Você está na página 1de 11

Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Ni Made Taganing, SPsi.

, MPsi Fini Fortuna, 10503078 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ii + 50, 10 tabel, Daftar Pustaka, Lampiran, 2008 ABSTRAKSI Aksi-aksi kekerasa terjadi dimana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan di kompleks-kompleks perumahan. Aksi-aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan non verbal (memukul, meninju). Agresivitas yang dilakukan oleh individu akan berdampak terhadap dirinya juga. Bahaya agresivitas terhadap individu itu sendiri adalah orang lain akan menjauhi pelaku yang hanya akan menyakiti orang lain tanpa berfikir panjang akibat yang akan di dapat setelah menyakiti orang lain. Agresi menurut Berkowitz (1995) adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara verbal maupun non verbal. Salah satu factor yang mempengaruhi agresivitas adalah pola asuh. Hurlock (1993) menyatakan bahwa setiap orang tua berbeda di dalam menerapkan pola sikap dan perilaku mereka terhadap anak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sikap yang mereka pelajari di dalam mengasuh dan mendidik anak antara lain adanya pengalaman awal dengan anak, adanya nilai budaya mengenai cara terbaik dalam memperlakukan anak baik secara otoriter, demokratis maupun permisif. Santrock (2002) menyatakan bahwa pola asuh otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menerapkan batas-batas yang tegas dan tidak member peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja. Sarwono (1997) berpendapat bahwa perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tuannya. Orang tua yang terlalu menuntut anaknya untuk selalu mengikuti segala kemauannya akan membuat anak frustasi sehingga anak bila berada di luar rumah akan berindak seenaknya dan berperilaku agresif. Dari hasil penelitian diketahui dari 30 item skala perilaku agresif yang diuji cobakan terdapat 19 item yang valid dengan nilai korelasi antara 0,306 sampai dengan 0,604 dengan koefisien reliabilitas 0,856. Sedangkan skala pola asuh otoriter dari hasil analisis penelitian diketahui dari 30 item yang diuji cobakan terdapat 16 ietm yang valid dengan nilai korelasi antara 0,315 sampai dengan 0,600 dengan koefisien reliabilitas 0,819. Berdasarkan analisis product moment pearson (N=46) diketahui r = 0,303 dengan nilai signifikansi 0,041 (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja. Pemaksaan dan kontrol yang sangat ketat dapat menyebabkan kegagalan dalam berinisiatif pada anak dan memiliki keterampilan komunikasi yang sangat rendah. Anak akan menjadi seorang yang sulit untuk bersosialisasi dengan temantemannya sehingga anak akan mempunyai rasa sepi dan ingin diperhatikan oleh orang lain dengan cara berperilaku agresif. Orang tua yang sering memberikan hukuman fisik pada anaknya dikarenakan kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh orang tua akan membuat anak marah dan kesal kepada orang tuanya tetapi anak tidak berani mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskan kepada orang lain dalam bentuk perialku agresif. Dengan pola asuh orang tua yang tidak terlalu mengekang, anak akan menjadi anak yang berinisiatif, percaya diri dan mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif. Kata kunci : Pola Asuh Otoriter, Perilaku Agresi.

PENDAHULUAN A. LatarbelakangMasalah Bagi warga Jakarta, aksiaksi

anak

akan

berdampak

terhadap

perkembangan kepribadian anak yang makin lama dikenal oleh masyarakat sebagai suatu kriminal. Sikap agresif merupakan penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hal orang lain. Salah satu faktor penyebab agresi yang pertama adalah frustasi. Frustasi dapat menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang dapat memicu seseorang melakukan perilaku agresi. Frustasi itu sendiri adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan (Sarwono, 2002). Frustasi dapat

kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian. Saat ini beberapa televisi bahkan membuat programprogram khusus yang menyiarkan beritaberita tentang aksi kekerasan. Aksiaksi

kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalanjalan, di sekolah, bahkan di komplekskompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, dll). Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/massal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelakupelaku tindakan aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswasiswa di tingkat SLTP/SMP. Hal ini sangatlah memprihatinkan. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah

disebabkan oleh pola asuh otoriter. Sikap orang tua yang terlalu menuntut dapat membuat anak frustasi. Frustasi dapat ditimbulkan oleh orang tua yang menginginkan anaknya tunduk dan patuh serta selalu menuruti semua kehendak orang tuanya. Orang tua yang terlalu keras serta tidak responsif pada kebutuhan anak akan membuat anak cenderung menjadi takut serta murung. Kondisikondisi itu bisa melandasi perilaku agresif. Orang tua yang sering memberikan anaknya hukuman dikarenakan standar fisik pada

perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok (http://www.e

psikologi.com/remaja.htm). Berkowitz (1995) mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang di maksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental. Agresi yang dilakukan berturut turut dalam jangka lama yang terjadi pada anakanak atau sejak masa anak

kegagalan yang telah

memenuhi

ditetapkan oleh orang tua akan membuat anak marah dan kesal kepada orang tuanya tetapi anak tidak berani mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskannya kepada orang lain

dalam bentuk perilau agresif (Sarwono, 2002). Esensi hubungan antara orang tua dengan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana perasaan dan apa yang dilakukan orang tua. Hal ini bercermin pada pola asuh orang tua, yakni suatu kecenderungan caracara yang dipilih dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Siti Meichati (dikutip Dayakisni, 1988) mengemukakan bahwa pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anakdalamkehidupanseharihari. Hubungan baik yang tercipta antara anak dan orang tua akan menimbulkan perasaan aman dan kebahagiaan dalam diri anak. Sebaliknya hubungan yang buruk akan

dengan

orang

tua

bukan

hanya

pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lainlain) dan kebutuhanpsikologis(sepertirasaaman, kasih sayang, dan lainlain), tetapi juga mengajarkannormanormayangberlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan. Pola asuh otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintahperintah

orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batasbatas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anakanak untuk berbicara (bermusyawarah)(Santrock,2002). Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa, pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak yang tangguh sehingga anak

mendatangkan akibat yang sangat buruk pula, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudiandapatditampilkananakdalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung, temper dan sebagainya (Hurlock,1994). Jadi pola asuh orang tua

berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan

interpersonal yang positif dan lainlain. Kepribadian tersebut dapat

dikembangkan dalam keluarga. Pola asuh yang salah dapat menyebabkan seorang agresif. anak Orang melakukan tua yang perilaku terlalu

mendominasi akan membuat anak tidak dapat mengembangkan kreativitasnya

merupakan pola interaksi antara anak

yang akhirnya anak akan melakukan perilaku agresif diluar lingkungan 2.

termasuk properti. Agresi

pengerusakan

keluarga. Sehingga pertanyaan pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilakuagresifpadaremaja.

tidak

langsung:

menyebarkan gosip yang berkonotasi negatif,

gurauan (yang negatif). 3. Negativisme: tingkah laku menantang, termasuk

TINJAUAN TEORITIS A. Agresivitas 1. DefinisiAgrsivitas Berkowitz (1995) mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental. 2. JenisjenisAgresivitas Berkowitz (1995) membagi agresi ke dalam dua bentuk, yaitu: 1. Agresi Instrumental 6. 5. 4.

penolakan untuk bekerja sama, menolak untuk patuh dan pembangkangan. Agresi verbal: berdebat, menjerit,

berteriak,

mengancam dan memaki. Irritability: kesiapan untuk marah meliputi temper yang cepat dan kekasaran. Resentment: iri dan rasa benci terhadap orang lain. 7. Kecurigaan: ketidakpercayaan proyeksi dan

permusuhan

(Instrumental Agression) 2. Agresi benci atau (Hostile Agresi 3. (dalam 1980) beberapa

terhadap orang lain, bentuk ekstrim dari kecurigaan ini adalah paranoia. TipetipeAgresi Pembagian agresi diajukan oleh Moyer (dalam Sarwono, 1988) yang merinci agresi menjadi ke dalam tujuh tipe agresi, sebagai berikut: a. Agresi predatori b. Agresi antar jantan c. Agresi ketakutan d. Agresitersinggung e.Agresipertahanan f. Agresimaternal

