Você está na página 1de 12

1.

Anastesi Umum
Anastetika umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia atau narkosa (yunan = tanpa, aesthesis = perasaan), yakni suatu keadaan depresi umum dari pelpagai pusat di SSP yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.

a) Penggolongan Anastesi Umum


Berdasarkan cara penggunaanya, anastesi umum dapat dibagi dalam lima kelompok, disini hanya dibicarakan dua yang terpenting, yakni : 1. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran. Obat obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi. 2. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan propofol. Obat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anastesi pada pembedahan singkat.

b) Mekanisme Kerja
Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran (ekshalasi). Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan dengan anastesi-intravena adalah

kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
1

protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anastesia.

c) Efek Samping
Hampir semua anastetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping dan yang terpenting adalah : 1. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter. 2. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang SS simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi ringan. 3. Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor, misalnya kloroform. 4. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya. 5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil) pascabedah. 6. Macam-Macam Obat Anestesi Umum 1. Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari 3 golongan 1. Obat Anestetika gas 2. 2. Obat Anestetika yang menguap 3. 3. Obat Anestetika yang diberikan secara intravena

2. Anastesi Lokal
Anastesi local atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru). RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
2

a. Persyaratan Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai anastetikum local, antara lain :

1. Tidak merangsang jaringan 2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf 3. Toksisitas sistemis yang rendah 4. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lender 5. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama 6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terdapat sterilisasi

b. Penggolongan Anastesi Lokal

Struktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alcohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi toksisitasnya juga meningkat. Anastetika local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sbb: 1. Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain). 2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain. 3. Lainnya : fenol, benzialkohol dan etilklorida. 4. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali kokain yang alamiah.

c. Mekanisme Kerjanya Anatetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane sel. RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
3

Seperti juga alcohol dan barbital, anastetika local menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.

3. ANESTESIA EPIDURAL

Epidural anestesia merupakan salah satu bentuk teknik blok neuroaksial, dimana
penggunaannya lebih luas daripada anestesia spinal. Epidural blok dapat dilakukan melalui pendekatan lumbal, torak, servikal atau sacral (yang lasim disebut blok caudal). Teknik epidural sangat luas penggunaannya pada anestesia operatif, analgesia untuk kasus-kasus obstetri, analgesia post operatif dan untuk penanggulangan nyeri kronis.

Ruang epidural berada diuar selaput dura. Radik saraf berjalan di dalam ruang epidural ini setelah keluar dari bagian lateral medula spinalis, dan selanjutnya menuju kearah luar. Onset dari epidural anestesia (10-20 menit),lebih lambat dibandingkan dengan anestesi spinal. Dengan menggunakan konsentrasi obat anestesi lokal yang relatif lebih encer dan dikombinasi dengan obat-obat golongan opioid, serat simpatis dan serat motorik lebih sedikit diblok, sehingga menghasilkan analgesia tanpa blok motorik. Hal ini banyak dimanfaatkan untuk analgesia pada persalinan dan analgesia post operasi.

Lumbal

epidural merupakan daerah anatomis yang paling sering menjadi tempat

insersi/tempat memasukan epidural anestesia dan analgesia. Pendekatan median atau paramedian dapat dikerjakan pada tempat ini. Anestesia lumbal epidural dapat dikerjakan untuk tindakan-tindakan dibawah diafragma. Oleh karena medula spinalis berakhir pada level L1, keamanan blok epidural pada daerah lumbal dapat dikatan aman, terutama apabila secara tidak sengaja sampai menembus dura. RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
4

Toraka

epidural secara teknik lebih sulit dibandingkan teknik lumbal epidural,

demikian juga resiko cedera pada medula spinalis lebih besar. Pendekatan median dan paramedian dapat dipergunakan. Teknik torakal epidural lebih banyak digunakan untuk intra atau post operatif analgesia.Cervikal epidural biasanya dikerjakan dengan posisi pasien dudu, leher ditekuk dan menggunakan pendekatan median. Secara klinis diginakan terutama untuk penanganan nyeri.

a.

Teknik Anestesi Epidural


Dengan menggunakan pendekatan median atau paramedian, jarum epidural

dimasukan melalui kulit sampai menembus ligamentum flavum. Dua teknik yang ada untuk mengetahui apakah ujung jarum telah mencapai ruang epidural adalah teknik loss of resistance dan hanging drop. Teknik loss of resistance lebih banyak dipilih oleh para klinisi. Jarum epidural dimasukkan menembus jaringan subkutan dengan stilet masih terpasang sampai mencapai ligamentum interspinosum yang ditandai dengan meningkatnya resistensi jaringan. Kemudian stilet atau introduser dilepaskan dan spuit gelas yang terisi 2 cc cairan disambungkan ke jarum epidural tadi. Bila ujung jarum masih berada pada ligamentum, suntikan secara lembut akan mengalami hambatan dan sutikan tidak bisa dilakukan. Jarum kemudian ditusukan secara perlahan milimeter demi milimeter sambil terus atau secara kontinyu melakukan suntikan. Apabila ujung jarum telah mesuk ke ruang epidural, secara tiba-tiba akan terasa adanya loss of resistance dan injeksi akan mudah dilakukan.

b.

Aktifasi epidural

Jumlah (volume dan konsentrasi) dari obat anestesi lokal yang dibutuhkan untuk anestesi epidural relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan anestesi spinal. Keracunan akan terjadi bila jumlah obat sebesar itu masuk intratekal atau intravaskuler. Untuk mencegah RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
5

timbulnya hal tersebut, dilakukan tes dose epidural. Hal ini dibenarkan dengan menggunakan jarum ataupun melalui kateter epidural yang telah terpasang.

Test dose dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan injeksi ke ruang subaraknoid atau intravaskuler. Test dose klasik dengan menggunakan kombinasi obat anestesi lokal dan epineprin : 3 ml lidokain 1,5 % dengan 0,005 mg/mL epineprin 1:200.000. Apabila 45 mg lidokain disuntikan kedalam ruang subaraknoid akan timbul anestesi spinal secara cepat. 15 g epineprin bila disuntikan intravaskuler akan menimbulakan kenaikan nadi 20% atau lebih. Beberapa menyarankan untuk menggunakan obat anestesi lokal yang lebih sedikit suntikan 45 mg lidokain intratekal akan menimbulkan kesulitan penanganan pada tempat tertentu, misalnya di ruang persalinan. Demikian juga, epineprin sebagai marker injeksi intravena tidaklah ideal. False positif dapat terjadi (kontraksi uterus sehingga menimbulkan nyeri yang berakibat meningkatnya nadi) demikian juga false negatif (pada pasien yang mendapat bloker). Fentanil telah dianjurkan untuk digunakan sebagai test dose intravena, yang mempunyai efek analgesia yang besar tanpa epineprin. Yang lain menyarankan untuk melakukan tes aspirasi sebelum injeksi dapat dilakukan untuk mencegah injeksi obat anestesi lokal secara intravena.

c. Obat-Obat Anestesi Epidural

Obat-obat epidural dipilih berdasarkan efek klinis yang diharapkan, apakah akan digunakan sebagai obat anestesi primer, untuk suplementasi pada anestesi umum, atau untuk lokal analgesia. Antisipasi terhadap lamanya prosedur akan memerlukan suntikan tunggal shortatau long acting anestesi atau membutuhkan pemasangan kateter. Umumnya penggunaan obat dengan durasi kerja pendek sampai sedang pada anestesi menggunakan lidokain 1,5-2%, 3% kloroprokain, dan 2% mevipakain. Obat dengan durasi kerja lama termasuk bupivakain 0,5-0,75%, ropivakain 0,5-1%, dan etidokain. Hanya obat-obat anestesi lokal yang bebas preservatif atau yang telah diberi label khusus untuk epidural atau kaudal saja yang dianjurkan. Sesuai dengan kaidah bolus 1-2 ml per segmen, dosis ulangan melalui kateter epidural dikerjakan dalam waktu yang tetap, berdasarkan pengalaman praktisi terhadap enggunaan RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
6

