Você está na página 1de 16

1 I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh alam yang keberadaannya tidak dengan sendirinya, proses pembentukan dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang lain, seperti bahan induk, iklim, topografi atau relief, vegetasi atau organisme, manusia dan waktu. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dan dibagi menjadi beberpa kelompok antara lain; kasar(pasir, pasir berlempung), agak kasar (lempung berpasir, lempung berpasir halus), sedang(lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu), agak halus(lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu), halus(liat berpasir, liat berdebu). Selain itu, tanah mempunyai perbedaan dalam memegang air, kemampuan ini tergantung pada teksturnya. Dengan tekstur tanah dapat dibahas dan dikemukakan tentang bahan mineral seperti pasir, debu dan liat dalam susunan tanah yang penting bagi berbagai kehidupan di muka bumi. Partikel-partikel tanah yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi(partikel) tanah, fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus (Dedy, 2009). Debit aliran merupakan volume air sungai yang mengalir persatuan waktu, biasanya dinotasikan dengan huruf Q. Data pengukuran debit aliran sungai

2 sangat penting untuk berbagai macam pengelolaan sumberdaya air (woxxisme, 2010). Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau (Triyadi, 2011). Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu perairan pada saat waktu tertentu. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dilakukannya praktikum menentukan tekstur tanah adalah agar mahasiswa dapat mengambil sampel tanah pada lokasi dan kedalaman tertentu, mengidentifikasi jenis tanah yang sesuai untuk kolam (secara praktis di lapangan), mennganalisis sampel tanah dengan metode tertentu untuk menentukan tekstur tanah (persen pasir, lempung, liatnya).

3 Sedangkan pada praktikum debit aliran air adalah agar mahasiswa dapat memasang sebuah alat weir pada selokan dengan benar, menghitung volume ailaran air yang melewati weir dengan rumus yang telah ditetapkan.

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging ( pertimbangan ) dalam suatu potensi penggunaan tanah (Veliria, 2009). Sedangkan menurut Dedy (2009) Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut. misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X) 32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur. seandainya hasil analisis lab menunjukkan persentase pasir 35%, liat 21% dan debu 44%. Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).

5 Tekstur tanah menunjukkan perbandingan kasar-halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan pasir, liat, debu serta pertikel-partikel yang ukurannya lebih kecil daripada kerikil. Partikel-partikel tersebut dapat berupa bahan-bahan induk yang belum terurai sempurna (Tan, 1991). Debit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local (Triyadi, 2011). Sedangkan menurut Suryatmojo (2006) debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberday aair permukaan yang ada. Debit maksimal digunakan untuk mengetahui potensi maksimal air di suatu DAS (Daerah aliran sungai). Potensi maksimal air yang dimaksud yaitu banjir.Nah, data debit maksimal dapat digunakan sebagai patokan untuk merancang bangunan pengendali banjir (woxxisme, 2010). Triyadi (2011) menyatakan dalam melakukan pengukuran debit sungai perlu diperhatikan angka kecepatan aliran rata-rata, lebar sungai, kedalaman,

6 kemiringan, dan geseran tepid an dasar sungai.Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai.Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jari-jari hidrolik r (hydraulic radius). Ada berbagai cara yang bisa digunakan dalam pengukuran debit aliran menurut woxxisme, (2010), antara lain pengukuran secara langsung dan Pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung ada 3 metode yaitu Velocity Area Method (floating method dan current meter), Slope Area Method dan Tracing Method (Suddent injection dan Constant injection). Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan data SPAS (Stasiun Pengamat Aliran Sungai).

7 III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat Praktikum Rekayasa Akuakultur yang berjudul Menentukan Tekstur

Tanah dan Mengukur Debit Aliran Air ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 November 2012, pukul 13.00 WIB s/d selesai yang bertempat di Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 3.2. Bahan dan Alat Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah, bahan reagent kimia, La Mottte Soil Texture Kit, rak tempat menaruk tube, 3 tabung, scope, papan weir, benda apung, stopwatch, meteran, penggaris, water pass dan tonggak. 3.3. Metode Praktikum Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana kelapangan untuk menentukan tekstur tanah dan mengukur debit aliran air. 3.4. Prosedur Pratikum Menentukan tekstur tanah : 1. Ambil sampel tanah pada kedalaman tertentu. 2. Siapkan 3 buah tabung La Motte dan tandai ketiga tabung pemisah tersebut dengan kode A, B dan C. 3. Masukkan sampel tanah ke tabung A hingga volume 15 cm3. 4. Tambahkan 1 ml reagent (soil dispersing reagent) dan tambahkan air ke tabung A hingga volume menjadi 45 cm3.

8 5. Tutup tabung dan kocok selama 3 menit hingga benar-benar homogen. 6. Buka tutupnya dan taruh tabung di rak selama 30 menit. 7. Tuangkan isi tabung A yang tidak mengendap ke tabung B. 8. Biarkan tabung B dalam rak selama 30 menit dan taruh / simpan tabung A pada rak. 9. Setelah 30 menit sisa larutan di tabung B tunangkan ke tabung C. 10. Catat jumlah endapan pada tabung A (Pasir) dan B (lempung), sedang kan sisanya di tabung C adalah liatnya. 11. Kemudian hitung persentase pasir, lempung dan liatnya. Mengukur debit aliran air dengan metoda Weir : 1. Pasang papan weir menghadang aliran air, usahakan agar tidak ada air yang mengalir melalui samping-samping dan bagian bawah weir. Dengan kata lain air hanya lewat melalui celah weir. 2. Tancapkan tonggak di bagian hulu weir kira-kira sejauh 4 kali tinggi air di celah weir. 3. Dengan bantuan water pass, tancapkan tonggak selevel dengan dasar celah weir. 4. Biarkan air mengalir hingga nampak konstan, kemudian ukur tinggi air (h) mulai dari ujung tonggak hingga permukaan air dengan alat penggaris. 5. Catat datanya dan hitung debit air dengan rumus sebagai berikut : Celah persegi : Q = 3,33 (l 0,2 t) t3/2 Trapesium : Q =3,367 l.t3/2. Segitiga (bersudut 900) : Q = 2,5 t5/2.

9 Dimana : Q = debit air dalam cubic feet/second atau cm3/detik L = panjang celah weir dalam feet (cm) dihitung mulai dari atas tonggak yang selevel dengan dasar celah weir yang dipancang sejarak tidak kurang dari 4 x tinggi air, kecuali untuk celah di tengah, H = tinggi air mulai dari tengah-tengah celah sampai ke permukaan air. Mengukur debit aliran air dengan Floating Method : 1. Pilih tempat aliran air (selokan) yang lurus tanpa penghalang. 2. Berilah 2 patok (misal A1 dan A2) dengan jarak 5 m. 3. Hanyutkan benda yang mengapung beberapa cm ke arah hulu dari tonggak yang 1 (A1 = tonggak yang lebih dahulu). 4. Catat waktunya dengan menggunakan stopwatch mulai saat benda sampai pada tonggak A1 hingga tepat sampai di tonggak kedua (A2). Jarak tonggak dibagi waktu yang dibutuhkan itu merupakan kecepatan aliran air (m/detik) sehingga dengan demikian kecepatan aliran air adalah: V= 5. Ukur lebar srta tinggi air pada selokan tepat pada pancang A1 dan A2. 6. Hitung luas penampang melintang selokan di kedua lokasi (A1 dan A2). 7. Hitung debit aliran air dengan forluma berikut : Q= Dimana : xV

10 Q = debit air dalam cm3/detik A = luas penampang selokan (aliran air) dalam cm2, dan V = kecepatan aliran air (cm/detik).

11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 1. Menentukan tekstur tanah Tabung A (pasir) = 70%

Tabung B (lempung) = 10% Tabung C (liat) = 20%

2. Mengukur debit aliran air dengan metode weir : Trapesium : Q = 3,367 l.t3/2 = 3,367 x 5 cm x ( 4,2 cm)3/2 = 144.95 cm3/detik Segitiga : Q = 2,5 t5/2 = 2,5 x (3,5 cm)5/2 = 57,3 cm3/detik Dengan floating method : V= = = 20 cm/detik Q= = = 65 cm3/detik xV x 50 cm/detik

