Disusun Oleh : Nama : Ngurah Kamandanu (11537) Gol / kel : A4 / 1 Asisten : Kornelius Fergio Aditya Manggala
LABORATORIUM HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013 ACARA I KEDUDUKAN BIJI DALAM BUAH KAKAO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kakao merupakan tanaman tahunan yang digunakan dalam industri perkebunan. Dalam industri perkebunan tersebut tentunya diperlukan kegiatan awal penanaman atau pun peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif kembali. Dalam kegiatan penanaman atau pun peremajaan, diperlukan suatu bahan tanam yang baik sehingga dapat menghasilkan tanaman kakao yang baik pula produksinya. Bahan tanam kakao dapat diperoleh dari biji atau benih, yang kemudian menjadi bibit kakao yang siap tanam. Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Tidak seragamnya bentuk, ukuran, dan berat biji merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu hasil, di samping faktor lainnya seperti rendahnya kandungan lemak dan ketebalan kulit. Aspek lain yang turut berperan dalam meningkatkan mutu tersebut antara lain letak biji pada buah. Bahan tanam merupakan faktor penting dalam budidaya kakao (Theobroma cacao) karena tanaman kakao apabila dipelihara baik masih dapat berproduksi baik sampai umur lebih dari 30 tahun. Pemilihan dan penggunaan bahan tanam yang kurang benar akan membawa akibat sepanjang umur tanaman tersebut sehingga perlu mengetahui juga biji buah kakao bagian mana yang menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan bibit yang terbaik.
B. Tujuan Mengetahui kedudukan biji dalam buah yang menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao yang terbaik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya memunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Untuk menghasilkan kakao yang baik, tentu saja butuh pengetahuan yang memadai, mulai dari pengenalan fisiologi dan morfologi kakao, kesesuaian lahan, bahan tanam, pola tanam, persiapan konversi, pengembangbiakan, pemupukan, pencegahan penyakit dan hama, hingga pemanenan kakao. Penerapan ilmu yang baik akan menghasilkan sebuah kerja dan hasil yang baik pula (Anonim, 2012). Dalam membuat benih kakao dimulai dari pemilihan pohon, buah kemudian biji yang berkualitas sehingga nantinya didapatkan benih yang berkualitas pula. Pohon yang dipilih merupakan pohon yang telah diketahui sifat-sifat yang diinginkan diantaranya adalah produksi yang tinggi, daya adaptasi yang luas, tahan hama dan penyakit. Sedangkan pemilihan individu pohon didasarkan pada kondisi pohon yang tumbuh kuat, sehat, dan kokoh. Pohon yang dipakai sebagai sumber buah disarankan telah beberapa kali menghasilkan dengan pertimbangan dari beberapa kali panen dapat diketahui kestabilan hasilnya (Nazaruddin et al., 2006). Buah yang digunakan sebagai sumber benih dapat diambil dari buah yang dihasilkan sepanjang tahun, namun pada umumnya panen besar terjadi pada bulan Mei Juni atau November-Desember. Buah belum masak menghasilkan benih yang daya tumbuhnya rendah dan bibit yang lemah. Sedangkan buah yang kelewat masak menghasilkan biji yang telah berkecambah dan tidak dapat digunakan sebagai benih (Situmorang, 1975). Kualitas dari biji kakao ditentukan oleh berbagai faktor sebelum dan sesudah panen seperti varietas, tanah, iklim, panen, fermentasi, pengeringan, dan penyimpanan. Fermentasi dan pengeringan memainkan peran yang sangat signifikan sebagai prekursor rasa dibentuk selama proses ini dan senyawa yang terbentuk akan kemudian bereaksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan rasa cokelat yang khas. Di Malaysia, berbagai metode pengolahan yang digunakan dan hal ini dapat mengakibatkan biji kakao yang diproduksi jadi bermacam kualitas (Miller et al., 2008). Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah (Goenadi et al., 2005).
III. METODOLOGI
Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara I yang berjudul Kedudukan Biji dalam Buah Kakao dilaksanakan pada hari Senin, 30 April 2012 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah buah kakao (Theobroma cacao), tanah regosol, pasir, pupuk kandang, abu gosok, Dithane M-45, Furadan 3 G, dan polibag. Alat yang digunakan adalah pisau, petridish, ember kecil, kertas label, cangkul, cethok, penggaris, dan alat tulis. Cara kerja dari praktikum ini adalah kakao dibelah menjadi 3 bagian kemudian biji dipisahkan dari bagian ujung, tengah, dan pangkal. Pulp pada biji dihilangkan dengan abu gosok. Masing-masing 25 sampel biji diambil dari bagian tengah, ujung, dan pangkal lalu ditimbang satu persatu sehingga didapatkan data bobot biji. Kemudian, biji dicelupkan selama 30 detik ke dalam larutan fungisida sehingga pertumbuhan jamur dapat dicegah. Biji dikecambahkan di bak perkecambahan dengan biji dipisahkan sesuai jenis kakao dengan perlakuan U : biji bagian ujung, T : biji bagian tengah, dan P : biji bagian pangkal. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap 3 perlakuan, dengan banyak kelompok golongan praktikum sebagai ulangan. Persemaian dipelihara sesuai dengan kebutuhan dan diamati jumlah benih yang dikecambahkan setiap hari selama satu minggu. Kemudian dihitung gaya berkecambah (GB) dan indeks vigornya (IV).
Gaya Berkecambah _biji yang berkecambah _Biji yang dikecambahkan 100
Index Vigor_ jumlah biji yang berkecambah hari ke-i hari ke-i 100
A1A2A3.A7 A1T1A2T1A2T3.A7 100
Keterangan : A = jumlah biji berkecambah hari ke-I B = hari ke-i
Kemudian grafik garis dibuat untuk GB dan IV v.s waktu pengamatan. Hasil pengamatan GB, CV, dan bobot biji kakao dilakukan analisis varian model satu arah (ONE-WAY ANOVA) dengan 0.05. Apabila terdapat beda nyata dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan 0.05.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. <http://agromedia.net/Info/panduan- lengkap-budi-daya-kakao.html> . Diakses tanggal 20 Maret 2013.
Goenadi D., Bako J., Herman, dan Purwoto A., 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Miller. KB., Hurst, W.J., Payne, M.J., Stuart, D.A., Apgar, J., Sweigart, D.S., and Ou, B. 2008. Impact of alkalization on the antioxidant and flavanol content of commercial cocoa powders. J. Agric. Food Chem. 56, 8527-8533.
Nazaruddin, R., Seng, L.K., Hassan, O., and Said, M. 2006. Effect of pulp preconditioning on the content of polyphenols in cocoa beans (Theobroma cacao) during fermentation, drying and roasting. J. Sci Food Agric., 81, 281-288.
Situmorang, S. 1975. Pengaruh Letak Buah Pada Pohon Coklat Terhadap Kualitas Bibit. Naskah Karya Komisi Tehnis Perkebunan ke-5 Budidaya Kopi-Coklat, Tretes.