Você está na página 1de 119

Ole h Ahmad Najib,S.

Si,Apt

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

No Pekan 1 I 2 II 3 III 4 IV 5 V 6 VI 7 VII 8 VIII 9 IX 10 X 11 XI 12 XII 13 XIII XIV 14 Penilaian : Mid : 30% Final : 30% Praktek : 30% Tugas : 10%

Jadwal Kuliah Fitokimia II Kuliah Metabolisme & Jalur Biogenetik Bahan Alam Biosintesis Senyawa Poliketida Biosintesis Senyawa Poliketida Biosintesis Senyawa Alkaloid Biosintesis Senyawa Alkaloid Biosintesis Senyawa Alkaloid MID TEST Biosintesis Senyawa Steroid Biosintesis Senyawa Steroid Biosintesis Senyawa Glikosida Biosintesis Senyawa Glikosida Biosintesis Senyawa Flavonoid Biosintesis Senyawa Flavonoid FINAL TEST

Waktu 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan Total 6 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan 1 Pekan Total 6 Pekan

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 2

Materi I METABOLISME & JALUR BIOGENETIK Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui proses dan peranan metabolisme serta jalur biogetik yang terjadi pada suatu bahan alam Sub Pokok Bahasan (2 x Pertemuan) 1. Metabolime Primer dan Sekunder Bahan Alam 2. Jalur Biogenetik Suatu Bahan Alam 3. Metabolisme Primer dan Metabolisme Intermediat Pertemuan Pertama 1. Metabolime Primer dan Sekunder Bahan Alam - Pengertian Metabolit Primer & Sekunder - Hubungan Metabolit Primer Dengan Metabolit Sekunder
CO2 O2

Fotosintesis Gula Glikolisis Eritrose PO4 As. Shikimik As. Amino Aromatik Protein As. Amino Alifatik Malonil CoA Lemak As. Lemak Fenil Propanol Amin Alkaloid Peptida Penicillin Sefalosforin Lilin&Lemak Eritromycin Tetrasiklin Antraquinon Terpenoid Squlene Steroid Karbohidrat Glikosida Polisakarida Kompleks AB. Amino Glikosida

FospoEnolPirupat Pirupat Ac -CoA

Siklus Asam Trikarboksilat

Isoprene

CO2

Bagan Hubungan Biosintesis Metabolit Primer Menjadi Metabolit Sekunder

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 3

2. Jalur Biogenetik Bahan Alam

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2 Page 4

Materi II BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA POLIKETIDA Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada senyawa-senyawa poliketida Sub Pokok Bahasan (2 x Pertemuan) 1. Adisi unit-unit C-2 2. Modifikasi dan Reaksi Pada Rantai Poliketida 3. Senyawa-Senyawa Kuinon, Benzofenon dan Xanton 4. Senyawa-senyawa Depsida dan Depsidon 5. Senyawa-senyawa Aflatoksin 6. Senyawa Tetrasiklin dan Antibiotik Makrolida Pertemuan Pertama 1. Addisi Unit-Unit C-2 Unit C-2 yang dimaksud adalah Ketometilenat -(CH3-CO)- yang mengalami polimerisasi dengan rumus [-(CH3-CO)n-] Beberapa Contoh Addisi Unit2 C2 :
O 4x C2 O O HO OH Asam Orselinat O O 8xC2 COOH O O O OH O OH (Claviceps purpurea) O (Centralia endocrose) OCH 3 O OCH3 O O O HO ENDOKROSIN COOH CH3 COOH

7xC2 O COOH

O O H3CO Cl O H3C

O GRISEOFULVIN

(Penicillum griseofulvum)

O C

OH O O

CH3

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

8xC2

Page 5

HO

KURVULARIN Makrolida dari Curvula Sp

OH

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 6

2. Modifikasi dan Reaksi Pada Rantai Poliketida - RantaiPoliketometilenat


CH 3 COOH KONDENSASI (+ C2) CH 3-CO-CH 3-COOH Reduksi CH 3-CH2-CH2-COOH KONDENSASI (+ C2) CH3-(CH2)2-C0-CH2-COOH Reduksi CH3-(CH2)2-CH2-CH2-COOH KONDENSASI (+ C2) CH3-(CH2)4-CO-CH2-COOH dst ASAM LEMAK JENUH

CH 3

COOH

C2

CH 3-CO-CH 3-COOH

C4

CH3-(CO-CH2)2-COOH

C6

CH3-(CO-CH2)3-COOH dst POLIKETIDA

C8 +C2

R-CO-CH2-CO-CH2-C0-CH2-COO H R C O O O

R= CH3-(C0 -CH2)nn= 1,2,3,....

O O

R COO H HO

R C O OH

HO

OH OH

asam 2,4 -dihidro ksi-6-alkil-benzoat (turun an resersinol = asam2 orseli nat) Asam orseli nat R =C H3

- Modifikasi Sekunder Poliketida Ar-CH3 O Ar-CH2OH NADPH Ar-CHO NADPH Ar-COOH [C] -CO2 ArH

-CO2 ArOH

3. Senyawa-Senyawa Kuinon, Benzofenon dan Xanton

O Quinone

O O Xanthone

O Benzophenone Beberapa turunan Quinone : OH

HO
Benzenetriol OH

OH

HO OH O

Hidroquinone

OH O HO CH3 CH3
Taxodione

Quinhydrone CH3

RingkasaHn 3KCuliahCFHit3okiOmia 2 Page 8

Beberapa turunan Benzofenon NH 2

Benzilhidrilamine
O H

Benzohidrol

O H

O H

Benzopinacol

H N NH

O H

Trifenilcarbinol Turunan yang lainnya :

Phenitoin

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2 Page 9

O HO CH3 Questin

OCH3

OH

HO

COOCH3 HO

CH3 Sulokrin

OCH3

OH

OCH3

O CH2 O OCH3 O OH Protokotoin

Pertemuan Kedua 4. Senyawa-Senyawa Depsida dan Depsidon - Senyawa-Senyawa Depsida


CH3 O O HO OH CH3 Asam Lekanorat CH3 Asam Divarikatat O O OH CH3 OH COOH HO CH2-CH2-CH3 O O OH OH COOH CH2-CH2-CH3

