Você está na página 1de 47

BAB 1 PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur harapan hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit penyakit pada lansia pada umumnya memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan, 1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan menunjukkan peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar 55,8 % (Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakitsakitan menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktifitas sangat dibatasi (Menuh,2000). Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti menurut pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki potensi dan dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior citizen. Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan

meningkat lebih cepat (Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup, perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat dan pada manusia lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai gangguan, diantaranya: gangguan daya ingat (memori), gangguan kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Pada saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola hidup individu mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita. Banyak lansia yang ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit dari mereka kini hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan antisipasi dari semua pihak termasuk diantaranya profesi keperawatan. Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka hidup lebih sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu praktek keperawatan lansia di Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk merealisasikan upaya perawatan khususnya keperawatan bagi lansia, dengan fokus peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik dan mental serta pemerliharaan kesehatan untuk mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.

B. Tujuan 1. Tujuan umum Setelah melakukan proses pembelajaran lapangan/klinik diharapkan dapat mempelajari asuhan keperawatan pada lansia di Panti Werda Sosial Bahagia Magetan. 2. Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu : a. Melakukan pengkajian perawatan pada lansia

b. Melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada lansia c. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di Panti Sosial Werda Bahagia Magetan. C. Lingkup/Batasan Masalah Pada laporan kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Lansia Ny. C dengan Gangguan Pola Makan Akibat Gastritis di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia Magetan. D. Sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini disusun dengan mengunakan metode diskriptif dalam bentuk studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada lansia di Panti Wreda Bahagia Magetan. Adapun langkah penulisan studi kasus ini sebagai berikut : a. b. Studi pustaka dengan mempelajari literatur ilmiah Studi kasus dengan melakukan asuhan langsung pada lansia mulai pengkajian hingga evaluasi.

Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Lingkup/Batasan Masalah D. Sistematika Penulisan BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. B.

Teori teori tentang proses penuaan Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan kasus Gastritis

BAB 3 TINJAUAN KASUS A. Pengkajian B. Rencana Keperawatan C. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan D. Evaluasi BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran

BAB II TINJAUAN TEORI A. TEORI-TEORI TENTANG PROSES PENUAAN Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme Pengerusakan dan Perbaikan. a. Batasan-batasan Lansia Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses penuaan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan. World Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut : 1. Middle Aggge (45-59 tahun) 2. Erderly (60-74 tahun) 3. Old (75-90 tahun) 4. Very old (> 91 tahun) Menurut Birren dan Renner dalam Johanna E.P (1991; 75) usia biologis dapat diberi batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara kronologis tua, tetapi organ-organ

tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda. Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar, intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa. Usia sosial menekankan tanggung jawab di mayarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan : 1. Herediter 2. Nutrisi 3. Status Kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stress b. Proses penuaan 1. Pengertian Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidakmampuan dan bahkan kematian (Cox, 1984). 2. Teori-teori Proses Penuaan a. Teori Biologi 1) Perubahan biologi yang berasal dari dalam (intrinsik)/ Teori Genetika a) Teori jam biologi (Biological clock theory). Proses menua dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel seperti jam. b) Teori menua yang terprogram (program aging theory), sel tubuh manusia hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali. peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh

c) Teori Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. d) The Error Theory, Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai). 2) Perubahan biologik yang berasalah dari luar/ekstrinsik (Teori Non Genetika). a) Teori radikal bebas, meningkatnya bahan-bahan radikal bebas sebagai akibat pencemaran lingkungan akan menimbulkan perubahan pada kromosom pigmen dan jaringan kolagen. b) Teori imunlogi, perubahan jaringan getah bening akan mengakibatkan ketidakseimbangan sel T dan terjadi penurunan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, akibatnya usia lanjut mudah terkena infeksi. b. Teori Psikologik 1) Maslow Hierarchy Human Needs Theory Teori Maslow mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal (kebutuhan biologik, keamanan dan kenyamanan , kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri. 2) Jungs Theory of invidualism Teori individualism yang dikemukakan Carl Jung (1960) mengungkapkan perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi baik dari internal maupun eksternal. 3) Course of Human Life Theory Chorlotte Buhler juga merupakan penganut teori psikologik dengungkapkan bawa teori perkembangan dasar manusia yang difokuskan pada identifikasi pencapaian tujuan hidup seseorang dalam melalui fase-fase perkembangan.

