Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
+
+
+
e karena Oleh
aX b Ln Y Ln
e Ln aX b Ln Y Ln
b Ln Y Ln
b Ln Y Ln
e
e
aX
aX
e Y
ax
b
^
Y
X
0
Untuk menyederhanakan persamaan maka dapat dilakukan transformasi sebagai berikut :
P = Ln Y A = a
X = X B = ln b
Sehingga persamaan diatas menjadi P = AX + B .(2)
Persamaan ini identik dengan persamaan regresi linear sehingga dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Koefisien korelasinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Deviasi standart reside X, x dan Deviasi standart reside P, p
Kesalahan standart dari perkiraan nilai P, SEP
( )
2 / 1
1 R SEP
P
(7)
Selanjutnya digunakan untuk mencari model matematika, untuk peristiwa hidrologi.,
hubungan tersebut dijabarkan dalam
Mencari hubungan antara Debit Sungai (Qs) dan sediment Layang (q)
Bentuk umum :
e
q
aQs
b
.(8)
5
Ln Y
X
Ln b
Ln Y = ln b + ax
b
1
,
_
,
_
+
X P P
X R
X
P
^
.) 4 ..( .......... .......... .......... .......... ..........
2 / 1
1 1
1
1
1
]
1
,
_
,
_
,
_
,
_
,
_
n
i
i
n
i
i
n
i
i i
p p
X X
P P X X
R
2 / 1
1
1
1
1
1
1
]
1
,
_
n
n
i
i
X
X X
2 / 1
1
1
1
1
1
1
]
1
,
_
n
n
i
i
p
P P
.( 5 ) .( 6 )
.(3)
C.2 Model Regresi Berpangkat
Dari pasangan data variabel hidrologi {( Xi,Yi ), i = 1,2,3,.,N)
Apabila dihitung dengan persamaan regresi eksponesial, maka modelnya adalah :
Dimana :
Y = regresi eksponesial Y terhadap X, merupakan variabel bebas.
X = Variabel tak bebas
a,b = Parameter.
Apabila persamaan 9 di atas ditransformasikan dalam bentuk persamaan linear fungsi (log)
akan menjadi :
Dimana Yi > 0 dan Xi > 0
Selanjutnya dalam ditransformasikan menjadi persamaan linear sederhana sebagai
berikut :
P = Log Y A = a
B = Log b p = Log X
Sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
P = Ap + B (10)
Persamaan diatas merupakan persamaan logaritma yang menghubungkan log Y dan Log X,
bentuknya garis lurus dengan kemiringan (a) dan memotong sumbu log Y di log b.
Persamaan diatas P = Ap+ B ini identik dengan persamaan regresi linear sehingga dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Koefisien korelasinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Deviasi Standart reside X, x
Deviasi Standart reside P, p
Kesalahan standart dari perkiraan nilai P, SEP
6
X Y
a
b
^
,
_
,
_
+
X P P
X R
X
P
^
2 / 1
1 1
1
1
1
]
1
,
_
,
_
,
_
,
_
,
_
n
i
i
n
i
i
n
i
i i
p p
X X
P P X X
R
2 / 1
1
1
1
1
1
1
]
1
,
_
n
n
i
i
X
X X
2 / 1
1
1
1
1
1
1
]
1
,
_
n
n
i
i
p
P P
2 / 1
] 1 [ R SEP
P
x x
y
x x
i i
i
i i
n
a
.(19)
2
x
y
x
i
i
i
b
.(20)
2
xi
na
c
. ..(21)
Untuk mempermudah perhitungannya digunakan program komputer yang disajikan dalam
bahasa fortran untuk penyelesaian solusi di atas. Penerapan persamaan dalam penelitian
meliputi sebagai berikut :
1. Debit sungai Q , Luas penampang basah A serta (W/D)
Dimana : Q (m3/detik) =Yi , A (m
2
) =X
1
, (W/D)=X
2
Model matematiknya : Q = g A
h
(W/D)
i
2. Debit sungai Q dan Luas penampang , A, dengan kemiringan dasar sungai S
Dimana : Q (m3/detik) =Yi, A (m
2
) = X
1
, S= X
2
Model matematiknya : Q = j A
k
S
i
3. Debit sungai Q dan Luas penampang A,Kedalaman aliran rata-rata D, dan
kemiringan S
Dimana : Q (m
3
/s) = Yi, A (m) = X