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2


HO OH CH3 O O

COOH OH

Page 10

- Senyawa-Senyawa Depsidon CH3 O O


O

CH3
Cl

CH

OCH 3

HO

HO OH
Cl

Cl CH 3

Asam Variolarat 5. Senyawa-Senyawa Aflatoksin


O O O O

Nidulin

H3C

O O

O O Aflatoxin B1 OCH 3

O O Aflatoxin G1 O O OCH 3

2 Cincin Tetra Hidrofuran


OH O O

6. Senyawa-Senyawa Tetrasiklin dan Antibiotik Makrolida - Senyawa-Senyawa Tetrasiklin


H3C HO R2 H N CH
3

O Aflatoxin M1

OCH 3

R1

R3 H

OH NH 2

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 1 11

OH

OH

OH

R1

R2

R3

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 12

H H Cl H Cl

H CH3 H CH3 CH3

H H H OH H

6 Dimetil Tetrasiklin Tetrasiklin 7 Kloro 6 Dimetil Tetrasiklin 5 Hidroksi Tetrasiklin (Teramycin) 7 Kloro Tetrasiklin (Auromycin)

- Senyawa-Senyawa Antibiotik Makrolida (Tugas cari jenisnya dan biosintesisnya)

Materi III BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA ALKALOID Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada senyawa-senyawa alkaloid Pokok Bahasan (4 x Pertemuan) 1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid 2. Deteksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloid 3. Prinsip Dasar Biosintesis Senyawa Alkaloid

4. Alkaloid Piperidin dan Pirolidin 5. Alkaloid golongan Lainnya Pertemuan Pertama 1. Tatanama dan Sifat Fisika Kimia Senyawa Alkaloid - Tatanama Senyawa Alkaloid Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap kerangka individu. Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama berakhiran in. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain, diberi nama yang dikenal trivial (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk obat-obatan (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia alkaloid yang terkenal (contoh, pelletierina). Beberapa contoh sitem penamaan pada senyawa alkaloid : Basa Organik Piridina N. Genus Hidrastina, Atropina N. Jenis Kokaina, Belladonina N. Umum Ergotamina Aktivitas Fisiologik Emetina, Morfina Nama Penemu Pelletierina - Sifat Fisika Senyawa Alkaloid Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. - Sifat Kimia Senyawa Alkaloid Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan

elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya. 2. Deteksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloid - Deteksi (Identifikasi) Senyawa Alkaloid Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer, Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan -

piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (pdimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultra ungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 g dapat terdeteksi. Isolasi Senyawa Alkaoid Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Pemurnian Senyawa Alkaloid Dibandngkan dengan KLT, HPLC menunjukkan beberapa keunggulan, antara lain daya pisah yang lebih besar, ketepatan dan kedapatulangan yang lebih besar. Dimana detekasi dan analisis kuantitatif dapat menggunakan detektor kontinyu dari berbagaia macam, hal ini menghasilkan ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Penggunaan kromatografi fase terbalik dapat memisahkan masing-masing alkaloid utama dan metabolitnya. Pemisahan dengan Bondapak C16 ini dipengaruhi oleh kadar CH3COOH dalam fase gerak tidak mengandung CH3COOH, kinin dan kinidin tertahan di kolom. Pada kadar CH3COOH 1% terjadi pemisahan yang baik dimana dengan penambahan asam aksisulfat pada sistem yang mengandung CH3COOH 1% menaikkan resolusi. Dimana sari kasar kina dipisahkan kolom Bondapak C18 dengan fase gerak metanol-air (40-60) ditambah 1% asam heptasulfonat dan 0,15% butilfosfat, senyawa yang keluar berturut-turut adalah sinkonidin, kinidin dan kinin. 3. Prinsip Dasar Biosintesis Senyawa Alkaloid Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap Ringkas(CanHK3)u2NliaHh +FitHoCkiHmOia +2 CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 P+agH e 21O5

ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloidalkaloid tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung

Ringkas(CanHK3)u2NliaHh +FitHoCkiHmOia +2 CH3COCH3

(CH3)2NCH2CH2COCH3 P+agH e 21O5

dua unit -ariletilamina yang saling berkondensasi Kondensasi antara dua unit - ariletilamina tidak lain adalakh reaksi kondensasi Mannich. Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol. Dari percobaan menunjukkan bahwa -ariletilamina berasal dari asam- asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugusgugus amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich. Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksireaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas. Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin. 4. Alkaloid Piperidin dan Pirolidin Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul., maka alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, piperidin, isokuinolin, kuinolin dan indol, struktur alkaloid tersebut adalah sebagai berikut :
NH

5.

Pirolidin

NH Piperidin

Isokuinolin

Kuinolin

Indol

N H

Alkaloid golongan Lainnya a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik 1. Alkaloid Piperidin-Pyridin Yaitu mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae. 2. Alkaloid Tropan Ringkasan Kuliah Page Fitokimia 2 16

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada

Ringkasan Kuliah Fitokimia 2

Page 17

otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae) 3. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin carbon mengandung 1 atom nitrogen. Alkalo id ini termasuk alkaloid narkotik yang pada umumnya ditemukan pada famili Papaveraceae, Contohnya; Opium Poppy (Papaver somniferum), Chondodendron tomentosum dari familia Menispermaceae. 4. Alkaloid Quinolizidin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora 5. Alkaloid Indolizidin Mempunyai 1 cincin karbon dengan 1 cincin indol 6. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax 7. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins. 8. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus. 9. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao. 10. Alkaloid Muskarin Mempunyai 1 cincin karbon dan mengandung okasigen dan 1 atom nitrogen. Termasuk miscumol yang didapat dari Amanita muscaria, Amanita phalloides, Amanita ocreata, Amanita pantherina. b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

Materi IV BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA STEROID Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada senyawa-senyawa steroid Pokok Bahasan (3 x Pertemuan) 1. Kerangka Dasar, Penomoran dan Konfigurasi dari Senyawa Steroid.

C B

Hexadecahydro-cyclopenta[a]phenanthrene 2. Kegunaan Steroid Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormon, asam empedu dan berbagai macam senyawa anabolik adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi- reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetik. 3. Senyawa-Senyawa Kortikosteroid
O HO HO H HO H HO H H HO O

HO

H O

H O

Prednisolone 4. Senyawa-Senyawa Gestogen


H3C

Hydrocortisone

OH

CH

H O

5. SenyawaAndrogen

Gestodene

Senyawa

CH3 CH3 H

OH CH3 H

OH CH3

H O

H O H

Testosterone
OH CH3 CH3 CH3 H H

Stanolone
CH3 CH3
H

OH

CH3

O O

H H

Oxymetosterone 6. Senyawa-Senyawa Estrogen


OH CH3 CH3 CH3 H O H H H

OH

Oxandrolone
OH CH3 H H H3 CO H CH

Mestrolone
CH3

Mestranol
OH CH3 CH3 CH3 H

COOH

H3C H3CO

CH3

H O

Methallenestril.

