Você está na página 1de 10

A. Judul Penelitian RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Pesantren-Pesantren di Kota Semarang) A.

Latar Belakang Masalah


Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kajian dan pembahasan tentang ekonomi Islam di Indonesia mendapat perhatian yang sangat serius. Berbagai seminar, simposium, workshop, lokakarya, diskusi baik tingkat nasional, regional maupun lokal banyak digelar di berbagai daerah untuk mencari solusi alternatif terhadap problem-problem umat Islam yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Gerakan ekonomi Islam di Indonesia ini dimulai oleh kehadiran bank syariah pada awal tahun 1990-an. Setelah keluarnya Undang-undang No. 7 tahun 1992, yang diperkuat dengan munculnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, jumlah bank-bank syariah terus bertambah. Perkembangan gerakan ekonomi Islam di Indonesia kendati relatif terlambat dibandingkan beberapa negara lain, termasuk negara tetangga Malaysia, setidaknya sejak awal tahun 1990-an menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Perbandingan perkembangan ekonomi Islam pada dekade 1980-an dan 2000-an misalnya, sangat jauh berbeda, baik dalam dataran praktis maupun wacana (akademis).1 Bukti aspek praktis adalah munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah, seperti Bank Syariah, Baitul Mal wa al-Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Bank Umum Syariah, Asuransi Syariah, Obligasi syariah, dan sebagainya. Perkembangan di dunia praktis secara kelembagaan, dapat dilihat lebih jauh sebagai berikut : A) Bank Syariah yang sudah berdiri s.d. tahun 2004 meliputi Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank IFI Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank Bukopin Syariah, BII Syariah. Bank Syariah yang akan berdiri meliputi Bank HSBC, Bank Syariah Indonesia, Bank Niaga, Bank DKI, Bank Riau, Bank Central Asia (BCA), Bank Sumut Syariah, Bank Tabungan Negara (BTN).2 Asuransi Syariah yang sudah berdiri meliputi Asuransi Takaful, Asuransi Mubarakah, AJB Bumiputera 1912, Asuransi Jiwa Asih Great Eastern, MAA Life Insurance, Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera, Asuransi Tri Pakarta. Asuransi syariah yang akan berdiri meliputi Prudential Life Assurance, Asuransi jiwa Askrida, Asuransi Jiwa Sewu New York Life, Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Asuransi Tali Insani, Asuransi
1 Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005, hlm. x-xi. 2 Ibid., hlm. xii-xiii.

Bringin Sejahtera Artamakmur, Asuransi Bangun Askrida, Asuransi Jasa Indonesia dan Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein). Obligasi Syariah meliputi Obligasi Syariah Mudharabah PT Indosat, Obligasi Syariah Mudharabah Berlian Laju Tanker, Obligasi Syariah Mudharabah Bank Bukopin dan Obligasi Syariah Mudharabah Bank Muamalat Indonesia (BMI).3 Adapun aspek wacana (akademis) adalah munculnya lembaga pendidikan tinggi yang menawarkan matakuliah atau program studi Ekonomi Islam (EI) pada tingkat sarjana (S1) maupun pascasarjana (S2), bahkan pada tingkat doktor (S3). Program Studi Ekonomi Islam (EI) pada jenjang S.1 di Universitas Islam Negeri (UIN) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) semakin banyak diminati oleh mahasiswa. Di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang misalnya, dalam tiga tahun terakhir Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam (EI) mendapat mahasiswa paling banyak dibandingkan Jurusan/Prodi Ahwal al-Syakhsiyyah (Hukum Perdata Islam), Muamalah (Hukum Ekonomi Islam), maupun Jinayah Siyasah (Pidana Politik Islam). Bahkan pada tahun 2007 ini Departemen Agama memberikan beasiswa penuh pada jenjang S.3 (Doktor) untuk prodi Ekonomi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, masing-masing 30 (tiga puluh) peserta. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia tersebut ternyata mendapat respon yang berbeda-beda di masyarakat. Sebagian masyarakat menyambutnya positif dan menerima dengan tangan terbuka (welcome) dan sebagian lagi berpandangan negatif karena mereka menganggap substansinya sama saja dengan perbankan konvensional, hanya berbeda nama saja. Dalam suatu kajian keislaman di Kota Semarang, di mana penulis menjadi salah satu pembicara, banyak di antara peserta kajian yang mempertanyakan lebih lanjut tentang praktek bank-bank syariah dan mereka masih beranggapan negatif terhadap perbankan syariah. Hal ini juga terjadi pada dunia pesantren berdasarkan survey awal penulis terhadap beberapa pesantren di Kota Semarang yang masih banyak beranggapan negatif terhadap perbankan syariah. Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, persoalan mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah, khususnya di Kota Semarang menjadi tema kajian yang penting untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Permasalahan pokok (main research question) dalam penelitian ini adalah Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan Syariah. Dari pertanyaan pokok tersebut diuraikan ke dalam sub-question sebagai berikut :
3