1
,D (m)= X
2
,S = X
3
Model matematiknya : Q = m A
n
D
o
S
P
4. Debit sungai Q dan Luas penampang basah A,Kedalaman aliran rata-rata D, dan Lebar
penampang saluran W serta kemiringan S
Dimana : Q (m3/detik)= Yi, A (m)= X
1
, W (m) =X
2
, D (m) = X
3
, S = X
4
Model matematiknya : Q = q A
r
W
p
D
t
S
u
III. METODOLOGI
A. Metode Pelaksanaan
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang diperlukan, melalui
serangkaian tahapan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
8
B Pengumpulan Data Sekunder
Yang dimaksud disini yakni dengan mengumpulkan data sekunder sebagai data
pendukung yang diperlukan dalam melaksanakan survey, diantaranya :
Data topografi ; data aliran sungai ; data studi yang pernah ada.
C. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer ini dimaksudkan untuk memperoleh data lapangan yang
digunakan sebagai dasar untuk penyusunan model.
C.1 Bahan Penelitian
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
C.2 Sampel Sedimen
Sampel sedimen yang digunakan bersumber dari sungai Citanduy, Pengambilan
sampel sedimen ini menggunakan peralatan dan tatacara khusus untuk analisa dilakukan di
Laboratorium di Pusat Air di Proyek Citanduy di Jawa Barat.
C.3 Lokasi Pengambilan data Geometri Penampang
Pengambilan data di lapangan di dahului dengan survey lapangan, guna menentukan
lokasi pengambilan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel yang
dilaksanakan pada hari kemarau dan hari hujan. Adapun lokasi pengambilan sample adalah
Daerah Pataruman , Daerah Karang Pucung, Daerah Karang Sari Dan Daerah Rajagosi.
C.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data geometri penampang dilakukan dengan cara , pengukuran
hidromteri sungai yakni dengan cara pengukuran kecepatan air. Pengukuran kecepatan air.
ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar debit sungai tersebut, didalam pengukuran
kecepatan air ini menggunakan alat current meter dengan menggunakan metode kalibrasi.
Adapun pelaksanaan kalibrasi di lapangan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan lokasi pengamatan
2. Patok atau beri tanda dengan mengunakan kayu tampang yang akan diukur.
3. Berilah tanda dalam hal ini tali untuk menandai penampang melintang saluran
4. Ukur penampang melintang saluran tersebut.
5. Bagi penampang Aliran tersebut dalam beberapa segmen atau bagian. Misalkan tiap
1 (satu) meter, disini penulis membagi penampang aliran tiap satu segmen.
6. Pada titik tengah pias (segmen) diletakan alat current meter yang akan digunakan.
7. Untuk letak putaran kincir tergantung pada kedalaman aliran (h).
8. Pada Kalibrasi ini digunakan kedalaman 0,2h dan 0,8h
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada sketsa gambar berikut
Gambar
1.
2.
9
B Meter
daratan
daratan
Permukaan air
1 m
tali
Permukaan tanah dasar saluran
3.
Gambar 1. Sketsa Pelaksanaan Kalibrasi
Analisa Perhitungan Luasan Tampang.
Untuk pengukuran luasan digunakan metode trapesium seperti pada gambar berikut :
Gambar 2. Perhitungan Luasan Penampang Dengan Menggunakan Metode Trapesium
Maka perhitungan luasan sebagai berikut :
A = L
b a
.
2
+
Perhitungan segmen lainnya sama.
