Você está na página 1de 13

AUDIT INVESTIGATIF

CARA EFEKTIF MENDETEKSI KECURANGAN DALAM UPAYA MEMBERANTAS KORUPSI DI NEGERI INI DENGAN AUDIT INVESTIGASI
(Uraian Singkat dari Dasar Audit Investigatif)

CARA EFEKTIF MENDETEKSI KECURANGAN DALAM UPAYA MEMBERANTAS KORUPSI DI NEGERI INI DENGAN AUDIT INVESTIGASI
A. Pendahuluan Tidak mudah menangkap koruptor, banyak yang disangka melakukan tindak pidana korupsi tetapi kemudian dibebaskan karena tidak cukup bukti begitu pula yang berdasarkan hasil audit, seseorang dinyatakan melakukan korupsi namun tidak dikenakan sanksi bahkan dilindungi. Mengapa hal ini banyak terjadi adakah yang salah dalam melakukan audit atau penegakan aturan hukum dan aparatnyakah yang perlu dibenahi ?. Sedangkan modus korupsi semakin hari semakin canggih dan kejahatan semakin rapi tersembunyi, sehingga untuk mengungkap hal yang tersembunyi ini perlu suatu cara yang harus digunakan yaitu melalui audit investigasi. Istilah investigasi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu penyelidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa keadilan untuk mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran yang tinggi (high level of assurance) mengenai suatu permasalahan yang ditemukan. Di Indonesia istilah investigasi muncul dalam Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menjelaskan bahwa audit investigasi termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan kinerja. Audit investigasi adalah salah satu aktivitas dalam rangka implementasi upaya strategi memerangi korupsi dengan pendekatan investigatif. Dapat diartikan pula bahwa Audit investigatif merupakan audit yang khusus ditujukan untuk mengungkap kasus atau penyimpangan yang berindikasi Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Audit ini umumnya merupakan pengembangan lebih jauh atas hasil audit operasional yang menunjukkan adanya indikasi KKN, namun bisa juga didasarkan atas berita di mass media maupun laporan/pengaduan dari masyarakat.

Sedangkan definisi menurut G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist dalam bukunya Fraud Auditing and Forensic Accounting yang terjemahannya berbunyi audit investigasi mencakup review dokumentasi keuangan untuk tujuan tertentu yang mungkin saja berhubungan dengan masalah ligitasi dan pidana. Praktik investigatif atau fraud accountant diutamakan pada dua bidang kegiatan yaitu mencari bukti perbuatan kriminal dan penyebab atau pendukung kerugian (damages). B. Tujuan Audit Investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau auditor yang lainnya yang melakukan pekerjaan investigasi bertujuan untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara, daerah dan/ atau ada tidaknya unsur pidana. Menurut Theodorus M. Tuanako, dosen FE UI mengemukakan, tujuan audit investigasi cukup beragam. Dalam konteks tindak pidana korupsi yang tujuan akhirnya memenjarakan para koruptor dan mengembalikan keuangan negara seluruh atau sebagian. Tujuan investigasi tergantung dari organisasi/ lembaga serta mandat yang dimiliki, tujuan yang dicapai terletak pada pimpinan Sedangkan menurut pendapat KH Spencer Pickett dan Jennifer Pickett mengemukakan adanya lebih dari 20 pengertian tujuan audit investigasi. Seperti, tujuan audit investigasi adalah memeriksa, mengumpulkan, dan menilai cukup dan relevannya bukti. Tujuan ini akan menekankan dapat diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di pengadilan.

Dengan demikian, pengertian audit investigasi kini lebih dipersempit untuk menanggulangi korupsi dan mengembalikan asset kekayaan negara, sebagian maupun seluruh dari jarahan para koruptor.