4) Eight Stages of Life Theory Teori Eight Stages of Life yang dikemukakan Erikson (1950) adalah suatu teori perkembangan psikososial yang terbagi atas 8 tahap, yang mempunyai tugas dan peran yang perlu diselesaikan dengan baik : Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V Tahap VI Tahap VII Tahap VIII Masa bayi timbul kepercayaan dasar (basic trust) Tahap penguasaan diri (autonomi) Tahap inisiatip Timbulnya kemauan untuk berkarya (Industriousness) Mencari identitas diri (Identy) Timbulnya keintiman (Intimacy) Mencapai kedewasaan (generativity) Memasuki usia lanjut akan mencapai kematangan kepribadian (ego Integrity), dia merupakan orang yang memiliki integritas dalam kepribadian sehingga mampu berbuat untuk kepentingan umum. Kegagalan pada tahap ini akan menyebabkan cepat putus asa. Demikian juga dengan teori Developmental Task yang dikemukakan Havighurst (1972) bahwa masing-masing individu melalui tahap-tahap perkembangan secara spesifik dan terjadi variasi/perbedaan antara individu satu dengan lainnya. Tahap perkembangan ini harus dilalui dengan baik sehingga individu akan merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

3. Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan. Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana. Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu : 1). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik). Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yagn dialami oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.

Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya

masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b.

Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang

keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia. Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.

2). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial. Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain. 3). Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi. Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang

perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas. Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya. Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido. Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahanlahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia. 4. Penutup Sejalan dengan program peningkatan Sumber Daya Manusia seluruh masyarakat Indonesia, maka peran perawat yang diintervensikan terhadap para lansia meliputi konsep pembinaan kesehatan terpadu, terarah, kontinu dan memiliki jangkauan yang seluas-luasnya. Hal ini sejalan dengan proses penuaan yang terjadi pada lansia baik secara proses biologik, sosiologik maupun psikologik yang memerlukan suatu pendekatan yang komprehensif dan memandang lansia secara holistik. Peran perawat dalam konsep pembinaan ini meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, adapun upaya pelayanan disesuaikan dengan keadaan lansia dengan penekanan pada upaya pelayanan promotif dan preventif. Kegiatan promotif dan preventif lebih dititik beratkan pada penyuluhan kesehatan, pencegahan cedera, peningkatan kesadaran hidup sehat dengan terapan

tercapainya pola dan perilaku yang selalu mengarah pada hidup sehat dan sejahtera.

Kepustakaan

Annette G. Lueckenotte, 1996. Gerontologic Nursing, Saint Louis Mosby Year Book. Inc. Barbara C. Long, 1989. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Saint Louis. Mosby Year Book. Inc. Darmojo, Boedhi dan Martono Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI. (Ilmu

Depkes RI. 1994. Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: PPNI.


Effendy Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakar-ta: EGC

Hardywinoto dan Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi; Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Philadelphia Lippincott Company. Lueckenotte, 1998. Pengkajian Gerontologi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Wahjudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

BAB 2 TINJAUAN TEORI A. Pengertian Lanjut Usia Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni: (1) Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki lansia (2) Kelompok lansia (65 tahun keatas) (3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. B. Proses Terjadinya Penuaan Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara lain: 1. Biologi a. Teori "Genetic Clock"; Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teorierrorcatastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

b. Teori Error Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerukan sel dan fungsi sel secara perlahan. c. Teori Autoimun Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan perubahan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami sebagai sel asing dan menghancurkannya tersebut

Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994) d. Teori Free Radical Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin

banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati. e. Wear &Tear Teori Kelebihan usaha dan stress menyababan sel tubuh rusak. f. Teori kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan. 2. Teori Sosiologi a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung. b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress. c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain. d. Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan mempercepat proses penuaan. 3. Teori Psikologis a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebtuhan yang sempurna. b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan. c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga lingkungan ada tingkat maksimumnya. d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya. B. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia 1. Perubahan Fisik a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi. 5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. 6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. 7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. c. Sistem persyarafan. 1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. 3) Mengecilnya syaraf panca indera. 4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. 1) Penglihatan a) Kornea lebih berbentuk skeris. b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap. e) Hilangnya daya akomodasi. f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. pada skala. 2) Pendengaran. a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin. 3) Pengecap dan penghidu. a) Menurunnya kemampuan pengecap. b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang. 4) Peraba. a) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau

menyebabkan

tekanan

darah

menurun

menjadi

65

mmHg

( mengakibatkan pusing mendadak ). 4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95 mmHg ). d. Sistem genito urinaria. 1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus. e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess). f. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. g. Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densikusnya rapuh. 2) resiko terjadi fraktur. 3) kyphosis. 4) persendian besar & menjadi kaku. 5) pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas. 7) Liver ( hati ), 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). a. Gerakan volunter gerakan berlawanan. b. Gerakan reflektonik terhadap Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi rangsangan pada lobus.

c. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus d. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter. h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa 3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. I. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi. a) selaput lendir vagina menurun/kering. b) menciutnya ovarium dan uterus. c) atropi payudara. d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur. e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan-perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b. kesehatan umum c. Ttingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis keadaan inijarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk. Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanantekanan dari faktro waktu. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial. 1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka. 2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak. 3. Gangguan halusinasi. 4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi. 5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