Methandrostenolone

Materi V

BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA GLIKOSIDA Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada senyawa-senyawa glikosida Pokok Bahasan (2 x Pertemuan) 1. Kerangka Dasar dan Kegunaan Glikosida 2. Jenis-jenis Gula dan Aglikon dari Senyawa Glikosida 3. Glikosida Jantung GLIKOSIDA Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara). PENGERTIAN GLIKOSIDA Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. STRUKTUR GLIKOSIDA Glikon 1. O Aglikon

BIOSINTESIS GLIKOSIDA Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida. Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang penting. Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan

bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun glikosida. Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari binatang, tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida U T P + Gula-l-fosfat UDP Gula + akseptor UDP gula + PP1 Akseptor gula + UDP (glikosida) Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya dengan reaksi yang sama. AGLIKON Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawasenyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian glikosida tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan lebih sedikit.

JENIS-JENIS GULA Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya. Gula yang sering menempel pada glikosida adalah -D-glukosa. Meskipun demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid, antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester. Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.

Asetal

H C

CH3

H3C

O C

H C OH HO C H H C OH H C H C OH H O

H C OH HO C H C - OH HC H C OH H O Kondensasi

KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA

Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar pengaturan, dimana penggolongannya sebagai berikut:

GLYCOSIDES

tannins cardioaktive group aldehyde group saponin group alcohol group

flavonol group phenol group isothiocyanate group cyanophore group

antraquinone group lactone group

GLIKOSIDA SAPONIN Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin adalah segolongan senyawa glikosida koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin. Menurut SOBOTKA : 1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano perhidrofenantren 2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano perhidrofenantren. Struktur kimiawi Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid. yang mempunyai

struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan

17

HO Kerangka steroid

H3C

CH3

17 CH3

3 HO Kerangka triterpenoid Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone yang dikenal sebagai "sapogenin".

Proses biosintesienya

HO HO
A etic Acid c

HO O
Mevalonic A id c

O OH

Squ alen

IPP

H H HO
Cho lesterol

SAPONIN = GULA + SAPOGENIN


glycone aglycone

SAPONIN

Glycone Sugar 1. 2. 3. 4. glukosa arabinosa xylose glucuronic acid Neutral Saponine Steroide

Aglicone Sapogenin Acid Saponine Triterpenoide

BIOSINTESIS GLIKOSIDA SAPONIN Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2 golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang sama yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 55 gula dan dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat.

O O O

HO HO Asetat Mevalonat

Spiroketal steroid nucleus (Diosgenin) Skualen Kolesterol

HO Pertacyclic triterpenoid ( Amyrin) GLIKOSIDA STEROID Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Struktur Kimiawi Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam empedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan steroid yang mengandung atom C-23 dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5-anggota yang tidak jenuh dan alfa- beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta. Sementara tipe bufadienolida

berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai samping lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada atom C nomor 17.

C A HO Kardenolida B

A HO

Bufadienolida

Biosintesa Glikosida Jantung Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo - pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom C-17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak semua senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra zat) pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai mekanisme biosintesa senyawa steroid pada umumnya. Secara singkat proses biosintesanya adalah asam mevalonat skulen kholesterol. Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut :
O Co ASH CH3COOH -H2O CH3 C O CH3 C O S CoA CH3 C CH2 C S CoA O

asam asetat

isopentenil pirofosfat

S CoA

-CoA

Asam asetat

Asetil CoA

asetoasetil CoA
O - Co ASH CH3 C S CoA

O C HO

H3C C CH2

OH CH2OH CH2 NADPH2

O C HO

H3C C CH2

OH C CH2

S-CoA

Asam mevalonat CoA Fasforilase ATP - ADP

hidroksi metal glutaril -

O C HO

H3C C CH2

OH ATP CH2-O-P CH2


fosforilase

O C HO

H3C C CH2

OP CH2-O-P-P CH2

Asam 5 fosfomevalonat

Asam 5 pirofosfo 3 fosfomevalonat ATP Dekarboksilasi

H3C C H3C CH2 CH2 -O-P-P

H3C C H2C CH2 CH2-O-P-P

3,3 dimetilalil pirofosfat

3 isopentenil pirofosfat

H3C Isopentenil pirofosfat H3C C HC H 2C

H3C C H 2C CH CH2-O-P-P

Geranil pirofosfat CH3 C H3C C H H2 C C H2 CH3 C C H H2 C CH3 C C H2 2 C CH3 NADPH2 Farnesil pirofosfat

Farnesil pirofosfat

Skualen

2,3 - oksidoskualen

Sikloartenol

OH

Lanosterol
R

HO

HO Zynosterol

HO Kholesterol

GLIKOSIDA ANTRAKUINON Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti). Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikena l sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna alami. Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon. Struktur Kimiawi Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon. O O OH

H O

Antrakuinon

Antron OH

Antranol

OH OH Diantranol

Oksantron Biosintesa Senyawa Antrakinon Biosintesa

senyawa antrakinon diselidiki di dalam

mikroorganisme.

Dan

disimpulkan bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang serupa, sala h satu contoh yang sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari asam asetat yang diberi label dalam Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan bermacam-macam turunan antrakinon. C CO C CO CO C CO C CO C CO C CO C C CO O C O C O COOH C O C O C O C O C CH3

8 molekul asetat

Asam poli-- keto metilen

O HO CH3 Emodin OH O OH

Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya dapat diikuti dengan memberi label (tanda) pada asam asetat, yang dimaksud dengan memberi label adalah menggunakan senyawa yang sebagian unsure-unsurnya diberi muatan radio aktif dengan menggunakan isotopnya yang radioaktif. GLIKOSIDA SIANOPORA Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN). Biosintesa Glikosida Sianopor Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam amino C6 C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah melalui Shikimic Acid Pathway. COOH C CH2 Asam fosfo fenol piruvat OP CHO + H C OH H C OH CH2-O P Eritrose-4-fosfat H C OH H C OH CH2O P Asam 3-deoksi-2-keto-Darabino-heptulosa-7-fosfat. COOH C=O CH2 HO C H

HO

COOH

COOH

COOH

O OH

OH

O OH

OH

HO OH

OH

Asam 5-dehidrokuinat

Asam 5-dehidroshikimat

Asam shikimat

Setelah terbentuk asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan asam fosfoenolpiruvat membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui asam fenilpiruvat menjadi fenilalanin. GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT Banyak alifatik biji dari beberapa tanaman keluarga Senyawa-senyawa yang penting Crucifera secara mengandung farmasi dari

glikosida yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan atau aromatik. glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed). Biosintesa Glikosida Isotiosianat Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui Acetate Pathway sedang yang aromatik melalui Shikimic Acel Pathway.
H CH2-CH-COOH NH2 CH2-CH-COOH NHOH CH2-C N-OH