C. Macam-macam Audit Investigasi Ada dua macam audit investigasi : 1. Audit Investigasi Proaktif Dilakukan pada entitas yang mempunyai risiko penyimpangan, tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau tidak didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat atau berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/ kekayaan negara dan/ atau perekonomian negara. 2. Audit investigasi Reaktif Mengandung langkah-langkah pencarian dan pengumpulan bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukung dugaan awal tentang indikasi adanya penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan/ kekayaan negara dan/ atau perekonomian negara. Informasi indikasi adanya penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan/ kekayaan Negara dan/ atau perekonomian Negara di pihak yang akan diaudit bisa merupakan hasil audit sebelumnya/ hasil pemeriksaan awal/ terdahulu atas laporan keuangannya dan/ atau dari sumber-sumber informasi dari pihak lain. D. Sifat Akuntan yang Melakukan Audit Investigasi Ada lima sifat yang harus dimiliki oleh seorang akuntan yang melakukan audit investigasi, terkait pemberantasan korupsi seperti yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi : 1. Mempunyai rasa curiga yang besar 2. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar 3. Mempunyai daya analisa yang kuat 4. Mempunyai logika yang bagus terhadap kasus yang ditangani 5. Tidak cepat putus asa E. Pendekatan Audit Investigasi dalam Mengungkap Kebenaran

Menurut Eddie M. Gunadi, senior partner pada KAP BDO Tanubrata, audit investigasi dilaksanakan apabila ada tanda-tanda terjadinya kriminalitas dalam pelaksanaan laporan keuangan sehingga harus diinvestigasi lebih dalam apakah benar terjadi kasus kecurangan atau kriminal yang bisa berdampak pidana atau perdata. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga yang sering melaksanakan audit investigasi. Audit investigasi bukan hal yang bersifat umum dan hanya orang-orang khusus yang melakukan audit investigasi, yaitu orang-orang yang mempunyai kualifikasi sebagai auditora. Pada dasarnya audit investigasi adalah mencari kebenaran, apakah terjadi kecurangan (fraud) atau tidak.

Pendekatan audit investigasi atas tindak pidana didasarkan pada penilaian yang logis terhadap individu dan segala sesuatu/benda yang terkait dengan tindak kejahatan tersebut. Seperti dijelaskan di bawah ini : Individu yang terkait dengan tindak kejahatan Korban , pelapor dan saksi-saksi merupakan subyek wawancara bagi investigatif auditor dalam rangka memperoleh fakta dan informasi yang diketahui mereka . Tersangka dan pelaku kejahatan merupakan subyek wawancara yang merupakan dasar terjadinya suatu fakta dalam rangka investigatif auditor menetukan sampai sejauh mana keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan tersebut. Agar bukti yang didapatkan benar-benar valid, investigatif auditor harus senantiasa melakukan konformasi terhadap kebenaran informasi yang diperoleh dengan pihak-pihak yang independen. Benda-benda yang terkait dengan tindak kejahatan Auditor investigasi harus memahami bahwa benda-benda fisik yang terkait dengan tindak kejahatan mempunyai nilai-nilai pembuktian yang sangat berarti karena bukti fisik merupakan bukti faktual tidak seperti halnya ingatan manusia yang terbatas, bukti fisik selalu mengungkapkan cerita yang sama dari waktu ke waktu namun bukti fisik akan berkurang nilainya apabila auditor gagal mendapatkannya, mempelajarinya dan memahaminya, maka auditor harus memahami hal-hal seperti : Apa yang dimaksud dengan bukti fisik, Bagaimana memperoleh dan menyimpannya, Bagaimana memperoleh

informasi yang optimal dari bukti fisik tersebut, dan Bagaimana mengartikan/ menafsirkan informasi yang telah diperoleh tersebut. F. Prinsip- Prinsip Investigasi Investigasi merupakan metode/tehnik yang dapat digunakan dalam audit investigasi. Investigasi memerlukan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman, selain itu memerlukan pemahaman terhadap ketentuan perundang-undangan dan prisip-prinsip investigasi guna pemecahan permasalahan yang dihadapi. Prinsip-prinsip berikut ini berdasarkan pengalaman dan praktek dapat dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai berikut : 1. Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan. 3. Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan kesimpulan sendiri ( bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelakunya teridentifikasi). 4. Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi. 5. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigasi. 6. Pelaku kejahatan adalah manusia,oleh karena itu jika ia diperlakukan sebagaimana layaknya manusia maka mereka juga akan merespon sebagaimana manusia. G. Tahap- Tahap Audit Investigasi Dalam melakukan audit investigasi ada tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1. Persiapan dan Perencanaan. Setiap kegiatan audit harus diawali dengan persiapan dan perencanaan. Audit investigatif lebih ditekankan pada sikap kehati-hatian dan independen serta arif karena sering terjadi konflik kepentingan antara auditor dan auditan. Dalam

menunjuk petugas investigatif harus dipertimbangkan auditor yang mempunyai pengalaman, integritas yang tinggi, kemauan, keuletan dan keberanian , independen dan tidak ada hubungan istimewa antara auditor dan auditan. 2. Membuat PKA. Dalam menyusun PKA audit investigatif auditor harus memahami betul permasalahan yang akan diaudit.Oleh karena itu perlu ditetapkan sasaran, ruang lingkup, waktu audit, menyusun strategi dan langkah audit. 3. Pelaksanaan audit terlebih dahulu diadakan pembicaraan pendahuluan dengan auditan untuk menjelaskan tujuan audit dan mendapatkan informasi tambahan serta menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran tugas. Untuk mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian maka auditor harus mendapatkan minimal 7 jawaban dari pertanyaan: 1) Apa yang telah terjadi, 2) Siapa yang melakukan, 3) Dimana perbuatan itu dilakukan, 4) Kapan dilakukan, 5) Dengan apa perbuatan itu dilakukan, 6) Bagaimana dilakukan/modus operandi, 7) Mengapa perbuatan itu terjadi. 4. Investigasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bukti dengan menggunakan prosedur dan tekhnik audit. Untuk dapat melakukan investigasi dengan baik maka diperlukan : 1) Pengetahuan yang baik tentang permasalahan yang akan diaudit, 2) Siapa orang-orang yang akan diaudit dan siapa yang diperiksa terlebih dahulu, 3) Menyusun pertanyaan yang dapat mengungkap kejadian sebenarnya, 4) Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi, 5) Pengetahuan tentang orang-orang / pribadi yang akan diaudit, 6) Tempat dan waktu. 5. Dalam melaksanakan investigasi perlu diperhatikan agar pelaku mudah diarahkan untuk mengakui perbuatannya maka diperlukan mengumpulkan bahan dan bukti yang

berkaitan dengan kasus yang diaudit dan dapat dijadikan sebagai alat bukti .Alat bukti menurut KUHP Pasal 184 : 1) Keterangan saksi, 2) Keterangan saksi ahli, 3) Bukti petunjuk, 4) Keterangan / pengakuan terdakwa.

6. Keterangan / pengakuan terdakwa saja tidak cukup untuk pembuktian melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lainnya. Bukti dalam audit adalah 1) Klarifikasi, 2) Hasil pengujian fisik, 3) Dokumentasi, 4) Observasi, 5) Tanya jawab / hasil wawancara, 6) Prosedur analisa. H. Laporan Audit Investigasi Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk mengkomunikasikan kesimpulan yang diperoleh tentang hasil auditnya kepada pihak yang berkepentingan. Sampai saat ini belum ada standar yang khusus untuk laporan audit investigatif atau audit khusus. Standar umum bahwa laporan harus dibuat secara tertulis segera setelah berakhirnya pelaksanaan audit dan laporan disampaikan kepada pihak yang berwewenang dan laporan bersifat rahasia. Dalam pelaksanaannya, laporan audit investigasi diberikan kepada pihak yang memberi instruksi (kepolisian, jaksa, pengadilan). I. Menjelaskan Audit Investigasi Kedalam Bahasa Hukum Upaya pemberantasan korupsi di mana pun tidak semata-mata melibatkan aparat penegak hukum terkait seperti polisi, jaksa, dan hakim. Pemberantasan korupsi di suatu perusahaan swasta atau pemerintahan wajib melibatkan akuntan yang akan melakukan audit investigasi. Auditor investigasi dituntut bukan hanya melakukan investigasi semata, tetapi juga harus dapat menjelaskan hasilnya ke dalam bahasa hukum. Dengan demikian,

