Você está na página 1de 4

Nama : Ali Muslim Bahreisy NIM : 20070310071

REFLEKSI KASUS IPE (DIABETES MELITUS) A. Rangkuman Kasus Ny. P (42) datang dengan keluhan DM sejak 4 tahun yang lalu, sering pusing, dan kadang nyeri dada. Klien mengatakan bahwa tumit kanannya luka sejak 1 bulan yang lalu dan semakin meluas. Saat ini klien mendapatkan tx metformin dan glucobay. Ny.P mengatakan diit tidak teratur, tidak pernah lagi cek gula darah dan belum pernah cek lab. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan TD: 140/90 mmHg, GDS : 257 mg/dl TB: 159 BB: 60 kg. B. Perasaan Terhadap Masalah Dari pengalaman saya mengikuti pendidikan IPE, saya memandang bahwa melalui Interprofesional education (IPE)diharapkan berbagai profesi kesehatan dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang hasil dalam pembelajaran yang memberikan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masingmasing profesi dengan mengaktifkan setiap profesi untuk meningkatkan praktik agar dapat saling melengkapi, membentuk suatu aksi secara bersama untuk meningkatkan pelayanan dan memicu perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih kolaboratif, meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat; menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam belajar antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui literatur profesional dan antarprofesi. Dan IPE ini memberikan manfaat antara lain meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil yang positif dalam melayani klien; meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan. C. Evaluasi Dalam pelaksanaan program dianjurkan melibatkan IAI dan Stakeholder lain maupun organisasi kesehatan lainnya dalam perwujudan IPE (Inter Professional Education). Kerjasama dapat berupa keikutsertaan, pembuatan panduan maupun

sponsor untuk pelaksanaan kegiatan. Program ini diharapkan terlaksana sesuai arahan dan panduan serta tepat sasaran. Dengan adanya kerja sama yang baik antar disiplin ilmu diharapkan pasien yang terkena penyakit Diabetes dapat menjadi lebih peduli lagi terhadap penyakitnya.

D. ANALISIS KASUS Dari masalah-masalah pasien yang ada tersebut diatas, saya akan mencoba menganalisis masalah yang ada pasien tersebut yaitu: 1. KEPATUHAN DAN KURANG PENGETAHUAN PASIEN: Dalam hal ini saya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien diabetes mellitus yang ditinjau dari faktor predisposisi, faktor dorongan dan faktor dukungan. Ketiga hal tersebut dirincikan menjadi lima faktor yaitu: faktor pengetahuan, sikap, lingkungan fisik, sarana dan prasarana serta faktor dukungan keluarga. Kepatuhan berobat dinilai dari kepatuhan dalam minum obat dan kontrol menurut anjuran dokter. bahwa masih banyak penderita diabetes mellitus yang kurang pengetahuan tentang penyakit tersebut, sehingga penderita bersikap tidak setuju dengan apa yang dianjurkan oleh dokter. Faktor lainnya yang mempengaruhi kekurangpatuhan penderita adalah kurangnya dukungan keluarga dalam memberi bantuan dan dorongan kepada penderita dalam menjalani pengobatan di puskesmas sesuai yang dianjurkan oleh dokter. Hal tersebut diatas memiliki peran penting bagi pasien agar konsisten dalam menjalani terapi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bila faktor predisposisi, dukungan dan dorongan telah dimiliki dan dikuasai oleh penderita diabetes, maka tingkat kepatuhan akan tinggi sehingga penderita diabetes mellitus patuh baik dalam menelan obat diabetes maupun kontrol ke dokter. Sebaliknya, bila faktor-faktor tersebut tidak dimiliki oleh penderita, maka tingkat kepatuhan akan rendah. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan program penyuluhan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan dengan berbagai macam media serta ditambahkan penyuluhan-penyuluhan ditingkat yang lebih khusus, agar masyarakat memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang penyakit diabetes mellitus. Kepribadian masyarakat juga berperan dalam hal menyikapi penyakit ini dengan menyetujui segala anjuran yang diberikan oleh dokter. Pada hal ini, diperlukan juga dukungan keluarga dalam menasehati dan mengawasi penderita menelan obat serta membantu penderita untuk pergi kontrol ke puskesmas. 2. DIIT: Tujuan utama terapi diet adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar gula darah menjadi normal atau mendekati normal. Pengetahuan pasien tentang diet diabetes melitus merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk perilaku kepatuhan dalam menjalani diet sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satu tolak ukur kepatuhan dalam menjalani terapi diet adalah kadar gula darah pasien yang terkontrol Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan diet dengan kadar gula darah pasien diabetes, contoh dari edukasi diet adalah: Menganjurkan untuk mengurangi jumlah makanan dan menambah frekuensi makannya, misal dalam 1 piring makan itu terdapat setengah sayuran, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein, dan menambah frekuensi makan yg teratu dari jam 7 pagi, 12 siang, dan 7 malam. 3. PERAWATAN KAKI: Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalah masalah kaki. Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri atau jamur, dan yang paling parah adalah pembusukan jaringan sehingga perlu dilakukan amputasi. Masalah pada kaki penderita DM disebabkan oleh dua hal, yakni: Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Aliran darah yang terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga kulit kaki menjadi lemah, mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka. Kerusakan saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Kerusakan saraf menyebabkan kepekaan seorang pasien DM terhadap rasa nyeri menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar saat kakinya terluka. Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah Mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk senam kaki/ menggerakan kaki selama 15 menit perhari. Menganjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang tertutup serta pas dan nyaman digunakan. Mengajarkan dan menganjurkan kepada pasien untuk melakukan perawatan kaki secara rutin. Apabila memotong kuku, jangan terlalu pendek, agar tidak terjadi luka. 4. ORAL HYGIENE: Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes. Jika ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat maka orang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2. Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu risiko diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah dapat menolong orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu diabetes. Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon insulin dan menjaga

kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga kesehatan giginya agar tidak berisiko terkena diabetes. 5. TERAPI Dalam menjelaskan pasien bahwa terapinya hanya untuk mencegah terjadinya komplikasi, dan mengontrol saja, dan menerangkan kepada pasien agar selalu patuh terhadap anjuran pemberian obat, karena apabila terjadi komplikasi maka biaya perobatan akan lebih mahal, sehingga membuat pasien semakin patuh. E. KESIMPULAN: Dari pengalaman tersebut diatas, pasien DM dibuat untuk merasa nyaman terhadap penyakitnya agar lebih peduli dan patuh terhadap pengobatan yang diberikan oleh dokter. F. DAFTAR PUSTAKA Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta. FKUI.

Você também pode gostar