Fenilalanin

N-hidroksifenilalanin

fenilasetaldehid-oxim

CH2-N=C=S

Mirosina

CH2-C

S-glukosa N-OSO3K

Glikosa + KHSO4 + bensil isotiosianat GLIKOSIDA FLAVONOL

Glukotropaeolin

Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal. Biosintesa Glikosida Flavonoid Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa yang di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara pembentukan senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat dan melalui shikimic Acid Pathway. Asam Shikimat Fenilalanin

3CH3COOH +
CH HOOC CH

B
O C
CH2

calkon

COOH CH2 CH2 C O C O

CH CH

Asam sinamat

B
HO

O A

OH

flavanoid

GLIKOSIDA ALKOHOL Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus

hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus. Biosintesa Glikosida Alkohol Biosintesa glikosida alkohol, aldehid, lakton dan fenol dapat digambarkan sebagai berikut :
CH2OH Oglukosa CHO Oglukosa COOH CHO

HO

glukosa-O

Salisin (alkohol)

helisin
NH3C

asam ferulat glukovanila (aldehida)


OH COOH

OCH3

Asam shikimat

COOH OH Fenilalanin glukosa O asam sinamat hidrokinon

OH Arbutin (fenol) COOH O O glukosa

O
Kumarin (lakton) O- Kumaril glikosida

GLIKOSIDA ALDEHIDA Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya suatu aldehida. GLIKOSIDA LAKTON Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin. GLIKOSIDA FENOL Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi adalah daun kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan semak yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Kanada. FUNGSI GLIKOSIDA Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan. Fungsi glikosida : 1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer 2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi 3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor 4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu 5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik

Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan obat yang sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida dari Digitalis, Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan sebagainya yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe, Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida turunan antrakinon emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari Sinapis nigra, mengandung alilisotiosianat suatu iritansia lokal. Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang dapat menghasilkan metal salisilat sebagai analgesik. Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman 1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer. Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan gula sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam bentuk ikatan glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh karena adanya bagian aglikon. 2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun 1915, Geris sisa metabolisme. 3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah diadakan percobaan-percobaan pada tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai pengatur tekanan turgor di dalam sel. 4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu. Teori ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada tanaman. 5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik. Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat digunakan sebagai salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari aglikonnya, ada bagian gulanya maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah merupakan proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan

beberapa glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau familia tertentu. 6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam waktu 24 jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau dari sudut biologi maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada tempat yang gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida. PEMBENTUKAN GLIKOSIDA Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus OH yang bereaksi disebut gugus OH glikosidik. Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol disebut juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil Dglukosida atau metil--D-glukopiranosida dan metil--D-glukosida atau metil-- D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optic, kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol. Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan glukosida-- fruktosida.

Materi VI BIOSINTESIS SENYAWA-SENYAWA FLAVONOID Tujuan Instruksional Khusus Mengetahui jalur biosintesis, reaksi yang menyertai serta metabolit yang dihasilkan pada senyawa-senyawa flavonoid Pokok Bahasan (3 x Pertemuan) 1. Kerangka Dasar dan Sistem Penomoran Senyawa Flavonoid 2. Mekanisme Dasar Biosintesis Senyawa Flavonoid 3. Hipotesis Biogenetik Pelter 4. Senyawa Khalkon 5. Senyawa Dihidrokhalkon 6. Senyawa Auron 7. Senyawa Flavonon

BIOSINTESIS SENYAWA FLAVANOID


KLASIFIKASI SENYAWA FLAVANOID Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavanoid yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis, flavanoin memainkan peranan penting dalam kaitan menyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavanoid mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu. Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,4,5-terhidroksilasi. Dalam gambar dibawah ini menunjukkan flavanoid. struktur dasar

Cincin A : karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol terdistribusi.


HO O C3 C6 (B) Atau O C3 C6 (B)

A
OH

HO

Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :


OCH 3 HO HO

A
OH

O C3 C6 (B)

Atau

HO HO

A
OCH3

O C3 C6 (B)

Dst

Cincin B : karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5-terhidroksilasi


R C6 (A) C3

R=R=H,R=O
R

B
R

H R=H,R=R=O H R=R=R=OH (juga, R=R=R=H)

Dapat juga mengikat gugus 2-hidroksil


C6 (A)

C3

B
OH

OH

Gambar : Struktur dasar flavanoid Fragmen tiga karbon pusat, yang terikat pada cincin B, umumnya memiliki

empat bentuk.

B
C

B
C C

A
C

A
C

Khalkon Dihidrokhalkon

flavon katekin Flavon -3, 4-diol Flavanon Flavon Antosianidin Flavon -3-ol Flavon -3-on-3-ol

O C C

A
C

A
C

C C

Gambar : Tipe umum dan beberapa contoh senyawa flavanoid Tingkat oksidasi tiga karbon bagian molekul flavanoid dapat dinyatakan oleh hubungan sedemikian formal seperti ditunjukkan dalam ringkasan memberikan kemungkinan untuk berikut. Perlu cincin diperhatikan bahwa cincin A selalu memiliki gugus hidroksil yang letaknya hingga terbentuknya heterosikliks dalam senyawa trisiklis. Dalam bisiklis khalkon dan hidrokhalkon gugus hidroksil tetap terikat pada cincin A. A COCH2CH2 B A COCH2CHOH B A COCH2CO B A CH2CCOCO B hidrokhalkon flavanon, khalkon flavanon antosianin

A COCOCH2 B A COCHCHOH B OH A COCOCH B OH DIHIDROKHALKON

auron 3 hidroksi flavanon flavanol

Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes. Phlorizin merupakan -D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusinol dan asam p-hidroksihirosinamat (asam phloretrat). Jika glukosida phlorizin, dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol -Oglukosida. Akhirnya, kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam persamaan 1 ; interaksi gugus asetoksil dengan satuan CHCH2CH2Ar menunjukkan bahwa satuan glukosa harus terikat pada kedudukan 2 dalam phlorizin. Glikolisasi gugus hidroksil orto terhadap gugus karbonil di dalam adalah tidak umum, hal ini terutama karena ikatan yang efektif antara OH dan O=C. Adanya gugus-gugus hidroksil pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus karbonil mengakibatkan satu daripadanya reaktif dan dapat terjadi glikosilasi.