Ibid.

1. 2. 3.

Bagaimana Relevansi antara Pesantren-pesantren di Kota Semarang dengan Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan Produk-produk perbankan syariah apa saja yang diminati pesantren-pesantren

Perbankan Syariah ? Syariah ? di Kota Semarang ?

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pada respon pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap perbankan syariah, baik mengenai konsep, produk-produk, dan perkembangannya. D. Signifikansi Penelitian

1. 2.

Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengelola perbankan

mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah. syariah dalam mengembangkan produk-produk perbankan syariah di masyarakat, khususnya di kalangan pesantren. 3. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada otoritas yang berwenang untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, khususnya pesantren. E. Kajian Riset Sebelumnya Selama ini pesantren, baik sebagai lembaga, gerakan maupun organisasi sudah sering menjadi fokus penelitian. Tidak sedikit penelitian yang serius, setara disertasi, tesis atau penelitian lain yang mengkaji tentang pesantren. Semua penelitian tersebut diharapkan mampu memperbaiki kekurangan yang ada dalam masalah pesantren. Di antara tulisan yang sudah ada tentang pesantren adalah buku yang ditulis oleh Zamachsjari Dhofier dengan judul Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai). Dalam buku ini Zamachsjari menjelaskan bahwa kyai-kyai di Jawa merupakan sektor kepemimpinan Islam yang dianggap paling dominan, dan selama berabad-abad telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultural, keagamaan dan politik. Dalam periode sekarang, menurut Zamachsjari, para kyai telah menunjukkan vitalitasnya dalam kepemimpinan Islam. Di tengah-tengah meningkatnya pembangunan ekonomi, para kyai telah dianggap sebagai salah satu kelompok pimpinan

