Você está na página 1de 21

A.

Konsep Dasar Penyakit

1.

Definisi a. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989) b. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) c. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000) d. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) e. Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

2.

Epidemiologi Merupakan penyebab kematian paling tinggi sekitar 25.2 % bayi lahir menderita

asfiksia di RS profinsi di Indoensia (Jawa Barat). Angka kematian sekitar 41.94 % di RS rujukan propinsi. 3. Penyebab/etiologi a. Faktor ibu

Hipoksia ibu Keracunan CO Hipotensi akibat perdarahan Gangguan kontraksi uterus Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Hipertensi pada penyakit eklampsia b. Faktor plasenta Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tidak menempel Solusio plasenta Perdarahan plasenta

c. Faktor fetus Kompresi umbilikus Tali pusat menumbung Tali pusat melilit leher Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir d. Faktor neonatus Prematur Kelainan kongential Pemakaian obat anestesi Trauma yang terjadi akibat persalinan 4. Faktor predisposisi Faktor dari ibu Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani

Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa Hipertensi pada eklampsia Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae

Faktor dari janin Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat Depresi pernafasan karena obat obatan yang diberikan kepada ibu Keruban keruh

5. Patofisiologi Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak

akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. 6. Klasifikasi Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu : 1. Asfiksia livida (biru) 2. Asfiksia pallida (putih)

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 7. Gejala Klinis a. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat b. Pada bayi setelah lahir Bayi pucat dan kebiru-biruan Usaha bernafas minimal atau tidak ada Hipoksia Asidosis metabolik atau respirator Perubahan fungsi jantung Kegagalan sistem multiorgan

Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan. 8. Pemeriksaan Fisik a. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks. b. Kepala c. Mata : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung. : Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya. d. Hidung e. Mulut f. Telinga g. Leher h. Thorax : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. : Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak. : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan. : Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek. : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit. i. Abdomen costae berarti diafragma, bayi, sering j. Umbilikus tanda: Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. : Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda infeksi pada tali pusat.

k. Genitalia kelainan perempuan mucus l. Anus m. Ekstremitas

: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi keputihan, kadang perdarahan. : Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeces. : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

n. Refleks

: Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang a. Darah Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct). Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi. b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

c. Urine Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari : Natrium (normal 134-150 mEq/L) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

d. Foto thorax 10. Prognosis Asfiksia ringan/normal Asfiksia Sedang Asfiksia berat : Baik : Tergantung kescepatan penatalaksanaan bila cepat prognosa baik. : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainanneurologis yang permanen misalnya cerebral palsy, mental retardation (wirjoatmodjo, 1994 : 68). 11. Therapy/Tindakan Penanganan a. Terapi Suportif Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapantahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi : 1. Memastikan saluran nafas terbuka : Meletakkan bayi pada posisi yang benar. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka

2. Memulai pernapasan : Lakukan rangsangan taktil Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah : Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan. 4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit ) Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus : 1. Tindakan Umum a. Pengawasan suhu b. Pembersihan jalan nafas c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan 2. Tindakan khusus a. Asfiksia berat Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi

obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas. b. Asfiksia sedang Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu 3060 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat. b. Terapi Medikamentosa

1. Epinefrin Indikasi: Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon. Sistotik Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg 0,03 mg / kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu 2. Volume Ekspander Indikasi: Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak ada respon dengan resueitasi. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat. Jenis Cairan : Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10 ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak. 3. Bikarbonat Indikasi: Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia. Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (74%). Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan secara i.v dengan kecepaten min 2 menit. Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak. 4. Nalokson

Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan pernapasan. Indikasi:

depresi

Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tibatiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml) Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Sirkulasi

Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. Dapat berkemih saat lahir.

b. Eliminasi c. Makanan/ cairan Berat badan : 2500-4000 gram Panjang badan : 44-45 cm Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

d. Neurosensori

Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).

Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

e. Pernafasan Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. f. Keamanan

Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi). Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

2. Diagnosa Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 2) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi 3) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 4) Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. 5) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

6) .Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.

3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan menunjukkan demam. 2. Tidak 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal. 4. Pengeluaran nafas. 5. Tidak ada suara nafas tambahan. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lendir. 2) Pantau status 1. untuk membersihkan jalan nafas 2. guna meningkatkan kadar oksigen yang Intervensi 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan 3. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction 4. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik selama dan sesudah suction. Rasional 1. pengumpulan data untuk perawatan optimal 2. membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 3. meminimaliasi penyebaran mikroorganisme 4. untuk mengetahui efektifitas dari suction.

nafas lancar.1. Tidak sesudah suction .

menunjukkan cemas. selesai dilakukan.