Florisin

H 2O H+

Floretin
NaOH

D-glukosa

HO

OH

+ HO
OH

CH 2 CH2 COOH

Asam floretat

HO
NaOH

O C6H11O
5

Asam floretat

(1)

OH
Me 2 SO4 K2 CO3 / aseton

Tri-O-metil florisin
1) H 2 O/H 2) Ac 2 O/N 2 Oac

CH 3 O

CH 3

CH 3O

CH 2

OCH3

Florisin adalah : OH COCH 2CH2 O C 6 H11O 5 D-glukosa OH

(L-ramnosida floretin adalah glisifilin)

Senyawa ini dipisahkan secara kromatografi kertas memakai pengembang yang biasa. Mereka dideteksi dengan menyemprot kertas dengan -nitroanilina yang terdiazotasi dan dengan AlCl3 dalam alcohol. Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan pereaksi pertama dan fluoresensi kehijauan yang kuat dengan pereaksi

kedua.

KHALKON Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan, persamaan 2.
3 3 4 5 6 C O 2 2 6 4 5

merein koreopsin stillopsin lanseolin glukosida)

: 2, 3,4 , 3,4 penta OH (4 glukosida) : 2, 4, 3,4 tetra OH (4 glukosida) : 2,4 , 5 , 3,4 penta OH (? glukosida) : 2, 4 , 3,4 tetra OH-3-OMe (?

semua senyawa tersebut terdapat khalkon yang terdapat dalam spesies coreopis Gambar : Beberapa khalkon yang terdapat di alam Bila khalkon 2 , 6 dihidroksilasi , isomer flavanon mengikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavanon condong kearah flavanon. Hingga khalkon, yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2hidroksi6-glikosilokasi. Dalam gambar beberapa khalkon yang terdapat di alam menunjukkan beberapa khalkon yang terdapat pada tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, dalam kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae , subtribe dan famili Compositae.

OH HO OH OH HO O

OH OH

O Butein

O Butin (Keduanya dapat diisolasi, stabil)

OH HO OH OH HO O

OH (2)

O 2, 4, 6, 4 - tetra hidroksi khalkon Tidak stabil

O H O Naringenin (Distabilkan oleh ikatan OH-O-C)

KARTAMIN Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen bunga kuning yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah. Ekstrak bunga juga berwarna merah, dengan pembentukkan bunga merah. Pigmen merah pertama kali disebut kartamin, merupakan glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat berair memberikan dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin. Sekarang pigmen merah dinyatakan sebagai Kartamon. Kartamidin dan isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti ditunjukkan dalam persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa termetilasi sepenuhnya dan demitilasi menjadi tetrahidroksi flavanon.

OCH3 CH 3O CH
3O

OCH3
NaOH

OH COCH3 OCH3

+ CHO

CH 3O CH 3O

OH OCH3

H2 O/H+

OCH3 CH 3O CH 3O CH 3O O O
AlCl 3 C 3 H6

OH HO HO OH O O (3)

Isokartamidin (Kartamidin = 5, 7, 8, 4 - tetrahidroksiflavanon)

OH

(A)

Pe m b e n tu ka n cin cin
(A)

Isokartamidin

HO HO

- COCH = CH OH
(B)

OH
(B)

Kartamidin

Pembentukan dua flavanon dari precursor tunggal segera terbentuk dengan terjadinya transformasi seperti ditunjukkan dalam persamaan (3b) ; zat antara k halkon dapat melakukan siklisasi baik dengan adisi gugus hidroksil -2 atau -6 terhadap ikatan rangkap. Kartamon berwarna merah, dan polihidroksi khalkon merupakan senyawa yang berwarna kuning hingga jingga kuning ; sebagai contoh koreopsin. Prekursor berwarna kuning ini sekarang dipandang sebagai khalkon glukosida yang mengalami oksidasi menjadi quinonoid glikosida yang berwarna merah (kartamon). Pembentukkan flavanon pada hidrolisis kartamon harus melibatkan reduksi terhadap quinon, kemungkinan pada hidrolisis melepaskan glukosa (4).

OH HO HO OR O OH HO O OR O O

OH

(O)

( R = glukosit)

H 2 O/ H+

Pigmen bunga kuning

Kartamon (merah)

(4)

OH HO O O
(H )

OH HO OH

HO OH O OH O

Kartamidin + isokartamidin (flavanon )

Usulan semula menyatakan bahwa senyawa yan dikenal dengan kartamin (pigmen merah) adalah quinonoid enol khalkon (5).
OH O Glukose O OH OH OH
H+ H2 O

OH OH HO OH O (5)

Kartamin (struktur awal) Kartamidin Isokartamidin

Berdasarkan percobaa yang terakhir menunjukkan bahwa kartamon (pigmen merah) diubah menjadi khalkon kuning oleh reduksi dengan belerang dioksida, dan senyawa yang diperoleh ini dapat direoksidasi menjadi kartamon. Hingga pembentukkan flavanon dengan cara hidrolisis precursor merah, yaitu struktur enol khalkon tidak dapat diterima.

FLAVAN Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya ada satu contoh dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang terdapayb di alam.Senyawa fenolat kompleks yang merupakan konstituen resin dari tanaman genus Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan dan pemurniannya sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium karbonat dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu dari padanya adalah 4 , 5 , 7-trimetoksi flavan (penomoran system sesuai dengan gambit tipe umum senyawa flavanoid). Reduksi flavan dengan natrium dan etanol dalam cairan ammonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3- (2,4,6-trimetoksifenil)-propana (6)

CH 3O

O
N2
3

CH 3O

OH

O-metilat (6)

OH

CH 3O

(Resin Xanthorroea)

FLAVANON Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas dialam. Flavanon terdapat dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae) dan buah jeruk. Dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperetin, terdapat dala buah anggur

dan

jeruk. Beberapa flavanon yang terdapat dialam diberikan dalam gambar

dibawah berikut.

Penentuan struktur flavanon cepat dilakukan berdasarkan metoda klasik. Polihidroksiflavanon mudah dikenal dengan terbentuknya warna merah, lembayung, bila flavanon direduksi dengan magnesium dalam asam klorida dalam larutan etanol. Persoalan dasar dalam menentukan struktur flavanon adalah (a) posisi ikatan sisa gula, jika senyawa merupakan glikosida ; dan (b) posisi gugus inti hidroksil dan metoksi cincin -A dan B Flavanon dan khalkon dipecah oleh hidrolisis alkalis menjadi turunan asam benzoate yang terdiri dari cincin B dan tergantung pada kondisi fenol yang terdapat pada cincin A (missal phloroglusinol) atau menjadi asetofenon yang sesuai. Pada persamaan 7 digambarkan beberapa pemecahan seperti yang diuraikan diatas.

