Você está na página 1de 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polisakarida Karbohidrat adalah senyawa yang hanya mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Kita dapat mengelompokkannya menjadi dua golongan utama : gula dan polisakarida. Gula dapat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, trisakarida, dst. Monosakarida yang dikenal banyak orang ialah glukosa dan fruktosa. Polisakarida adalah struktur makromolekul yang dibangun oleh banyak kesatuan monosakarida yang saling bergabung sambil melepaskan air. Jadi, polisakarida dapat dipecahkan dengan cara hidrolisis, menghasilkan sejumlah monosakarida. Selulosa, pati, dan glikogen adalah polisakarida yang paling banyak dikenal (Cowd, A. 1991). 2.2 Selulosa Selulosa merupakan fibrous dinding sel tanaman. Adapun sifatnya yang paling penting ialah kemampuannya menyerap air dan mengambang. Selulosa menyebabkan ekskresi garam-garam empedu diperbesar, apabila gumpalan makanan mengandung banyak serat. Selulosa juga mempunyai kemampuan mengikat asam fosfat. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena kita tidak mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selulosa yang terdapat sebagai serat-serat tumbuhan, sayuran, atau buah-buahan, berguna untuk memperlancar pencernaan makanan. Selulosa dan hemiselulosa adalah kerangka sel tumbuhan. Selulosa merupakan polisakarida yang tidak bercabang. Hemiselulosa mempunyai rumus berbeda dengan selulosa karena mengadung heksosa dan pentosa. Pektin dan agar-agar adalah hemiselulosa. Kedua senyawa ini tidak merupakan sumber energi, karena tidak dicerna oleh enzim tubuh. Kegunaannya bagi tubuh adalah karena kedua senyawa ini dapat menyerap air. Pektin banyak digunakan untuk membuat puding (Poedjiadi, 1994).

Jaringan berserat dalam dinding sel mengandung polisakarida selulosa. Polisakarida ini adalah polimer alam yang paling banyak terdapat dan paling tersebar di alam. Jutaan ton selulosa digunakan setiap tahun untuk membuat perabot kayu, tekstil, dan kertas. Sumber utama selulosa ialah kayu. Umumnya kayu mengandung sekitar 50% selulosa, bersama dengan penyusun lainnya, seperti lignin. Pemisahan selulosa dari kayu melibatkan pencernaan kayu dengan larutan belerang dioksida dan hidrogen sulfit (b sulfit) dalam air pada proses sulfit, atau larutan natrium hidroksida dan natrium sulfida dalam air pada proses sulfat (proses Kraft). Pada kedua proses ini lignin dilarutkan sehingga diperoleh selulosa. Sumber lain selulosa ialah kapas, yang hampir seluruhnya memang selulosa. Ekstraksi dilakukan dengan mereaksikannya dengan larutan natrium hidroksida di bawah tekanan, yang kemudian dilanjutkan dengan pengelantangan dengan gas klor atau kalsium hipoklori. Selulosa yang secara langsung dapat dijadikan serat sangatlah terbatas. Yang lebih lazim dilakukan ialah memproses larutan turunan selulosa, Dan kemudian membuat polimer itu menjadi bentuk yang dikehendaki setelah selulosa teregenerasi (Cowd, A. 1991). Hemiselulosa pada mulanya diberi nama demikian karena ditemukan bersamasama dengan selulosa dalam dinding sel dan dianggap sebagai senyawa antara dalam pembentukan selulosa. Hemiselulosa merupakan bagian dari polisakarida yang dapat diekstraksi dengan natrium hidroksida 17,5% dari dinding sel. Yang disebut hemiselulosa asam ialah hemiselulosa yang mengandung satuan asam glukuronat yang terikat pada kerangka utama dalam perbandingan yang nisbi besar. Pektin tumbuhan terdapat dalam dinding sel, primer dan semen (perekat) antarsel. Pektin berupa campuran (dan sampai taraf tertentu merupakan kombinasi) araban, galaktan, dan ester metil galaktorunan. Araban adalah molekul dengan rantai bercabang dan berbobot molekul rendah terdiri dari satuan (1s). Ekstraksi dengan larutan basa dingin sekarang menghilangkan hemiselulosa dan yang tersisa selulosa (Robinson, 1995). Karbohidrat ini membentuk struktur sel tumbuh-tumbuhan. Pada hidrolisis yang tidak lengkap terbentuk beta glukosa. Satuan beta glukosa ini berhubungan dengan ikatan 1-4. Selulosa tidak larut dalam air, berat molekulnya antara 50.000 sampai 400.000 dan ini sesuai dengan 300-2500 molekul glukosa. Dengan sodium, selulosa tidak memberi warna (Iswari, 2006).

Selulosa dapat dibedakan menjadi : a) selulosa Selulosa untuk jenis ini tidak dapat larut dalam larutan NaOH dengan kadar 17,5% pada suhu 20 C dan merupakan bentuk sesungguhnya yang telah dikenal sebagai selulosa. b) selulosa Jenis dari selulosa ini mudah larut dalam larutan NaOH dengan kadar 17,% pada suhu 20 C dan akan mengendap bila larutan tersebut berubah menjadi larutan yang memiliki suasana asam. c) selulosa Untuk selulosa jenis ini mudah larut dalam NaOH yang mempunyai kadar 17,5% pada suhu 20 C dan tidak akan terbentuk endapan setelah larutan tersebut dinetralkan. Alfa selulosa sangat menetukan sifat ketahanan kertas, semakin banyak kadar alfa selulosanya menunjukkan semakin tahan lama kertas tersebut. Dan memiliki sifat hidrofilik yang besar pada gamma dan beta selulosa daripada alfa selulosanya. Sifat fisik dari selulosa adalah dapat terdegredasi oleh hidrolisa, oksidasi, fotokimia maupun secara mekanis sehingga berat molekulnya menurun dan tidak larut dalam air maupun pelarut organik. Dalam keadaan kering, selulosa bersifat higroskopis, keras, dan rapuh. Selulosa dalam kristal mempunyai kekuatan lebih baik (Jaka, 2008). 2.3 Pepaya (Carica Papaya, L) Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Manfaat tanaman : 1. Sebagai pensuplai nutrisi / gizi terutama vitamin A dan C
2. Akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit ginjal dan kandung

kencing
3. Batang buah muda mengandung getah putih yang berisikan enzim pemecah

protein yang disebut papaine sehingga dapat melunakkan daging untuk bahan kosmetik dan digunakan pada industri minuman (penjernih), industri farmasi dan tekstil (Prihatman, 2000).

Você também pode gostar