Você está na página 1de 12

1

A. PENGERTIAN Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu

B. EFIDEMIOLOGI Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, 500.000-750.000 abortus spontan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian : 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/ perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di pedesaan Abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri. Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturutturut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan Keperawatan Medikal Bedah S.Kep Budi Setiawan, dengan demikian setiap tahun

2 (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%). Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita yang meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena tidak menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja puteri, yang walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama di kota besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi Utara dan Bali. Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan yang tidak diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest. Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan normal dikatakan dapat mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar 17-20% kematian ibu. Dengan demikian, paket intervensi berupa pelayanan paska keguguran dan pertolongan persalinan yang bersih dengan manajemen aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu sampai sekitar 50%.

C. ETIOLOGI Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya : 1. Infeksi yang terdiri dari : a. Infeksi akut 1) Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis. 2) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus. 3) Parasit, misalnya malaria. b. Infeksi kronis 1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. 2) Tuberkulosis paru aktif.

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

2. 3.

Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll. Penyakit kronis, misalnya : a. hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu, b. nephritis c. diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat control metabolic pada trisemester pertama. d. anemia berat e. penyakit jantung f. toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada plasenta

4. 5.

Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.

6.

Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus

7.

Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)

D. KLASIFIKASI 1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan), yaitu : a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

4 2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu : Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

E. Pathofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. TANDA DAN GEJALA 1. 2. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat 3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva Keperawatan Medikal Bedah S.Kep Budi Setiawan,

5 b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. E. KOMPLIKASI 1. 2. 3. 4. 5. Perdarahan (haemorrogrie) Perforasi Infeksi dan tetanus Payah ginjal akut Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis) 6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Tes Kehamilan Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus 2. 3. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

G. PENATALAKSANAAN MEDIS Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. Teknik bedah a. Kuretose / dilatasi Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

6 kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut kuretase isap . b. Aspirasi haid Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan mini abortus. c. Laporotomi Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin merupakan terpa ideal.

2. Teknik medis a. b. c. d. Oksitosin Prostaglandin Urea hiperosomik Larutan hiperostomik intraamnion.

H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat 2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang 3. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas : a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. b. 4. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

7 5. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya. 6. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 7. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya 8. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 9. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 10. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 11. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik, meliputi : 1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya 2. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. a. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. b. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Keperawatan Medikal Bedah S.Kep Budi Setiawan,

8 c. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal 3. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. a. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. b. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

4.

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium : 1. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. 2. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : faktor biologis (anoreksia) 3. 4. 5. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat Ansietas b.d. ancaman perubahan status kesehatan Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

J. No 1.

INTERVENSI KEPERAWATAN Tujuan Intervensi

Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi

Setelah dilakukan tinfakan NIC : keperawatan selama . 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Pasien tidak mengalami termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri, dengan kriteria kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan hasil: 1. Mampu mengontrol 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan nyeri. menemukan dukungan 2. Melaporkan bahwa 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri berkurang dengan nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan menggunakan kebisingan manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 3. Mampu mengenali 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan nyeri (skala, intensitas, intervensi frekuensi dan tanda 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas nyeri) dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin 4. Menyatakan rasa 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ... nyaman setelah nyeri 9. Tingkatkan istirahat berkurang 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab 5. Tanda vital dalam nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan rentang normal antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 6. Tidak mengalami 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah gangguan tidur pemberian analgesik pertama kali NOC: NIC Setelah dilakukan tindakan 1. keperawatan 2. selama.nutrisi kurang 3. teratasi dengan indikator: a. Pemasukan nutrisi 4. yang adekuat b. Pasien mampu menghabiskan diet 5. yang dihidangkan c. Tidak ada tanda6. tanda malnutrisi 7. d. Nilai laboratorim,

2.

Ketidakseimb angan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : faktor biologis (anoreksia)

Monitor masukan makanan/minuman Berikan perawatan mulut Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB Juahkan benda-benda yang tidak enak untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat dan pispot Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik Libatkan keluarga dan pasien Identifikasi makanan yang disukai pasien termasuk kebutuhan etnik atau cultural Budi Setiawan,

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

10 protein total, Albumin, Globulin, HB normal e. Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat f. Menunjukkan tingkat energi biasa g. Mendemontrasikan BB normal dengan nilai laboratorium normal Setelah dilakukan tindakan NIC : keperawatan selama 1. Pertahankan teknik aseptif pasien tidak mengalami 2. Batasi pengunjung bila perlu infeksi dengan kriteria 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan hasil: 1. Klien bebas dari tanda 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat dan gejala infeksi pelindung 2. Menunjukkan 5. Tingkatkan intake nutrisi kemampuan untuk 6. Berikan terapi antibiotik mencegah timbulnya 7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan infeksi lokal 3. Menunjukkan perilaku 8. Pertahankan teknik isolasi k/p hidup sehat 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 10. Monitor adanya luka 11. Dorong masukan cairan 12. Dorong istirahat 13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC keperawatan selama X Menurunkan Cemas 24 jam kecemasan orang 1. Gunakan pendekatan dengan konsep tua berkurang / hilang, atraumatik care dengan criteria : 2. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit 3. Jelaskan semua prosedur dan dengarkan NOC keluhan klien/keluarga Mengotrol cemas a. Klien/keluarga 4. Pahami harapan pasien/keluarga dalam situasi mampu stres mengidentifikasi dan 5. Temani pasien/keluarga untuk memberikan mengungkapkan keamanan dan mengurangi takut gejala cemas. 6. Bersama tim kesehatan, berikan b. Mengidentifikasi, informasi mengenai diagnosis, tindakan mengungkapkan, dan prognosis menunjukkan teknik 7. Anjurkan keluarga untuk menemani anak untuk mengontrol dalam pelaksanaan tindakan keperawatan cemas 8. Lakukan massage pada leher dan punggung, Budi Setiawan,

3.

Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat

4.

Ansietas b.d. ancaman perubahan status kesehatan

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

11 c. Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. e. Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan akurasi dalam berpikir Indikator skala : 1. Tidak pernah dilakukan 2. Jarang dilakukan 3. Kadang dilakukan 4. Sering dilakukan 5. Selalu dilakukan 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam keluarga mengerti tentang kondisi pasien, dengan criteria hasil NOC Knowledge : Diease proses (1803) a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan b. Keluarga mampu menjelaskan faktor resiko penyakit anak c. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit anak d. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya Indikator skala : Keperawatan Medikal Bedah S.Kep Budi Setiawan, NIC Teaching : Diease process 1. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat bila perlu 9. Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan 10. Dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

12 1. Tidak pernah dilakukan 2. Jarang dilakukan 3. Kadang dilakukan 4. Sering dilakukan 5. Selalu dilakukan

Keperawatan Medikal Bedah S.Kep

Budi Setiawan,

Você também pode gostar