Você está na página 1de 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA

Oleh:

Priska Rasmania Lagut 0902047

STIKES BETHESDA YAKKUM 2010/2011

ASMA
A. Pengertian Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontriksi spasme pada saluran pernapasan) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat oleh sebagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma adalah penyakit obstruksi jalan nafas, yang dapat pulih dan intermitten yang ditandai oleh penyenpitan jalan nafas, mengakibatkan dispneu, batuk dan mengi. Eksarbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala.

B. Etiologi Faktor pencetus serangan asma : o Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari, rerumputan o Iritan seperti asap,bau-bauan, dan polutan o Infeksi saluran pernapasan terutama yang disebabkan oleh virus o Perubahan cuaca yang ekstrim o Kegiatan jasmani yang berlebihan o Lingkungan kerja o Obat-obatan o Emosi o Refluks gastroesofagus Sedangkan faktor penyebab serangan asma : Faktor prediposisi Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya.Meskipun belum diketahui cara penurunan yang jelas, penderita yang dengan penyakit alergi juga mempunyai keluarga dekat menderita penyakit alergi. Prespitasi

Alergen Dimana alergen di bagi menjadi 3 jenis yaitu : Inhalan yang masuk melalui saluran pernapasan Cth :debu,bulu binatang,serbuk bungan, spora jamur, bakteri dan polusi. Ingestan yang masuk melalui mulut Cth: makanan dan obat-obatan Kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit

Perubahan cuaca Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.Kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti : musim hujan, musim kemerau.

Stress Stress /emosi dapat memperberat serangan asma.Bagi penderita asma perlu untuk menyelesaikan masalah pribadi secepat mungkin karena jika sters tidak diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.

Lingkungan kerja Misalnya: orang yang bekerja di laboratorium hewan, indukstri tekstil, pabrik abses, polisi lalulintas.Gejala dapat membaik saat libur atau cuti.

Olahraga / aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma saat melakukan aktivitas jasmani yang berat.

Asma adalah suatu obstruksi jalan nafas yang refersibel yang disebabkan oleh: Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas. Pembengkakan membran bronkus. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

C. Klasifikasi

Dibagi berdasarkan penyebab, terbagi menjadi alergi ,idiopatik, dan non alergik: a. Asma alergik/ekstrinsik: merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan,dll.Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman(seasonal).Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik.Paparan terhadap alergi dapat mencetuskan serangan asma.Biasanya pada anak-anak sampai usia remaja. b. Idiopatik atau non alergik asma/ intrinsik Tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik.Faktor-faktor seperti common cold,ISPA, aktivitas, emosi/stres dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan asma.Beberapa agen farmakologi: seperti antagonis adregenik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Bila asma idiopatik sering terjadi dan lebih berat maka dapat menyebabkan Bronkitis dan emfisema.Biasanya asma ini dimulai ketika dewasa (>35 tahun). c. Asma campuran (mixed asma) Merupakan bentuk asma yang paling sering.Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik.

D. Patofisiologis
Pencetus serangan (alergen,emosi/stres,obat-obtan,& infeksi Reaksi antigen & antibodi

Dikelurkan substansi vasoaktif (histamin,bradikinin,& anafilaktoksin Kontraksi otot polos

Permeabilitas kapiler

Sekresi mukus meningkat

bronkospasme

Kontraksi otot polos Edema mukosa hipersekresi

Produksi mukus bertambah

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Obstruksi saluran nafas

Ketidak seimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh (resiko/ aktual)

Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah pau-paru Gangguan difusi gas di alveoli

Kerusakkan pertukaran gas

Hipoksemia Hiperkapnea

Asma alergi bergantung pada respon Ig E yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul Ig E yang berikatan dengan sel mast.Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airbone dan

dapatmenginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.Akan tetapi, sekali sensitivitas telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat baik,sehingga sejumlah kecil alergen yang menganggu sudah dapat menghasilkan eksarbasi penyakit yang jelas. E. Tanda dan gejala Serangan asma : 1. Wheezing 2. Dispnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesori pernapasan 3. Pernapasan cuping hidung 4. Diaforesis 5. Seringkali terjadi malam hari

6. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada 7. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi 8. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi 9. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan 10. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea 11. Batuk sulit dan kering pada awalnya: diikuti dengan batuk lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer 12. Total serangan dapat berlangsung selama 20 menit sampai beberapa jam 13. Sianosis sekunder akibat hipoksia berat 14. Kecemasan labil dan penurunan tingkat kesadaran Reaksi yang berhubungan : Eksem Urtikaria Edema angioneurotik 1.1 Pengkajian untuk menentukan beratnya asma Manifestasi klinis a. Penurunan toleransi beraktifitas b. Penggunaan otot bernafas tambahan, adanya retraksi interkostal c. Wheezing d. RR per menit e. Nadi (pulse rate) /menit f. Terata pulsus paradoksus g. Puncak expiratory flow rate (L/menit) Tidak ada < 25 < 120 Tidak ada >100 Ada >25 >120 Ada < 100 Skor 0 Ya Tidak ada Skor 1 Tidak Ada

