Você está na página 1de 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Salisilat Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk Kristal berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156 0C dan densitas pada 25 0C sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam keadaan panas. Asam salisat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat pada suhu sekitar 200 0C ( Wikipedia,2011). Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti yang disajikan pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Struktur Asam Salisilat Bahan baku utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH, karbon dioksida dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai obatobatan dan sebagai bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi seperti aspirin dan beberapa turunannya. Sebagai antiseptic, asam salisilat zat yang mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi akibat rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal.

Universitas Sumatera Utara

Asam salisilat (10-20%) dalam larutan yang terdiri dari asam nitrat selulosa dalam eter dan alkohol digunakan sebagai penghilang kutil dan katimumul pada kaki. Dalam hal ini asam salisilat menyebabkan pelunakan lapisan kulit sehingga katimumul dan kutil akan terlepas bersama kulit mati. Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam salisilat. Misalnya sodium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik dan antipyretic serta untuk terapi bagi penderita rematik akut. Alumunium salisilat yang berupa bubuk sehalus debu digunakan untuk mengatasi efek catarrhal pada hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan sebagai obat penghilang kuman penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan untuk mengatasi diare. Turunan lain selain diatas adalah asam p-aminosalisilat yang dapat mengatasi tubercolosis pada manusia. Asam metilendisalisilat sering digunakan sebagai zat aditif minyak pelumas serta sebagai formulasi resin alkil. Salisilamide digunakan secara farmasi sebagai antipyretic, zat seudatif dan anti rematik. (Anonim, 2011)

2.2 Sifat-sifat bahan baku 2.2.1 NaOH Sifat-sifat dari Natrium Hidroksida (NaOH) yaitu: 1. Berat Molekul 2. Titik Leleh 3. Titik Didih 4. Wujud 5. Warna : 39,9971 g/mol : 318 C : 1390 C : Padat : Putih

6. Bereaksi dengan asam klorida akan membentuk garam dan air NaOH + HCl NaCl + HO 2 natrium hidroksida asam klorida garam Na2CO3 natrium karbonat air 7. Bereaksi dengan karbondiosida akan membentuk natrium karbonat dan air 2NaOH natrium hidroksida + CO2 + H2O air

karbondioksida

(www.wikipedia.org, 2011)

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Karbondioksida (CO2) Sifat-sifat dari karbondioksida (CO2) yaitu: 1. Berat molekul 2. Kandungan C 3. Kandungan O : 44,01 gr/mol : 72,71 % : 27,29 % : -56,6 0C : 5,11 atm

4. Wujud pada suhu kamar : gas 5. Temperatur kritis 6. Tekanan kritis 7. Tidak berwarna 8. Tidak berbau 9. Gas yang tidak dapat terbakar. 10. Wujud padat dalam bentuk es kering 11. Diserap dengan larutan alkali. (Wikipedia, 2011)

2.2.3 Asam Sulfat (H2SO4) 1. Berat molekul 2. Wujud 3. Titik didih 4. Titik beku 5. Densitas 6. Specific Gravity (60 oF) : 98,079 g/mol : Cair : 340 oC : 10,49 oC : 1,9224 gr/cm3 : 1,824

7. Merupakan senyawa asam kuat yang higroskopis dan sangat stabil (Perry, 1999 & Kirk Othmer, 1969) 2.2.4 Phenol Sifat-sifat dari phenol yaitu: 1. Rumus molekul 2. Berat molekul 3. Wujud 4. Warna 5. Densitas 6. Titik didih : C6H5OH : 94,113 gr/mol : Padat : Tak berwarna : 1.07 gr/cm : 182 oC