2.4 Konsep Gangguan Harga Diri Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri (Carpenito, 1999). Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep diri. Gangguan konsep diri merupakan kategori diagnostik umum. 2.4.1 Batasan karakteristik ganguan harga diri (Carpenitto) : - Pengungkapan diri negatif - Ekpresi malu atau rasa bersalah - Ekpresi diri sebagai seorang yang tidak dapat mengatasi suatu situasi. - Merasionalisasi penolakan - Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan - Pemecahan masalah yang buruk - Menunjukkan gejala depresi (ggn tidur, ggn makan). - Mencari jaminan secara berlebihan - Perilaku penyalahgunaan diri - Menolak mencoba situasi baru - Mengingkari masalah-masalah nyata - Proyeksi rasa bersalah/ tanggungjawab terhadap masalah - Merasionalisasikan kegagalan pribadi - Hipersensivitas terhadap kritik ringan - Penuh kata-kata yang muluk. 2.4.2. Faktor-faktor yang berhubungan Gangguan harga diri dapat merupakan kejadian episodik atau masalah kronis. Kegagalan untuk memecahkan suatu masalah atau stress berurutan dapat menimbulkan harga diri rendah kronis. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi sepanjang waktu. 2.4.3 Patofisiologi

Perubahan penampilan : - Kehilangan bagian tubuh - Kehilangan fungsi tubuh - Bentuk badan berubah

Maturasi : - Berhubungan dengan kehilangan (orang, fungsi, finansial, pekerjaan)

Situasional: - Kebutuhan tidak terpenuhi - Kurangnya umpan balik positif - Perasaan diabaikan - Perasaan kegagalan skunder ; tidak bekerja, masalah finansial, kehilangan kerja, masalah hubungan dengan keluarga, riwayat penyalah gunaan hubungan. - Harapan yang tak terelealisasi - Penolakan oleh keluarga - Persaasaan tidak berdaya akibat institusionalisasi - Riwayat berbagai kegagalan

Harga diri rendah Stress

Ggn konsep diri (Harga diri)

HPA AXIS

ACTH

Korteks adrenal (cortisol) (Perubahan sistem imun)

Medulla adrenal (Peningkatan katekolamin )

Resiko terjadi infeksi

Nadi meningkat, Tek. Darah meningkat, Respirasi meningkat

Resiko terjadi trauma

Gambar 1. Hubungan harga diri dengan timbulnya berbagai masalah keperawatan. Dari konsep diatas dapat dirumuskan beberapa diagnose keperawatan pada klien yang mengalami gangguan harga diri yaitu: 1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah finansial, masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi. 2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan 3). Resiko cedera b.d gangguan fungsi vaskuler 2.5 Konsep Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan harga diri 2.5.1. Pengkajian - Kaji hal yang berhubungan dengan karakteristik atau identitas klien secara umum termasuk genogram serta riwayat hidup klien terutama yang behubungan dengan kondisi klien saat ini. - Kaji tentang keadaan umum - Kaji tentang keadaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik

- Kaji tentang kemampuan ADL klien dan lakukan penilaian dengan indeks ADL Katz. - Kaji tentang data mental, dengan sekala depresi beck, Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan Mini Mental State Exam (MMSE) serta tingkat keasadarn klien. 2.5.2 Rencana Keperawatan 1). Gangguan harga diri b.d kegagalan hidup skunder tidak bekerja, masalah finansial, masalah dengan hubungan keluarga serta instiusionalisasi. Tujuan : Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif : - Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri - Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri - Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri Kriteria: - Klien dapat aktif beraktivitas - Klien dapat tidur 5-6 jam sehari - Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia. Intervensi : INTERVENSI 1. Tetapkan hubungan saling percaya 1 perawat klien dengan cara: Dorong individu mengungkapkan perasaan. Dorong individu bertanya tentang masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan. Hindari kritik negatif RASIONALISASI Dengan adanya saling percaya klien akan mau mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri klien akan menjadi semakin baik.

2 3 4

Berikan privasi atau lingkungan aman. Tingkatkan interaksi sosial Hindari perlindungan ber-lebihan Dorong gerakan/latihan Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif. Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain Beri dorongan terhadap aktivitas posistif dan kontak dengan teman yang telah dilakukan.

Bantu kien mengepresikan pikiran dan perasaannya. 7 Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai norma.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien. 3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien. 4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan kondisinya saat ini. 5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai dukungan koping. 6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu meningkatkan harga diri klien menciptakan situasi hubungan yang saling membantu. 7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga dapat merduksi stress. 8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat mengurangi kesempatan klien menyendiri yang dapat memunculkan timbulnya stress.

2). Resiko infeksi b.d penurunan daya tahan Tujuan : Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi Kriteria: - Personal higiene baik - Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi - Tanda-tanda infeksi tidak muncul INTERVENSI Lakukan HE tentang pengaruh 1 stress terhadap ttimbulnya penyakit infeksi. 2 HE agar klien aktif melakukan 2 1 RASIONAL Stress dapat meningkatkan kadar kortisol yang bersifat imunosupresan. Aktivitas dapat meningkatkan status

latihan fisik 3 3 HE agar klien makan makanan dengan jumlah dan kualitas yang cukup. 4 He dan beri contoh agar klien menjaga kebersihan lingkungannya setiap hari. 5 He agar klien teratur menjaga kebersihan dirinya.

imunologi. Makanan sebagai sumber energi, pembangun serta vitamin yang bermanfaat bagi daya tahan klien. Lingkungan yang sehat akan mencegah terjadinya perkembangan penyakit terutama penyakit akbat lingkungan. Tubuh yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit seperti diare, dan penyakit kulit.