Ket : skor 4 dicurigai sebagai asma berat, klien harus diobservasi untuk menentukkan adakah respons dari terapi atau segera dikirim ke rumah sakit. 1.2 Perubahan AGD yang berhubungan dengan asma Ringan PaO2 Elevasi Sedang Normal sampai hipoksia Berat Hipoksemia Status asmatikus Hipoksemia berat

ringan PaC02 pH Menurun Alkalosis Menurun sampai normal Alkalosis Elevasi Alkalosis Elevasi berat Asidosis

F. Komplikasi Pneomothoraks Ateletaksis Gagal napas Bronkitis kronik Fraktur iga Status asmatikus Kematian

G. Penatalaksanaan Terapi obat: Agonis beta Metilsantin Antikolinergik (atropine metilnitrat, atrovent) Kortikosteroid ( hidrokortison, mednison, deksametason) Inhibitor sel mast Metaprotenol Albuterol (proventil, ventolin) Tarbutalin Epineprin

Prinsip-prinsip penatalaksanaan bronkial: a. Diagnosis status asmatikus.Faktor penting yang harus diperhatikan: Saatnya serangan Obat-obatan yang telah diberikan (macam & dosis)

b. Pemberian obat bronkodilator c. Penilaian terhadap perbaikan serangan d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid

e. Penatalaksanaan setelah serangan mereda: Cari faktor penyebab Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

H. Pencegahan 1. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan. 2. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras/bantal jika serangan terjadi pada malam hari/ 3. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang. 4. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan.Misalnya: tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim. 5. Cegah asma yang disebabkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara pada 370 C dan kelembaban relatif 100%. 6. Tutup mulut dan hidung menggunakan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan.

I. Pemeriksaan penunjang a. Spirometri Untuk menunjukkan adaya obstruksi jalan nafas b. Tes provokasi o Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus o Dilakukan apabila tidak menggunakan spirometri o Tes provokasi bronkial seperti:histamin,metalkolin.alergen.kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi udara denga aqua destilata. o Tes kulit: menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik dalam tubuh c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen dada normal e. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah f. AGD dilakukan pada asma berat:

AGD pada umumnya normal tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapat suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor energi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

g. Pemeriksaan Sputum Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil. Spiral chrusmann yakni yang merupakan chast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus Neotrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin. b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin. c. Status mental : lemas, takut, gelisah. d. Pernapasan : perubahan frekuensi kedalaman pernapasan. e. Gastrointestinal : mual, muntah. f. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah. 2. Pemeriksaan fisik Dada : a. Contour ,confek, tidak ada depresi sternum b. Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal c. Keabnormalan struktur thorax d. Contour dada simetris e. Kulit thorax : hangat, kering, pucat / tidak, warna merata f. RR dan ritme selama 1 menit Palpasi : a. Temperatur kulit b. Fremitus : vibrasi dada

c. Pengembangan dada d. Krepitasi e. Massa f. Edema Auskultasi : a. Vesikuler b. Bronkovesikuler c. Hiperventilasi d. Ronchi e. Wheezing f. Lokasi perubahan suara napas serta kapan saatnya terjadi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus. 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemehan fisik. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit 6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernapasan dan menurunnya intake oral. 7. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernapasan.

8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik. 9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak kuatnya imunitas.

C. INTERVENSI N o 1 Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

keperawatan hasil Tidak efektifnya bersihan jalan Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama jam, pasien Auskultasi bunyi catat bunyi misalnya wheezing, Jalan nafas kembali efektif. Kriteria hasil : Sesak berkurang Batuk berkurang Klien dapat mengeluark an sputum Wheezing berkurang/hi Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat inspirasi ekspirasi. rasio dan ronkhi nafas, adanya nafas, : Beberapa spasme terjadi obstruksi derajat bronkus dengan jalan

nafas 3x24 diharapkan

berhubunga n

nafas. Bunyi nafas redup ekspirasi (empysema), dengan mengi tak

dengan dapat :

akumulasi mukus.

ada fungsi nafas (asma berat). Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan selama strest/adanya proses akut. dapat dan ekspirasi memanjang infeksi Pernafasan melambat frekuensi

lang TTV normal

dibanding inspirasi. Peninggian kepala tidak mempermudah Kaji untuk yang misalnya peninggian kepala duduk sandaran. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk basah. pendek, Bantu Penggunaan cairan hangat menurunkan spasme bronkus. air Membebaskan spasme jalan dapat tidak pada pasien posisi aman, : fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Batuk menetap tidak khususnya dapat tetapi efektif, pada

klien lansia, sakit akut/kelemahan.

tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk. Berikan hangat.

nafas, mengi dan produksi mukosa. Kolaborasi :

