Você está na página 1de 32

ASKEP ABORTUS

Oleh :

KEPERAWATAN C KELOMPOK 1
Reski Ramadhani Surianti S (70300110085) (70300110106)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat lindungan, bimbingan dan izin, dan rahmat-Nya maka makalah ini dapat tersusun sesuai dengan harapan kami. Dan tak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW juga kami haturkan sebagai bentuk syukur atas selesainya makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih perlu adanya perbaikan dan penambahan materi, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini serta penyusunan makalah berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang tekah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih Waassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................... Kata pengantar..................................................................................... Daftar isi ..... BAB I PENDAHULUAN 4 5 A. Latar belakang ..... B. Tujuan .......................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 12 14 14 15 15 16 1 2 3

A. Definsi dan Klasifikasi Abortus ................................................. B. Etiologi ........................................................................................ C. Patofisiologi ................................................................................ D. Diagnosis ..................................................................................... E. Manifestasi Klinik ....................................................................... F. Komplikasi Abortus ..................................................................... G. Penatalaksanaan .......................................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ................................................................................... B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... C. Intervensi ..................................................................................... D. Implementasi ............................................................................... E. Evaluasi ....................................................................................... BAB IV PENUTUP

20 25 25 28 29

A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....

31 31 32

BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Abortus ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kurang baiknya sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran kandungan buatan dikarenakan indikasi medik disebut abortus terapeutik. Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens, abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis. Adapun penyebab abortus yang umum didapatkan yaitu : abnormalitas genetalia (malforasi, tumor uteri, inkompetensi serviks, gangguan endokrin, infeksi), anomali ekstragenitalia (gangguan endokrin, infeksi anemia, penyakitpenyakit yang melemahkan), penyebab fetoplasental (aberasi kromosom,

anomali fotoblas, gangguan nidasi, gangguan trofoblastik fungsional), penyebab imunologis (gangguan toleransi imun), abnormalitas andorgen (abortus spermatogenik, anomali genetik, anomali sperma, abnormalitas kromosom) dan penyebab lain (abortus iatrogenik dan abortus induksi, radiasi, pengobatan, inokulasi).

B. Tujuan 1. Untuk mengetahui Definisi dan Klasifikasi Abortus 2. Untuk mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Abortus 3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Abortus 4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Abortus 5. Untuk mengetahui Komplikasi dari Abortus 6. Untuk mengetahui pembuatan Asuhan Keperawatan Abortus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Abortus Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi beberapa ahli tentang abortus. 1. Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. 2. Menurut jeffcoat, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. 3. Menurut Holmer, abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plantasi belum selesai. 4. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai 22 miinggu dan beratnya kurang dari 500 gram (Derek liewonllyn&Jones, 2002). 5. Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002). Ternyata MONRO melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram dapat hidup terus, jadi definisi tersebut diatas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan BB 700-800 gram dapat hidup, tapi hal ini dianggap sebagai suatu keajaiban. Makin tinggi BB anak waktu lahir, makin besar kemingkinannya untuk hidup terus. Faktor-faktor penyebabnya sangat banyak. Pada bulan pertama dari kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului oleh matinya fetus.

Adapun klasifikasi pembagian abortus : 1. Menurut Kejadian : a. Abortus Spontania Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medicinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Namun abortus spontan dapat terjadi pada trimester pertama kehamilan yang meliputi 85% dari kejadian abortus dan cenderung disebabkan oleh faktor-faktor fetal. Sementara abortus spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih cenderung disebabkan oleh faktor-faktor maternal termasuk inkompetensia serviks, anomali kavum uterus yang kongenital atau didapat, hipotiroid, DM, nefritis kronik, infeksi akut oleh penggunaan kokain, gangguan imunologi, dan gangguan psikologis tertentu. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya yaitu : Faktor fetal : sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama merupakan anomali kromosom dengan dari jumlah tersebut adalah trisomi autosom dan sebagian lagi merupakan triploidi, tetraploidi, atau monosomi 45X Faktor maternal, terbagi atas : Faktor-faktor endokrin : DM tak terkontrol, hipo dan hipertiroid, hipersekresi LH, insufisiensi korpus luteum, dan penyakit polikistik ovarium. Faktor anatomi : Assherman Syndrome, adhesi uterus, dan anomali yang didapat melalui paparan dietilestilbestrol. Faktor imunologi : respon imun dapat dipicu oleh beragam faktor endogen dan eksogen, termasuk pembentukan antibodi antiparental, gangguan autoimun yang mengarah pada

pembentukan antibodi autoimun, infeksi, bahan-bahan toksik, dan stress.

