyawan PT. Semen Baturaja. Mutu produk dapat terjamin dan terus dipertahankan, karena pengawasannya dilakukan secara kontinyu dimulai dari pengawasan kualitas bahan baku sampai menjadi semen.

B. Saran PT. Semen Baturaja perlu lebih meningkatkan hasil produksi sesuai kapasitas pabrik. Serta perlu disediakannya perpustakaan dengan buku yang lebih lengkap dan terbaru khususnya untuk mahasiswa praktek kerja untuk pengembangan temuan, gagasan, aspirasi dari mahasiswa demi kemajuan bersama.

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

58 Laporan Praktek Kerja PT. Semen Baturaja (Persero)

DAFTAR PUSTAKA

Aidil, M., 2007, Proses Penggilingan Batubara, PT Semen Baturaja (Persero), Baturaja Anonim, 1998, Penggilingan Bahan Mentah, PT Semen Baturaja (Persero), Baturaja Duda, W. H., 1985, Cement Data Book (3rd ed., Vol. I), Mc Donald and Evans, Berlin Gunawan, S., 1996, Pengendalian Kualitas, PT Semen Baturaja (Persero), Baturaja Peray, K. E., 1979, Cement Manufacture Hanbook, Chemical Publishing Co. Inc., New York Pramoesinto, A., 1995, Pengendalian Proses, PT Semen Baturaja (Persero), Baturaja Smidth, F. L., 1990, International Cement Production Seminar Zamhani, 1995, PT Semen: Proses Pembuatan Semen di Baturaja, PT Semen Baturaja (Persero), Baturaja

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

LAMPIRAN

Você também pode gostar