Agression) Emosional Buss dan

Durkee

Edmuds&Kendrick, menggolongkan

bentuk tindakan agresif yang secara digunakan operasional untuk dapat mengukur

agresi, yaitu sebagai berikut: 1. Penyerangan: fisik terhadap kekerasan manusia

termasuk perkelahian, tidak

g. Agresiinstrumental 4. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Agresi Sikap agresif merupakan

dinamakan

super-ego

yang

mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan ego yang berhadapan dengan kenyataan. 2). Teori Biologi Moyer (dalam Sarwono, 1997) berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf hormon pusat. Demikian pula

penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, diantaranya: a. Frustasi b. Media kekerasan c. Faktor Lingkungan Fisik d. Social Modeling (Observational Learning) e. Arousal yang Bersifat Umum 5. TeoriteoriAgresi a. TeoriBawaan Teori bawaan atau bakat terdiri atas teori naluri dan teori biologi. 1). Teori Naluri Freud dalam teori psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Jika naluri seks berfungsi untuk melanjutkan

laki-laki

(testoteron)

dipercaya sebagai pembawa sifat agresif. b. Teori Lingkungan 1). Teori Frustasi-Agresi Klasik 2) Teori Frustasi-Agresi Baru c.TeoriBelajarSosial Berbeda dari teori bawaan dan teori frustasi agresi yang

menekankan faktor-faktor dorongan dari dalam, teori belajat sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura (dalam Sarwono, 1997) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam

keturunan, naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua

naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada yang

lingkungan kebudayaan setempat atau melalui media massa.

bagian dari kepribadian

disebut id yang pada prinsipnya selaku ingin agar kemauannya B. Pola Asuh 1. Definisi Pola Asuh Kenny & Kenny

dituruti (prinsip kesenangan atau pleasure principle). Akan tetapi, tidak semua keinginan id dapat terpenuhi. Kendalinya terletak pada bagian lain dari kepribadian yang

(1991)menyatakan bahwa pola asuh merupakan segala sesuatu yang

dilakukan orang tua untuk membentuk

perilaku anak-anak mereka meliputi semua peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta pujian dan hukuman. 2. Jenis-jenis Pola Asuh Berikut tiga pola asuh yang biasa diterapkan orang tua pada anak menurut Santrock (1998): a. Pola asuh authoritarian, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua memaksakan

kurang. Pola asuh yang indulgent yaitu bila orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun

hanya memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim (selalu menuruti membebaskan) atau sehingga terlalu dapat

mengakibatkan kompetensi sosial yang tidak adekuat karena

umumnya anak kurang mampu untuk melakukan kontrol diri dan menggunakan kebebasannya tanpa rasa tanggung jawab serta

kehendaknya, sehingga orang tua dengan pola asuh authoritarian memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya. b. Pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima,

memaksakan kehendaknya. 3. DimensiPolaAsuh Kenny & Kenny (1991)

mengemukakan ada tujuh dimensi dalam pola asuh, yaitu: a. Pusat Perhatian (Negatif lawan Positif) b. Campur Tangan Orang Tua

(Hukuman lawan Hadiah) c. Akibat Yang Diinginkan (Keadilan lawan Hasil) d. Prinsip-prinsip Relatif) e. Sasaran-sasaran lawan Tingkah laku) f. Tujuan Perkembangan (Ketaatan lawan Kemandirian) g. Sumber Kekuatan (Otoriter lawan Demokrasi) 4. Ciri-ciri Pola Asuh Hurlock (1993) mengemukakan ciriciri pola asuh, yaitu: a. Pola asuh otoriter mempunyai ciri: Disiplin (Sikap (Mutlak lawan

mendengarkan dan didengarkan. c. Pola asuh permissive Pola asuh permissive , Maccoby dan Martin (dalam Santrock, 1998) membagi pola asuh ini menjadi dua: neglectful parenting dan

indulgent parenting. Pola asuh yang neglectful yaitu bila orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak (tidak peduli). Pola asuh ini menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi social terutama karena adanya

kecenderungan kontrol diri yang

1) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua 2) Pengontrolan orang tua pada tingkah laku anak sangat ketat hampir tidak pernah memberi pujian 3) Sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan orang tua 4) Pengendalian tingkah laku

mengontrol

diri,

mempunyai

hubungan baik dengna teman, mampu menghadapi stress,

mempunyai minat terhadap halhal baru, dan kooperatif terhadap orang lain. b. Pola asuh otoriter mempunyai karakteristik pendiam, berinisiatif, suka anak tertutup, gemar penakut, tidak

menentang, norma,

melanggar

melalui kontrol eksternal b. Pola asuh demokratis mempunyai ciri: 1) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal 2) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut

berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri. c. Pola asuh permissif mempunyai karakteristik agresif, tidak anak impulsive, manja,

patuh,

kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. C. Remaja 1. Definisi Remaja Mappiare (1986) berpendapat

dilibatkan dalam pengambilan keputusan 3) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. c. Pola asuh permisif mempunyai ciri: 1) Kontrol orang tua kurang 2) Bersifat longgar atau bebas 3) Anak kurang dibimbing dalam

bahwa ada saat usia seseorang genap 1213 tahun, maka ia mulai menginjak pada masa remaja awal, masa remja muda berakhir pada usia 17-18 tahun, dan rentang usia yang biasa terjadi dalam masa remaja akhir antara 17-21 tahun (wanita) dan 18-22 tahun (pria). 2. Ciri-ciri Masa Remaja

mengatur dirinya 4) hukuman 5) Anak diijinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri 5. Karakteristik Anak Berdasarkan Pola Asuh a. Pola asuh demokratis mempunyai karakteristik anak mandiri, dapat Hampir tidak menggunakan

Menurut Hurlock (1994) ciri-ciri masa remaja, sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode

penting, b. Masa remaja sebagai peride peralihan,c. Masa remaja

sebagai peride perubahan, d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, e.

Masa remaja sebagai masa mencari identitas, f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, h. Masa remaja sebagai ambang masa depan. 3. Perubahan-perubahan Remaja a. b. c. Perubahan Biologis Perubahan Kognitif Perubahan Sosisoemosional Pada Masa

perkembangan ketaatan, sumber

yang

membentuk berupa yang di

kekuatan

otoriter. Semakin tinggi skor

dapat maka semakin tinggi tingkat pola asuh otoriter. 2. Agresi Perilaku agresi akan diukur dengan skala agresi yang dikemukakan oleh Buss dan Durkee (dalam Edmunds & Kendrick, 1980), yaitu: penyerangan, agresi tidak langsung, negativisme,

agresi verbal, irritability, resentment, dan kecurigaan. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi tingkat agresivitas. C. Subjek Penelitian Pada penelitian ini, subjek yang akan diambil adalah remaja pria maupun

D. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja.

METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa variabel yang akan diuji, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Prediktor : Pola Asuh Otoriter

wanita.

Usia

subjek

penelitian

ini

berkisar antara 16-18 tahun, pendidikan SMU. D. Teknik Analisa Data Analisa data dilakukan dengan statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel pola asuh otoriter dengan perilaku agresif dengan menggunakan mean. Untuk menguji hipotesis yang diajukan sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode statistik yang digunakan korelasi Product Moment hubungan prediktor Karl pola (X) Pearson, asuh dengan yaitu otoriter perilaku analisis sebagai agresif

2. Kriterium : Agresivitas B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter akan diukur dengan skala pola asuh otoriter yang dikemukakan oleh Kenny & Kenny (1991), yaitu: pusat perhatian yang negatif, campur tangan orang tua berupa hukuman, akibat yang diinginkan berupa keadilan, prinsip-prinsip yang absolut, sasaran disiplin berupa sikap, tujuan

sebagai kriterium (Y). Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.00 for Windows.

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoriter a. UjiValiditas Menurut Azwar (2005)

bahwa

dari

30

item

yang

diujicobakan terdapat 19 item yang dinyatakan valid dan 11 item yang dinyatakan gugur. Dari 19 item yang valid tersebut, memiliki

korelasi total item antara 0,306 sampai dengan 0,604. b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui konsistensi alat ukur, maka dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai

koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi 0,300. Dari hasil uji coba pada Skala Pola Asuh bahwa Otoriter dari diperoleh 30 item hasil yang

konsistensi dari alat ukur ini adalah dengan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,856. 3. Hasil Uji Normalitas dan Linearitas Skala Pola Asuh Otoriter dan Skala Perilaku Agresi a. Uji Normalitas Untuk uji normalitas

diujicobakan terdapat 16 item yang dinyatakan valid dan 14 item yang dinyatakan gugur. Dari 16 item yang valid tersebut, memiliki

korelasi total item antara 0,315 sampai dengan 0,600. b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui konsistensi alat ukur, maka dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai dan

digunakan uji Kolmogorov Smirnov Shapiro-Wilk untuk menguji sebaran skor.

konsistensi dari alat ukur ini adalah dengan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,819. 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Perilaku Agresi a. Uji Validitas Menurut Azwar (2005)

normalitas

Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel Pola Asuh Otoriter diperoleh nilai signifikansi pada Kolmogorov Smirnov sebesar 0,165 (p> 0,05), dan Shapiro-Wilk sebesar 0,192 (p>0,05). Berdasarkan

pengujian normalitas pada variabel Perilaku Agresi diperoleh nilai signifikansi pada Kolmogorov

koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi 0,300. Dari hasil uji coba pada Skala Perilaku Agresi diperoleh hasil

Smirnov sebesar 0,200 (p> 0,05), dan Shapiro-Wilk sebesar 0,373 (p>0,05). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa distribusi skor Pola Asuh Otoriter dan skor

Anonim. (2007). Agresivitas Pada Remaja. Http://www.e-psikologi.com/remaja.htm. Azwar, S. (2005). Tes Prestasi: Fungsi & Pengembangan Prestasi Belajar. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berkowitz, L. (1995). Agresi: Sebab & Akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Edmunds, G. & Kendrick, D. C. (1980). The Measurement of Human Agressiveness. International Edition: John Willey & Sans. Dayakisni, T. (1988). Perbedaan Intensi Prososial Siswa-siswi Ditinjau Dari Pola Asuh Orang tua. Jurnal Psikologi. No 1 Tahun KeXVI. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: dr. Med. Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Psikologi Edisi 6. Meitasari Penerbit

Perilaku Agresi pada sampel yang telah diambil adalah normal. b. Uji Linearitas Berdasarkan uji Linearitas

diketahui nilai F sebesar 4,446 sehingga diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,041 (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hasil pola asuh otoriter dan perilkau agresif yang diukur linear. 4. Hasil Uji Hipotesis Skala Pola Asuh Otoriter dan Skala Perilaku Agresi Berdasarkan analisis data yang dilakukan teknik dengan analisis

menggunakan

Pearson Correlationt, didapat skor untuk Pearson Correlation sebesar 0,303 dengan nilai signifikansi sebesar 0,041 (p<0,05). Sehingga R square yang diapat sebesar 9,2% yang menyatakan bahwa pola asuh otoiter dengan perilaku agresif Hurlock,

E. B. (1994). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

memiliki pengaruh sebesar 9,2%, selebihnya disebabkan oleh factorfaktor lain diluar pembahasan ini. Hal ini menunjukkan bahwa

Kenny, J., & Kenny, M. (1991). Dari Bayi Sampai Dewasa. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Mappiare, A. (1986). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 1: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.

hipotesis yang menyatakan ada hubungan pola asuh otoriter dan perilaku agresi pada remaja adalah diterima.

Sarwono, S. W. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco. Sarwono, S. W. (1997). Psikologi Sosial: Individu & Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Balai Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Você também pode gostar