Universitas Sumatera Utara

7. Titik beku 8.Kelarutan dalam air (20 oC) 9.Bersifat korosif (wikipedia, 2011)

: 41 oC : 8,3 g/100 ml

2.2.4 Air (H2O) Sifat-sifat dari Air (H2O) 1. Berat molekul 2. Titik didih 3. Titik beku 4. Densitas (25 0C) 6. Tekanan uap (20 0C) 7. Panas pembentukan 8. Panas spesifik (pada kondisi standar) 9. Panas penguapan 10. Kapasitas panas 11.Tidak berbau, berasa dan berwarna (Kirk Othmer, 1968) : 18,015 gr/mol : 100 0C : 0 0C : 0,998 gr/ml

5. Viskositas (pada kondisi standar, 1 atm) : 8,949 mP : 0,0212 atm : 6,013 kJ/mol : 4,180 J/kg K : 22,6.105 J/mol : 4,22 kJ/kg K

2.3 Sifat-sifat produk 2.3.1 Asam salisilat Sifat-sifat dari asam salisilat 1. Rumus molekul 2. Berat molekul 3. titik lebur 4. Warna 5. Kelarutan dalam air (20 oC) ( Perry, 1997 ) : C6H4(OH)COOH : 138,12 gr/mol : 159 oC ( pada tekanan 1 atm ) : Tak berwarna : 49 g/100 gr ( pada 15 oC )

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Natrium Sulfat (Na2SO4) Sifat-sifat : 1. Berat Molekul 2. Titik Leleh 3. Wujud 4. Warna 5. Kelarutan dalam air : 142,04 g/mol : 884 C : Padat : Putih : 4,76 g/100 ml (0C) 42,7 g/100 ml (100C) 6. Tidak larut dalam etanol 7. Bereaksi dengan asam sulfat membentuk natrium hidrogen sulfat Na2SO4 natrium sulfat + H2SO4 asam sulfat 2 NaHSO4 natrium hidrogen sulfat 2 NaCl natrium klorida

8. Bereaksi dengan barium klorida membentuk natrium klorida dan barium sulfat Na2SO4 natrium sulfat + BaCl2 barium klorida + BaSO4 barium sulfat

9. Dapat dibuat dengan berbagai macam proses - Secara laboratorium, dengan mereaksikan natrium hidroksida dan asam sulfat 2 NaOH natrium hidroksida + H2SO4 asam sulfat Na2SO4 natrium sulfat + 2 H2O air

- Secara komersial, dapat dibuat dengan dua metode yaitu : 1. Proses Mannheim, dengan mereaksikan natrium klorida dan asam sulfat 2 NaCl natrium klorida + H2SO4 asam sulfat Na2SO4 natrium sulfat + 2 HCl asam klorida

2. Proses Hargreaves, dengan mereaksikan natrium klorida, sulfur dioksida, oksigen, dan air. 4 NaCl + 2 SO2 + O2 + 2 H2O 2 Na2SO4 + 4 HCl

(www.wikipedia.org, 2010)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Pembuatan Asam Salisilat Proses pembuatan asam salisilat dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Proses Wacker. Pada proses Wacker sodium phenolate kering direaksikan dengan karbon dioksida menggunakan phenol berlebih sebagai pelarut kemudian disuling dengan xilene dan menggunakan azeotroping agent untuk mengurangi air. Proses Wacker bekerja pada temperature 1400C dan tekanan CO2 pada tekanan atmosphere. Waktu reaksi dari proses ini sekitar 15 jam untuk menghasilkan sodium salisilat (public.resource.org, 2010). 2. Proses Wolthuis. Wolthuis mereaksikan karbon dioksida dengan potassium phenolate dengan menggunakan halogenasi benzene seperti khlorobenzene sebagai pelarutnya. Awalnya pada proses ini anhydrous potassium phenolate diperoleh dengan mendestilasi air seluruhnya menggunakan sebagian khlorobenzene. Kondisi reaksi pada 1500C dan karbon dioksida pada tekanan 45-120 pound per square inch. Garam potassium phenolate akan menghasilkan yield yang tinggi dari asam salisilat dan sedikit garam sodium (public.resource.org, 2010). 3. Proses Kolbe-schmitt. Pada proses ini sodium penolate atau sodium phenate diperoleh dengan mereaksikan phenol dengan sodium hidroksida. Sodium phenolate kemudian direaksikan dengan karbon dioksida pada temperature 1800C dan menghasilkan sodium salisilat. Sodium salisilat kemudian direaksikan dengan H2SO4 dan air sehingga dihasilkan Asam salisilat dan Na2SO4 sebagai produk samping (kirk-Othmer, 1998).