OH HO O
50% KOH

OH HO OH COCH 3 + COOH (7)

O Liquiritigenin

OH HO OH O OCH3
30% NaOH

HO CH 3O CH = CHCOOH +

HO OH

OH

O Asam ferurat

Homoeridiktiol

OH RO OH O RO O

OCH3 OH

OH

R = H, naringenin R = A*, naringi

R = H, hesperitin R = A*, hesperidin R = B*, neohesperidin

OH RO O CH 3O OR O

OH

R = H, pinocembrin R = CH3, pinostrobin Sisa gula :


H H O A= H CH
3

R = H, sakuranetin R = I-glucosyl, sakuranin

O O H OH HO H H CH2 H OH H O O H

H OH

OH

Rutinosa = 6-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa


HOCH
2

O O OH H H

H HO

H B= H HO CH3 H H H O

OH OH

Neohesperidosa = 2-0(- -L-rhamnopiranosil)-D-glukopiranosa

Gambar : Flavanon alam Cara lain yang berguna untuk menentukan struktur flavanon adalah melibatkan dehidrogenasi ikatan -2,3 yang memberikan flavon. Karena flavanon sering sukar disintesis sedangkan tidak ada masalah untuk flavon, maka prosedur ini sangat berharga (persamaan 8)

OH O CH 3O OCH
3

OH O I2 NaOAc CH 3O OCH
3

(8)

OH

OH

Metoda klasik (yaitu degradasi, interkonversi, sintesis) untuk menentukan struktur flavanoid sekarang telah digantikan dengan prosedur diagnosa fisika, dalam hal ini resonansi magnetic inti. Proton pada posisi -2 dan -3 menunjukkan pergeseran kimia yang karakteristik dan bentuk penggabungan yang dapat membedakan struktur flavanon dengan flavon khalkon dan sebagainya. Bentuk aromatik tersubtitusi biasanya dapat dikenal dengan pergeseran kimia dan bentuk penggabungan (penggabungan 0-, m atau p) proton-proton cincin A dan B. FLAVON Apigenin dan luteolin terdistribusi secara luas dai alan dan merupakan contoh dasar bentuk subtitusi yang diturunkan dari kombinasi yang diturunkan dari bagian C6-C3 dengan satuan asetat : (B) C6 - C3 + 3C2 (B) C6 - C3 - C6 (A)

Hampir setiap bentuk yang mungkin dikenal di alam, dari flavon sendiri hingga nobiletin 5,6,,7.8,3, 4-heksametoksiflavon. Gambar dibawah ini memuat beberapa flavon alami. Kebanyakan hidroksiflavon terdapat sebagai glukosida.

HO

O Flavon

OH

O Khrisin

OH HO OH O HO O

OH OH

O Apigenin

OH

O Luteolin

HO HO OH

OCH3 HO

OH

O Wogonin

Baikalein

OCH3 OCH3 CH
3O

OCH3 OCH3 CH3O CH


3O

OCH3

CH3O OCH3

OCH3

Nobiletin

Tangeretin

Gambar : Flavon Alam

Flavon

mudah

dipecah

oleh

alkali,

menghasilkan

diasilmetan

atau

tergantung pada kondisi reaksi asam benzoate yang diturunkan dari

cincin - B dan

0- hidroksiasetonfenon pada cincin A. Reaksi diberikan pada persamaan 9. Diasilmetan yang diturunkan dari flavon seperti dalam persamaan 9, mudah dikenal sebagai hasil degradasi. Warna hijau terangnya menunjukkan bahwa senyawa

dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disntesis dari asetofenon yang sesuai dan ester asam benzoate tersubtitusi (persamaan 10a) atau dari 0-asiloksiasetofenon, seperti digambarkan dalam persamaan 10b. Karena 0- hidroksidiasilmetan mudah diubah menjadi flavon dengan pembentukan cincin oleh pengaruh katalisator asam, pro sedur ini berguna sebagai metoda sintesis flavon.

OCH3 CH 3O CH 3O OCH3 O O OCH3 10% KOH CH 3O CH 3O OCH3 OH COCH 2CO OCH3 OCH3 (9) Lebih Lanjut

OCH3 CH 3O CH 3O OH COCH 3 OCH3 + OCH3 COOH

Flavon stabil terhadap asam kuat dan esternya mudah didealkilasi denga penambahan HI atau Hbr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama dimetilasi tata ulang sering teramati ; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6dihidroksiflavon (persamaan 11a). Dalam keadaa khusus, pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 11b)

OCH3 CH
3O

A.

OH COCH 3 OCH3

CH 3O

OCH3 COOEt

N 3Oet

CH 3O CH 3O

OH OCH3 COCH2 CO H+ OCH3 OCH3

HO CH 3O CH 3O OCH3 O O

OCH3 OCH3 CH 3O CH 3O
OH

OH
C C CH2

OCH3 OCH3

OCH3 O

OCH3 CH 3O CH 3O OCH3 O O OCH3 (10)

OCH3
3O

OCH3
Piridin

B.

CH CH 3O

OH COCH 3 OCH3

OCH3 COCl

CH 3O CH 3O

OCO
COCH3

OCH3

K OH

Piridin

OCH3

O CH 3O CH 3O O C

OCH3 OCH3 CH 3O CH 3O
O

OC

OCH3 OCH3

COCH 3

OCH3

OCH3 O

CH2

CH 3O CH 3O

OCH3 OCH3

H+

CH 3O CH 3O

OH
COCH 2CO

OCH3 OCH3

COCH 2CO

OCH3

OCH3

OCH3 A. OCH3

OH
HBr

OH
COCH2CO

OH

OH HO OH
COCH 2CO

O HO OH O

OCH3 O O OH HO O (11) HO O OH OH
HI

B B.
O

OCH3

HI

O OH HO OH

Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi yang cocok, sehingga 5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat. Meskipun flavon mudah dibuat berdasarkan oksidasi flavanon (dengan natrium asetat-iodida) rute kebalikan-reduksi flavon menjadi flavanon tetapi cara tersebut tidak bermanfaat. FLAVANOL (3 HIDROKSIFLAVON) Flavanol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam

berbagai adalah

bentuk

terhidroksilasi.

Flavanol

alami

yang

paling

sederhana

galangin, 3,5,7-tri-hidroksiflavon ; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3,4,5-heptahidroksiflavon.


