Você está na página 1de 2

Kolesistitis Kolesistitis akut Peradangan akut pada kantung empedu biasanya diawali oleh obstruksi dari duktus sistikus

oleh karena batu. Proses inflamasi terjadi karena 3 hal yaitu: peradangan mekanis karena adanya peningkatan tekanan intraluminal dan distensi yang mengakibatkan iskemi pada mukosa dan dinding, peradangan kimia dan peradangan akibat bakteri yang biasanya memegang peranan sampai 50% proses peradangan. Organisme yang sering ditemui adalah Eschercia coli, Klebisella spp, Streptokokus spp, dan Clostridium spp. Kolesistitis akut biasanya diawali nyeri bilier yang progresif. Lama kelamaan nyeri menjadi lebih general di kuadaran kanan atas. Pada kolik bilier, nyeri akan menuju ke area interskapular, skapula kanan atau bahu. Tanda peradangan peritonial, seperti saat napas dalam, akan mulai tampak. Mual muntah dan anoreksia juga dijumpai. Ikterik biasanya tidak akan tampak pada awal penyakit, namun apabila peradangan terus meluas sampai ke duktus dan limfonodi, ini bisa menyebabkan ikterik. Demam subfebris juga biasanya menyertai perjalanan penyakit ini. Pada palpasi kuadran kanan atas pasti akan teraba nyeri. Pada sebagian pasien juga dapat dirasakan adanya pembesara dari kantung empedu. Napas dalam atau batuk pada palpasi subkosta di kuadran kanan atas akan menyebabkan peningkatan rasa sakit dan napas akan terhenti (tanda murfi). Tanda-tanda perforasi juga harus dilihat seperti adanya rigiditas pada dinding perut. Diagnosis dari kolesistitis akut dibuat dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Triad dari nyeri kuadrana kanan atas yang tiba-tiba, demam dan leukositosis harus diperhatikan. Ultrasonografi biasanya bisa digunakan untuk mencari penyebab peradangan yaitu oleh karena batu. Sindrom Mirrizzi adalah komplikasi yang mungkin terjadi akibat impaksi dari batu empedu di duktus sistikus atau leher dari kantong empedu yang menyebabkan kompresi CBD, yang mengakibatkan obstruksi dan ikterus. Untuk mendiagnosis, bisa dugunakan USG, ataupun ERCP (Endoscopic Retrogradi Cholangiopancreatography) atau PTC (Percutaneus Transhepatic Cholangiography) yang lebih sensitif dan spesifik. Kolesistitis Kronik Peradangan kronis pada dinding kantong empedu biasanya selalu berkaitan dengan adanya batu empedu dan merupakan hasil dari pengulangan iritasi mekanis di dinding oleh karena batu empedu. Komplikasi kolesistitis 1. Empyema dan hidrops: empyema pada kantong empedu biasanya merupakan hasil dari akut kolesistitis yang progresif dengan adanya obstruksi duktus cistikus yang persisten dan mengalami superinfeksi karena adanya cairan empedu yang stagnan. Gambaran klinisnya adalah panas tinggi, nyeri pada kuadran kanan atas, leukosistosis. Empyema biasanya dapat menyebabkan sepsis atau perforasi. Sedangkan hidrops

bisa terjadi karena obstruksi yang berkepanjangan dari duktus cistikus. Hal ini membuat distensi dari lumen, dan menyebabkan pengeluaran mukus atau transudat dari sel epitel mukosa. Pada pemeriksaan fisik akan ditemui kantong empedu yang dapat terpalpasi pad akuadran kanan atas. 2. Gangren dan perforasi: gangren dapat terjadi karena iskemi dari dinding kantong empedu dan mengalami nekrosis jaringan. Gangren merupakan faktor predisposisi dari terjadinya perforasi. Penatalaksanaan terbaik adalah kolesistektomi. 3. Fistula dan ileus: fistulasi dapat terjadi apabila terjadi adesi dengan organ lain, yang paling sering adalah dengan duodenum. Tapi bisa juga terjadi pada colon pars feksura hepatis, gaster atau jejunum, dinding abdomen dan pelvis renalis. Pentalaksanaan terbaik adalah dengan kolesistektomi, eksplorasi CBD dan penutupan dari fistula. Sedangkan ileus karena batu empedu dapat terjadi apalabila batu masuk ke dalam lumen usus. Batu tersebut biasanya masuk melalui fistula kolesitoenterik. Batu bisa mengalami impaksi pada katup ileosekal. Laparotomi untuk pengambilan batu merupakan prosedur terbaik untuk ini. Medikamentosa Antibiotik merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk kolesistitis. Biasanya organisme yang menginfeksi adalah E. coli, Klebsiella, dan Streptokokus yang biasanya efektif dengan penggunaan antibiotik seperti ampicilin sulbaktam dan sefalosporin generasi ketiga. Metronidazole juga dapat digunakan untuk bakteri anaerobik.

Você também pode gostar