BAB 3

TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian A. Data Biografi Nama Jenis kelamin Golongan darah Tempat & tanggal lahir Pendidikan terakhir Agama Status perkawinan Tinggi badan/berat badan Penampilan Alamat : : : : : : : HR Laki-laki : : Kediri, 29 September 2001 SD Islam Duda : 164 cm /BB 64 kg Rapi dan ceria dengan ciri tubuh tinggi sedang kulit agak gelap, rambut putih Desa Wedi, RT I, RW 01, Wedi, Kec. Gedangan, Sidoarjo : : : : Agus Salim Keponakan Desa Wedi, RT 01, RW 01, Wedi, Sidorajo Telp 26 November 2001

Orang yang mudah dihubungi Hubungannya dengan klien Alamat & telepon Gedangan Tanggal pengkajian B. Riwayat Keluarga Genogram :

Keterangan

= Laki-laki = Perempuan = Lansia yang dirawat

C. Riwayat Pekerjaan Pekerjaan saat ini : Alamat pekerjaan : Berapa jarak dari rumah Alat transportasi Pekerjaan sebelumnya provinsi Berapa jarak dari rumah Alat tranpoertasi

::: Sebagai pedagang hasil bumi dan ternak antar : Hingga luar pulau jawa spt: Sumatra dan NTB : Kapal Laut dan Mobil

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Semasih kuat bekerja klien mempunyai penghasilan yang cukup banyak. Gaya hidupnya sangat konsumstif. Lansia mempunyai sejumlah rumah dan tabungan. Akan tetapi setelah menderita Stroke 1998 kelien kehabisan ahrta yang dimiliki dan terpaksa hidup dari rumah ke rumah bekas teman-temannya semasa sukses. Hinga pada akhirnya bosan dan memutuskan masuk ke Panti. D. Riwayat Lingkungan Hidup Type tempat tinggal : permanen milik keponakan Jumlah kamar : 3 buah kamar tidur 1 kamar mandi, 1 dapur Kondisi tempat tinggal : sempit dan sumpek Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : laki 3..orang, perempuan 2 org Derajat privasi : Kurang diperhatikan dan dihargai oleh keponakan Tetangga terdekat :Alamat dan telepon :E. Riwayat Rekreasi Hobbi/minat : Main sepak bola dan bulu tangkis serta menari Keanggotaan dalam organisasi :Liburan/perjalanan : Keliling Jawa dan Sumatra sambil mencarai barang dagangan. F. Sistem Pendukung Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Puskesmas Pembantu, Wedi Jarak dari rumah : 1 Km Rumah Sakit : RS Dr. Soetomo jaraknya 15 Klinik : Dr Umum jaraknya 1 km km Pelayanan keehatan di rumah :Makanan yang dihantarkan :Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Lain-lain :-

km

G. Diskripsi kekhususan Kebiasaan ritual : Lansia beragama islam sebelum sakit agak jarang sholat. Jarang ikut puasa penuh. Sekarang lansia ikut puasa penuh dan sholat 5 waktu. Yang lainnya : Klien suka menari H. Status Kesehatan Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : tekanan darah tinggi dan badan bagian kanan lemah. Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Lansia sudah terdeteksi menderita tekanan darah tinggi sejak tahun 1998 Keluhan utama : Provokative/Paliative : Sulit tidur Quality/Quantity : Tidur hanya 3-4 jam sehari Region : Severity scale : Sangat susah jika memejamkan mata Timing : Bila teringat akan bayangan masa lalu yang sukses. Timbul perasaan bersalah karena tidak mampu bertanggung jawab terhadap keluarga. Obat-obatan yang digunakan klien saat ini NO NAMA OBAT 1 B1 1X1 2 Paracetamol 1X1 Status imunisasi : tak ingat Alergi : *0 Obat-obatan : *1 Makanan :*2 Faktor lingkungan: Penyakit yang diderita: saat dikaji lansia tidak merasakan adanya suatu penyakit. Tetapi setelah diamati, tangan kanan kien sering bergerak tanpa kontrol (khorea), setiap menceritakan masa lalaunya lansia selalu menangis tersedu-sedu. Lansia selalu mengungkapkan alasan klise bahwa hidup sudah digarisakan Tuhan, sambil menangis. I. Aktivitas Hidup Sehari-hari Indeks Katz : A ; Lansia mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.

DOSIS

KET Untuk obat sakit pegal badannya.

