Você está na página 1de 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD.

AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA LAPORAN PENDAHULUAN A. Resiko bunuh diri B. MASALAH 1. Pengertian Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain: Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional Bunuh diri dilakukan dengan intensi Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. Tanda dan gejala : Sedih Marah Putus asa Tidak berdaya Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal 2. Terbagi menjadi: 1. Faktor Genetik Penyebab Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. PROSES TERJADINYA MASALAH UTAMA

2. Faktor Biologis lain 3. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian): 1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. Faktor Biologis lain: Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke Gangguuan kerusakan kognitif (demensia) DiabetesPenyakit arteri koronaria Kanker HIV / AIDS Faktor Psikososial & Lingkungan: Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, Akibat Keputusasaan Menyalahkan diri sendiri Perasaan gagal dan tidak berharga Perasaan tertekan yang berkembang, memandang rendah diri sendiri 3. kurangnya sistem pendukung sosial Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :

Insomnia yang menetap Penurunan berat badan Berbicara lamban, keletihan Menarik diri dari lingkungan social Pikiran dan rencana bunuh diri Percobaan atau ancaman verbal

C.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

POHON MASALAH

Resiko bunuh diri Harga diri rendah

D. DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 4.

MASALAH KEPERAWATAN Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri

Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria Usia: lebih tua, masalah semakin banyak Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.

Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri. 2. Masalah keperawatan DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri. Koping maladaptive DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls. Resiko Perilaku bunuh diri

E. 1. 2. 3. Tindakan: Perkenalkan diri dengan klien Diagnosa 1 Tujuan khusus :

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Resiko bunuh diri Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur. Bersifat hangat dan bersahabat. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan : Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain). Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. Awasi klien secara ketat setiap saat.

Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan:

Dengarkan keluhan yang dirasakan. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan: Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan). Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan:

Ajarkan

untuk

mengidentifikasi

pengalaman

pengalaman

yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif 1. 2. Diagnosa 2 Tujuan umum : Gangguan konsep diri: harga diri rendah : Klien tidak melakukan kekerasan

3.
1.

Tujuan khusus percaya. Tindakan:

: Klien dapat membina hubungan saling

1.1.Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2.Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2. aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien 2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Tindakan: 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Tindakan : 4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 4.2.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. 4.3.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

Klien mampu menilai kemampuan yang dapat

digunakan untuk diri sendiri dan keluarga

Klien dapat merencanakan kegiatan yang

bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki

Klien

dapat

melakukan

kegiatan

sesuai

kondisi dan kemampuan Tindakan : 5.1.Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2.Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah


6.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung

yang ada Tindakan : 6.1 6.2 6.3 6.4 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1. lingkungan 2. 3. 4. lingkungan

Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan : :

Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya Pasien mampu mengungkapkan perasaannya Pasien mampu meningkatkan harga dirinya Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik Tindakan : Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan Meningkatkan harga diri pasien dengan cara : o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien o Merencanakan yang dapat pasien lakukan Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

o o o

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang

penyelesian masalah lebih baik F. KPERAWATAN a. Ancaman atau percobaan bunuh diri 1. Intervensi pada pasien a) Tujuan keperawatan Pasien tetap aman dan selamat. b) Tindakan keperawatan Melindubgi pasien dengan cara: Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat yang aman Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali pinggang) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien mendapatkan obatnya. Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri. RENCANA TINDAKAN

Lampiran PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI A. Kondisi Klien Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non verbal B. Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri C. Tujuan 1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya 2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya 3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya 4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik D. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. 2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya. b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif. c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan 3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara: a) masalahnya b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan

c) yang lebih baik

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah

E. Strategi Pelaksanaan SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri. Orientasi: Selamat pagi Pak, kenalkan saya Agung Nugroho, biasa di pangil Agung, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi 2 siang . Bagaimana perasaan A hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara? Kerja Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan? Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda benda yang membahayakan A) Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul? Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A

jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan. Saya percaya A dapat mengatasi masalah. Terminasi : Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba A sebutkan lagi cara tersebut! Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang. (jangan meninggalkan pasien).

Daftar Pustaka Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar