Você está na página 1de 54

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

R P2002 Ab000 DENGAN AKSEPTOR LAMA PEMASANGAN IUD DI BPS SK SULASTRI KEPANJEN 20 JUNI 2011

Untuk memenuhi tugas PKK II semester IV

Oleh : EMY SILFIANA NIM. 09.2.078

POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEBIDANAN MALANG 2011

LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R P2002 Ab000 DENGAN AKSEPTOR LAMA PEMASANGAN IUD DI BPS SK SULASTRI KEPANJEN 20 JUNI 2011

Mahasiswa

EMY SILFIANA NIM 09.2.078

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Pembimbing Klinik

ITA ULVIA, S.ST

SK SULASTRI, S.ST

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan pada Ny R P2002 Ab000 Dengan Akseptor Lama Pemasangan IUD di BPS SK. Sulastri Kepanjen 20 Juni 2011 dengan baik. Laporan asuhan kebidanan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik yang diselenggarakan mulai tanggal 04 23 juli 2011 di BPS SK. Sulastri, Kepanjen. Asuhan kebidanan ini tersusun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Letkol CKM dr. Nirawan P, Sp.M, selaku Direktur Poltekkes RS dr.Soepraoen 2. Mayor CKM dr. Zainal Alim, Sp.OG, selaku Ka Prodi Kebidanan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang 3. SK. Sulastri, S.ST, selaku Pembimbing Akademik 4. Ita Ulvia, S.ST, selaku Pembimbing Institusi 5. SK. Sulastri, S.ST, selaku Pembimbing Klinik 6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khusunya bagi penulis sendiri

Malang, Juni 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tinggi pertumbuhan penduduknya.Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi mencapai 2,34% pada periode 1971-1980. Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97% pada periode 1980-1990. Secara absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990 menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1990-2000 pun hanya sekitar 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990. Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi pada periode 1980-1990. Ada tiga tanda yang dinilai telah terjadi peledakan penduduk. Pertama,angka pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44% pada periode 1990-2000 menjadi 1,48% periode 2000-2010. Kedua, tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000 yang hanya 27,5 juta (kalau Timor Timur

diperhitungkan). Ketiga, hasil sensus ini ternyata lebih tinggi daripada dugaan para demografer. Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2 juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010.

Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi, dan pengendalian penduduk. Berdasarkan pendapat diatas, diharapkan setiap keluarga

memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut, paradigma baru progrm KB nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi Keluarga Berkualitas 2015 untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Sarwono,2003). Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata,sementara itu kegiatan keluarga berencana masih kurang dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21% akseptor KB memilih Suntik sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih pil,4,93% memilih implant 2,72%memilih IUD dan lainnya 1,11%.Pada umumnya masyarakat memilih metode nonMKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti IUD, Implant, medis operatif pria (MOP) dan medis operatif wanita (MOW) kurang diminati. Bedasarkan prasurvey bahwa penggunaan alat kontrasepsi metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD di pengaruhi oleh beberapa faktorfaktor misalnya faktor tingkat ekonomi, usia, parietas, pendidikan. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan kontap (Vasektomi dan tubektomi). Metode ini lebih ditetapkan karena

MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntik. Kurangnya pengetahuan penduduk tentang keuntungan kontrasepsi IUD ini membuat mereka ragu untuk mencoba menggunakan. Perlunya asuhan dan penyuluhan tentang kontrasepsi IUD mengenai efektifitasnya tidak

mengganggu hubungan suami istri, tidak menmpengaruhi terhadap ASI, kesuburan segera kembali sesudah IUD diangkat, dan efeksampingnya sangat kecil membuat penulis tertarik mengambil kasus dan memberi asuhan kebidanan pada NY.R dengan akseptor lama IUD sebagai salah satu usaha untuk menjarangkan kelahiran serta untuk menerapkan manajemen kebidanan dan mengetahui pengetahuan dalam praktek.

1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan asuhan kebidanan ini, penulis diharapkan dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.R P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD secara komprehensif baik dari segi biopsiko-sosialnya. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan data obyektif b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah c. Mahasiswa mampu menentukan masalah potensial d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera berdasarkan masalah potensial yang ada e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa dan masalah f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sesuai hasil dari implementasi

1.3 Metode Penulisan Asuhan Kebidanan ini disusun dengan cara: a. Observasi Teknik observasi dalam studi kasus ini adalah pengamatan secara langsung yang meliputi inspeksi, palpasi b. Wawancara Mengadakan tanya jawab langsung kepada klien guna mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar sesuai dengan masalah yang ada c. Praktek Melakukan praktek langsung melalui pendekatan management kebidanan d. Studi Pustaka Membaca sumber buku yang dapat mendukung terlaksananya asuhan dan dapat membandingkan antara teori dan praktek

1.4 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Tujuan III. Metode Penulisan IV. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN TEORI I. Konsep KB IUB II. Konsep Manajemen Kebidanan BAB III TINJAUAN KASUS I. II. III. IV. V. VI. Pengkajian Identifikasi Diagnosa dan Masalah Identifikasi dan Masalah Potensial Identifikasi Kebutuhan Segera Intervensi Implementasi

VII. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN, berisi tentang kesenjangan antara teori dan kasus BAB V PENUTUP I. II. Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 KONSEP IUD 2.1.1 Definisi IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan kedalam rongga rahim oleh seorang dokter/ bidan terlatih.

2.1.2 Penggolongan AKDR a. Un-medicated Devices = Inert Devices, First Generation Devices. Misalnya 1. Grafenberg ring 2. Ota ring 3. Margues coil 4. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD staandart) 5. Saf-T-Coil 6. Delta Loop: Modified Loop D Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi paost-partum b. Medicated Devices = Bio-Active Devices, Second Generation Devices 1. Mengandung Logam : a. AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper Devices) 1) CuT-200 = Tatum-T 2) Cu-7 = Gravigard 3) MLCu-250 b. AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Copper Devices) 1) CuT-380A = ParaGard 2) CuT-380Ag 3) CuT-220C 4) Nova-T = Novagard : mengandung Ag

5) Delta-T : Modified CuT-220C. Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi past partum 6) MLCu-375 2. Mengandung Hormon : Progesterone atau Levonorgestrel a. Progestasert = Alza-T, dengan daya kerja 1 tahun b. LNG-20 : mengandung Levonorgestrel (Hanafi, 2004, hal : 204-205) 2.1.3 Cara Kerja a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke uba falopii b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovom bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangikemampuan sperma untuk fertilisasi d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin, 2006, hal : MK-74 s/d 75) 2.1.4 Mekanisme Kerja IUD Mekanisme kerja yang pasti dari IUD beltun diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan: 1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam ca-vum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst. 2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebab-kan terhambatnya implantasi. 3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium. 4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii. 5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. 6. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah ferti-lisasi).

7. Untuk IUD yang mengandung Cu: a. Antagonisms kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu en-zim dalam traktus genitatia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi; dan mungkin juga menghambat akti-vitas alkali phosphatase. b. Menggganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus. c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium. d. Mengganggu metabolisme glikogen. Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempu-nyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama habisnya. 8. Untuk IUD yang mengandung honnon progesterone: a. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan tergang-gunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual / progestational). b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin. (Hanafi, 2004, hal : 205-206) 2.1.5 Keuntungan a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan) b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. c. Metode jangka panjang (10 tahun propteksi dari CuT-380A dana tidak perlu diganti). d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A). h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir). k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. l. Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Hanafi, 2004, hal : 205-206) 2.1.6 Kerugian a. Efek samping yang umum terjadi : 1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). 2. Haid lebih lama dan banyak. 3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. 4. Saat haid lebih sakit. b. Komplikasi lain : 1. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari pemasangan. 2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemi. 3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). c. Tidak mencegahan IMS termasuk HIV / AIDS d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. e. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan deangan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas. f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan pemasangan. g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan. Biasanya menghilang dalam 1 2 hari. AKDR. Seringkali perempuan takut selama

h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan) j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perrempuan tidak mau melakukan ini. (Saifuddin, 2006, hal : MK-75 s/d 76) 2.1.7 Yang Dapat Menggunakan IUD a. Usia reproduktif b. Keadaan nulipara c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya e. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi f. Resiko rendah dari IMS g. Tidak menghendaki metode hormonal h. Tidak meyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari i. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat) Pada umumnya ibu dapat menggunakan IUD Cu dengan aman dan efektif IUD dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya : a) Perokok b) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan pabila tidak terlihat adanya infeksi c) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang d) Gemuk ataupun yang kurus e) Sedang menyusui

Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan IUD : a) Penderita tumor jinak payudara b) Penderita kanker payudara c) Pusing pusing, sakit kepala d) Tekanan darah tinggi e) Varises di tungkai atau di vulva f) Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan IUD) g) Pernah menderita stroke h) Penderita diabetes i) Penderita penyakit hati atau empedu j) Malaria k) Skistosomiasis (tanpa anemia) l) Penyakit Tiroid m) Epilepsi n) Nonpelvik TBC o) Setelah kehamilan ektopik p) Setelah pembedahan pelvik (Saifuddin, 2006, hal : MK-76 s/d 77) 2.1.8 Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri f. Penyakit trofoblas yang ganas g. Diketahui menderita TBC pelvik h. Kanker alat genital i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

(Saifuddin, 2006, hal : MK-77) 2.1.9 Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain Efek Samping Amenorea Penanganan Pastikan apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau

kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepakan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan AKDR, jelaskan kehamilannya adanya tanpa melepas

risiko

kemungkinan

terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan. Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari keke-jangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan

penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengajami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentuWan metode kontrasepsi yang lain Perdarahan yang hebat vagina Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien

tidak teratur

menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai. Benang yang hilang Pastikan adanya kehamilan atau tidak, Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenagaterlatih) setelah masa haid berikutnya.

Apabila tidak ditemukan rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hitlang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien

menentukan metode lain. Adanya pengeluaran Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR cairan dari vagina di apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai curigai adanya PRP menderita gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi. (Saifuddin, 2006, hal : MK-79) 2.1.10 Waktu Penggunaan a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid c. Segera setelah melahirkan, selama 48 njam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam

pascapersalinan.

d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi (Saifuddin, 2006, hal : MK-80) 2.1.11 Petunjuk Bagi Klien a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid. c. Setelah bulan pertma pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami : Kram/kejang di perut bagian bawah. 1. Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama 2. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual. d. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan. e. Kembali ke klinik apabila : 1. Tidak dapat meraba benang AKDR 2. Merasakan bagian yang keras dari AKDR 3. AKDR terlepas 4. Siklus terganggu/meleset 5. Tertjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan 6. Adanya infeksi (Saifuddin, 2006, hal : MK-80)

2.1.12 Patofisiologi Hari ke -5 Siklus menstruasi

Darah yang keluar sedikit

Fase reparation

Tidak ada peluruhan endometrium

Rahim normal dan tidak ada penebalan

IUD di pasang

Tanpa hormon,hanya mengandung tembaga

Melepas hormon

Rahim sulit di tembus sperma

Melepas progesteron

Sperma & ovum tidak bertemu

Sperma & ovum bertemu

Lendir cervix mengental

Tidak terjadi pembuahan

Terjadi pembuahan

Sperma tidak dapat/sulit masuk

Zygote sulit nidasi

Tidak terjadi pembuahan

Pembuahan gagal

TIDAK TERJADI KEHAMILAN

2.1.13 Langkah-langkah pemasangan AKDR Copper T 380A Langkah Langkah 1 Alasan Uraian Hindari percakapan

Jelaskan kepada klien Hal ini membantu klien seperti "ini tidak sakit" apa yang akan tenang dan memudahkan klien pemasangan dan pada saat mela-kukan langkah yang mungkin serta me-nimbulkan sedikit sakit rasa atau

dilakukan mempersilakan mengajukan pertanyaan.

mengurangi rasa sakit.

"hampir selesai" pada saat baru akan mulai memasang.

Sampaikan klien

kepada Hal

ini

untuk Ajaklah klien bercakapse-panjang

kemungkinan menambah kepercayaan cakap pemasangan.

akan merasa sedikit dan percaya diri sakit pada beberapa langkah waktu

pemasangan dan nanti akan diberitahu biia sampai pada langkahlangkah tersebut. Pastikan klien telah Hal ini akan membantu mengosongkan kandung kemihnya. klien tenang dan panggul

pemeriksaan

menjadi lebih mudah. Langkah 2 Periksa eksterna. genitalia Untuk adanya memeriksa Pakai sarung tangan. ulkus, Setelah di-pakai sarung harus cuci atau

pembengkakan kelenjar tangan getah bening (bubo) didekontaminasi, dan DTT

sterilisasi. Lakukan pemeriksaan Untuk memeriksa

Langkah spekulum.

Alasan adanya pembengkakan kelenjar Bartolin dan kelenjar Skene.

Uraian

Lakukan pemeriksaan Untuk panggul.

memeriksa Spekulum

setelah harus cuci atau

adanya cairan vagina, dipakai servisitis pemeriksaan mikroskopis diperlukan. dan didekontaminasi, dan DTT

bila sterilisasi.

Untuk besar, konsistensi,

menentukan Jangan posisi, pemasangan

dilakukan

dan bila ada infeksi atau hamil.

mobilitas uterus. Untuk memeriksa

adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa Douglasi. Langkah 3 Lakukan pemeriksaan Untuk mikroskopik tersedia indikasi. dan bila adanya ada trikomonas, vaginosis memeriksa Bila jamur, harus bakterial sebelum (preparat AKDR. ada vaginistis dulu atau kuvum

diobati

dipasang

basah Saline dan KOH serta

Untuk adanya klamidia.

memeriksa Bila dicurigai gonorea gonorea atau (diplokokus negatif atau gram intraseluler) klamidia beri

pemeriksaan pH).

Langkah

Alasan

Uraian pengobatan (dan

periksa kembali setelah selesai AKDR dipasang. Langkah 4 Masukkan AKDR 308A lengan Sarung Copper di T atau tangan steril DTT Jangan tidak lengan memasukkan AKDR lebih pengobatan). jangan

da-lam diperlukan memasuk-kan AKDR di

bila dari 5 menit sebelum lengan pemasangan, dalam lengan AKDR karena tidak

kemasan sterilnya.

kemasan sterilnya.

kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang.

Langkah 5 Masukkan spekulum, Larutan antiseptik Usap dan seluruh serviks vagina dengan (2

dan usap vagina dan mencegah infeksi serviks dengan larutan antiseptik

larutan kali

antiseptik atau

lebih). anestesi bila

Pemberian lokal hanya

diperlukan. Gunakan untuk serviks. tenakulum Tanakulum untuk Pasang tenakulum hati-hali pada

menjepit stabilisasi uterus dan secara mengurangi perforasi.

risiko posisi vertika (jam 10 atau jam 2) jepit dengan pelan hanya pada satu tempat mengurangi sakit. untuk

Langkah 6

Langkah Masukkan uterus

Alasan sender Untuk posisi

Uraian menentukan Masukkan uterus secara

dan perlahan-lahan dan hatihati

kedalaman kavum uteri.

Memasukkan

sonde Jangan

sekali masuk (teknik menyentuh,dinding tanpa dimaksudkan mengurangi infeksi.X Langkah 7 Pasang AKDR Copper Atur letak leher biru Jangan T 308A. pada sesuai tabung memaksa sentuh) vagina untuk spekulum, risiko menghindari kontaminasi. atau bibir untut

inserter pemasangan bila terasa dengan ada tahanan.

kedalaman kavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai

terasa ada tahanan.

Lepas lengan AKDR Pergunakan tenakulum dengan meng-gunakan untuk me-nahan saat teknik menarik (with- melepas lengan AKDR. drawal technique).

Tarik keluar pendorong.

Setelah lengan AKDR Pastikan AKDR telah lepas, dorong secara terpasang tabung fundus. dalam sampai di

perlahan-lahan inserter ke

Langkah

Alasan kavum uteri sampai

Uraian

leher biru menyentuh serviks. Pastikan sisa benang Tarik keluar sebagian AKDR tabung sepotong yang telah

inserter, terpotong masih berada benang di dalam untuk tabung me-

AKDR kira-kira 3 - 4 inserter, cm panjangnya. mudahkan

pembuangannya.

Cara lain, tarik keluar Mengurangi

risiko

seluruh tabung inserter, AKDR tercabut keluar jepit dengan benang AKDR (kemungkinan benang

menggunakan terjepit pada gunting,

forsep kira-kira 3- 4 cm bila guntingnya tumpul dari serviks dan potong dan benang AKDR benang tidak

pada terpotong dengan benar.

tempat tersebut. Langkah 8 Buang habis bahan-bahan Memperkecil pakai risiko Taruh bahan-bahan

yang penularan hepatitis B habis pakai (kapas atau dan HIV/AIDS pada kasa) taminasi yang terkonatau

terkontaminasi sebelum sarung tangan.

melepas petugas.

(darah

cairan vagina) ke dalam kantung plastik yang tidak bocor dan

kemudian dibakar. Bersihkan permukaan Memperkecil yang terkontaminasi. risiko Jangan terlalu hemat

penularan hepatitis B memakai larutan klorin dan HIV/AIDS pada 0,5%

Langkah

Alasan petugas.

Uraian

Langkah 9 Lakukan dekontaminasi

Memperkecil

risiko Rendam alat-alat dalam klorin 0,5%

penularan hepatitis B larutan alat- dan HIV/AIDS

pada selama 10 menit sebelum dicuci dan

alat dan sarung tangan petugas. dengan segera setelah selesai dipakai.

didisinfeksi.

Celupkan kedua tangan yang ma-sih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepas sarung tangan membalik dengan sehingga

bagian dalam menjadi bagian luar dan rendam dalam larutan klorin

tadi selama 10 menit. Langkah 10 Ajarkan pada klien Untuk mengurangi Bila secara pribadi dan

bagaimana memeriksa risiko kehamilan akibat budaya tidak menjadi be-nang AKDR AKDR yang hilang. masalah, klien dapat cara benang

(dengan menggunakan model bila tersedia).

mempraktekkan merneriksa tersebut.

Minta klien menunggu Untuk klinik selama 15-30 bilaterjadi

mengamati Keadaan ini walaupun rasa sakit jarang, bisa terjadi bila AKDR

menit setelah pema- yang amat sangat pada dipasang angan AKDR.

perut, mual atau muntah berkandungan tembaga sehingga mungkin dengan ukuran kecil

Langkah

Alasan

Uraian

AKDR perlu dicabut dan pada perempuan bila dengan analgesik yang ringan (aspirin rasa sudah pernah

atau melahirkan. sakit

ibuprofen)

tersebut tidak hilang. (Saifuddin, 2006, hal : PK-4 s/d 7) 2.1.14 Alat dan Bahan IUD Coper T380A a. IUD Coper T380A b. Sarung tangan 2 pasang c. Spekulum (cocor bebek) d. Cunam tampon e. Tenakulum f. Sonde Uterus g. Lampu sorot atau senter h. Gunting i. Kom berisi povidon iodin j. Kasa k. Klorin 0,5% (bayclin : air = 1 : 9) di dalam ember plastik dengan tutup l. Tempat sampah dengan plastik (Mansjoer,dkk. 2001. hal : 358) 2.1.15 Kemungkinan Komplikasi Coper T380A a. Dapat terjadi perforasi pada saat pemasangannya b. Menimbulkan keluhan wanita (terdapat keputihan yang berlebihan, kadang-kadang terjadi bercak berdarah) c. Perdarahan yang tidak teratur d. Perdarahan menstruasi lebih banyak e. Rasa nyeri saat menstruasi f. Badan kurus karena banyak mengeluarkan keputihan (Manuaba. 2010. hal : 214)

2.1.16 Keuntungan memakai Coper T380A a. Mempunyai toleransi tinggi, artinya hanya sedikit wanita yang mengeluh dan mendapatkan komplikasi. b. Kemampuan sebagai alat kontrasepsi tinggi, artinya kurang dari 1% dapat menjadi hamil. c. Kontrol medis yang ringan. (Manuaba. 2010. hal : 214)

2.2 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN 2.2.1 Pengkajian Pada langkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. (Sulistyowati, 2010: 220). Bagian-bagian yang penting dari anamnesa, antara lain: A. Data Subjektif 1. Biodata Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab. (Sulistyawati, 2010: 220) Umur : Untuk mengetahui keadaan ibu termasuk usia di atas 35 tahun. Bila usia ibu lebih dari 35 tahun, dapat diberikan KIE pada ibu untuk tidak hamil lagi atau untuk melakukan KB yang jangka waktunya panjang. (Pusdiknakes, 2000:143). Makin tua usia, makin rendah usia kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. (Handayani, 2010:143)

Suku/bangsa : Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien .dan keluarga.

(Sulistyawati, 2010: 221) Agama : Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga. (Sulistyawati, 2010: 221)Serta untuk mengetahui adakah larangan metode KB dalam pandangan agama tersebut. Pendidikan : Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulisnya. (Linda, 2003: 64) Pekerjaan : Data ini menggambarkan tingkat sosial

ekonomi, pola sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. (Sulistyawati, 2010: 221) Alamat : Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta tau lingkungan pasien. 2. Alasan Datang Akseptor datang ke tempat pelayanan kesehatan karena ingin lepas/ pasang IUD atau hanya control IUD 3. Keluhan Utama Keluhan yang biasanya dialami akseptor KB IUD adalah : a. Amenorrhea b. Kejang/ kram perut bagian bawah c. Perdarahan hebat dan tidak teratur d. Benang/ ekor hilang e. Pengeluaran cairan vagina f. Infeksi g. Perdarahan bercak/ spotting h. Erotio portiones

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi IUD atau tidak. Seperti perdarahan vagina yang tidak diketahui, infeksi alat genital (vaginistis, servisitis), mengalami PRP atau abortus septic, tumor jinak rahim, penyakit trofoblas yang ganas, TBC pelvik, kanker alat genital. (Handayani, 2010: 146) 5. Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi IUD atau tidak. Seperti perdarahan vagina yang tidak diketahui, infeksi alat genital (vaginistis, servisitis), mengalami PRP atau abortus septic, tumor jinak rahim, penyakit trofoblas yang ganas, TBC pelvik, kanker alat genital. (Handayani, 2010: 146) 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah riwayat kanker alat genital, tumor, penyakit kuning atau penyakit lain yang menjadi kontraindikasi IUD dalam keluarga pasien. 7. Riwayat Perkawinan Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan: a. Usia nikah pertama kali b. Status pernikahan sah/tidak c. Lama pernikahan d. Perkawinan sekarang adalah suami yang ke berapa 8. Riwayat Haid a. Menarche Adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Pada wanita Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.

(Sulistyawati, 2010: 221) b. Lama haid

Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. c. Siklus haid Adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2010: 222). Siklus haid normal dianggap sebagai siklus 28 hari tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur 3 hari. d. Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjukkan kepada diagnosa tertentu. (Sulistyawati, 2010: 222) e. Keputihan Warnanya, berbau atau tidak, gatal atau tidak. 9. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas a. Kehamilan TM I : periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, dapat imunisasi TT atau tidak, ada keluhan atau tidak. TM II : periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, gerakan janin sudah terasa 18 minggu pada primigravida dan 16 minggu pada multigravida, ada keluhan atau tidak. TM III : periksa dimana, berapa kali, mendapatkan terapi apa, ada keluhan atau tidak. b. Persalinan Ibu bersalin dimana, ditolong siapa, persalinan normal atau tidak, perdarahan, jenis kelamin bayi, BBL, PBL, bayi

langsung menangis atau tidak, bayi langsung menyusu atau tidak. c. Nifas Ibu menjalani masa nifas berapa lama, ada keluhan atau tidak, menyusui atau tidak, ASI eksklusif atau tidak, kapan mulai diberikan makanan pendamping ASI. 10. Riwayat KB Ditanyakan KB yang pernah diikuti, berapa lama, alasan memilih KB, alasan berhenti, kapan berhenti, informasi yang pernah didapat. 11. Pola Kebiasaan Sehari-Hari a. Nutrisi Pola makan. Hal ini juga penting untuk bidan ketahui, supaya bidan mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asuhan gizinya. (Sulistyawati: 114) Pola minum. Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairannya. (Sulistyawati, 115) b. Eliminasi c. Istirahat Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur siang dan malam hari. Pada kenyataannya, tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur siang, padahal tidur siang sangat penting. Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6-8 jam. (Sulistyawati: 116) d. Aktivitas Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. (Sulistyawati: 116)

e. Kebersihan Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan pasien. Jika pasien mempunyai kebiasaan kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya maka bidan harus dapat memberikan bimbingan cara perawatan kebersihan dirinya sedini mungkin.

(Sulistyawati: 116) 12. Data Psikososial dan Spiritual Meliputi bagaimana perasaan ibu terhadap kontrasepsi yang dipakai dan bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga. Serta meliputi kepercayaan beragama ibu dan adakah larangan metode KB dalam pandangan agama tersebut.

B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria: a. Baik. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain. b. Lemah. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain. (Sulistyawati: 122) Kesadaran Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati: 122) Tekanan Darah : 90/60-130/90 mmHg Nadi : 60-90 x/menit

Pernapasan Suhu

: 16-24 x/menit : 36,5-37,5o C

2. Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi Rambut Wajah Mata : bersih, tidak rontok : tidak pucat, tidak terdapat flek-flek pada pipi : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung Telinga Mulut : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik : lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak pucat, tidak ada caries gigi Dada Payudara Genetalia b) Palpasi Kepala : kulit kepala bersih, tidak teraba benjolan abnormal Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran abnormal Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varises c) Auskultasi Dada d) Perkusi Ekstremitas : reflek patela (+) : tidak terdengar suara ronchi maupun wheezing : tidak ada retraksi dinding dada : simetris, bersih puting susu menonjol : bersih, tidak ada oedema, tidak varises

2.2.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Dx Ds : P..Ab..dengan akseptor baru/lama pemasangan/pelepasan IUD : Ibu mengatakan ingin periksa ulang/control IUD Ibu mengatakan ingin pasang/lepas IUD Do : - Keadaan umum : baik/ cukup/lemah - Kesadaran : composmentis/ somnolen/ apatis/ koma - TD - Nadi - RR - Suhu Masalah : 1. Amenorhea Ds : Ibu mengatakan sudah .. bulan tidak haid Do : HPHT . 2. Kejang/kram pada perut bagian bawah Ds : Do : palpasi : perut bagian bawah terasa kaku 3. Perdarahan hebat dan tidak teratur Ds : Ibu mengatakan menstruasinya tidak teratur dan banyak Do : portio : tampak kemerahan, v/v keluar darah 4. Benang/ekor IUD yang lepas Ds : Ibu mengatakan tidak dapat meraba benang IUD sendiri Do : filament IUD : terlepas/tidak terlepas 5. Pengeluaran cairan dari vagina Ds :ibu mengatakan sering mengeluarkan cairan dari kemaluannya Do : v/v : fluor albus +/-, bersih/kotor 6. Infeksi Ds : Do : suhu tubuh ibu meningkat (> 38 0C) 7. Perdarahan bercak/spotting Ds : Ibu mengatakan sering mengeluarkan flek-flek : normal (90/60 - 130/90 mmHg) : normal (70-90x/ menit) : normal (16-24x/ menit) : normal (36,5-37,5 C)

Do : Terdapat bercak-bercak darah/flek-flek merah kehitaman 8. Erotio Portiones Ds : Do : terdapat kemerahan pada portio

2.2.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. (Salmah, 2006: 160)

2.2.4 Kebutuhan Segera Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. (Salmah, 2006: 161)

2.2.5 Intervensi Dx Tujuan : P..Ab..dengan akseptor baru/lama......Pemasangan IUD : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama menit, klien mendapat pelayanan KB IUD KH : - klien mengerti efek samping dan pesan penting IUD - IUD terpasang baik dalam rahim - klien tahu kapan waktunya control - KU baik, kesadaran composmentis - TTV dalam batas normal TD : 90/60-130/90 mmHg Nadi: 70-90 x/ menit RR : 16-24 x/ menit Suhu: 36,5-37,5 C Intervensi : 1. Berikan konseling pra pemasangan

R / klien mendapat pemahaman tentang mekanisme pemasangan IUD, efek samping dan keuntungannya. 2. Beritahu hasil pemeriksaan R / dengan penjelasan yang jelas klien tidak cemas dan tidak takut sehingga klien lebih kooperatif 3. Lakukan persiapan alat, tempat dan klien R / kesiapan membantu sesuai prosedur 4. Lakukan pemasangan sesuai prosedur R / ketepatan pemasangan, menjaga kesterilan 5. Berikan konseling post pemasangan R / informasi pada klien dengan tepat dan menambah pengetahuan klien 6. Berikan terapi yang sesuai R / analgesik dalam mengurangi nyeri 7. Anjurkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi R / deteksi dini adanya komplikasi IUD yang mungkin terjadi 8. Dokumentasikan R / bahan bukti pertanggungjawaban dan tanggung gugat

Masalah : 1. Amenorhea Tujuan : Klien tidak hamil : klien mengerti efek samping IUD Klien hamil : klien tidak mengalami komplikasi KH : Ibu bias menyebutkan efek sampinng IUD IUD tetap terpasangn atau telah dilepas sesuai kehamilan Intervensi : 1. Pastikan hamil atau tidak R / Menentukan ketepatan tindakan yang akan diberikan 2. Sarankan klien untuk melepas IUD (bila klien hamil UK < 13 minggu) R / Mencegah terjadinya penyebaran infeksi/komplikasi 3. Berikan konseling pada klien

R / Konseling yang tepat memberikan ketenangan dan ibu lebih kooperatif 4. Jelaskan efek samping IUD R / Pengetahuan ibu bertambah

2. Kejang/kram perut bagian bawah Tujuan : kejang/kram teratasi KH : - klien merasa nyaman dan tidak mengeluh kejang perut - Palpasi perut bagian bawah lembek - IUD dilepas untuk penderita kejang berat Intervensi : 1. Kaji sumber penyebab kejang R / Mempermudah tindakan yang akan dilakukan 2. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic R / Analgesik bekerja di SSP untuk memblokir pusat nyeri 3. Lepaskan IUD dan bantu klien memilih metode lain R / Mencegah terjadinya komplikasi dan upaya dini pencegahan infeksi

3. Perdarahan hebat dan tidak teratur Tujuan : Tidak terjadi komplikasi KH : Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti TTV dalam batas normal Pada portio perdarahan berkurang atau berhenti Klien tidak mengalami anemia Intervensi : 1. Lakukan pemeriksaan dalam R / Deteksi dini adanya kelainan/infeksi pada genetalia interna 2. Anjurkan kllien untuk makan makanan bergizi tinggi terutama sayuran berwarna hijau dan buah-buahan R / Sayuran berwarna hijau banyak mengandung Fe untuk membantu proses pembentukan sel darah merah

3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic (ibuprofen) dan tablet besi R / Obat tersebut bekerja dengan mengurangi jumlah perdarahan serta mencegah terjadinya anemia

4. Benang/ekor IUD hilang Tujuan : Tidak terjadi kehamilan KH : IUD terpasang/terlepas Planotest Filament +/Intervensi :

1. Periksa apakah ada IUD dalam rahim R / Sebagai upaya penegakan diagnosa 2. Lakukan pemeriksaan urin/planotest R / Planotes yang positif merupakann parameter kegagalan IUD 3. Siapkan klien untuk rujuk ke tim medis R / Mendapatkan perawatan pada tempat yang meadai 4. Anjurkan suami klien untuk memakai kondom saat berhubungan seksual R / Sebagai upaya darurat untuk mencegah kehamilan 5. Bantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang lain R /Metode kontrasepsi yang tepat mencegah terjadinya kehamilan

5. Pengeluaran cairan dari vagina Tujuan : Tidak terjadi komplikasi KH : keputihan Tidak terdapat kondiloma akuminata pada vagina Intervensi :

1. Obati dan lepas IUD setelah 48 jam R / Mencegah penyebaran infeksi 2. Bantu klien memilih metode KB lain R /Metode kontrasepsi yang tepat mencegah terjadinya kehamilan

3. Berikan KIE tentang cara cebok yang benar dan personal hygiene R / Mencegah penyebaran infeksi

6. Infeksi Tujuan KH : Infeksi teratsi dan tidak terjadi komplikasi : TTV dalam batas normal TD : 90/60 130/90 mm Hg Suhu : < 38 0C Nadi Intervensi : 1. Observasi TTV R / TTV merupakan parameter keadaan ibu 2. Ajarkan pada ibu cara cebok yang benar R / Menekan pertumbuhan kuman 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic R / Antibiotik dapat mencegah atau mengobati infeksi : 60-88 x/menit

7. Perdarahan bercak/spotting Tujuan : KH : Tidak terjadi perdarahan tidak ada flek-flek kehitaman

Intervensi : 1. Jelaskan bahwa perdarahan bercak/spotting merupakan efek samping R / Pengetahuan ibu bertambah dan ibu merasa lebih tenang 2. Jelaskan prosedur pemeriksaan R / Ibu lebih kooperatif 3. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam R / Penegakan diagnosa

8. Erotio Portiones Tujuan : tidak terjadi erotio portiones KH : portio tidak lecet dan kemerahan

Intervensi : 1. Jelaskan prosedur pemeriksaan R / Ibu lebih kooperatif 2. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam R / Penegakan diagnosa 3. Jelaskan hasil pemeriksaan R / ibu lebih tenang dan kooperatif 4. Pemberian albotil pada portio R / Albotil bisa membunuh flora patologis yang ada pada portio 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic R / Mengatasi erotio portio 6. Anjurkan untuk kunjungan ulang 2 hari lagi R / Mengevalluasi hasil terapi yang telah diberikan

2.2.6 Implementasi Mengacu pada intervensi

2.2.7 Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN Tanggal 20 Juni 2011 A. Data Subyektif 1. Biodata Nama Ibu Umur : Ny R : 30 tahun Nama Suami : Tn H Umur : 35 tahun pukul 11.00 WIB

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat 2. Alasan Datang : Islam : SMA :: Jl.Sidoutomo

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan : Islam : S1 : Polri : Rp 2.500.000

Ibu mengatakan datang ke bidan untuk pasang KB IUD 3. Keluhan Utama Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan dan tidak sedang hamil. 4. Riwayat Kesehatan Lalu Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit dan infeksi kelamin, tumor, kanker pada alat kandungannya, ataupun tidak sedang mengalami perdarahan yang belum jelas penyebabnya. 5. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit dan infeksi kelamin, tumor, kanker pada alat kandungannya, ataupun tidak sedang mengalami perdarahan yang belum jelas penyebabnya. 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kanker dan tumor. 7. Riwayat Perkawinan Ibu mengatakan menikah 1 kali, lamanya kurang lebih 7 tahun, usia pertama kali menikah 23 tahun.

8.

Riwayat Haid Menarche Lama Siklus Keluhan haid Keputihan : 14 tahun : 6-7 hari : teratur, 28 hari ::-

9.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Kehamilan : anak pertama periksa di bidan 6 kali, sedangkan anak ke dua periksa 7 kali, selama kehamilan ibu tidak mengalami keluhan yang berat, hanya mual pada awal kehamilan. Persalinan : ibu mengatakan melahirkan anak pertama dan kedua di rumah bidan secara normal, dengan usia kehamilan 9 bulan. Anak pertama perempuan, BBl: 3000 gram, PBL: 49 cm, lahir langsung menangis. Anak kedua perempuan, BBL: 3300 gram, PBL: 54 cm, lahir langsung menangis. Nifas : ibu mengatakan masa nifasnya berjalan dengan normal, ibu memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

10. Riwayat KB Ibu mengatakan sebelumnya memakai KB IUD, langsung setelah melahirkan anak pertama sampai 5 tahun, tidak ada keluhan. Kemudian dilepas dan tidak memakai KB apapun selama 1 tahun, karena ibu ingin mempunyai anak. Setelah itu ibu hamil dan sekarang ibu ingin memakai KB IUD lagi. 11. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi makan 3-4x sehari dengan porsi satu setengah piring nasi, 1 mangkuk kecil sayur, 1 potong tempe/tahu, 1 potong ikan/ayam dan diselingi buah serta susu. Minum 6-7 gelas per hari.

b. Eliminasi BAB 1x sehari, BAK 4x sehari, tanpa keluhan/ gangguan c. Istirahat Jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam d. Aktivitas Melakukan pekerjaan rumah sendiri (masak, menyapu, mencuci dll), kadang dibantu suami. e. Kebersihan Mandi dan gosok gigi 2x/hari, ganti baju dan pakaian dalam 2x/hari, keramas 3 hari sekali 12. Data Psikososial dan Spiritual a. Psikologi : ibu mengatakan nyaman menggunakan KB IUD. b. Sosial : ibu mengatakan suami setuju dengan metode KB ini

c. Spiritual : ibu mengatakan dalam agamanya tidak ada larangan memakai KB ini

B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum KU : baik

Kesadaran : composmentis TTV : TD : 120/70 mmhg N : 80 x/menit S : 36,5o C R : 20 x/menit BB TB : 76 kg : 168 cm

2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Muka Mata : tidak pucat, tidak oedema : konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung

: simetris, tidak pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada sekret

Mulut Telinga Leher

: bersih, tidak tampak caries gigi. : bersih , simetris, tidak ada serumen : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan bendungan vena jugularis

Abdomen

: tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran perut

Genetalia

: bersih, tidak ada condiloma, lesi, chadwick, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak oedem, tidak hemoroid

Ekstremitas : simetris, tidak oedem, tidak varises, pergerakan bebas b. Palpasi Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis, kelenjar getah bening. Dada : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan Abdomen : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri perut bagian bawah atau pada pelvik Genetalia : tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada kelenjar bartolini dan kelenjar skene c. Auskultasi Dada d. Perkusi refleks patella +/+ : tidak ada wheezing dan ronchi

3. Pemeriksaan penunjang a. pemeriksaan inspekulo: v/v tidak ada erosi, tidak ada pengeluaran darah dan keputihan dari portio.

b. pemeriksaan dalam v/v tidak ada massa abnormal, tidak terjadi perlunakan servik, tidak ada nyeri goyang portio, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene, ukuran uterus 7 cm, posisi antefleksi.

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH Dx : P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD Ds : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD Ibu mengatakan ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang panjang. Do : - KU : Baik

- Kesadaran : Composmentis - TTV TD N RR S : : 120/70 mmHg : 80 x/ menit : 20 x/ menit : 36,5oC

- Abodomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran perut, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri perut bagian bawah. - Genetalia : bersih, tidak ada condiloma, lesi, chadwick,

pembesaran kelenjar bartolini, tidak oedem, tidak ada erosi, tidak ada pengeluaran darah dan keputihan dari porsio, tidak ada massa abnormal, tidak terjadi perlunakan servik, tidak ada nyeri goyang porsio, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene, ukuran uterus 7 cm, posisi antefleksi.

3.3 MASALAH POTENSIAL 3.4 KEBUTUHAN SEGERA -

3.5 INTERVENSI Dx : P2002 Ab000 akseptor lama pemasangan IUD mendapat pelayanan KB IUD. KH : - klien mengerti efek samping dan pesan penting IUD - IUD terpasang baik dalam rahim - klien tahu kapan waktunya control - KU baik, kesadaran composmentis - TTV dalam batas normal TD : 90/60-130/90 mmHg Nadi: 70-90 x/ menit RR : 16-24 x/ menit Suhu: 36,5-37,5 C Intervensi : 1. Berikan konseling pra pemasangan R / klien mendapat pemahaman tentang mekanisme pemasangan IUD, efek samping dan keuntungannya. 2. Beritahu hasil pemeriksaan R / dengan penjelasan yang jelas klien tidak cemas dan tidak takut sehingga klien lebih kooperatif 3. Lakukan persiapan alat, tempat dan klien R / kesiapan membantu sesuai prosedur 4. Lakukan pemasangan sesuai prosedur R / ketepatan pemasangan, menjaga kesterilan 5. Berikan konseling post pemasangan R / informasi pada klien dengan tepat dan menambah pengetahuan klien 6. Berikan terapi yang sesuai R / analgesik dalam mengurangi nyeri 7. Anjurkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi R / deteksi dini adanya komplikasi IUD yang mungkin terjadi 8. Dokumentasikan R / bahan bukti pertanggungjawaban dan tanggung gugat

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 35 menit, klien

3.6 IMPLEMENTASI Tanggal 20 Juni 2011, pukul 11.15 Dx : P2002 Ab000 akseptor lama pemasangan IUD

1. Memberikan konseling Pra Pemasangan antara lain : a) keuntungan kontrasepsi : - efektifitas : gagal 0,6 0,8/ 100 ; efektif segera setelah pemasangan - jangka panjang - tidak mempengaruhi hubungan intim, ASI b) efek samping : - haid banyak dan lama, bercak atau nyeri haid bertambah - nyeri setelah 3 5 hari pemasangan c) kontraindikasi - hamil - perdarahan dari vagina - mengalami infeksi alat kelamin - ukuran rahim < 5 cm - anemia 2. Memberitahu klien hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien baik, TD : 120/70 mmHg, tidak ada benjolan yang abnormal di payudara dan perut, tidak ada pembesaran perut, tidak ada nyeri perut, tidak ada keputihan atau perdarahan, tidak ada tanda infeksi, tidak ada nyeri goyang porsio, tidak ada penyakit pada alat kelamin. Sehingga klien dapat dilakukan pemasangan KB IUD. 3. Melakukan persiapan alat : - IUD steril (Nova T) - sarung tangan steril, tampon tang, tenakulum, sonde uterus, gunting benang, speculum, cucing, kapas DDT, korentang, larutan chlorin 0,5%, betadine, lampu sorot/senter, tempat sampah. Menyiapkan ruangan : - Lingkungan tertutup, terdapat lampu penerangan yang menerangi serviks (lampu sorot) Menyiapkan klien :

- Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih, membersihkan alat genetalia dengan sabun hingga bersih, dan berbaring dengan posisi litotomi dimeja periksa dan minta klien untuk tenang dan tidak takut. 4. Melakukan pemasangan sesuai prosedur - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir - Memakai sarung tangan steril, melakukan vulva hygiene - Memasang speculum dengan cara posisi miring lalu mendorong hingga masuk, pastikan tidak terjepit 90o, menekan penjungkit bilah sehingga porsio tampak jelas - Melakukan antiseptik servik, dinding vagina sirkuler dari dalam keluar - Menjepit servik dengan tenaculum pada posisi jam 1 - Memasukkan sonde uterus dengan no touch technique untuk mengetahui posisi dan kedalaman uterus - Mengeluarkan sonde dan membaca hasil yakni 7 cm - Membuka separuh kemasan, memegang kedua ujung benang dan menarik tabung insersi sampai knop menutupi lubang tabung - Meluruskan flens berwarna kuning menarik tabung insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari sonde. Memasukkan plunger ke dalam tabung insersi. - Memasukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam kanalis servikalis dengan posisi flens dalam arah horizontal, mendorong tabung inserter sampai flens menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan fundus uteri. - Menarik tabung insersi agar tangan horizontal terlepas. Menekan alat secara hati-hati sampai flens menyentuh os servikalis lagi. - Mengeluarkan alat dari tabung insersi seluruhnya dengan menarik ke bawah - Mengeluarkan tabung insersi sedikit lalu menggunting benang hingga sisa 2-3 cm dari os servikalis - Melepas tenaculum dan speculum - Memasukkan alat dalam klorin 0,5% selama 10 menit secara bersama di ujung lengan horizontal

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 5. Memberikan konseling post pemasangan - IUD efektif segera setelah pemasangan - Mengajarkan cara cebok yang benar yakni dari depan ke belakang menggunakan air bersih, mengganti celana dalam 3x1 hari atau lebih bila basah - Cara mengontrol benang yakni cuci tangan dengan sabun hingga bersih. Letakkan 1 kaki di atas kursi, kloset, meja, dll, memasukkan ujung jari tengah ke dalam vagina hingga menyentuh benang. Kontrol benang setiap : - bulan setelah menstruasi - terasa kram di perut bawah - perdarahan bercak diantara haid/ pasca senggama - suami mengeluh terasa benang/ sakit/ nyeri hubungan seksual - Dan waspada bila tidak teraba ujung benang atau ujung benang seperti lidi, benang tambah panjang, mens tidak teratur, perdarahan yang keluar dari kelamin kecuali haid, nyeri hebat, maka segera ke tenaga kesehatan 6. Memberikan terapi: Asam mefenamat 500 mg (3x1) Amoxicillin 500 mg (3x1) 7. Menganjurkan kontrol 1 minggu lagi yaitu tanggal 27 Juni 2011 untuk memastikan tidak ada komplikasi dan IUD masih terpasang dengan baik 8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register.

3.7 EVALUASI Tanggal 20 Juni 2011 Dx S pukul 11.45 WIB

: P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD : - Klien mengatakan mengerti dan akan melaksanakan anjuran petugas kesehatan - Klien mengatakan merasa lega setelah pemasangan IUD

: - Klien mampu mengulangi penjelasan tenaga kesehatan

- Bidan telah melakukan pemasangan IUD pada cavum uteri - Bidan telah memberikan terapi Asam mefenamat dan Amoxicillin - Tercatat pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register. A P : P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD : - Anjurkan klien untuk minum obat secara rutin - Anjurkan Ibu untuk kontrol 1 minggu lagi tanggal 27 Juni 2011 atau sewaktu-waktu bila ada keluhan

BAB 4 PEMBAHASAN

Pembahasan adalah analisa penulis tehadap kesesuaian ataupun kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi . Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny R P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD maka tidak terdapat kesenjangan dan kesesuaian dari pengkajian data sampai evaluasi akhir. Pada pengkajian didapatkan data bahwa ibu berumur 30 tahun dan sudah mempunyai 2 anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia antar 20-35 tahun adalah masa mengatur kehamilan dan kontrasepsi yang cocok yaitu IUD, Pil, Suntik, implant. Data subyektif yang didapatkan sudah sesuai prosedur dan teori dengan melakukan anamnesa kepada ibu dan ibu dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Pada data obyektif yang didapatkan sudah sesuai dengan prosedur dan teori. Ibu kooperatif dalam tindakan yang dilakukan petugas yaitu dilakukan pemeriksaan kepada klien apakah ibu boleh dipasang IUD atau tidak, dan NyR boleh memakai IUD karena tidak ditemukan masalah pada saat pemeriksaan yang menjadi kontraindikasi pemasangan. Pada Identifikasi diagnosa dan masalah tidak mengalami permasalahan karena data yang didapatkan cukup untuk menunjang terbentuknya diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny R P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD. Dengan akseptor lama tersebut lebih memudahkan petugas dalam memberikan asuhan. Hal ini menunjukkan kesesuaian antara teori dengan kasus. Pada masalah potensial tidak ditemukan karena pada pemeriksaan tidak ditemukan hal hal yang abnormal yang mengarah kepada masalah tersebut. Sehingga ibu dapat dilakukan pemasangan IUD dan hal ini juga sudah sesuai dengan teori. Sehingga tidak diperlukan adanya kebutuhan segera. Namun pada ibu hanya dijelaskan akan efek samping yang biasa terjadi seperti nyeri atau sedikit mengganggu ketidaknyamanan ibu pada saat atau setelah pemasangan, yang mana hal ini bisa dikurangi dengan teknik relaksasi pernafasan.

Menurut teori intervensi dan implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yaitu memberikan konseling pra pemasangan, memberitahu klien hasil pemeriksaan, melakukan persiapan alat, ruangan, klien, melakukan pemasangan sesuai prosedur, memberikan konseling post pemasangan,

memberikan terapi analgesik dan antibiotik, menganjurkan kontrol 1 minggu lagi yaitu tanggal 27 Juni 2011 untuk memastikan tidak ada komplikasi dan IUD masih terpasang dengan baik, dan terakhir mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam kartu akseptor K I, kartu status K IV, buku register. Pada kasus didapatkan evaluasi P2002 Ab000 dengan akseptor lama

pemasangan IUD, klien mengatakan mengerti dan akan melaksanakan anjuran petugas kesehatan, klien mengatakan merasa lega setelah pemasangan IUD, obyektifnya yaitu klien mampu mengulangi penjelasan tenaga kesehatan terhadap cara pemeriksaan benang IUD, bidan telah melakukan pemasangan IUD (Nova T) pada cavum uteri, bidan telah memberikan terapi Asam mefenamat dan Amoxicillin, tercatat pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register. Assement nya yaitu P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD. Untuk planningnya anjurkan klien untuk minum obat secara rutin, anjurkan Ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu bila ada keluhan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan Pada pembuatan Asuhan Komprehensif yang telah disusun, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang didapat saat praktek klinik. Dari asuhan Komprehensif pada akseptor KB mahasiswa memiliki tujuan secara khusus sesuai dengan teori 7 langkah Varney, dimulai dari : 1. Mahasiswi mampu mengumpulkan data ibu Ber KB baik Data Subyektif dan Data Obyektif ditandai dengan mampu melakukan pengkajian 2. Mahasiswi mampu mendiagnosa dan mengidentifikasi masalah pada ibu dengan KB IUD ditandai diagnosa masalah dapat diketahui dengan baik 3. Mahasiswi mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu dengan KB IUD masalah potensial tidak ditemukan 4. Mahasiswi mampu melaksanakan kebutuhan segera pada ibu dengan KB IUD kebutuhan segera tidak ada dalam kebutuhan potensial 5. Mahasiswi mampu merencanakan tindakan pada ibu dengan KB IUD ditandai bisa merencanakan sesuai dengan diagnosa dan masalah 6. Mahasiswi mampu melaksanakan tindakan pada ibu dengan KB IUD ditandai bisa melaksanakan rencana yang dibuat sehingga pasien mengerti dengan penjelasan petugas 7. Mahasiswi mampu mengevaluasi tindakan pada ibu degan KB IUD ditandai evaluasi berjalan baik sesuai dengan diagnosa masalah pasien

5.2 Saran 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mutu pendidikan kesehatan 2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa atau pada pendidikan kesehatan pada umumnya 3. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam pendidikan kesehatan sebagai salah satu penunjang dalam meningkatkan mutu dan kualitas generasi penerus

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hartanto,Hanafi.2003.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif, dkk. 2001 Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba Medika. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Varney Volume 1. Jakarta : EGC. Wheeler, Linda. 2003. Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC.

Você também pode gostar