Oksigenasi : Nafar 18 X/mnt, Suara paru normal, Wh -/-, Rh -/-, batuk -, sesak Cairan dan eklektrolit : Minum utama air putih 5 gelas (@200 cc)/hari ditambah teh. Lansia tidak minum kopi. Nutrisi : Klien saat ini mengikuti puasa penuh. Makan 2 kali sehari dengan lauk sesuai yang disediakan Panti. Semua makanan yang disediakan bisa dihabiskan. Nafsu makan baik. Sebelum puasa lansia biasa makan 3 X sehari. Eliminasi : bab 1 kali sehari pagi, jumlah dan konsistensi normal. Aktivitas : Klien aktif beraktivitas seperti mengikuti kegiatan sosialisasi, ibadah dan kegiatan lain yang dilaksanakan oleh panti. Klien merasa aagak susah jika berjalan karena kaki kanannya lemah dan keseimbangan tubuhnya kurang baik. Istirahat dan tidur : klien tidak pernah tidur siang, malam klien biasa tidur pk. 01.00 dan bangun pk. 3.00. Klien sering terbayang-bayang kesuksesan masa lalu dan rasa bersalah akibat tidak bisa bertanggungjawab terhadap keluarga. Personal hygiene : Kepala bersih, hidung, telinga dan mulut bersih. Klien mandi 2 X sehari dengan sabun, klien menggosok gigi 2 X sehari dengan menggunakan pasta gigi. Kuku kaki klien tampak kotor, hitam dan panjang. Kulit bersih Seksual : Lansia mengatakan masih mempunyai keinginan sek terhadap lawan jenis. Lansi masih bisa terangsang dan ereksi bila melihat tubuh wanita yang seksi. Tetapi klien menyadari sekarang klien sudah ada di panti dan harus mengikuti aturan yang ada. Rekreasi : Klien dapat berekreasi dengan sesama lansia melalui kegiatan rekreasi yang dilakukan oleh Panti setap hari Rabu. Dengan kegiatan ini klien dapat menyalurkan hobi menarinya. Psikologis : Persepsi klien: Lansia mengatakan bahwa dia memilih tinggal di Panti karena merasa tidak perhatikan lagi rumah, lansia tidak mampu bekerja lagi dan tidak memiliki dana yang cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarga. lansia mengatakan telah gagal dalam hidupnya. Tetapi lansia menayadari bahwa semua ini merupakan nasib dan garis hidup yang harus dijalani (iucapkan sambil menangis). Konsep diri : Lansia merasa telah gagal mengahapi hidup. Emosi : Lansia menangis setiap menceritakan keadaan dirinya dan riwayat kehidupannya. Klien suka bercanda dan tertawa. Adaptasi : Lansia cepat akrab dengan petugas. Lansia mengatakan betah tinggal di Panti. Mekanisme pertahanan diri: Rasionalisasi J. Tinjauan Sistem Keadaan umum penuh : Tubuh segar, terlihat sehat dan dapat beraktivitas secara

Tingkat kesadaran: Kompos mentis GCS : E4 V5 M6 Total : 15 o Tanda vital : S: 36,8 C, Nadi : 72 X/mnt, Tensi : 140/80. RR : 18 X 1. Kepala : Rambut uban semua, benjolan tidak ada, kulit kepala bersih 2. Mata-Telinga-Hidung : Katarak (-), visus 6/6, klien mengalami kesulitan jika menutup mata kanan. Pendengaran baik, serumen (-), hidung tidak ditemukan kelainan. 3. Leher : Tidak ditemukan benjolan ataupun bendungan vena jugularis.

4. Dada dan punggung : Bentuk normal, simetris, gerakan simetris, Suara paru vesikuler. Suara jantung S1 S2 normal, icts kordis pada ICCC 4-5 kiri. Tulang belakang tidak ditemukan kelainan. 5. Abdomen dan pinggang : Pada pemeriksaan abdomen dan pinggang tidak ditemuka kelainan. 6. Ektremitas atas dan bawah : Kelemahan pada ektremitas kanan (tangan kanan khorea) kaki kanan kemampuan kontraksinya menurun. Otot quadrisep femuralis mengecil. Ektremitas kiri dalam keadaan normal. 7. Sistem immune : Tidak ditemukan adanya kelainan yang berhubungan dengan sistem imun. 8. Genetalia 9. Reproduksi 10 Persarafan 11 Pengecapan 12 Penciuman 13 Taktil respon : bersih dan normal : lansia merasa masih mamapu melakukan aktivitas seksual. : Adanya kelemahan pada nervus kranialis IV, VI, dan VII : lansia masih mampu membedakan semua rasa. : Tidak ditemukan gangguan penciuman : Tidak ada masalah

K. Status Kognitif / Afektif / Sosial 1. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ):Kesalahan 0/ mental utuh 2. Mini - Mental State Exam ( MMSE ): Nilai 30/ fungsi mental normal 3. Inventaris Depresi Beck: Nilai 15 ( Dpresi sedang) 4. APGAR Keluarga : Nilai 4 : kondisi keluarga tidak kondusif untuk lansia.

L. Data Penunjang 1. Laboratorim :2. Radiologi :3. EKG :4. USG :5. CT- Scan :6. Obat - obatan : B1 1X1 dan Paracetamol 1X1 II. ANALISA DATA N O 1 1 INTERPRET ASI (ETIOLOGI) 2 3 Kegagalan Lansia merasa gagal dalam hidup, lansia merasa tidak mampu hidup. bekerja lagi, tidak punya dana, lansia merasa tidak mampu bertanggungjawab terhadap keluarga, Dulu lansia sebagai pedagang yang sukses. Bila teringat masa lalu lansia sering sulit tdur. Lansia tidur 3-4 jam/hari. Setiap bercerita masa lalu lansia menangis. Selalu menggunakan pembelaan bahwa semua ini sudah nasib dengan justufikasi rasional. Skala depresi beck 15 (depresi sedang), susah tidur, tidur 3-4 jam/hari. Komunikasi kurang. Perasaan bersalah yang berkepanjangan. Kuku kotor, kamar kotor, Kelemahan pada ektremitas kanan, riwayat hipertensi sejak 1991, riwayat stroke tahun 1999, tempat tidur tinggi, lokasi Panti yang naik turun Stress/ggn daya tahan DATA (SIGN/SYMPTOM) MASALAH (PROBLEM) 4 Ggn harga diri

Resiko terjadi infeksi.

Kondisi vaskuler dan ektremitas yang belum stabil serta lingkungan yang tidak kondusif.

Resiko terjadi trauma

3.2 Prioritas Diagnose Keperawatan 1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat ditandai dengan skala depresi , tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien. 2) Resiko terjadi trauma/jatuh b.d kelemahan bagian tubuh dan tekanan darah yang tidak stabil 3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun. 3.3. Perencanaan 1) Gangguan harga diri b.d kegagalan dalam hidup dan koping yang tidak adekuat ditandai dengan skala depresi , tidur hanya 3-4 jam/hari, sering melakukan mekanisme koping rasionalisasi, mengis jika menceritakan masa lalunya, klien tidak punya simpanan, keluarga menolak klien. Tujuan : Setelah dirawat klien menunjukan harga diri positif : - Mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai diri - Mengidentifikasi atribut positif mengenai diri - Dapat mengeidentifikasi akibat gangguan harga diri Kriteria: - Klien dapat aktif beraktivitas - Klien dapat tidur 5-6 jam sehari - Klien dapat berkomunikasi secara terbuka dengan sesama lansia.

Rencana tindakan Hari/tanggal Selasa, 27/11/2001 1 INTERVENSI Tetapkan hubungan saling percaya perawat klien dengan cara: Dorong individu meng-ungkapkan perasaan. Dorong individu bertanya tentang masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi Berikan informasi yang terpercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan Perjelas mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan. Hindari kritik negatif Berikan privasi atau lingkungan aman. Tingkatkan interaksi sosial Hindari perlindungan ber-lebihan Dorong gerakan/latihan Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif. Rujuk ke sumber-sumber koping yang lain 1 RASIONALISASI Dengan adanya saling percaya klien akan mau mengungkapkan perasaan yang terpendam yang beresiko menimbulkan stress sehingga dengan proses katarsis beban hidup klien akan berkurang sehingga harga diri klien akan menjadi semakin baik.

3 4 5 Rabu, 28/11/2001 6

Beri dorongan terhadap aktivitas posistif kontak dengan teman yang telah dilakukan.

2). Untuk meningkatkan intensitas hubungan sehingga semakin banyak proses katarsis yang dapat dilakukan dengan klien. 3). Sebagai koping yang dapat meningkatkan konsep diri klien. 4). Agar klien dapat menjalani hidup secara rasional sesuai dengan kondisinya saat ini. 5) Untuk membantu memecahkan masalah dengan mencari berbagai dukungan koping. 6) Untuk mempertinggi rasa percaya diri klien sehingga mampu meningkatkan harga diri klien dan menciptakan situasi hubungan yang saling membantu. 7). Untuk mengurangi beban psikologis sehingga

7 8

Bantu kien perasaannya.

dapat merduksi stress. 8). Agar aktivitas klien lebih terarah dan secara langsung dapat mengurangi kesempatan klien Libatkan dalam aktivitas sosial, ketrampilan dan menyendiri yang dapat memunculkan timbulnya kejujuran serta berikan bimbingan prilaku sesuai stress. norma.

mengepresikan

pikiran

dan

2) Resiko terjadi trauma/jatuh/stoke berulang b.d kelemahan bagian tubuh tekanan darah yang tidak stabil dan riwayat stroke Tujuan Setelah dirawat klien dapat mengenal dan melakukan mencegahan terhadap resiko terjadi trauma dan trauma tidak terjadi Kriteria : - Lingkungan aman dari benda-benda yang berbahaya - Lantai tidak licin - Klien dapat bergerak dengan poisisi yang benar - Tempat tidur aman - Klien bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur - Tekanan darah normal HARI/TANGGAL Rabu, 28/11/2001 1 2 3 4 INTERVENSI Amankan benda-benda berbahaya yang ada 1 di sekitar klien. Perhatikan agar lantai jangan terlalu licin 2 He agar klien hati-hati bila baru bangun 3 terutama jika kepala pusing. Beritahu agar klien jangan salah posisi jika bergerak. Jaga agar tempat tidur bersih dan tidak terlalu 4 tinggi. RASIONALISASI Untuk mencegah timbulnya trauma fisik akibat benda terutama benda tajam Lantai licin dapat menyebabkan terpeleset sehingga lansia bisa jatuh. Bangun yang tiba-tiba dapat menyebabkan hipotensi ortostatik sehingga klien bisa jatuh. Posisi yang benar dapat mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Tempat tidur yang bersih dapat mencegah timbulnya trauma (dekubitus). TT yang tinggi dapat menyebabkan jatuh.

Lakukan pemeriksaan fisik secara teratur dan he 5 Dengan pemeriksaan fisik dapat diketahui faktor resiko agar klien mengurangi jumlah garam. sehingga dapat lebih mudah mencegah timbulnya trauma. 3) Resiko terjadi penyakit infeksi b.d personal hygiene kurang, kamar kotor, kecemasan yang menahun. Tujuan : Setelah dirawat klien tidak mengalami infeksi Kriteria: - Personal higiene baik - Klien tahu pengaruh stress dengan tibulnya penyakit infeksi - Tanda-tanda infeksi tidak muncul HARI/TANGGAL Kamis, 29/11/2001 1 2 3 4 5 INTERVENSI Lakukan HE tentang pengaruh stress terhadap ttimbulnya 1 penyakit infeksi. HE agar klien aktif melakukan latihan fisik 2 HE agar klien makan makanan dengan jumlah dan kualitas 3 yang cukup. He dan beri contoh agar klien menjaga kebersihan 4 lingkungannya setiap hari. He agar klien teratur menjaga kebersihan dirinya. 5 RASIONAL Stress dapat meningkatkan kadar kortisol yang bersifat imunosupresan. Aktivitas dapat meningkatkan status imunologi. Makanan sebagai sumber energi, pembangun serta vitamin yang bermanfaat bagi daya tahan klien. Lingkungan yang sehat akan mencegah terjadinya perkembangan penyakit terutama penyakit akbat lingkungan. Tubuh yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit seperti diare, dan penyakit kulit.

3.4 Pelaksanaan Hari/tgl Selasa 27/11/01 08.0014.00 1

Tindakan

Evaluasi formatif (Hasil)

Membina hubungan saling percaya perawat klien dengan cara: Perkenalan lebih intensif Mendorong individu meng-ungkapkan perasaan. Mendorong individu bertanya tentang masalah dan penanganan serta akibat jika masalah stress tidak diatasi Menjelaskan mengenai konsep harga diri, perawatan dan pemberi pelayanan perawatan. 2 3 4 Menganjurkan agar klien melakukan interaksi sosial dengan penghuni lain.secara terbuka. Gali kekuatan dan sumber - sumber pada individu Diskusikan tentang realitas harapan dan alternatif. Menyampaikan kondisi yang dialami klien sehubungan dengan adanya gejala post stroke yang berpengaruh terhadap prilaku klien saat ini.kepada penanggungjawab panti. Memberi dorongan terhadap aktivitas posistif dan kontak dengan teman yang telah dilakukan. Membantu klien mengepresikan pikiran dan perasaannya. Melibatkan klien dalam aktivitas sosial

Rabu, 28/11/200 1 Pk. 08.0010.00

6 7 8

3.5 Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA Ader R & Cohen N. (1991). The Influence Of Conditioning On Immune Response, Psychoneuroimmunology. 2 nd Ed. Academic Press Inc. San Diego Azis H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. AKPER Dr. Otten. Bandung. (Makalah) Bouchard C, (1990). The Field of The Phisical Activity Science. Human Konetics Books. Champaign. Darmojo dan Martono, (1999). Geriatri. PercetakanYudistira. Jakarta, Departemen Kesehatan R.I, (1995), Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta Djojosugito. A.H.M (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat. Bandung. (Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI). Lueckenotte. (1998) (alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerontologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Nuryati M.(1994). Proses Menua.AKPER Dr. Oten. Bandung. (Makalah) Nurgiwiati.E. (1994) Perubahan-Perubahan Psikososial Pada Usia Lanjut. AKPER Dr. Oten. Bandung. Soedoso (1995). Cedera Olahraga. EGC.Jakarta. Shadikin. dr. (1999). Modulasi Imunologi Pada Pemberian Aktivitas Dengan Metode DLF. UNAIR. Surabaya. Stevens P.J.M, F. Bordui, Van Der Weyde (1999), Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN Dalam pengkajian klien dengan gangguan pola makan akibat dari