OH HO O OH O Galangin HO O OH O Kaempfenol

OH

OH

OH OH HO O OH OH O Quersetin OH O Mirisetin HO O OH OH OH

OH

O O O OCH3 OCH3 O CH 2 CH3 O OH OCH3 O OCH 3 O

OH OCH3

CH 3O CH3 O

Melisimpleksin

Termatin

OH OH OCH3 HO OH OH O Limositrin O OCH


3

OH OH HO OH OH O Hibisefin O OH

Gambar : Flavanol alam

Bentuk khusus hidroksilasi (C6 (A) C3-C6 (B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusinol, dan cincin B adalah 4- atau 3,4 dihidroksi, diperoleh dalam dua flavanol yang paling glikosida. lazim, yaitu kaempferol dan quersetin. Hidroksilflavanol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai 3

Meskipun flavon, flavonol, flavanon pada umumnya terdistribusi melalui famili tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotaksom yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus Citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3,4,5,6,7 pentametoksiflavon (persamaan 9) KATEKHIN, STEREOKIMIA SENYAWA FLAVANOID Flavon dan khalkon tidak memiliki atom karbon asimetri sehingga tidak ada masalah stereokimia. Flavanon mengandung satu pusat asimetri dan dapat berada dalam bentuk (+) dan (-). Kebanyakan flavanon alam adalah putar kiri dan memiliki konfigurasi S. Stereokimia flavanon dan 3 hidroksiflavanon (dihidroflavanol) telah ditentukan dengan metoda dalam mana stereokimia katekhin terlibat. (+)-katekhin dan (-)-epikatekhin diastereomer berbeda dalam kedudukan gugus 2 aril dan 3 hidroksil. Struktur katekhin telah ditentukan dengan metoda konvensional : (a) peleburan alkali menghasilkan phloroglusinol dan asam 3,4 dihidrobenzoat (asam protokatekuat); dan (b) reduksi katekhin tetrametil eter, diikuti dengan metilasi fenol yang dihasilkan, diperoleh 1 (2,4,6 trimetoksifenil) -3 (3,4 dimetoksifenil) propane. Meskipun pengamatan tersebut dapat dibantu oleh tiga struktur seperti terlihat dalam persamaan 12a, namun struktur flavan epikatekhin dibuktikan berdasarkan pembuatannya (sebagai bentuk (+) secara reduksi katalitik sianidin klorida.

OH HO O OH HO OH O

OH OH

OH

OH

OH (-) - epikatekhin

(+) - katekhin

OH OH HO O OH (-) - robinetinidol OH HO OH O OH OH

(-) - epiafzetekin

Gambar : Flavan -3-ol alam

OH HO (A) OH O OH OH OH HO OH + OH Semua dapa t COOH OH

OH O HO OH CH OH OH OH OH HO O CH 2

OCH3 CH3 O OCH 3 OCH3 (12) OCH3

OH

OH

OH HO (B) OH O + OH OH OH HO O OH

OH OH

Sianidin (kation)

(+) - epikatekhin

Reduksi (+) katekhin tetrametil eter dan (-) epikatekhin tetrametil eter dengan natrium dan etanol dalam ammonia cair, diikuti dengan metilasi terhadap fenol yang dihasilkan, memberikan anantiomer trimetoksifenil)-2 propanol (persamaan 13).
OCH3 OCH3 OH HO (A) OH O OH OH CH2 1) methylate 2) Na/NH 3/EtOH 3) methylate HO - C - H CH2 OCH3

1 (3,4 dimetoksifenil) -3(2,4,6

CH 3O

OCH3 OCH3 OCH3 OH HO (B) OH O OH CH 3O OH CH2 Melalui H - C - OH CH2 OCH3 (13)

OCH3

Ini menujukkan bahwa dua katekhin tersebut mempunyai konfigurasi berlawanan pada C 3 dan mempunyai konfigurasi sama pada C 2.

Kenyataan

lebih

lanjut

untuk

konfigurasi

katekhin

dan

epikatekhin

diperoleh dalam reaksi turunan 3 tosil tetrametil eter dengan hidrazin untuk mengeliminasi H - OTos dan menghasilkan 2-ariflav-2-ena, suatu hasil yang sesuai dengan kedudukan trans diaksial hydrogen pada C 2 dan gugus tosilokasi pada C 3 (persamaan 14)
OCH 3 CH 3O O Ar CH 3O NH 2NH 2 CH O 3 O Ar

H O

Ar OCH 3 Ar = Veratril Otos H OCH3


HOAc

CH 3O

OH CHO OCH 3

+ ArCOCH3

OH

Khalkon
Hcl

H 2 /Pt

CH 3O

OH CH 2CH 2COAr OCH3

CH 3O OCH 3

+ O

Ar Cl H2 Pt

CH 3O OCH 3

Ar

Garam flavilium O O OH Ar (14)

CH 3O

COAr

CH 3O

OCH 3

OCH 3

Pada sisi lain, 3 tosilat katekhin tetrametil eter tidak mengalami reaksi eliminasi -2,3. Eliminasi TosOH disertai dengan perpindahan gugus 2 aril ke posisi -3, dengan pembentukan 3 ariflav -2-ena. Reaksi ditunjukkan dalam persamaan 15

CH 3O

Ar
Quinolin

CH 3O

OCH3 Ar = Veratril

OTos

OCH3

Ar

1) Na/EtOH 2) Me 2 SO 4 /NaOH

CH 3O

OCH3 CH 2CHAr OCH3 CH 3

OCH3 CH 3O OCH3 CH 2COCl OCH3 + OCH3


AlCl3 H 2 /Pt

(15)

CH 3O

OCH3 CH 2COAr OCH3

1) CH 3 MgI 2) H 2 O

CH 3O

OCH3 CH=C-Ar OCH3 CH 3

Transformasi yang dinyatakan dalam persaman 14 dan 15 menunjukkan konfigurasi relative katekhin dan epikatekhin. Konfigurasi mutlak ditentukan berdasarkan degradasi seperti diberikan dalam persamaan 16, dalam mana konfigurasi gugus 3-OH sudah tentu. Ozonolisis (+) katekhin merusak cincin-cincin fenol dan menghasilkan sesuai dengan 2-deoksi D-ribosa. asam , -dihidroksiglutarat yang konfigurasinya

OH OH HO OH O H OH OH O3

COOH HO_C_H _ _ HO C H CH 2COOH

COH CH 2 H H HO HO CH 2OH HO HO CH 2OH H H CH 2CHO HO HO CH 2OH H H CH 2 CH 2OH

2-deoksi-D-ribosa

(16)

ANTOSIANIN DAN PROANTOSIANIN Senyawa flavnoid tanaman, yang paling menyolok adalah antosianin, yang merupakan pembentuk dasar pigmen warna merah, ungu dan biru pada terutama sebagai bahan pewarna bunga dan buah-buahan. Antosianin (pada adalah glikosida antosianidin, yaitu merupakan garam polihidroksiflavilium (2 aribenzopirilium). Sebagian besar antosianin alam adalah glikosida kedudukan 3 atau 3,5- ) dari sejumlah terbatas antosianidin.
R OH OH

R=R=H, pelargonidin R=H,R=OH, sianidin R=R=OH, delpinidin


R

H HO

O OH

R=H,R=OCH3, peonidin R=R= OCH3, malvidin R=OH,R= OCH3, petunidin

OH

Gambar : Dasar Antosianidin alam

Pembuktian struktur antosianidin mula pertama dikerjakan berdasarkan metoda degradasi seperti cara-cara yang dilakukan terhadap senyawa flavanoid lain, namun

pada saat ini pembuktian dilakukan berdasarkan sintesis. Sintesis sianidin klorida ditunjukkan seperti pada persamaan 17.

HO OH

OH CHO

C6 H 9COCl

HO

OH CHO OBz

Floroglusinaldehida OH OH + ClCH 2 COOH

(Bz = benzoil) Cl O OAc OAc OAc

OH
HCl EtoAc

HO OBz

HO HO Cl COCH 2

AcO

AcO

COCH 2Ac

1) KOH 2) HCl

HO

Cl O

OH OH OH

(17)

OH

Sianidin klorida

Dengan menggunakan senyawa tersubtitusi yang cocok, seperti ditunjukkan pada persamaan 17, maka antosianin alam dapat disintesis dengan cara yang sama. Antosianidin juga dibentuk bila flavon -3,4 diol dipanaskan pada kondisi asam kuat (persamaan 18). Reaksi sangat kompleks dan hasil yang diperoleh berupa garam flavilium rendah ; dan perlu dicatat bahwa reaksi meliputi oksidasi, untuk dehidrasi sederhana flavandiol, diperoleh bukan antosianidin. 3 flavan -3-diol (leukoantosianidin)

OH HO O OH
H2 O

OH HO O OH

OH

OH OH

OH

OH

Leukosianidin hidrat (proantosianidin)

Leukosianidin (18) OH HO OH O OH
+

OH

Sianidin (kation)

Prekursor intermediet antosianin adalah 2 flaven-4,4-diol atau 3-flaven-2,3diol. Reduksi terhadap rutin terasetilasi (quersetin 3 rutinosida) dengan litium aluminium hidrida dan hasil yang diperoleh kemudian direaksikan dengan HCl menghasilkan sianidin 3-rutinosida, ini menunjukkan bahwa reaksi berlangsung melalui 2-flaven3,4-diol seperti ditunjukkan dalam persamaan 19.

OH HO O OH
H
+

OH HO O OH

OH

OR OH OH OH2 C

OR
H2 O

OR OH OH HO O OH O

OH OH HO O (Sebagai asetat) sil R = rutino OH

OR (19)

(Delokalisasi muatan +)

PROANTISIANIDIN KOMPLEKS Banyak tanaman mengandung senyawa flavanoid kompleks yang tidak berwarna dan bila dihidrolisis dengan asam akan kembali menjadi antosianidin dan katekhin. Senyawa tersebut sering memiliki berat molekul tinggi dan mempunyai kemampuan untuk menyamak kulit, hingga disebut Condenset tannin. Suatu kemungkinan tannin dihasilkan berdasarkan kondensasi berulang monomer C15 dan beberapa pendukung memberi nama dimmer. Proantosianidin mengandung 30 atom karbon yang telah diisolasi dari sejumlah tanaman. Type senyawa tersebut telah dikenal mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Ia membentuk oktametil eter dan deka asetat 2. oktametil eter membentuk diasetat 3. pada hidrolisis asam, diperoleh katekhin dan epikatekhin 4. panambahan dengan asam kuat menghasilkan sianidin Sifat-sifat senyawa C30 menunjukkan bahwa ia terdiri atas molekul katekhin (atau epikatekhin) dengan flavan-3,4-diol. Bentuk kombinasi lain adalah dengan subtitusi flavan-3,4-diol menjadi inti phloroglusinol berdasarkan kondensasi yang dikatalisir asam seperti ditunjukkan dalam persamaan 20.

HO

Ar
H

HO

Ar

OH

OH OH OH

OH

Flavan -3, 4-diol HO

Ar

OH (Ar = 3, 4-dihidroksifenil) Katekhin

OH

HO

Ar

(20)

OH HO

OH O Ar

OH Dimer

OH

Berdasarkan cara yang sama maka tannin terbentuk berdasarkan kondensasi antara dua flavanoid yag menghasilkan dimer yang kemudian dapat melakukan kondensasi lebih lanjut seperti yang dinyatakan dalam persamaan 21. Percobaan mendukung konsep tersebut dengan diperolehnya pengamatan bahwa flavan-3,4-diol berkondensasi dengan phloroglusinol pada kondisi asam yang cocok menghasilkan 4 (2,4,6-trihidroksifenil)-flavan-3-ol.

HO X OH

Ar

HO

Ar

OH OH

OH HO

OH O Ar

OH HO

OH O Ar (21)

OH HO

OH O Ar

OH HO

OH O Ar

OH Dst

OH

Hipotesis Biogenik dari PELTER

KHALKON

OKS

HO

H O

O
OKS

OH HO H O

OH HO O HO O

-Hidroksi khalkon OH HO OH HO O H HO OH HO O O H OH HO O OH HO O O H H OH HO O H O O

2,3-trans-flavananol
Red

2,3-sis-flavananol
Red

OH HO OH O 2-hidroksi-2-benzil kamavon Flavonol

OH O H HO H OH HO OH O H

HO

HO

OH

OH

Antosianidin

2,3-trans-flavan-3,4-diol

2,3-sis-flavan-3,4-diol
Red

Red

+H -H2O OH

OH H HO H OH HO H O H

HO

Tanin terkondensasi OH

HO

2,3-trans-flavan,3-ol

2,3-sis-flavan,3-ol

Kegunaan flavanoid dalam bidang kesehatan antara lain : penyembuhan perdarahan kapiler sub-kutan Anti-inflammasi Anti-tumor/Anti-kanker Anti-virus Anti-allergi Anti-kolesterol Estrogen dan Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta. Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS. Makassar. Sastrohamidjojo Hardjono, 1996 , Sintesis Bahan Alam FMIPA Universitas Gadjah Mada, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Harborne , 1987, Metode Fitokimia , ITB, Bandung.

HO

Você também pode gostar