Berikan

obat

sesuai indikasi. Bronkodilator 11 (inhalasi). 2 Tidak efektifnya pola Setelah tindakan dilakukan Kaji frekuensi Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal Expansi terbatas berhubungan dengan atelektasis dan dada Bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal Batuk berkurang Ekspansi paru mengemban g Auskultasi bunyi nafas dan catat bunyi adanya nafas Ronki wheezing menyertai obstruksi jalan dan atau nyeri nafas. dada yang spiriva

kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya

nafas keperawatan selama 3x24

berhubunga n

dengan jam,diharapkan : Pola nafas

penurunan ekspansi paru.

pernafasan termasuk penggunaan otot bantu /

kembali efektif. Kriteria hasil : Pola efektif nafas

pernafasan

pelebaran nasal.

seperti krekels, wheezing. Tinggikan kepala bantu mengubah posisi. dan

nafas / kegagalan pernafasan Duduk tinggi

memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi. Observasi pola batuk dan Dapat meningkatkan/ban yaknya sputum

karakter sekret.

dimana gangguan Dorong/bantu pasien nafas dalam dan ventilasi ditambah nyaman bernafas dan ketidak upaya

latihan batuk.

Memaksimalkan bernafas dan

menurunkan kerja Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan. Berikan humidifikasi nafas, memberikan kelembaban pada

membran mukosa dan membantu

pengenceran sekret.

tambahan misalnya : nebulizer

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema Subtema Sasaran Waktu Tempat

: : : : :

Penyuluhan kesehatan pada pasien dengan ASMA Penyuluhan modifikasi lingkungan dan pengetahuan ASMA Keluarga dan Ny. K 30 menit RS.Bethesda

I.

Tujuan instruksional umum ( TIU ) Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga Ny.K, diharapkan kelurga Ny. K memahami tentang ASMA Ny. K.

II.

Tujuan instruksional khusus ( TIK ) Setelah dilakukan memberikan penyuluhan tentang ASMA, diharapkan keluarga Ny. K mampu untuk : a. Menyebutkan dengan benar apa yang di maksud dengan ASMA b. Menyebutkan dengan benar penyebab ASMA c. Menyebutkan dengan benar tanda dan gejala ASMA d. Menyebutkan dengan benar cara penanganan ASMA e. Menyebutkan dengan benar komplikasi ASMA f. Menyebutkan dengan benar pencegahan ASMA

III.

Materi a. Pengertian ASMA b. Penyebab ASMA c. Tanda dan gejala ASMA d. Cara penanganan ASMA e. Komplikasi ASMA

f. Pencegahan ASMA IV. Metode pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi V. Kegiatan Penyuluhan NO. KEGIATAN PEYULUHAN 1. Pendahuluan dan apersepsi Salam pembuka PESERTA menjawab salam WAKTU 5 menit

(terapeutik) Perkenalan Menyampaikan tujuan penyuluhan Apersepsi menyimak merespon pengenalan mendngarkan, menjawab pertanyaan

2.

Isi

penyampaian garis besar ASMA memberi kesempatan peserta bertanya menjawab pertanyaan untuk materi

mendengarkan dengan perhatian menayakan hal-hal yang belum jelas penuh

20 menit

memperhatikan

jawaban evaluasi penyuluh menjawab pertanyaan 3. Penutup mengevaluasi pemahaman klien menyimpulkan memberikan pesan salam pentup menjawab pengevaluasian mendengarkan mendengarkan

dari

5 menit

menjawab salam

VI. VII.

Media/alat bantu Leafled Sumber/ Referensi http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3598/1/keperawatan-dudut2.pdf Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

VIII.

Evaluasi 1. Formatif Pasien mampu menjelaskan tentang ASMA : a. Menjelaskan dengan benar pengertian ASMA b. Menjelaskan dengan benar penyebab ASMA c. Menjelaskan dengan benar tanda dan gejala ASMA d. Menjelaskan dengan benar cara penanganan ASMA e. Menjelaskan dengan benar komplikasi ASMA f. Menjelaskan dengan benar pencegahan ASMA 2. Sumatif Pasien memahami dan mengerti tentang ASMA.

Yogyakarta, 26 November 2010 Penyuluh Perawat Z

Chacha

LAMPIRAN MATERI 1. Pengertian ASMA Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).

2. Etiologi / penyebab a. faktor prediposisi: Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu

terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. 3. Tanda dan gejala o Batuk o Dyspnea o Nyeri dada o Bernafas cepat dan dalam o Gelisah o Berkeringat o Mengi o Bunyi wizing 4. Cara penanganan ASMA

Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.

Pengobatan farmakologik : a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat : 5. Komplikasi Status asmatikus Atelektasis Hipoksemia Pneumothoraks Emfisema Deformitas thoraks Gagal nafas 6. Pencegahan a. Kebersihan lingkungan b. Menghindari faktor pencetus c. Memberikan Penkes d. Menutup mulut dan hidung dengan masker Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec) Terbutalin (bricasma)

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1916944-asuhan-keperawatan-pada-anak-pra/ http://www.rickyeka.com/topics/asuhan-keperawatan-asma-pada-lansia-pdfqueen-pdf-searchengine.html http://belajar90.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-asma.html http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf http://nursingbegin.com/tag/askep-asma/ http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/04/asuhan-keperawatan-asthma/

Você também pode gostar