Você está na página 1de 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud a. Mengetahui dan memahami cara menginterpretasikan kenampakan yang ada pada foto udara berdasarkan unsur-unsurnya, yang dilihat dari stereoskop. b. Mengetahui unsur-unsur yang ada pada foto udara. c. Mengetahui cara interpretasi citra foto udara.

1.2 Tujuan a. Dapat menginterpretasikan kenampakan yang ada pada foto udara berdasarkan unsur-unsurnya, yang dilihat dari stereoskop. b. Mampu menjelaskan unsur-unsur yang ada pada foto udara dengan melihat langsung dari stereoskop. c. Dapat mengetahui cara interpretasi citra foto udara.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum a. Hari b. Tanggal c. Waktu d. Tempat : Jumat : 22 Juni 2012 : 19.30 21.30 WIB : Ruang GS 201, Gedung Pertamina Sukowati

BAB II DASAR TEORI

2.1 Identifikasi Citra Foto Udara Dalam proses interpretasi terdapat tiga hal penting yang perlu dilakukan, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatn tentang adanya suatu obyek, misalkan pendeteksian objek disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirika objek yang telah dideteksi dengan menggunkan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasi suatu obyek berkotak-kotak sebagai tambak disekitar perairan karena obyek tersebut dekat dengan laut. Sedangkan analisis adalah pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi. Interpretasi secara umum dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi digital. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan cirri/karakteristik obyek secara keruangan, karakteristik obyk dapat dibagi menjadi 9 unsur yaitu, bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital sendiri adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spectral pada citra, dasaranya berdasarkan klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik.

2.2 Unsur-unsur Interpretasi Citra Foto Untuk mengidentifikasi atau mengenali objek pada foto udara kita harus memahami karakteristik dari foto udara tersebut. Karakteristik yang penting yang biasa disebut sebagai unsur - unsur dasar interpretasi foto udara antara lain : 2.2.1 Rona Merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh . Fungsi utama adalah untuk

identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual menuntut tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik penajaman citra ( enhacement) . Rona merupakan tingkat / gradasi keabuan yang teramati pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relative lebih kering. 2.2.2 Warna Merupakan wujud yang yang tampak mata dengan menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum elektromagnetik tampak ( Sutanto, 1986). Contoh obyek yang menyerap sinar biru dan memantulkan sinar hijau dan merah maka obyek tersebut akan tampak kuning. Dibandingkan dengan rona , perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali obyek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra multispektral. 2.2.3 Bentuk dan Ukuran Merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk mempunyai dua makna yakni : bentuk luar / umum bentuk rinci atau sususnana bentuk yang lebih rinci dan spesifik. Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan letak. Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak , luas , tinggi, lereng dan volume (sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu. 2.2.4 Tekstur Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra ( Kiefer, 1979). Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang kecil, tekstur sering dinyatakan kasar,halus, ataupu belang-belang (Sutanto,

1986). Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur halus. 2.2.5 Pola Merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk

mendiskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsure penting untuk membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh perkebunan karet , kelapa sawit sanagt mudah dibedakan dari hutan dengan polanya dan jarak tanam yang seragam. 2.2.6 Bayangan Merupakan unsur sekunder yang sering membantu untuk identifikasi obyek secara visual , misalnya untuk mengidentifikasi hutan jarang, gugur daun, tajuk ( hal ini lebih berguna pada citra resolusi tinggi ataupun foto udara). 2.2.7 Asosiasi Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Kareana adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatau objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek lain, sebagai contoh : - Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kerta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang) - Gedung sekolah disamping ditandai oleh ukuran bangunan yang relative besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan sosiasi terhadap lapangan olahraga. Pada umunya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olahraga didekatnya. - Deretan endapan alluvial berasoiasi dengan gawir terkontrol sesar dan triangular facets.

2.3 Manfaat Penggunaaan Foto Udara Dapat diketahui pada saat ini, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan antara lain: a. Melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang luas. b. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi. c. Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah. d. Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik. e. Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya. f. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat dan akurat. Berbagai Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang kelautan, hidrologi, klimatologi, lingkungan dan kedirgantaraan. a. Manfaat di bidang kelautan (Seasat, MOSS) Pengamatan sifat fisis air laut. Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut. Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain. b. Manfaat di bidang hydrologi (Landsat, SPOT) Pengamatan DAS.

Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir. Pemetaan pola aliran sungai. Studi sedimentasi sungai. c. Manfaat di bidang klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS) Pengamatan iklim suatu daerah. Analisis cuaca. Pemetaan iklim dan perubahannya. d. Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat, Soyuz, SPOT) Pemetaan penggunaan lahan. Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab. Mendeteksi lahan kritis. Pemantauan distribusi sumber daya alam. Pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS. Perencanaan pembangunan wilayah. e. Manfaat di bidang angkasa luar (Ranger, Viking, Luna, Venera) Penelitian tentang planet-planet (Jupiter, Mars, dan lain-lain). Pengamatan benda-benda angkasa.

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Stereoskop - Selotip - Marker OHP - Penggaris 3.1.2 Bahan - Foto udara - Mika bening

3.2 Cara Kerja 1. 2. Siapkan alat dan bahan Tempatkan setiap pasang foto udara yang saling bertampalan, dibawah stereoskop cermin. 3. Aturlah pasangan foto udara tersebut hingga diperoleh stereo model (tampilan 3 dimensi). 4. Letakkan mika bening diatas foto udara yang akan didelineasi, kemudian direkatkan pada meja dengan selotip. 5. Tentukan titik pusat dan titik konjugasi / titik pusat foto udara pindahan dan beri garis tepi pada mika, lengkapi dengan nomor foto udara yang bersangkutan. 6. Gambar satu persatu interprestasi citra foto udara yaitu rona (tone), tekstur, bentuk, dan bayangan, tiap interpretasi pada satu plastik mika. 7. Tulis nomor lembar foto udara, keterangan unsur interpretasi dan nama anggota kelompok pada masing-masing mika.

3.3.

Diagram Alir Mulai

Persiapan alat dan bahan

Penempatan sepasang foto udara yang saling bertampalan


dibawah stereoskop

Pengaturan posisi foto udara hingga diperoleh pandangan stereoskopis Penginterpretasian unsur-unsur citra foto udara (rona, tekstur, bentuk, pola penyaluran, TGL, pola pengaliran, relief, morfologi, hidrologi) pada masing-masing mika bening

Penyusunan laporan

Selesai

BAB IV PEMBAHASAN
Pada praktikum geologi foto acara interpretasi foto udara kali ini praktikan mendapat foto udara dengan nomor lembar foto 887 dan 888, yang akan di intepretasikan berdasarkan unsur-unsur dasar interpretasi citra penginderan jauh berikut ini: 4.1 Rona Rona atau tone merupakan tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Pengklasifikasian rona foto udara pada praktikum kali ini terbagi menjadi tujuh jenis, yaitu A1 (sangat cerah), A2 (cerah), A3 (kurang cerah), B (abu-abu), C1 (gelap), C2 (kurang gelap), dan C3 (sangat gelap). Pada foto udara dengan nomor lembar foto 887 dan 888, praktikan mengklasifikasikan daerah objek ke dalam empat jenis, yaitu sangat cerah (A1), cerah (A2), abuabu (B), dan sangat gelap (C3). Daerah yang memiliki rona sangat cerah dan cerah menyerap cahaya yang lebih sedikit daripada daerah yang memiliki rona lebih gelap. Daerah dengan rona sangat cerah biasanya tergolong dalam relief rendah. Kenampakan pada foto udara nomor lembar foto 887 dan 888 yang memiliki rona sangat cerah merupakan daerah persawahan. Daerah persawahan pada umumnya berelief rendah dan bertekstur halus sehingga terlihat sangat cerah pada foto udara. Sedangkan objek yang tergolong dalam rona cerah merupakan daerah pemukiman. Selain pemukiman juga terdapat jalan. Objek selanjutnya yang terdapat pada lembar foto 887 dan 888 memiliki rona abu-abu. Rona abu-abu pada kenampakan foto udara menunjukkan bahwa daerah tersebut terdiri dari vegetasi yang cukup lebat. Keadaan ini menyebabkan wilayah tersebut menyerap cahaya dengan intensitas yang cukup banyak sehingga menghasilkan rona abu-abu. Selain banyaknya vegetasi juga terdapat aliran sungai. Daerah berona abu-abu yang banyak vegetasinya berpotensi sebagai daerah recharge atau daerah resapan air.

Daerah berona abu-abu ini merupakan daerah yang dominan pada lembar foto udara. Objek selanjutnya yang terlihat pada kenampakan hasil foto udara adalah daerah yang memiliki rona sangat gelap (C3). Rona sangat gelap menunjukkan bahwa daerah ini memiliki relief tinggi. Daerah berelief tinggi cenderung menyerap cahaya dengan intensitas sangat banyak sehingga menghasilkan rona atau tone sangat gelap. Objek berona sangat gelap ini meliputi tebing-tebing dan gunung yang memiliki elevasi besar.

4.2 Tekstur Tekstur merupakan salah satu unsur dalam interpretasi citra foto udara, yaitu frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979). Objek pada foto udara 887 dan 888 terdiri dari tiga jenis, yaitu tekstur kasar, tekstur halus, dan tekstur campuran. Tekstur kasar ditandai dengan adanya hutan yang akan mengakibatkan cahaya yang tepantul tidak halus sehingga pada daerah hutan tersebut pada foto udara akan menampakan tekstur yang kasar atau ditunjukan dengan adanya relief yang menonjol atau tidak sama dengan daerah lain. Tekstur kasar yang terdapat pada foto udara bernomor lembar 887 dan 888 ini terdiri dari vegetasi berupa tanaman-tanaman tinggi sehingga menghasilkan tekstur yang kasar. Tekstur kasar merupakan tekstur yang mendominasi daerah hasil foto udara. Sedangkan tekstur halus merupakan tekstur pada daerah yang permukaannya cenderung sama. Kecenderungan bentuk permukaan yang sama dan rata menyebabkan pantulan cahaya cenderung tersebar secara merata. Hal ini menghasilkan tekstur halus. Pada daerah hasil foto udara tekstur halus ditunjukkan pada daerah persawahan dan perkebunan yang terdiri dari vegetasi berupa tanaman-tanaman rendah dan pemukiman. Sedangkan tekstur campuran merupakan tekstur yang dihasilkan pada daerah yang permukaannya merupakan campuran antara tekstur halus dan tekstur kasar. Pada foto udara bernomor lembar foto 887 dan 888 yang merupakan

tekstur campuran adalah wilayah pemukiman yang berdekatan dengan hutan sehingga menghasilkan tekstur campuran.

4.3 Bentuk Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya. Berdasarkan identifikasi bentuk yang dilakukan praktikan pada foto udara bernomor lembar foto 887 dan 888 terdapat lima jenis bentukan, yaitu bentuk pemukiman, sawah, tebing, tebing, sungai, dan hutan. Bentuk yang terdapat pada hasil foto udara yang diidentifikasi didominasi oleh bentuk pemukiman dan persawahan. Hal ini menunjukkan bahwa morfologi yang mendominasi adalah morfologi denudasional. Selain daerah denudasional juga terdapat daerah struktural yang ditunjukkan dengan adanya tebing dan sungai. Keterdapatan sungai juga menunjukkan adanya aktivitas fluviatil yang bekerja di daerah objek hasil foto udara. Selain itu juga terdapat wilayah hutan yang terdiri dari vegetasi-vegetasi sehingga berpotensi sebagai daerah recharge atau resapan air.

4.4 Relief Relief merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan sebagai penginterpretasian foto udara. Relief adalah perbedaan ketinggaian suatu objek pada daerah tertentu. Relief pada interpretasi foto udara terbagi menjadi tiga, yaitu relief tinggi, sedang, dan rendah. Relief memiliki hubungan yang berkaitan dengan rona. Pada umumnya relief yang semakin tinggi pada foto udara memiliki rona yang cenderung semakin gelap, dan sebaliknya. Pada foto udara bernomor lembar foto 887 dan 888, praktikan mengklasifikasikan hasil foto udara ke dalam relief tinggi, sedang, dan rendah. Relief tinggi pada kenampakan foto udara ditandai dengan adanya tebingtebing. Tebing-tebing memiliki elevasi tinggi sehingga menghasilkan relief tinggi pula. relief tinggi pada foto udara memiliki warna yang gelap, jika

warna semkain gelap maka reliefnya semakin tinggi. Relief sedang pada kenampakan foto udara ditandai dengan adanya wilayah hutan yang terdiri dari vegetasi berupa tanaman-tanaman tinggi sehingga menghasilkan relief sedang. Relief sedang menunjukkan ketinggian yang lebih rendah daripada relief tinggi. Relief sedang pada foto udara memiliki warna yang cenderung lebih terang daripada relief tinggi (abu-abu). Sedangkan relief rendah pada kenampakan foto udara ditunjukkan dengan adanya wilayah pemukiman dan persawahan. Jika dibandingkan dengan relief sedang dan relief tinggi, relief rendah merupaka daerah yang memiliki ketinggian paling rendah. daerah berelief rendah pada foto udara memiliki warna yang paling terang atau cerah.

4.5 Morfologi Morfologi merupakan bentukan alam suatu daerah. Dengan interpretasi morfologi pada foto udara kita dapat mengetahui keadaan morfologi daerah tertentu dan proses-proses yang terjadi pada daerah tersebut. Interpretasi morfologi foto udara pada foto bernomor 887 dan 888 terdiri dari tiga jenis morfologi, yaitu denudasional, struktural, dan fluvial. Morfologi denudasional merupakan morfologi yang mendominasi daerah objek foto udara. Daerah dengan morfologi denudasional merupakan daerah yang meliputi pemukiman, jalan, dan persawahan. Dengan mengetahui morfologinya, kita dapat menginterpretasikan proses-proses yang terjadi pada daerah tersebut. Karena daerah tersebut merupakan daerah denunasi maka proses yang terjadi adalah proses-proses denudasi seperti longsoran dan runtuhan. Selain itu juga terdapat proses pelapukan batuan yang menghasilkan soil. Daerah denudasional memiliki bentuk yang cenderung datar sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pemukiman, jalan, dan pertanian. Selain morfologi denudasional juga terdapat morfologi struktural. Morfologi struktural pada foto udara bernomor 887 dan 888 ini meliputi wilayah tebing-tebing. Proses yang terjadi pada wilayah struktural ini

dimungkinkan dikarenakan aktivitas tektonik sehingga menghasilkan perbedaan elevasi. Selain denudasional dan struktural, juga terdapat morfologi fluvial yang berupa aliran sungai. Keterdapatan aliran sungai yang terlihat pada foto udara menunjukkan adanya proses fluviatil pada daerah yang teraliri sungai. Di daerah sekitar sungai terdapat wilayah pemukiman yang termasuk dalam morfologi denudasional.

4.6 Pola Penyaluran Merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendiskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola penyaluran yang terdapat pada foto udara bernomor 887 dan 888 antara lain pola pemukiman, sungai, dan jalan. Pola pemukima merupakan pola yang paling mendominasi pada kenampakan foto udara ini. Karena pola pemukiman mendominasi, maka pola jalan juga banyak ditemukan pada objek ini. Sedangkan pola pengaliran sungai tidak banyak terdapat di daerah objek hasil foto udara karena daerah tersebut tidak banyak dilewati aliran sungai.

4.7 Pola Pengaliran Pada foto udara bernomor lembar foto 887 dan 888 tidak banyak dilewati aliran sungai, hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak banyak mengalami proses fluviatil. Pada daerah tersebut hanya terdapat satu aliran sungai yang kemudian membelah menjadi dua aliran sungai. Sungai yang terdapat pada daerah objek foto udara cenderung berbentuk seperti serabutserabut, sehingga termasuk dalam pola pengaliran dendritik. Pada sungai tersebut terdapat beberapa meander atau kelokan sungai. Hal ini menunjukkan adanya struktur geologi yang turut membentuk sungai tersebut. Lebar sungai yang terlihat pada foto udara termasuk cukup lebar, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa energi erosi yang bekerja cenderung erosi lateral. Pada umumnya sungai-sungai yang mengalami erosi lateral sehingga memiliki ukuran yang cukup lebar cenderung termasuk dalam stadi adeasa hingga tua. Pada stadia tersebut energi pengendapan lebih besar daripada

energi pengangkutan, sehingga kemungkinan keterdapatan material endapan lebih banyak daripada material transport. Arus yang terdapat cenderung lemah sehingga lebih banyak pengendapan.

4.8 Zona Hidrologi Zona hidrologi adalah zona atau daerah keterdapatan air. Terdapat dua jenis pengklasifikasian zona hidrologi, yaitu daerah recharge dan discharge. Daerah recharge adalah daerah resapan air. Biasanya zona recharge terdapat pada wilayah ketinggian dan wilayah yang banyak terdapat vegetasi tingkat tinggi seperti wilayah daerah gunung dan hutan. Sedangkan zona discharge merupakan zona dimana air dapat terakumulasi. Biasanya zona recharge terdapat pada daerah cekungan atan daerah berelevasi rendah seperti pantai, danau, sungai, maupun persawahan. Pada daerah objek foto udara bernomor 887 dan 888 terdapat zona recharge dan zona discharge. Karena daerah objek foto udara ini merupakan daerah yang didominasi oleh daerah denudasi yang berelevasi rendah, maka zona hidrologi yang mendominasi adalah zona discharge yang merupakan daerah akumulasi air. Zona ini meliputi daerah pemukiman, sawah, dan sungai. Sedangkan zona recharge atau resapan air merupakan zona yang terdapat di wilayah tebing dan hutan-hutan. Luas wilayah recharge lebih kecil daripada wilayah discharge.

4.9 Tata Guna Lahan Tata guna lahan adalah fungsi yang terdapat pada lahan atau suatu daerah tertentu. Pada foto udara bernomor 887 dan 888 ini, praktikan membagi daerah objek menjadi dua jenis tata guna lahan, yaitu pemukiman dan persawahan atau pertanian. Daerah denudasi merupakan daerah yang mendominasi sehingga tata guna lahan yang ditemukan banyak terdapat di daerah ini. Tata guna lahan yang ada antara lain lahan pemukiman dan lahan pertanian atau persawahan. Daerah pemukiman dan pertanian atau persawahan ini dilewati aliran sungai.

Hal ini dikarenakan sungai merupakan sumber air yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Wilayah pertanian yang berupa persawah sangat membutuhkan irigasi yang pada umumnya bersumber dari sungai, sehingga sangat wajar jika di wilayah sekitar sungai terdapat lahan persawahan. Sedangkan daerah struktural yang cenderung berelevasi tinggi kurang dapat dimanfaatkan karena akses yang kurang baik.

Você também pode gostar