yang menonjol dalam memenuhi kebutuhan akan kepemimpinan moral bagi bangsa Indonesia.4 Buku lain yang ada kaitannya dengan pesantren adalah tulisan Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Dalam buku ini Sukamto menjelaskan bahwa unsure kyai menempati posisi sentral dan esensial dalam pesantren, karena kyai dianggap sebagai pemilik, pengelola dan pengajar kitab kuning (kutub al-safra) sekaligus merangkap imam (pemimpin) pada acara-acara ritual keagamaan, seperti melakukan salat berjamaah. Sedangkan unsure-unsur lainnya (masjid, santri dan kitab kuning) bersifat subsider yang keberadaannya di bawah kontrol dan pengawasan kyai.5 M. Dawam Rahardjo (Eds.) menulis tentang Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah. Dalam buku ini lebih banyak menyoroti tentang peran kyai dan santri dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Para kyai berperan sebagai pemimpin, dai dan pengajar. Untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya, mereka perlu untuk memahami kehidupan politik yang berkembang, sehingga menduduki posisi yang kuat, baik dalam skala local maupun nasional. Dengan demikian para kyai merupakan salah satu pembuat keputusan (decision maker) yang efektif dalam kehidupan masyarakat jawa, tidak saja dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam masalah ekonomi, politik, dan lainnya.6 Tulisan lain tentang pesantren adalah hasil penelitian kelompok yang dilakukan oleh Moh. Khasan dkk, Respon Pesantren terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah). Dalam penelitian tersebut Hasan menemukan bahwa respon pesantren di Jawa Tengah (dalam hal ini yang diambil sample adalah Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Pesantren Al-Fadlu Kaliwungu, Kendal dan Pesantren Al-Asyari, Wonosobo) berbeda-beda terhadap terorisme.7 Kurikulum dan kitab-kitab yang diajarkan masing-masing pesantren tersebut turut mewarnai respon mereka terhadap terorisme. Pesantren yang pemahaman kitab-kitabnya lebih banyak tekstual-literalis akan mudah sensitif terhadap terorisme, sedangkan pesantren yang memahami kitab-kitabnya secara makna aktual dan kontekstual akan tidak terpengaruh dengan gejala terorisme. Begitu juga pengaruh jaringan ulama (networking) masing-masing

Zamachsjari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta : LP3ES, Cetakan Pertama, 1982, hlm. 171. 5 Lihat Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999, hlm. 1-4. 6 M. Dawam Rahardjo (Eds.)., Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta : P3M, 1985, hlm. 51. 7 Moh. Khasan dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah, Laporan Penelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.

pesantren, terutama jaringan mereka dengan ulama Timur Tengah akan turut mewarnai terhadap persepsi mereka terhadap terorisme. Sedangkan tulisan yang berkaitan dengan Bank Syariah antara lain buku Muslimin H. Kara, bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Indonesia).8 Dalam buku ini Muslimin menjelaskan bahwa faktor ekonomi dan politik mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang mengatur perbankan Islam. Sedangkan kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan perbankan Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua periode, yaitu periode 1992-1998 dan periode 1998-1999. Periode 1992-1998 merupakan periode peletakan dasar system perbankan Islam, sedangkan periode 1998-1999 merupakan periode reformasi kebijakan perbankan Islam di Indonesia. Adiwarman A. Karim menulis Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan).9 Dalam buku ini Adiwarman pertama-tama menjelaskan tentang Islam dan Perbankan, Sejarah Perbankan Islam, Identifikasi Transaksi yang dilarang dan Teori Pertukaran dan Percampuran. Pembahasan selanjutnya lebih banyak diarahkan pada perbandingan antara produk-produk bank syariah, seperti murabahah, istisna, ijarah, mudharabah dan lain-lain dengan konsep manajemen keuangan modern. Sedangkan penelitian tentang perbankan syariah pernah dilakukan oleh Abdul Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank Syariah di Kota Semarang).10 Dari penelitian tersebut, Abdul Ghofur menemukan bahwa akad murabahah merupakan salah satu financing/lending/pembiayaan yang dipergunakan oleh perbankan syariah untuk mengembangkan dana yang telah dikumpulkan dari masyarakat dan pemilik modal. Akad murabahah pada prinsipnya merupakan manifestasi dari salah satu bentuk akad jual beli yang diperbolehkan menurut al-Quran, al-Sunnah maupun fiqh. Sedangkan perbedaan antara akad murabahah dengan sistem bunga, menurut Abdul Ghofur adalah bahwa secara fiqh, akad murabahah memiliki rujukan yang jelas, sedangkan bunga masih debatable. Secara psiko-ekonomi, nasabah murabahah memiliki ketenangan yang lebih baik dibandingkan dengan bunga. Sedangkan secara sosio-ekonomi perbankan

Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005. 9 Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2004. 10 Abdul Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.

syariah ikut berperan langsung dengan sirkulasi barang di pasaran dan hanya dikhususkan pada barang-barang yang jelas kehalalannya. Dari penelusuran terhadap buku-buku dan penelitian tersebut, penulis belum menemukan penelitian tentang RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Pesantren-Pesantren di Kota Semarang). Dengan demikian penelitian ini menjadi sangat penting untuk segera dilaksanakan.