obat tersebut, atau apabila telah menunjukan regresi blok. Waktu regresi dua segmen sesuai dengan karakteristik masing-masing obat anestesi lokal dan didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya penurunan level sensoris sebanyak dua level dermatum. Bila telah terjadi regresi dua segmen, boleh diberikan suntikan ulang sebanyak sepertiga sampai setengah dari dosis inisial. Harus dicatat bahwa kloroprokain, suatu ester dengan onset yang cepat, durasi yang pendek, dan toksisitas yang rendah, akan mungkin bertumpang tindih dengan efek efek epidural dari opiat. Dulunya formulasi dari kloroprokain dengan preservatif bisulfit dan EDTA tampaknya menjadi suatu permasalahan. Preparat bisulfit menimbulkan neurotoksik bila disuntikan intratekal dengan volume yang besar. Sedangkan formulasi EDTA menimbulkan nyeri pinggang yang berat (diperkirakan karena terjadinya hipokalemia lokal). Saat ini preparat kloroprokain sudah bebas preservatif dan tidak menimbulkan komplikasi tersebut.

4. Anestesi Regional
Definisi Anesthesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara ,dg hambat impuls syaraf sensorik. Fungsi motorik terpengaruh sebagian/seluruhnya. Obat anestesi lokal blok konduksi impuls syaraf, reversible, terjadi pemulihan sempurna fungsi fisiologis syaraf. Untuk klasifikasi, keuntungan, tekhnik, kontra indikasi bisa klik->

Klafikasi Regional Anesthesi Infiltrasi lokal Injeksi obat anestesi lokal langsung ke tempat lesi, luka atau insisi. Neroaxial Block Dua cara : Spinal dan Epidural Field Block Membentuk dinding analegesi di sekitar lapangan operasi Surface Analgesia Obat dioleskan atau disemprotkan Misalnya: EMLA, Chlor ethyl Intravenous Regional Anesthesia Injeksi obat anestesi lokal intravena ke ekstremitas atas/ bawah lalu dilakukan isolasi bagian

RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH

tersebut dengan torniquet (BIER BLOCK)

Persiapan Anesthesia Regional Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan GA karena: Antisipasi terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi sinal/epidural masuk ke pembuluh darah kolaps kardiovaskular sampai cardiac arrest Antisipasi terjadinya kegagalan, operasi bisa dilanjutkan dg GA.

Keuntungan Anestesia Regional Alat minim dan teknik relatif sederhana biaya relatif lebih murah. Relatif aman untung pasien yg tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi. Perawatan post operasi lebih ringan.

Kerugian Anestesia Regional Tidak semua penderita mau Membutuhkan kerjasama penderita Sulit diterapkan pada anak-anak Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional. Terdapat kemungkinan kegagalan

Spinal dan Epidural Anestesi Neuroaksial blok (spinal dan epidural anestesi ) akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat anestesi lokal) Terdapat perbedaan fisiologis dan farmakologis bermakna antara keduanya

RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH

5. ANESTASI INHALASI
Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien.Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masingmasing gas.

Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum. Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dandosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien. Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum, akan tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas anestesi RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
9

inhalasi yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu sevofluran dan desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan dipakai. Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang direncanakan sesuai dengan prosedur bedah.

Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu : 1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap : a. Derivat halogen hidrokarbon

PERBANDINGAN MACAM ANESTESI DAN KEUNTUNGANNYA


Diantara macam macam anestesi, anestesi yang paling mengntungkan untuk digunakan menurut pendapat saya adalah anestesi regional, mengingat yang pertama karena penggunaan alat yang Alat minim dan teknik relatif sederhana sehingga tentu saja b biaya relatif lebih murah.

penggunaan anestesi regional relatif aman untung pasien yangg tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar.hanya bagian tertentu saja yang di bius.selain itu juga disebabkan karena tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.dan yang tak kalah pentingnya perawatan post operasi lebih ringan.

RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH

10

DAFTAR PUSTAKA
www.ANESTESIA-INHALASI.htm www.myword.com www.bidanku.com

RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH

11

RESUME FARMAKOLOGI MACAM MACAM ANASTESI

OLEH SUSI AFSANAH 11.9.2.142

Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi DIII Kebidanan Universitas Nahdatul Wathan Mataram Tahun 2011
RESUME FARMAKOLOGI / SUSI AFSANAH
12

Você também pode gostar