12 4.2. Pembahasan Pada praktikum menentukan tekstur tanah dari hasil persen yang didapat pada tiap-tiap tabung A, B dan C maka dapat di ketahui dengan melihat segitiga tanah, tanah tersebut dinamakan lempung liat berdebu atau lempung berpasir. Tekstur merupakan perbandingan partikel-partikel tanah. Dimana partikel-partikel tanah ini terdiri dari sand (pasir), silt (debu), clay (liat). Tekstur tanah juga satu sifat fisik tanah yang secara praktis yang dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging (pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan tanah. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan (rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu).Bahan-bahan yanah yang lebih halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus (fine earth fraction) (Sarwono.2003). Pengukuran debit sungai yang dilakukan pada saat praktikum menggunakan dua metode, yaitu metode weir dan floating method. Berdasarkan data dan hasil perhitungan kedua metode tersebut menghasilkan debit yang jauh berbeda. Tentunya hal tersebut dikarena kedua debit didapatkan dari dua pengukuran yang berbeda. Dalam prakteknya di lapangan banyak factor-faktor yang mengakibatkan ketidakakuratan dalam perhitungan debit aliran sungai.

13 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari hasil praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging (pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan tanah dan berupa perbandingan partikel-partikel tanah yang terdiri dari liat, debu dan pasir. Selain itu tekstur tanah ditentukan oleh ukuran perbandingan relatif antara pasir, debu dan liat. Dan tekstur tanah ini sangat mempengaruhi terhadap kesuburan tanah, sebab semakin halus tekstur tanah semakin bertambah kesuburan tanah dan daya menahan air serta unsur unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan tanaman lebih kuat. Tekstur tanah juga ditentukan oleh unsur unsur penyusun tanah seperti suhu, bahan induk, mikroorganisme, relief dll. Dengan mengetahui tekstur suatu tanah maka kita dapat menentukan jenis tanaman yang cocok untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Sedangkan pada hasil pengamatan debit aliran air pada Waduk Faperika, debit aliran air berdasarkan pengukuran dengan metode weir berbentuk trapesium sebesar 144,95 cm3/s dan yang berbentuk segitiga sebesar 57,3 cm3/detik. Debit aliran air berdasarkan pengukuran dengan menggunakan floating method sebesar 65 cm3/detik. 5.2. Saran Pada pengukuran debit aliran sungai dengan floating method sebaiknya dikaji mengenai pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan dilakukan sebaiknya dicoba dahulu berapa waktu tempuh benda dari

14 jarak tertentu hingga dapat menetukan jarak yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu perjalanan benda sekurang-kurangnya 20 detik. Untuk pengukuran dengan metode weir perlu diperhatikan tempat pengukuran yang arusnya tidak terhalang oleh batu atau benda lainnya sehingga kecepatan yang diukur benarbenar kecepatan aliran air.

15 DAFTAR PUSTAKA

Dedy. 2009. Tekstur Tanah. http://dydear.multiply.com/journal/item/8/TeksturTanah?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem . [23 November 2012]. Notohadipranoto, R. M. Tejoyuwono. 1978. Asas-Asas Pedologi. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sarwono, H. 2000. Ilmu Tanah. PT. Meddiyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Suryatmojo, H. 2006. Metode Pengukuran Debit Aliran. http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=110 . [23 November 2012]. Tan, K. H. 1991. Principles of Soil Chemistry ( Dasar-Dasar Kimia Tanah, Alih Bahasa : Ir. Didiek Hadjar Goenadi, Msc. Phd. ). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Triyadi, R. 2011. Mengukur Debit Aliran Sungai. http://triyadirikky06.blogspot.com/2011/04/mengukur-debit-aliransungai.html . [23 November 2012].

Veliria, M. 2009. Tekstur Tanah. http://khmandayu.blogspot.com/2009/11/teksturtanah.html . [23 November 2012]. Woxxisme. 2010. Debit Aliran Sungai. http://woxxism.blogspot.com/2010/11/debit-aliran-sungai.html . [diakses pada tanggal 23 November 2012].

16 LAMPIRAN

1.Alat-alat Yang Digunakan Selama Praktikum

Meteran

La Motte

Scope

Stopwatch

Você também pode gostar