IV. ANALISA DATA
A. Kajian Model matematika Geometri Penampang Sungai
A.1 Data Lapangan
Data lapangan digunakan untuk membentuk model. Luas penampang terukur berkisar antara
8,513 m sampai 260.850 m, Lebar aliran terukur berkisar antara 58 m sampai 80 m dan
kemiringan muka air terukur antara 0.00001 0.01055.
A.2 Model Dengan Basis Data Geometri Penampang.
Dengan basis data geometri penampang diperoleh pesamaan sebagai berikut :
a. Daerah Pataruman.
Q = 12.837 A
0.5412
Dengan R = 0.775 .. (4.1a)
Q = 0.4148 D
0.5639
Dengan R = 0.761 . (4.1b)
Q = 30.601 W
0.1723
Dengan R = 0.540 . (4.1c)
Q = 0.4342 A
1.309
W/D
0.381
Dengan R = 0.818 (4.1d)
b. Daerah Karangpucung
Q = 3.3998 A
0.7424
Dengan R = 0.880 (4.2a)
Q = 0.572 D
0.0059
Dengan R = 0.406 . (4.2b)
Q = 23.803 W
0.1718
Dengan R = 0.438 . (4.2c)
Q = 0.2863 A
1.196
W/D
0.050
Dengan R = 0.859 (4.2d)
c. Daerah Karangsari
Q = 7.0998 A
0.6384
Dengan R = 0.961 ..(4.3a)
10
Peletakan Alat
h
Current meter
y
x 0
b
a
L
A
Q = 0.3366 D
0.3840
Dengan R = 0.818 . (4.3b)
Q = 27.842 W
0.1929
Dengan R = 0.728 . (4.3c)
Q = 0.11925 A
1.470
W/D
-.0120
Dengan R = 0.983 .. (4.3d)
d Daerah Rajagosi
Q = 4.8426 A
0.7069
Dengan R = 0.935 ..(4.4a)
Q = 0.7343 D
0.1494
Dengan R = 0.108 . (4.4b)
Q = 35.002 W
0.1032
Dengan R = 0.196 . (4.4c)
Q = 0.1547A
1.323
W/D
0.002
Dengan R = 0.977 . (41.d)
Persamaan (4.1c) di atas yakni model untuk menghitung debit berbasis data lebar
(W) ternyata mempunyai R kurang dari 0.75 dan oleh karenanya tidak dapat digunakan
untuk menganalisis lebih lanjut. Dengan demikian estimasi debit Sungai Citanduy tidak
dapat dilakukan hanya berdasarkan data lebar saja. Dari tabel 4.1 persamaan alirnya
ternyata mempunyai F hitung = 42 dan 63 dan nilai itu lebih besar dari F tabel pada
kepercayaan 5% dengan F
0.05
= 2.576 dan F
0.025
= 1.960 Oleh karena itu Ho ditolak dan
menerima hipotesa alternatif. berarti variabel luas (A) untuk persamaan serta luas (A) dan
(W/D) untuk persamaan lainnya secara bersama mempengaruhi debit.
Dari persamaan (4.1a) mempunya R = 0,775 hal ini berarti 77.5 % debit Sungai
Citanduy dapat dijelaskan oleh variasi luas penampang basah, sedangkan sisanya 22,5%
dijelaskan oleh variasi lainnya misalkan lebar, kedalaman dan kemiringan muka air. Dengan
kata lain luas penampang adalah faktor yang dominan yang mempengaruhi debit Sungai
Citanduy.