gangguan sistem pencernaan yaitu terjadi akibat dari peningkatan produksi asam lambung menyebabkan gangguan pada pola aktivitas sehari-hari dan pemenuhan asupan nutrisi yang berkurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan sistem pernafasan, sistem kardiovaskueler, sistem perkemihan, sistem reproduksi masih dalam batas normal. Masalah-masalah yang muncul adalah gangguan rasa nyaman;nyeri, asupan nutrisi kurang dari kebutuhan dan kemampuan dalam perawatan mandiri. Dalam intervensi dan implementasi secara umum tidak banyak perbedaan, hanya saja perlu modifiksi untuk mempermudah dan bersifat operasional sehingga bisa dilaksanakan dan diaplikasikan oleh klien sesuai dengan kemampuan dan sumber daya dan dana yang ada. Evaluasi dari yang telah dilakukan dari berbagai tindakan baik independent maupun interdependent dan dalam catatan perkembangannya memberikan evaluasi yang baik walaupun tidak maksimal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Proses menua terjadi pada setiap individu dengan masalah-masalah yang bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan fisik, psikologis, sosial dan lingkungannya sebelum menjelang masa tuanya.
2.

Pelayanan perawatan klien Ny. C meliputi pemenuhan kebutuhan

akan nutrisi bagi tubuh dan kebutuhan aktivitas sehari-hari seoptimal mungkin, memelihara dan meningkatkan kesehatannya, bimbingan keterampilan perawatan mandiri dan penjelasan tentang status gizi serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses ketuaan. 3. 4. 5. Dalam menyelenggarakan implementasi perawat melibatkan klien untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kegiatan pelayanan yang diberikan juga menitikberatkan pada promotif dan preventif serta minimal curatif dan rehabilitatif. Proses pendokumentasian dilakukan tiap hari untuk mengikuti perkembangan klien dalam bekerja sama mengatasi masalahnya. B. Saran 1. Pelayanan lanjut usia diselenggarakan dalam bentuk pelayanan kepererawatan secara komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu meliputi bidang kesehatan, rehabilitasi dan sosial. 2. Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan media yang sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam memenuhi kehiudpan sendiri secara mandiri sehingga siap diresosialisasikan.

Você também pode gostar

  • PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    Documento1 página
    PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Palato Skisis
    Palato Skisis
    Documento8 páginas
    Palato Skisis
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Imunisasi
    Imunisasi
    Documento2 páginas
    Imunisasi
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Bab I New
    Bab I New
    Documento7 páginas
    Bab I New
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Documento10 páginas
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • TETANI
    TETANI
    Documento25 páginas
    TETANI
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Gga Ans
    Gga Ans
    Documento6 páginas
    Gga Ans
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    Documento1 página
    PAPARAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Askep Hemorhoid
    Askep Hemorhoid
    Documento2 páginas
    Askep Hemorhoid
    Afif Sumbulboyz
    Ainda não há avaliações
  • Elisa Soal
    Elisa Soal
    Documento5 páginas
    Elisa Soal
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Hodgkin 2
    Hodgkin 2
    Documento6 páginas
    Hodgkin 2
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Nanda, Noc, Nic Lengkap Bos
    Nanda, Noc, Nic Lengkap Bos
    Documento231 páginas
    Nanda, Noc, Nic Lengkap Bos
    Ariie Priyanto
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Abdomen
    Trauma Abdomen
    Documento6 páginas
    Trauma Abdomen
    Ni Nengah Devi
    Ainda não há avaliações
  • Demam Be
    Demam Be
    Documento12 páginas
    Demam Be
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Pathway DM
    Pathway DM
    Documento1 página
    Pathway DM
    Muhammad Faizal Rifai
    100% (1)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento41 páginas
    Bab Ii
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Palato Skisis
    Palato Skisis
    Documento8 páginas
    Palato Skisis
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Format Laporan Kasus
    Format Laporan Kasus
    Documento6 páginas
    Format Laporan Kasus
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Askep Vertigo
    Askep Vertigo
    Documento10 páginas
    Askep Vertigo
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Demam Berdarah Dengue
    Demam Berdarah Dengue
    Documento7 páginas
    Demam Berdarah Dengue
    Imron Iim
    Ainda não há avaliações
  • LP Fam Rs Klaten
    LP Fam Rs Klaten
    Documento2 páginas
    LP Fam Rs Klaten
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Susi
    Bab I Susi
    Documento18 páginas
    Bab I Susi
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Askep BBL
    Askep BBL
    Documento18 páginas
    Askep BBL
    Betelbuese Gee
    Ainda não há avaliações
  • Sap Stroke
    Sap Stroke
    Documento10 páginas
    Sap Stroke
    teuingjaya
    Ainda não há avaliações
  • Elektrokardiogram (EKG)
    Elektrokardiogram (EKG)
    Documento32 páginas
    Elektrokardiogram (EKG)
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • ASKEP DHF
    ASKEP DHF
    Documento10 páginas
    ASKEP DHF
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento10 páginas
    Bab 2
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Untitled
    Untitled
    Documento9 páginas
    Untitled
    Muhammad Faizal Rifai
    Ainda não há avaliações
  • Aaaaaaaaa
    Aaaaaaaaa
    Documento26 páginas
    Aaaaaaaaa
    Savitri Putri Ramadani
    Ainda não há avaliações