Trombofilia : keadaan hiperkoagulasi yang berhubungan dengan predisposisi terhadap trombolitik. Dimana pada awal kehamilan akan mengalami hiperkoagulasi dan melibatkan keseimbangan antara jalur prekoagulan dan antikoagulan.

Infeksi : sifilis, parvovirus B19, HIV dan malaria. Faktor eksogen meliputi bahan kimia seperti gas astesi, air yang tercemar, dioxin, pestisida, Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme Radiasi

b. Abortus Provokatus : abortus yang disengaja baik, baik dengan memakai obat-obat maupun alat-alat. Abortus Medicinalis : abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan sampai 3 tim dokter ahli. Abortus Kriminalis : abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

2. Menurut bentuk klinis abortus : a. Abortus Iminens : Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obatan hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret). b. Abortus Insipien : abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dipertahankan lagi.

c. Abortus Inkompletus : hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan sebelum usia 20 minggu, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta di dalam uterus. Gejala : didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas, perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa darah beku; sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan ireguler. Terapi : bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin denganmetode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. d. Abortus Kompletus : seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah tertutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Terapi : hanya dengan uterotonika e. Abortus Servikalis : keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan diatas ostium uteri eksternus teraba jaringan. Tetapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. f. Abortus Habitualis (keguguran Berulang) : keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau

abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Etiologi : (a) kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis. (b) kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta

menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dari rahim, febris undulans, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta terganggu dan fetus jadi mati, dapat juga gangguan psikis, servik inkompeten dan rhesus antagonisme. Pemeriksaan : (a) histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenita. (b) BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea. (c) psikoanalisis. Terapi : pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage) g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik : abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjdai perforasi rahim.

10

Diagnosis : (a) adanya abortus : amenore, perdarahan , keluar jaringan yang telah ditolong diluar rumah sakit . (b) pemeriksaan : canalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan. (c) tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahn, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan. Lekositosis. (d) pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen. Terapi : (a) bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang sukup. (b) berikan antibiotika yang cukup dan tepat. (c) 24-48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika. (d) infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita. (e) pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman. (f) tindakan operatif h. Abortus Tertinggal (missed abortion) : keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, (b) bisa direabsorbsi kembali sehingga hilang (c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus; atau (d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi. Gejala : dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.

11

Terapi : berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderitta juga diberikan tonika dan antibiotika

B. Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : 1. Kelainan ovum Menurut Hertig pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebbakan oleh kelainan letak embrio, dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelaian dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%). 2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah : a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna; c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obat, tembakau, dan alkohol. 3. Kelainan genitalia ibu Misalnya pada ibu yang menderita : a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis) b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata

12

c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola) e. Distorsi uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis. 4. Gangguan sirkulasi plasenta Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, toksemia gravidarum, anomali plasenta dan endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 5. Penyakit-penyakit pada ibu a. Penyakit infeksi : Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya streptococcus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis, sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru aktif, Pneumonia. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus. b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol. c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis. d. Malnutrisi, avitominosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid , kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus. 6. Antagonis Rhesus Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meinggalnya fetus. 7. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, sevisitis. 8. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi umpanya : sangat terkejut obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi.

13

Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.

C. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang dikeluarkan setal ketuban pecah adalah janin, lalu disusul dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. Pada janin yang meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi sehingga janin mengering dan karena cairan amnion kurang karena terserap ia menjadi agak gopeng terserap ia menjadi agak gepeng. Dan tingkat lebih lanjut ia menjadi lebih tipis seperti kertas perkamen (fetus papirseus).

D. Diagnosis Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi ( Prognesticon, Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina.