2.5 Pemilihan Proses Proses yang dipilih adalah proses Kolbe-Schmitt karena faktor-faktor sebagai berikut: Bahan baku mudah diperoleh dan lebih murah Proses pemurnian yang tidak rumit Konversinya besar Dihasilkan produk samping berupa garam

Universitas Sumatera Utara

Alat yang mudah diperoleh sehingga penggantian alat mudah dilakukan

2.6 Deskripsi Proses 2.6.1 Proses Pembuatan Asam salisilat Pra perancangan pabrik pembuatan asam salisilat adalah menggunakan proses Kolbe Schmitt. Proses ini lebih dipilih karena reaksi karboksilasi dapat dilakukan pada temperatur sekitar 180 0C, yaitu antara CO2 dengan Sodium phenolate yang terlebih dahulu dibuat dengan mereaksikan Natrium hidroksida dengan senyawa phenol. Kemajuan sintesis yang telah dikembangkan ini meningkatkan jumlah asam salisilat yang dihasilkan. Selain itu diperoleh konversi phenol yang lebih tinggi serta proses pemurnian asam salisilat yang tidak begitu rumit. Selain penghematan energi karena temperatur yang digunakan lebih rendah, juga bahan baku yang digunakan seperti phenol cukup murah dan mudah didapat.

2.6.2 Proses Persiapan Sodium Phenolate Phenol berlebih (1%) pada suhu 30 0C dan sodium hidroksida (50%) dialirkan menuju mix point untuk selanjutnya di umpankan ke Reaktor I (R-101). Produk reaktor ini adalah sodium phenolate dengan kandungan air yang masih tinggi maka kemudian dievaporasi pada temperatur 109,05760C untuk memperoleh sodium phenolate dengan kadar air kecil. Sodium phenolate selanjutnya diumpankan ke dalam reaktor II (R-201) untuk proses karboksilasi.

2.6.3 Proses Karboksilasi Karbon dioksida berlebih pada tekanan 7 atm diumpankan ke dalam Reaktor II (R-201) untuk direaksikan dengan sodium phenolate. Karbon dioksida berlebih sangat diperlukan untuk memperoleh konversi yang tinggi dari asam salisilat. Temperatur dijaga tetap pada suhu 1800C untuk menjaga agar reaksi karboksilasi dapat berlangsung sempurna. Produk yang keluar dari reaktor II (R-201) berupa campuran sodium salisilat.