B. Kerangka Teori
Dalam penelitian keagamaan, ada lima gejala agama yang perlu diperhatikan. Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, seperti masjid, gereja, lonceng, peci, dan semacamnya. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan.11 Penelitian ini akan memfokuskan pada bentuk pertama dari gejala agama tersebut, yakni ekonomi Islam (perbankan syariah) sebagai sebuah sumber ajaran dalam Islam dan bentuk kelima, yaitu pesantren sebagai sebuah organisasi keagamaan, di mana para tokoh agama (kyai dan ustaz) berperan di dalamnya. Organisasi keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah sebuah wadah yang menampung para penganut dan tokoh agama untuk berkumpul dan berperan dalam menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar keyakinan organisasi atau jamaahnya. Berkaitan dengan agama sebagai gejala sosial, penelitian ini bertumpu pada konsep sosiologi agama, di mana pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama dan agama mempengaruhi masyarakat. Belakangan, sosiologi agama mempelajari bukan soal hubungan timbal balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat : bagaimana agama sebagai sistem nilai mempengaruhi tingkah laku masyarakat.12 Hal ini ditekankan mengingat perubahan-perubahan yang selalu ada dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu. Perubahan-perubahan dalam masyarakat tersebut dapat mengenai sistem nilai-nilai, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi susunan lembaga-lembaga sosial, stratifikasi, kekuasaan, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sosial yang dimaksudkan
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 13-14. 12 Ibid., hlm. 16.
11

di sini adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola kelakuan di antara kelompok dalam masyarakat.13 Dalam kerangka paradigma keilmuan,14 penelitian ini menggunakan paradigma organism. Ciri pokok dari paradigma ini adalah feedback, adaption dan growth (saling mengisi, penyesuaian dan pertumbuhan). Paradigma ini berusaha memahami kehidupan dengan jalan sintesis dan analisis yang menggabungkan metode sejarah, yang berorientasi pada sebab-akibat keseluruhan ruang dan waktu, serta metode sosiologi dan antropologi yang berorientasi pada gambaran nyata menurut ruang dan waktu. Ruang jelajah organism ini juga tidak hanya terbatas pada masalah-masalah decay. Bukan hanya kemajuan (development, feedback, adaption, dan growth, tetapi juga menjelajah masalah-masalah sebaliknya, yaitu inadequate feedback, maladaption dan menghasilkan pertumbuhan melainkan juga kemunduran. Misalnya faktor-faktor apa yang mempengaruhi dan dan kehancuran ? Bagaimana mobilitas sosial dapat organism akan ditingkatkan ?15 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, paradigma

digunakan untuk melihat respon pesantren terhadap perbankan syariah, baik faktor endogen maupun eksogen. Artinya perubahan itu terjadi karena proses dalam diri Pesantren sendiri maupun hasil interaksi dengan faktor lain, dalam hal ini adalah perkembangan dan praktek perbankan syariah di Indonesia.

C. Metode Penelitian
Sebagaimana nampak dalam tema penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi eksploratif, di mana data-data penting dalam penelitian ini digali dari sumber-sumber yang relevan.

1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah pertama, dokumentasi, yaitu dokumendokumen pesantren, terutama Pesantren-pesantren di Kota Semarang yang terkait dengan penelitian ini, seperti rumusan hasil Musyawarah pesantren, brosur-brosur, tabloit, dan lain-lain. Kedua, Stakeholders pesantren, yaitu tokoh-tokoh penting
Lihat Selo Sumardjan, Social Change in Yogyakarta, New York : Ithaca Press, 1962, hlm. 379. Mastuhu, dengan mengutip pendapat Bernard S. Philips, menjelaskan empat paradigma keilmuan, yaitu formism, mechanism, organism, dan pragmatism. Lihat Mastuhu, Penelitian Agama Islam : Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan (ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung : Nuansa Cendekia, 2001, hlm. 118-130. 15 Ibid., hlm. 125.
14 13

pesantren yang terkait dengan penelitian ini, misalnya Kepala (Kyai) pesantrenpesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting pesantren non-struktural. 2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tehnik. Pertama, wawancara secara mendalam (depth interview) agar memperoleh data yang cukup. Wawancara akan dilakukan dengan informan seperti Kepala (Kyai) pesantrenpesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting pesantren yang lain serta institusi-institusi yang berkaitan dengan pesantren-pesantren tersebut. Kedua, dokumentasi, yaitu model pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-dokumen penting pesantren yang terkait dengan penelitian ini sebagaimana yang disebutkan dalam sumber data. Ketiga, observasi (pengamatan langsung), dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung di lokasi penelitian (Pesantrenpesantren di Kota Semarang serta pusat-pusat kegiatannya), melihat interaksi antar pengurus, pengurus dengan anggota, anggota dengan anggota, meskipun membutuhkan waktu yang relatif agak lama dan harus sabar. 3. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu deskripsi, formulasi dan interpretasi. Deskripsi dimulai dengan memaparkan permasalahan yang terjadi, yaitu bagaimana relevansi antara pesantren (Pesantren-pesantren di Kota Semarang) dengan perbankan syariah dan bagaimana respon pesantren-pesantren tersebut terhadap perbankan syariah. Setelah itu dilakukan formulasi, yaitu dengan cara melihat kecenderungan-kecenderungan, mencari hubungan asosional. Setelah itu data tersebut dimaknai (interpretasi). Interpretasi yang dimaksud di sini menggunakan model fenomenologi, subyek penelitian sendiri yang melakukan tafsir, sedangkan peneliti hanya menjadi alat penelitian. Semua proses pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan secara siklus-interaktif. Apabila pada saat analisis data itu datanya dianggap kurang, maka pengumpulan data dapat dilakukan lagi. Pola demikian akan berlangsung terus sampai dengan penelitian dianggap selesai.

D. Sumber Bacaan/Referensi
Dawam, Ainurrafiq, dan Ahmad Taarifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, t.tp. : Listafariska Putra, 2005. Dhofier, Zamachsjari, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta : LP3ES, Cetakan Pertama, 1982.

Effendy, Bachtiar, Nilai-nilai Kaum Santri dalam M. Dawam Rahardjo (Eds.), Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta : P3M, 1985. Ghofur, Abdul, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007. Haedari, Amin, dkk., Masa Depan Pesantren (dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global), Cetakan Pertama, Jakarta : IRD Press, 2004. Hasan, M. Tolhah, Islam dalam Perspektif Sosio-Kultural, Cetakan Ketiga, Jakarta : Lantabora Press, 2005. Kara, Muslimin H, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005. Karim, Adiwarman A., Islamic Banking (Fiqh and Financial Analysis), Ketiga, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005. ---------------------------- , Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Rajagrafindo Persada, 2004. Edisi

Jakarta :

---------------------------- , Ekonomi Islam (Suatu Kajian Kontemporer), Cetakan ketiga, Jakarta : Gema Insani, 2007. Khasan, Moh., dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah, Laporan Penelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007. Lewis, Mervyn K., dan Latifa M. AlGoud, Perbankan Syariah (Prinsip, Praktek dan Prospek), Penerjemah Burhan Subrata, Cetakan I, Jakarta : Serambi, 2007. Mastuhu, Penelitian Agama Islam : Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan (ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung : Nuansa Cendekia, 2001. Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998. Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005. Rahardjo, M. Dawam, (Eds.)., Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta : P3M, 1985.

Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999.

10

Você também pode gostar