14

E. Manifestasi Klinik 1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. 2. Pada pemeriksaan fisik; keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat 3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. 5. Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva. b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

F. Komplikasi 1. Perdarahan (hemorrage) a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. b. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Perforasi a. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

15

b. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera , untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. 3. Syok Pada abortus dapat disebabkan oleh a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik; dan b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik 4. Infeksi dan tetanus a. Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion) 5. Payah ginjal akut

G. Penatalaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan meliputi : 1. Riwayat penyakit terdahulu a. Kapan abortus terjadi, apakah pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis yang menonjol. b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang c. Infeksi ginekologi dan obstetri d. Gambaran asosiasi terjadinya antiphospholipid syndrome

(trombosis, fenomena autoimun, false positif test untuk sifilis) e. Faktor genetika antara suami istri (consanguinity) f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindrom yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus premartus yang kemudian meninggal.

16

g. Pemeriksaan diagnostik yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat. 2. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan fisik secara umum b. Pemeriksaan ginekologi c. Pemeriksaan laboratorium : Kariotik darah tepi kedua orang tua Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi. Biopsi endometrium pada fase luteal. Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid Antibodi anti fosfolipid (cardiolipin, fosfatidilserin) Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamyda) bila diperlukan Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan dirumah sakit, seperti berikut : a. Dokter yang merawat melakukat anamnesis dan pemeriksaan fisik. b. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada penderita abortus : Tes kehamilan Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup dan menentukan prognosis Pemeriksaan kadar fibrinogen atau test waktu pembekuan dan perdarahan pada missed abortion Konsultasi bagian anastesi untuk mempersiapkan tindakan kuretase Konsultasi bagian penyakit dalam guna penilaian fungsi

kardiorespirasi pada penderita golongan usia resiko tinggi atau usia lebih dari 40 tahun.

17

Konsultasi bagian patologi anatomi bila kita ragu dengan hasil kerokan

c. Pengelolaan Abortus Imminens Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan rangsang mekanik kurang. Bila perlu diberi penenang Phenobarbital 330 mg/hari , dan spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik per infus atau per oral. Untuk melihat kehamilan dilakukan pemeriksaan USG Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan hasil pemeriksaan kehamilan baik Dengan anjuran 2 minggu kemudian kontrol kembali. Abortus Insipiens Prinsip : uterus harus dikosongkan segera guna menghindari perdarahan yang banyak atau syok karena rasa mules/sakit yang hebat. Pasang infus, sebaiknya disertai oksitosin drip guna

mempercepat pengeluaran hasil konsepsi Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam abortus disusul kerokan Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotika profilaksis Pasca tindakan diberikan injeksi metil ergometrin maleat, untuk mempertahankan kontraksi Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan dan tanpa komplikasi, dengan anjuran kontrol 2 minggu Abortus Inkompletus Bila disertai syok karena perdarahan , harus segera diberikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul pemberian darah.

18

Setelah syok teratasi lakukan kerokan Pasca tindakan berikan injeksi metil ergometrin maleat IntraMuscular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Abortus Kompletus Tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau kalau perlu antibiotika Bila anemia cukup berikan table Sulfas Ferosus dengan anjuran diet banyak protein, vitamin dan mineral. Missed Abortion Perlu diperhatikan bahwa sering plasenta melekat erat dengan dinding uterus. Periksa kadar fibrinogen atau test perdarahan dan pembekuan darah sebelum tindakan kuretase, bila normal jaringan konsepsi bisa segera dikeluarkan, tapi bila kadarnya rendah (<159 mg%) perbaiki dulu dengan pemberian fibrinogen kering atau darah segar. Sebelum tindakan diberikan antibiotika profilakais. Dilatasi kanalis servikalis bisa dengan Bougie atau dengan batang laminaria tergantung besar kecilnya uterus. Tindakan kuretase mulai dengan cunam abortus dilanjutkan dengan sendok kuret tajam. Sesudah tindakan diberi uterotonika Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan tanpa komplikasi, anjuran kontrol 2 minggu Abortus Habitualis Tergantung dari etiologinya

19

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

STUDI KASUS Ny. M (35 thn), ibu rumah tangga , pendidikan terakhir SMA, Hamil 3 bulan G2P1A0, Datang ke RS. Labuang Baji mengeluh nyeri dibagian perut bawah dan cemas karena tiba-tiba mengalami perdarahan 1 hari sebelum ke Rumah Sakit. Kemudian pasien ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Wates di Poli Kandungan pada tanggal 12 Juli 2012 jam 10.36. Ny. M Dianjurkan oleh dokter untuk Rawat inap. Dari pemeriksaan didapatkan:

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Tgl Masuk Tgl Pengkajian Diagnosa Medis : Ny. M : 35 Tahun : Perempuan : Jln. Sultan Alauddin Makassar : SMA : IRT : Islam : 12-Juli-2012 jam 8.55 WITA : 12-Juli-2012 : Abortus inkomplit

Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan : Tn. D : 40 Tahun : Laki-laki : SMA : Wiraswasta

20

Agama Alamat

: Islam : Jln. Sultan Alauddin Makassar

Hubungan dengan klien: Suami 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Pasien mengeluh nyeri bagian perut bawah dan cemas b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien tiba-tiba mengalami perdarahan. Kemudian pasien ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Wates di Poli Kandungan pada tanggal 12 Juli 2012 jam 10.36 G2P1A0 hamil 3 bulan. Setelah USG ternyata pasien mengalami abortus incompletus. Kemudian dari polikandungan dibawa ke ruang bersalin/ kenanga dengan KU: sedang, tekanan darag 110/70 mmHg. Tinggi fundus uteri tidak teraba. Dan keluar darah sedikit, saat dikaji pasien mengatakan agak cemas dengan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/mnt, suhu : 3660C. Pasien belum mendapat terapi, rencana akan dicurratage. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan belum pernah mengalami keadaan seperti ini pada kehamilan sebelumnya. Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan keadaan janinnya. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut penuturan klien, ibu klien pernah mengalami abortus 1 kali, dan tidak mempunyai penyakit menular ataupun penyakit keturunan. e. Riwayat Ginekologi Riwayat Menstruasi Menarche : 13 Tahun Siklus Lamanya : 28 Hari : 3 10 Hari yang dapat mempengaruhi

Banyaknya : 3 kali ganti balutan (hari pertama dan ke dua)

21

Warna

: merah kehitam hitaman

Bau / sifat : Amis / cair dan ada yang menggumpal Dismenorhoe HPHT : Kadang-kadang : 26 April 2012

Riwayat Perkawinan Istri Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan : 30 Tahun : Pertama : 5 tahun

Suami Usia perkawinan Pernikahan Usia Pernikahan : : 35 Tahun : Pertama : 5 tahun

Riwayat KB Pasien sebelumnya pernah KB yaitu KB suntik tapi kemudian berhenti karena badan menjadi gemuk.

Rencana IUD Pasien sebelumnya pernah KB yaitu KB suntik tapi kemudian berhenti karena badan menjadi gemuk.

Riwayat

Persalinan

Pasien mengatakan sebelumnya dia pernah melahirkan 1 anak. Anak pertama laki-laki berat badan lahir 2800 gram dan lahir spontan 3. Riwayat Psikososial, Ekonomi dan Spiritual : a. Ibu menanyakan tentang bagaimana keadaannya. b. Ibu khawatir dengan kehamilannya. c. Hubungan Ibu dengan keluarga dan petugas baik. d. Ibu dan keluarga ingin cepat ditolong dan cepat sembuh e. Biaya kebutuhan sehari-hari dalam keluarga mencukupi f. Ibu dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa agar keadaannya cepat membaik dan keluar dari rumah sakit.
22

4. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar a. Kebutuhan nutrisi Pola makan : Nasi, sayur dan lauk pauk Frekuensi makan : 3x sehari Kebutuhan cairan /minuman : 7-8 gelas sehari Nafsu makan : Baik

b. Kebutuhan eliminasi BAB dan BAK Frekuensi BAK : 4-5x sehari Warna : Kuning Bau : Amoniak Frekuensi BAB : 1x sehari Konsistensi : Lembek

5. Pemeriksaan fisik a. Kesadaran : composmentis b. Tanda-tanda vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu badan : 36,6 oC Pernafasan : 20x/menit

c. Inspeksi Ekspresi wajah cemas dan meringis menahan sakit jika bergerak Kepala : Rambut agak panjang berombak, warna hitam, bersih. Mata : Simetris konjungtiva merah muda, penglihatan jelas tidak menggunakan alat bantu. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman Telinga : Simteris, tidak ada ganggun-gangguan pendengaran. Mulut : Bersih, tidak ada stomatis, mukosa mulut lembab. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP Normal Dada : Simetris, payudara simetris tidak ada benjolan atau kelainan. Abdomen: Bunyi peristaltik (+), striae tidak ada Punggung: Tidak terdapat luka decubitus

23

Vagina Perianal : Perdarahan sedikit warna merah muda. Rektum : Tidak terjadi hemoroid Ektrimitas: Ekstrimitas atas tangan kiri terpasang infus KAEN BB, ektrimitas bawah dapat bergerak bebas.

d. Palpasi Tinggi fundus uteri 3 jari atas simphisis dan terasa nyeri bila ditekan e. Pemeriksaan laboratorium oleh petugas laboratorium jam 9.00 wita Golongan darah Hemoglobin Leukosit LED Jenis Leukosit : Cosinofil Basofil N. Batang f. Terapi Tanggal 12 Juli 2012 Terapi cairan KA EN MG 3 Terapi tanggal 13 Juli 2012 Terapi oral : Ampicilin 3 x 500 mg Asam mefenamat 3 X Diit 6. Analisa Data Nama : Ny. M Ruang : Kenanga No RM : 367648 : Nasi : 2% N 1-3 : 0% N 0-1 : 2% N 2-6 :A : 12,49 % : 11,600 : 55/70 mm/jam N L < 14 P<20

No Data fokus I

Problem

Etiologi Inkontinitas jaringan

DS : Pasien menyatakan nyeri pada Nyeri daerah abdomen, skala 3 nyeri hilang

akibat

24

II

timbul seperti ditusuk DO : Pasien tampak meringis pasien tampak memegangi perut DS : Pasien mengatakan perasaannya Cemas agak cemas DO : Pasien terlihat kawatir Raut wajah was-was DS : Pasien mengatakan tidak tau Kurang tentang penyakit dan pengobatannya pengetahuan DO : Pasien terlihat bingung pasien bertanya DS : DO : terdapat luka pada daerah uterus - Resiko tinggi infeksi

pembersihan plasenta

sisa

Kurang pengetahuan

III

Kurang

informasi

IV

Tempat masuknya Organisme sekunder terhadap tindakan curratage

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan. 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi 3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan akibat

pembersihan sisa plasenta 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme sekunder akibat tindakan curratage.

C. INTERVENSI Tanggal 12-7-12 11.00 No Dx I Tujuan dan Intervensi Kriteria Hasil Setelah dilakukan a. Observasi TTV tinakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau Rasional a. TTV merupakan parameter utama untuk mendeteksi

25

teratasi dengan adanya kalainan kriteria hasil : pada tubuh c. Skala nyeri : 0-1 b. Kaji intensitas skala b. Untuk mengetahui d. Pasien tidak nyeri. karakteristik nyeri memegangi dan membantu daerah nyeri keefektifan, e. Pasien tidak c. Ajarkan teknik c. Menghilangkan dan meringis relaksasi. mengurangi nyeri serta dapat meningkatkan kemampuan koping. d. Terangkan nyeri d. Meningkatkan yang diderita klien koping klien dalam dan penyebabnya. melakukan guidance mengatasi nyeri e. Kolaborasikan e. Mengurangi onset pemberian terapi terjadinya nyeri sesuai program : dapat dilakukan Analgetik. dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik II tingkat a. Ketidaktahuan dapat Setelah dilakukan a. Kaji pengetahuan/persep tindakan kepewatan menjadi dasar si klien dan keluarga selama 1x24 jam peningkatan rasa terhadap penyakit. diharapkan cemas cemas. dapat teratasi dengan b. Kaji derajat b. Kecemasan kriteria hasil : yang kecemasan yang f.Klien mengatakan tinggi dapat dialami klien cemas hilang / menyebabkan berkurang. penurunan g. Klien penialaian objektif mengetahui tentang klien tentang penyakitnya, penyakit. c. Bantu klien c. Pelibatan penyebab, tanda dan klien mengidentifikasi gejala, perjalanan secara aktif dalam penyebab kecemasan penyakit dan tindakan tindakan perawatan keperawatan

11.30

26

yang dilakukan.

merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien. d. Terangkan hal- d. Konseling bagi hal seputar aborsi klien sangat yang perlu diketahui diperlukan bagi oleh klien dan klien untuk keluarga meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga. a. Kaji tingkat a. Untuk mengetahui pengetahuan klien tingkat pengetahuan pasien. b. Berikan pendidikan b. Untuk membuat kesehatan . pasien mengerti tentang penyakit dan penyebabnya c. Bila pasien siap c. Kaji kesiapan dan akan lebih mudah kemampuan pasien menerima memahami penjelasan perawat informasi. d. Untuk mengetahui d. Evaluasi hasil sejauh mana penyuluhan pengetahuan pasien kesehatan dan catat mengenai pemahaman pasien. pengertian, tujuan, alat, cara perawatan luka di rumah. a. Meminimalkan suhu tubuh sampai batas normal 360 370 c apabila

12.00

III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, diharapkan kurang pengetahuan dapat teratasi kriteria hasil: TD, Pasien mengerti tentang penyakit dan pencegahan

12.30

IV

Setelah dilakukan a. Observasi TTV tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

27

infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil b. Pantau tanda dan : gejala infeksi h. Tidak muncul c. Kaji kondisi tanda-tanda keluaran/dischart infeksi yang keluar ; - TTV dalam batas jumlah, warna, dan normal bau. - Hasil laboratorium dalam batas normal: leukosit i. Dorong klien untuk d. Terangkan pada mengungkapkan klien pentingnya perasaannya. perawatan vulva selama masa perdarahan. e. Lakukan perawatan vulva

b. c.

d.

e.

terjadi peningkatan untuk deteksi dini terjadinya infeksi. Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar. Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

D. IMPLEMENTASI Tgl/ Jam 12-07-12 16.00 No Dx I Implementasi a. b. c. d. Mengobservasi TTV Mengkaji intensitas skala nyeri. Mengajarkan teknik relaksasi. Menerangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. e. Mengkolaborasikan pemberian terapi sesuai program : Analgetik. a. Mengkaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan

16.30

II

28

keluarga terhadap penyakit. b. Mengkaji derajat kecemasan yang dialami klien c. Membantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan d. Menerangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga 17.30 III a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien b. Memberikan pendidikan kesehatan . c. Mengkaji kesiapan dan kemampuan pasien memahami informasi. d. Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan dan catat pemahaman pasien. a. Mengobservasi TTV b. Memantau tanda dan gejala infeksi c. Mengkaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau. d. Menerangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan. e. Melakukan perawatan vulva

18.00

IV

E. EVALUASI Tanggal 13-07-12 No. Dx I Evaluasi S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 1 O : - Pasien terlihat rileks - Wajah pasien tidak terlihat meringis - TD : 120/80 mmHg - N : 84 x/mnt - Suhu : 36,20C A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondis

29

II

S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas O : - Pasien terlihat tenang j. Pasien tidak was-was dan gelisah A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi

III

S : Pasien mengatakan sudah paham dan mengerti tentang penyakit O : - Pasien sudah tidak bingung k. Pasien dapat menjawab pertanyaan A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi

IV

S:O : - tidak timbul tanda-tanda infeksi l. TD : 120/80 mmHg m. N : 84 x/mnt n. S : 36,20C A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi.

30

BAB IV
PENUTUP A. KESIMPULAN Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Adapun klasifikasi pembagian abortus yaitu abortus menurut kejadian ada dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus (abortus medicinalis dan abortus kriminalis). Menurut jenisnya terbagi atas : abortus imminens, abortus, insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, abortus servikal, missed abortion, abortus habitualis, abortus septik dan abortus infeksious. Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi ( Prognesticon, Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu (a) tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus (b) pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup, (c) pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

B. SARAN Dari penyusunan makalah ini kami sebagai mahasiswa keperawatan dengan ini menghimbau kepada teman-teman atau para pembaca untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak diri anda agar terhindarkan dari berbagai masalah salah satunya yang dapat menyebabkan abortus . Untuk itu pemahaman dan mawas diri sangatlah penting utamanya dalam menghadapi kehamilan.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. 2. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepanteraan Klinik Obstetri &Ginekologi. Jakarta :EGC 3. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Medika Salemba 4. Rabe, Thomas. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates 5. Rutam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC 6. Nugroho,Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan untuk kebidanan dan keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika 7. Istiqamah, 2001. Askep Abortus Inkomplit. Avaible at

http://kmbakp.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-ny.html. Last update 23 November 2012

32

Você também pode gostar