seorang akuntan sebelum melaksanakan aktivitasnya wajib melakukan penelusuran berbagai peraturan perundang-undangan, termasuk memegang teguh sikap independensinya untuk tidak mau menerima upeti. J. Contoh Kasus Audit Investigasi 1. Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Tahun 2003 Pada Pemkab Jeneponto di Bontosunggu, Makassar Tujuan Investigasi Tujuan audit investigasi ini adalah untuk mengetahui dan menentukan apakah temuan audit keuangan atas Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Jeneponto di Bontosunggu Tahun Anggaran 2003 khususnya temuan tentang Belanja Modal Bangunan Gedung Perwakilan di Jakarta sebesar Rp1.500.000.000,00 dan pelaksanaan pembebasan tanah untuk pembangunan Waduk Kelara-Kareloe sebesar Rp5.000.000.000,00, memiliki cukup bukti dan memenuhi syarat untuk diidentifikasi sebagai Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesimpulan Hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Tahun 2003 Pada Pemkab Jeneponto di Bontosunggu, Makassar diketahui ada indikasi pemyimpangan-penyimpangan atas : - belanja modal bangunan gedung perwakilan (Mess Pemda) di Jakarta sebesar Rp. 1.500.000.000 yang telah direalisasikan. Dari pembelian tersebut terjadi kemahalan harga yang merugikan Pemkab sebesar Rp. 1.211.811.400 (Rp. 1.500.000.000- Rp. 288.186.000) belum termasuk harga perabot. Terjadinya penyimpangan tersebut karena pelaksanaan pembeliannya tidak melalui prosedur sesuai peraturan yang berlaku. - pembebasan tanah untuk pembangunan Waduk Kelara-Kareloe sebesar Rp. 5.000.000.000 yang direalisasikan dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp. 2.080.000.000 dan tahap kedua Rp. 2.920.000.000. Apabila Pemda yang langsung melaksanakan pembelian tanah kepada pemilik tanah yang sah hanya Rp. 2.634.055.000 berati dapat menghemat sebesar Rp. 2.365.945.000 (Rp. 5.000.000.000 Rp. 2.634.055.000).

Langkah-langkah Audit Investigasi 1. Menelaah informasi awal dari Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah APBD Tahun 2003 Pemerintah Kabupaten Jeneponto 2. Melakukan analisa APBD, Perubahan APBD Tahun Anggaran 2002 dan 2003, Perhitungan APBD Tahun Anggaran 2002 dan 2003, DIPDA/Revisi DIPDA Tahun Anggaran 2002 serta DASK Tahun Anggaran 2003 Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto 3. Melakukan analisa dokumen-dokumen pengadaan Mess Pemerintah Kabupaten Jeneponto di Jakarta dan pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan Waduk Kelara-Kareloe 4. Melakukan konfirmasi kepada instansi/pihak-pihak terkait dengan pengadaan Mess Pemda Kabupaten Jeneponto di Jakarta dan pembangunan Waduk Kelara-Kareloe 5. Melakukan pemeriksaan fisik Mess Pemerintah Kabupaten Jeneponto di Jakarta dari tanggal 26 September 2005 samapai dengan 30 September 2005 dan lokasi pembebasan tanah Waduk Kelara-Kareloe pada tanggal 3 Oktober 2005 6. Melakukan perhitungan ulang atas kerugian daerah yang diindikasikan 7. Melakukan wawancara kepada pihak terkait atas penyimpangan-penyimpangan tersebut Rekomendasi Berdasarkan penyimpangan, modus operandi, pihak yang diindikasikan terlibat, serta indikasi unsur tindak pidana yang telah diidentifikasikan dan setelah didapatkan alat bukti, kemudian dapat disimpulkan adanya indikasi tindak pidana korupsi. Tim audit investigasi merekomendasikan agar hasil audit investigasi ini ditindaklanjuti dengan penyerahan laporan ini kepada Kejaksaan agar dapat segera diteruskan dengan proses penyidikan oleh Jaksa Penyidik. Dasar Hukum 1. UU No. 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan 2. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara

3. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Badan pemeriksaan Keuangan Tahun 2005 4. Surat tugas Pemeriksaan No. 114/ST/XIV.7/08/2005 tanggal 22 Agustus 2005 Rekomendasi Untuk Bupati Untuk menghilangkan penyebab terjadinya penyimpangan ini, Bupati Jeneponto seharusnya menjalankan sistem yang sudah diatur berdasarkan Keppres 18 Tahun 2000 jo. Keppres No. 80 tahun 2003 yaitu menciptakan 70 sistem pengadaan barang/jasa dengan mengikuti prinsip dasar dan etika pengadaan barang/jasa serta melaksanakan mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan. Bupati Jeneponto juga seharusnya menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik terutama dalam hal mekanisme pengeluaran Kas Daerah sebagaimana diatur dalam Kemendagri No. 29 Tahun 2002.

Hasil pertemuan konsultasi dengan penyidik Belum dilakukan pertemuan konsultasi dengan pihak Kejaksaan, karena menunggu keputusan dari Sidang Badan dan Pendapat Tim Konsuler Hukum. Tim Audit Investigasi berpendapat bahwa hasil audit investigasi ini telah menunjukkan adanya cukup bukti yang mendukung adanya indikasi tindak pidana korupsi. Tim Audit Investigasi berpendapat bahwa perlu segera diserahkan kepada pihak Kejaksaan untuk diteruskan dalam tingkat penyidikan. 2. Pengucuran Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Aliran Dana BI ke Sejumlah Anggota Dewan Kasus BLBI merupakan skandal kejahatan perbankan terbesar di Indonesia. BI mengeluarkan dana Rp. 144,5 triliun dalam waktu singkat tanpa mengindahkan kaidahkaidah hukum perbankan dan mengeluarkan dana sebesar Rp. 175 triliun ke bank-bank pemerintah dalam waktu yang hampir bersamaan. Karena prosedur pengucurannya menyalahi aturan yang berlaku maka dana tersebut tidak kembali. Akhirnya seluruh tanggungjawab bank-bank penerima kucuran dana itu diambil alih pemerintah. Hasil audit investigasi yang digambarkan dalam laporan audit investigasi BPK dan BPKP

menemukan, bukan hanya mekanisme pengucurannya yang menyalahi ketentuan juga pemanfaatan dana tersebut juga menyalahi tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya, bank-bank yang mendapat kucuran dana BLBI itu mengalokasikan dananya ke tempat lain. Misalnya, untuk membayar pinjaman modal, membayar kewajiban kepada bank umum tetapi tidak ada bukti transaksinya, membiayai kontrak derivative baru, membiayai pembukaan cabang baru serta rekruitmen karyawan baru dan peluncuran produk baru. Begitu pula pada kasus kedua, BI terperosok atas pengucuran dana senilai Rp. 100 miliar milik Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI). Kucuran dana tersebut diduga kuat mengalir kepada sejumlah anggota Dewan. Dijadikannya Gubernur BI sebagai tersangka dalam korupsi tersebut.

3. Audit Investigasi pada KPU Hasil audit investigasi BPK terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengungkap adanya kerugian negara dalam pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh KPU. Audit investigasi pun sangat hingar bingar sebab berujung pada upaya percobaan penyuapan terhadap auditor BPK. 4. Kasus Bank Century Berkat kerja keras 38 anggota tim auditor investigasi, BPK mampu membuat laporan perkembangan audit investigasi kasus Bank Century. Laporan tersebut pada 28 September diserahkan ke DPR selaku institusi yang menugaskan BPK melakukan investigasi itu. BPK mengakui menemui kesulitan dalam melakukan audit investigasi Bank Century ini, terutama dalam menelusuri aliran dana Rp. 6,7 triliun karena itu BPK membutuhkan bantuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) serta membutuhkan izin bank yang tersangkut dengam aliran dana. Anggota BPK, Hasan Basri belum mau memerinci jumlah rekening yang sudah ditelusuri BPK yang jelas dari BI aliran dana melibatkan 50 rekening, termasuk mengungkap deposan besar dalam aliran

dana Bank Century ini.

Investigasi BPK atas kasus penyelamatan Bank Century dilakukan atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 5 Juni 2009 dan DPR pada 1 September 2009. Laporan akhir investigasi BPK akan disampaikan langsung kepada DPR dan KPK selaku pengguna laporan dan tidak dapat dipublikasikan kepada umum.

Kesimpulan Pembahasan
Audit investigasi lebih kepada kegiatan untuk mendapatkan bukti-bukti yang mendukung sangkaan awal. Bukti tersebut nantinya akan digunakan sebagai pendukung dalam proses penuntutan di pengadilan.

Hasil audit invesitigasi jika mengandung unsur tindak pidana maka laporan hasil audit disampaikan juga pada aparat penegak hukum seperti polisi atau kejaksaan.

Laporan hasil audit investigasi bersifat rahasia dan tidak dapat dipublikasikan kepada umum.

Você também pode gostar