sputum melalui jalan segera sebelum,

efektif. Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 2. Ekspansi dada simetris. 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi. 4) Kolaborasi pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas 5) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

bersirkulasi dan memperbaiki status kesehatan 3. membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 4. perubahan AGD disritmia jantung. 5. terapi oksigen dapat membantu mencegah gelisah bila klien menjadi dispneu, dan ini juga membantu mencegahedema paru. 1. . membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 2. . membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 3. perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia jantung.

dengan dokter untuk dapat mencetuskan

Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi. Kriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas batas normal

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum. 2) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi 3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

2. Fungsi paru dalam tambahan.

Risiko cedera b.d

Tujuan : Setelah

1. Cuci tangan

1. untuk mencegah

anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak. 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama

setiap sebelum dan sesudah merawat bayi. 2. Pakai sarung 3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali. 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis 1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.

infeksi nosokomial 2. untuk mencegah infeksi nosokomial 3. untuk mencegah keadaan yang kebih buruk. 4. untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam deteksi awal suatu penyakit.

cidera dapat dicegah. tangan steril.

Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu

1. untuk menjaga suhu tubuh agar stabil. 2. untuk mendeteksi lebih awal

tubuh normal. Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal. 2. Tidak terjadi distress pernafasan. 3. Tidak gelisah. 4. Perubahan warna kulit. 5. Bilirubin dalam batas normal.

2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll. 3. Monitor TTV. 4. Monitor adanya bradikardi. 5. Monitor status pernafasan.

perubahan yang terjadi guna mencegah komplikasi 3. peningkatan suhu dapat menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi 4. penurunan frekuensi nadi menunjukkan terjadinya asidosis resporatori karena kelebihan retensi CO2. 1. untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk diberikan 2. untuk mempersiapkan psikologi keluarga 3. untuk memanfaatkan dukungan yang ada dari keluarga. 4. untuk mengatasi situasi yang tidak terduga.

Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah. 2. Kestabilan prioritas. 3. Mempunyai rencana darurat. 4. Mengatur ulang cara perawatan.

1. Tentukan tipe proses keluarga. 2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada. 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala

situasi.

4. Evaluasi DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. NOC I Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3) 2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3) 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3) 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3) 5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3) NOC II Kriteria Hasil : 1. Mudah dalam bernafas.(skala 3) 2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3) 3. Tidak adanya sianosis.(skala 3) 4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3) 5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3) DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3) 2. Ekspansi dada simetris.(skala 3) 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3) 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3) DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas.(skala 3) 2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. 1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4) 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4) 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4) DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. NOC I Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3) 2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3) 3. Tidak gelisah. (skala 3) 4. Perubahan warna kulit. (skala 3) 5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3) NOC II Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. NOC I Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3) 2. Kestabilan prioritas. (skala 3) 3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3) 4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)

NOC II Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

5. Pathway

Daftar Pustaka
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC http://bluesteam47.blogspot.com/2010/05/asuhan-keperawatan-asfiksia-neonatorum.html http://www.scribd.com/doc/31144164/ASKEP-ASFIKSIA-NEONATORUM http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/07/asfiksia-neonatarum/

Você também pode gostar

  • Flipp Chart Road Show
    Flipp Chart Road Show
    Documento10 páginas
    Flipp Chart Road Show
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Wawancara PAB
    Daftar Wawancara PAB
    Documento5 páginas
    Daftar Wawancara PAB
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Sap Katarak
    Sap Katarak
    Documento21 páginas
    Sap Katarak
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Setengah Jadi Askep
    Setengah Jadi Askep
    Documento17 páginas
    Setengah Jadi Askep
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Persalinan Seluruh Kala Lengkap
    Persalinan Seluruh Kala Lengkap
    Documento33 páginas
    Persalinan Seluruh Kala Lengkap
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Myoma Uteri dan Asuhan Keperawatannya
    Myoma Uteri dan Asuhan Keperawatannya
    Documento16 páginas
    Myoma Uteri dan Asuhan Keperawatannya
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Kala 1-4
    Pathway Kala 1-4
    Documento5 páginas
    Pathway Kala 1-4
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • JDS Karu
    JDS Karu
    Documento8 páginas
    JDS Karu
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Edit Jadi
    Bab I Edit Jadi
    Documento4 páginas
    Bab I Edit Jadi
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Keperawatan Medikal Bedah
    Keperawatan Medikal Bedah
    Documento52 páginas
    Keperawatan Medikal Bedah
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Pathway
    Pathway
    Documento1 página
    Pathway
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Keperawatan Medikal Bedah
    Keperawatan Medikal Bedah
    Documento52 páginas
    Keperawatan Medikal Bedah
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações
  • Asma SDH Di Edit
    Asma SDH Di Edit
    Documento18 páginas
    Asma SDH Di Edit
    Dwi Cimikago Amerthawati
    Ainda não há avaliações