Universitas Sumatera Utara

2.6.4 Pemurnian Sodium Salisilat Setelah proses karboksilasi berjalan dengan baik, sodium salisilat yang dihasilkan dicuci dalam tangki pencuci (WT-201) Penambahan asam kuat pada air yang berisi sodium salisilat dilakukan dengan penambahan asam sulfat dengan konsentrasi antara 60 % pada temperatur 60 0C yang akan yang diumpankan ke Reaktor III (R-301). Kemudian dialirkan ke decanter (FL-301) untuk memisahkan sodium salisilat untuk di gunakan kembali pada Reaktor III (R-301). Campuran yang terdiri dari Asam salisilat, Phenol dan natrium sulfat kemudian dicuci pada tangki pencuci (WT-301), di sentrifusi (FF-301) untuk memisahkan pengotor yang terlarut dalam air. Campuran kemudian Di decanter (FL-302) dimana dipisahkan natrium sulfat sebagai produk samping yang di tampung dalam tanki penyimpanan natrium sulfat (TK-402). Produk yang berupa asam salisilat kemudian dikeringkan dalam rotary dryer pada suhu 1000C yang kemudian dibawa dengan menggunakan screw conveyor (C-302) ke gudang penyimpanan produk. (TK-401) Adapun proses pembuatan asam salisilat (C6H4(OH)COOH) adalah sebagai berikut : C6H5OH + NaOH C6H5ONa + H2 O C6H5ONa + CO2 C6H4 (OH) (COONa) C6H4 (OH) (COONa) + H2SO4 C6 H4 (OH) (COOH) + Na2 SO4 2.7 Unit Pengolahan Limbah 2.7.1 Unit Pengolahan Limbah Cair Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau atmosfer, karena limbah tersebut mengandung berbagai macam zat yang dapat membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup, maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah. Sumber sumber limbah cair pabrik pembuatan Asam salisilat ini meliputi: 1. Limbah proses dan limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik. Limbah proses ini berasal dari hasil destilat yang mengandung banyak komponen sehingga sulit untuk mengolahnya lebih lanjut dan dibuang ke unit utilitas. Sedangkan limbah hasil cair pencucian peralatan pabrik diperkirakan mengandung kerak dan kotoran-kotoran yang melekat pada peralatan pabrik.

Universitas Sumatera Utara

2.

Limbah domestik. Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamar mandi di lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat dan limbah cair.

3.

Limbah laboratorium. Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan dan mutu produk yang dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses. Pengolahan limbah cair pabrik ini dilakukan dengan menggunakan activated

sludge (sistem lumpur aktif), mengingat cara ini dapat menghasilkan effluent dengan BOD yang lebih rendah (20 30 mg/l) (Perry, 1997).

Perhitungan untuk Sistem Pengolahan Limbah Diperkirakan jumlah air buangan pabrik: 1. Limbah proses = 5.432,7821 kg/jam Limbah pencucian peralatan pabrik 2. Limbah domestik dan kantor Dari Tabel 32 hal 157 Metcalf & Eddy, 1991, diperoleh : Limbah domestik untuk kantor per orang = 19 L/hari Limbah domestik untuk perumahan karyawan per orang = 50 L/hari Limbah domestik untuk kantin per orang = 35 L/hari = 5.527,4000 L/jam = 30 L/jam

Jadi, total limbah domestik yang dihasilkan: = (129 orang (19 + 50 + 35) L/hari.orang)/24 jam = 559 L/jam 3. Laboratorium Jadi, total air buangan = 15 L/jam = (5.527,4000 + 30 + 559 + 15) L/jam = 6.131,4 L/jam 2.7.2 Bak Penampungan (BP) Fungsi : Tempat menampung air buangan sementara. Laju volumetrik air buangan Waktu penampungan air buangan Volume air buangan = 6.131,4 L/jam = 7 hari = 6,1314 7 24 = 1.030,0752 m3 = 6,1314 m3/jam

Universitas Sumatera Utara

Kolam dijaga agar terisi 90 %. Maka volume =

1.030,0752 = 1.144,528 m3 0,9

Direncanakan akan digunakan 1 bak penampungan, sehingga: Volume kolam = 1.144,528 m3

Direncanakan ukuran kolam yaitu sebagai berikut: - panjang bak (p) : lebar (l) : tinggi (t) = 3 : 2 : 1 - tinggi bak (t) Maka : Volume kolam 1.144,528 m3 t Jadi, panjang kolam Lebar kolam Tinggi kolam Luas 2.7.3 Bak Pengendapan Awal Fungsi : Tempat menampung air buangan sementara. Laju volumetrik air buangan Waktu tinggal air Volume air buangan = 6,1314 m3/jam = 4 jam = 6,1314 m3/jam 4 = 24,5256 m3 = lebar bak (l) = plt = 3t 2t 1t = 5,7565 m = 17,2695 m = 11,5130 m = 5,7565 m = 198,8236 m2