Tabel 4.1 Uji - F dan Uji t model debit berbasis geometri penampang sungai Citanduy.
a. Daerah Pataruman
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1 Q =f(A) 63.993 2.576 A 2.157 1.960 0.775
2 Q=f(A,W/D) 42.608 2.576 A, W/D 6.468 1.960 0.818
b. Daerah Karangpucung
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1 Q =f(A) 141.216 2.576 A 3.445 1.960 0.880
2 Q=f(A,W/D) 62.411 2.576 A,W/D 1.787 1.960 0.859
c. Daerah Karangsari
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A) 475.95 2.576 A 5.583 1.960 0.960
2. Q=f(A,W/D) 554.50 2.576 A,W/D 4.526 1.960 0.983
d. Daerah Rajagosi
No Model F-
hitung
F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A) 102.270 2.576 A 6.424 1.960 0.836
2. Q=f(A,W/D) 439.979 2.576 A, W/D 10.332 1.960 0.977
Dari data pada tabel 4.2 menggunakan uji-t dua sisi pada derajat kepercayaan 5%
ternyata nilai t-hitung setiap variabel bebas selalu lebih besar dari 1,98 Oleh karena itu Ho
di tolak dan menerima Hipotesa alternatif. Dengan demikian variabel bebas luas (A) pada
persaan di atas atau variabel luas (A) dan (W/D) dapat dinyatakan masing-masing
mempengaruhi debit secara signifikan.
A.3 Model Dengan basis data geometri penampang dan kemiringan muka air.
11
Dengan berbasis data penampang geometri dan kemiringan muka air diperoleh model
dengan persamaan :
a. Daerah Pataruman.
Q = 2.5928 A
1.437
S
0.502
Dengan R = 0.996 (4.5a)
Q = 13.667 A
1.00
D
0.667
S
0.500
Dengan R = 0.999 .(4.5b)
Q = 14.216 A
0.329
D
1.352
W
0.653
S
0.493
R = 0.986 ..(4.5c)
b. Daerah Karangpucung.
Q = 2.0738 A
1.279
S
0.365
Dengan R = 0.784 (4.6a)
Q = 13.667 A
1.00
D
0.667
S
0.500
Dengan R = 0.999 .(4.6b)
Q = 14.216 A
0.329
D
1.352
W
0.653
S
0.493
R = 0.999 ..(4.6c)
c. Daerah Karangsari.
Q = 0.1279 A
1.421
S
0.388
Dengan R = 0.986 .(4.7a)
Q = 13.548 A
1.004
D
0.660
S
0.500
Dengan R = 0.999 .(4.7b)
Q = 13.769 A
1.006
D
0.661
W
0.550
S
0.055
R = 0.997 ..(4.7c)
d. Daerah Rajagosi.
Q = 1.9425 A
1.217
S
0.311
Dengan R = 0.950 ..(4.8a)
Q = 2..494 A
1183
D
0.105
S
0.331
Dengan R = 0.927 .(4.8b)
Q = 5.4990 A
.1.217
D
0.17
W
-.0..262
S
0.318
R = 0.928 ..(4.8c)
Model persamaan di atas mempunyai nilai R> 0.60 Oleh karena itu layak untuk diuji
lebih lanjut menggunakan uji-F dan Uji-t. dari tabel 4.2 diperoleh nilai F-hitung setiap
model selalu lebih besar dari F-tabel oleh karena itu Ho ditolak dan menerima hipotesa
alternatif , berarti bersama-sama variabel bebas setiap model mempengaruhi debit.
Tabel 4.2. Uji F dan Uji T Model Debit Berbasis Geometri Penampang dan Kemiringan
Muka Air Sungai Citanduy
a. Daerah Pataruman
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A,S) 2411.59 2.576 A ,S 5.057 1.960 0.996
2. Q =f(A,D,S) 351410 2.576 A,D,S 127.675 1.960 0.999
3. Q=f(A,D,W,S) 723.872 2.576 A,D,W,S 7.166 1.960 0.986
b. Daerah Karangpucung
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A,S) 36.806 2.576 A,S 0.840 1.960 0.789
2. Q =f(A,D,S) 212767.7 2.576 A,D,S 99.544 1.960 0.999
3. Q =f(A,D,W,S) 31.551 2.576 A,D,W,D 1.712 1.960 0.858
c. Daerah Karangsari
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A,S) 690.766 2.576 A,S 5.573 1.960 0.986
2. Q =f(A,D,S) 33870864 2.576 A,D,S 1.121 1.960 0.999
3. Q=f(A,D,W,S) 1968.201 2.576 A,D,W,S 10.060 1.960 0.997
d. Daerah Rajagosi
No Model F-hitung F
0.05
VB t-hitung F
0.025
R
1. Q =f(A,S) 190.898 2.576 A,S 4.778 1.960 0.950
2. Q =f(A,D,S) 78.549 2.576 A,D,S 0.983 1.960 0.927
3. Q=f(A,D,W,S) 57.372 2.576 A,D,W,S 1.149 1.960 0.926
B. Perbedaan debit estimasi terhadap debit terukur.
12
Kalibrasi dan perbedaan debit model yang dihitung dengan mengukur perbedaannya
terhadap debit terukur, nilai rata-rata perbedaan debit adalah sebagai berikut :
a. Daerah Pataruman
Q = f(A) beda rata-rata : - 22,911 %
Q = f(A,W/D) beda rata-rata : - 20,429 %
Q =f(A,S) beda rata-rata : - 1.044 %
Q =f(A,S,D) beda rata-rata : - 0.572 %
Q =f(A,S,D,W) beda rata-rata : 7.673 %
b. Daerah Karangpucung
Q = f(A) beda rata-rata : - 23.563 %
Q = f(A,W/D) beda rata-rata : - 15.668 %
Q =f(A,S) beda rata-rata : - 3.0822 %
Q =f(A,S,D) beda rata-rata : - 0.602 %
Q =f(A,S,D,W) beda rata-rata : - 27.177 %
c. Daerah Karangsari
Q = f(A) beda rata-rata : 31.504 %
Q = f(A,W/D) beda rata-rata : - 7.272 %
Q =f(A,S) beda rata-rata : - 3.365 %
Q =f(A,S,D) beda rata-rata : 0.040 %
Q =f(A,S,D,W) beda rata-rata : 9.560 %
d. Daerah Rajagosi
Q = f(A) beda rata-rata : 43.420 %
Q = f(A,W/D) beda rata-rata : -13.283 %
Q =f(A,S) beda rata-rata : - 5.286 %
Q =f(A,S,D) beda rata-rata : - 2.971 %
Q =f(A,S,D,W) beda rata-rata : - 1.453 %
Dengan perbedaan rata-rata kurang dari 10% maka model yang dipilih cukup baik untuk
diuji lebih lanjut terhadap debit dari pos duga air yang tidak dilibatkan untuk membentuk
model.
C. Uji Penerapan dan Penentuan Model.
Langkah berikutnya adalah menghitung RMS untuk melakukan uji rancangan model
terhadap data debit yang dikur dari lokasi pos duga air yang tidak dilibatkan untuk
membentuk model. RMS dihitung dengan menggunakan rumus sebelumnya.
Daerah Pataruman
Q = f(A) beda rata-rata : 0,728 %
Q = f(A,W/D) beda rata-rata : - 3,,550 %
Q =f(A,S) beda rata-rata : - 1.861 %
Q =f(A,S,D) beda rata-rata : - 0.572 %
Q =f(A,S,D,W) beda rata-rata : 0..114 %
D. Kajian model matematika transport sedimen
D.1 Perhitungan Angkutan Melayang.
Perhitungan sedimen melayang dilakukan dengan mengukur debit harian Qw
(m3/detik) yang dikombinasikan dengan konsentrasi dari angkutan sedimen melayang C
(mg/liter) dan menghasilkan muatan angkutan melayang Qs (ton/hari) yang rumusannya
dapat ditulis sebagai berikut :
Qs = 0,0864 x C x Qw ton/hari ( 4.9)
13
Didapat Hubungan debit sungai dan debit sedimen layang pada Sungai Citanduy daerah
Pataruman didapat model matematinya
Qsus = 0.00007 Qw
1.1236
D.2 Perhitungan Angkutan Dasar
Dari hasil perhitungan sedimen dasar dengan menggunakan metode Leo Van Rijn
didapat hubungan antara sedimen sungai dan sedimen dasar . pada penelitian 12 penampang
yang diamati pada sungai citanduy didaerah pataruman didapat hasil model matematikanya :
Qs = 0.1165 Qw
1.224
dengan R = 0.7176.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan.
1. Model hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk
menghitung debit ( termasuk debit banjir) disembarang penampang melintang sungai
citanduy yang lokasinya memenuhi ketentuan teknis.
2. Pengukuran geometri penampang sungai dan kemiringan muka air, dalam
pelaksanaan teknis hidrologinya dapat memperkirakan debit sungai dengan mudah
dan praktis. Untuk pengukuran berdasarkan data geometri untuk Sungai Citanduy
adalah sebagai berikut :
A = 7.0998 Q
0.6384
D = 0.3366 Q
0.3840
W = 8.7268 ln (Q) + 20.786
Q = 0.11925 A
1.470
(W/D)
0.120
Estimasi Debit Sungai Citanduy dapat digunakan model
Q = 13.667 A
1.00
D
0.667
S
0.500
Q = 14.216 A
0.329
D
1.352
W
0.653
S
0.493
Dengan Q= debit aliran sungai (m
3
/s), A = luas penampang basah (m), W= lebar
penampang basah (m), D (A/W) rasio luas dan lebar penampang basah dan S =
kemiringan muka air.
3. Hubungan debit sungai dan debit sedimen layang pada Sungai Citanduy daerah
Pataruman didapat model matematinya
Qsus = 0.00007 Qw
1.1236
4. Luas Penampang Sungai merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap
debit aliran.
B. Saran
1. Model hasil penelitian ini harus dilakukan kalibrasi secara berkala dengan
membandingkan debit terukur dengan alat kuat arus.
2. Perlu dilakukan pembuatan model serupa untuk sungai sungai lainnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chow V.T,dan Nenci Rosalina, 1987, Hidraulika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta
Chow, V.T., 1959, Open Channel Hydraulics, Mc Graw-Hill, Inc, Illinois.
Ersin Seyhan, 1977, Dasar dasar Hidrologi , Gajah Mada University Press.
Sosrodarsono, Suyono, dan Kensaku Takeda, 1981, Bendungan Tipe Urugan, Pradnya
Paramita, Jakarta,
Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Jilid 1 dan 2,
Penerbit Nova, Bandung.
Soewarno, 1995, Hidrologi Pengukuran Dan Pengelohan Data Aliran Sungai (hidrometri),
Penerbit Nova, Bandung.
Soemarto,C.D., 1986, Hidrologi Teknik, Penerbit Usaha Nasional-Surabaya
Sudjana, Metode Statistik, Penerbit Tarsito, Bandung.
Van Rijn, L.C., 1982. Equivalent Roughness of Alluvial Bed, J. Hydraul. Div. ACE.108
(HY10), pp 1215 - 1218
Van Rijn, L.C., 1984, Sediment Transport, part I : Bed Load Transport, J.Hydraul.Eng,Vol.
110, No.10 Oktober, ESCE,19220,pp 1431-1455
Van Rijn, L.C., 1984, Sediment Transport, part II : Suspended Load Transport, J.Hydraul.
Eng, Vol. 110, No.11 Nopember, ESCE,19277,pp 1613-1641
Van Rijn, L.C., 1984, Sediment Transport, part III : Bed Form and Alluvial Roughness,
J.Hydraul.Eng, Vol.110 No. 12.Desember, ESCE,19346,pp 1733-1754
Van Rijn, L.C., 1987, Mathematical Modelling of Morfological Processes in the Case Of
Suspended Sediement Transport.
Van Rijn, L.C., 1993, Principles of Sediment Transport In Rivers, Estuaries And Coastal Seas,
Aqua Publication
15
16