Bak dijaga agar terisi 90 %. Maka volume bak = Direncanakan ukuran bak yaitu sebagai berikut: - panjang bak (p) : lebar (l) : tinggi (t) = 2 : 1 : 1 - tinggi bak (t) Maka : Volume bak 27,2506 m3 l Jadi, panjang bak Lebar bak Tinggi bak Luas

24,5256 m3 = 27,2506 m3 0,9

= lebar bak (l) = plt = 2l l l = 2,3884 m = 4,7769 m = 2,3884 m = 2,3884 m = 11,4094 m2

Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Bak Netralisasi Fungsi: Tempat menetralkan PH limbah Air buangan pabrik yang mengandung bahan organik mempunyai pH = 5 (Hammer 1998). Penetralan limbah dilakukan dengan menginjeksikan laruitan soda abu dan Natrium Karbonat (Na2CO3). Kebutuhan Na2CO3 untuk menetralkan pH air limbah menjadi pH = 7 adalah adalah 0,15 gr Na2CO3/ 30 ml air limbah (Lab. Analisa FMIPA USU, 2009). Jumlah volumetrik buangan Kebutuhan Na2CO3 = 6,1314 m3/jam = (6,1314 m3/jam) 106 x = 306,57 kg/jam Laju alir larutan 30% Na2CO3 Densitas larutan 30% Na2CO3 Volume larutan 30% Na2CO3 Laju volumetrik total =

ml 0,15 gr 1kg x x m 30 ml 1000 gr

306,57 0,3

= 1.021,9000 kg/jam (Perry, 1997)

= 1327 kg/m3 =
1.021,9000 = 0,7701 m3/jam 1327

= (6,1314 + 0,7701) m3/jam

= 6,9015 m3/jam

Direncanakan waktu penampungan air buangan selama 12 jam Maka volume air buangan = 6,9015 m3/jam x 12 jam = 82,8187 m3 Direncanakan menggunakan 1 buah bak penetralan Bak yg digunakan direncanakan terisi 90% bagian. Volume bak =

82,8187 0,9

= 92,0198 m 3

Direncanakan ukuran bak sebagai berikut : - panjang bak (p) : lebar (l) : tinggi (t) = 4 : 2 : 1 - tinggi bak (t) = lebar bak (l)

Maka : Volume bak = p l t


92,0198 m3 = 4t 2t t

t Jadi, panjang bak Lebar bak Tinggi bak

= 2,2573 m = 9,0294 m = 4,5147 m = 2,2573 m

Universitas Sumatera Utara

Luas

= 20,3823 m2

2.7.5 Pengolahan Limbah dengan Sistem Activated Sludge (Lumpur Aktif) Proses lumpur aktif merupakan proses aerobis di mana flok biologis (lumpur yang mengandung bahan-bahan biologis) tersuspensi di dalam campuran lumpur yang mengandung oksigen. Biasanya mikroorganisme yang digunakan merupakan kultur campuran. Flok biologis ini sendiri merupakan makanan bagi mikroorganisme ini sehingga akan diresirkulasi kembali ke tangki aerasi. Data: Laju volumetrik (Q) air buangan = 6.131,4 liter/ jam = 38.875,0168 gal/hari Karena pabrik yang akan didirikan termasuk dalam pabrik organik maka: BOD5 (So) = 1100 mg/l (www.onlinelibrary.wiley.com, 2008) (Perry, 1997) (Metcalf & Eddy, 1991)
-1

Efisiensi (E) = 95% Koefisien pertumbuhan yield (Y) = 0,8 mg VSS/mg BOD5 Koefisien endogenous decay (Kd) = 0,06 hari Mixed Liquor Suspended Solid

(Tabel 14.2, Metcalf & Eddy,1998) (Metcalf & Eddy, 1991) (Metcalf & Eddy, 1991)

= 441 mg/l

Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (X) = 353 mg/l Direncanakan: Waktu tinggal sel (c) = 10 hari 1. Penentuan BOD Effluent (S)

Es =
95 =

So S 100 So
So S 100 So

(Pers. 14.17, Punmia & Ashok, 1998)

S = 55 mg/l 2. Penentuan Volume tangki untuk Aerator (V)

xV=
V =

Y Q (So S) c (1 + k d . c )

(Pers. 14.15a, Punmia & Ashok, 1998)

(0,8) (38.875,0168 gal/hari) (1100 55)mg/l (10 hari) (353 mg/l) (1 + 0,06 10)

= 575.416,3255 gal = 2.178,2046 m3

Universitas Sumatera Utara

3. Penentuan Ukuran Kolam Aerasi Direncanakan : Panjang bak : lebar bak : tinggi bak = 2 : 1,5 : 1,5 Selanjutnya : V = plt V = 2t 1,5t 1,5t 2.178,2046 m3= 4,5 t3 t = 7,8517 m Jadi, ukuran tangki aerasi sebagai berikut: Panjang Lebar = 15,7033 m = 11,7775 m (Metcalf & Eddy, 1991) (Metcalf & Eddy, 1991)

Faktor kelonggaran = 0,5 m di atas permukaan air Tinggi = (7,8517 + 0,5 ) m = 8,3517 m 4. Penentuan Jumlah Flok yang Diresirkulasi (Qr)

Tangki aerasi

Q + Qr X

Tangki sedimentasi

Qe Xe

Qr Xr

Qw Qw' Xr

Asumsi: Qe = Q = 38.875,0168 gal/hari Xe = 0,001 X = 0,001 353 mg/l = 0,353 mg/l Xr = 0,999 X = 0,999 353 mg/l = 352,647 mg/l Px = Qw Xr Px = Yobs .Q.(So S) (Metcalf & Eddy, 1991) (Metcalf & Eddy, 1991) (Metcalf & Eddy, 1991)

Yobs =
Yobs =
Px

Y 1 + k dc
0,8 = 0,50 1 + (0,06.(10))

= (0,50) (38.875,0168 gal/hari) (1100 55)mg/l = 20.312.196,2911 gal.mg/l.hari

Universitas Sumatera Utara

Neraca massa pada tangki sedimentasi: Akumulasi = jumlah massa masuk jumlah massa keluar 0 = (Q + Qr)X Qe Xe Qw Xr 0 = QX + QrX Q(0,001X) Px
Qr = QX(0,001 1) + Px X (38.875,0168 )(353) (0,001 1) + 20.584.951,4228 = 353

= 18.705,4907 gal/hari = 779,3954 gal/jam 5. Penentuan Waktu Tinggal di Aerator ()

Vr 583.143,0998 gal = = 14,8017 hari = 355,2408 jam Q 39.397,0362

6. Penentuan Daya yang Dibutuhkan Tipe aerator yang digunakan adalah surface aerator. Kedalaman air = 5 m, dari Tabel 1011, Metcalf & Eddy, 1991 diperoleh daya aeratornya 10 hp. 2.7.6 Tangki Sedimentasi Fungsi : Mengendapkan flok biologis dari tangki aerasi dan sebagian diresirkulasi kembali ke tangki aerasi. Laju volumetrik air buangan = (18.705,4907 + 38.875,0168) gal/hari = 57.580,5076 gal/hari = 217,9676 m3/hari Diperkirakan kecepatan overflow maksimum = 33 m3/m2.hari Direncanakan kecepatan overflow = 5 m3/m2 . hari Waktu tinggal air = 24 jam = 1 hari (Perry, 1997) Volume tangki (V) = 217,9676 m3/hari 1 hari = 217,9676 m3 = (217,9676 m3/hari) / (5 m3/m2 hari) = 43,5935 m2 A D = D2 = (4A/)1/2 = (4 43,5935 / 3,14 )1/2 = 7,4521 m Kedalaman tangki, H = V/A = 217,9676 /43,5935 = 5 m. (Perry, 1997)

Luas tangki (A)

Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar