Você está na página 1de 12

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan

dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building Systems). Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1,4DL 1,2DL + 1,6LL 1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY 1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY 1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY 1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY 1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY 1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY 1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY 1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY 0,9DL + 1EX + 0,3EY 0,9DL + 1EX - 0,3EY 0,9DL - 1EX + 0,3EY 0,9DL - 1EX - 0,3EY 0,9DL + 0,3EX + 1EY 0,9DL + 0,3EX - 1EY 0,9DL - 0,3EX + 1EY 0,9DL - 0,3EX - 1EY Keterangan : DL = Beban mati (Dead Load) LL = Beban Hidup (Live Load) EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X) EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu: 1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF) Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-28472002 pasal 3 sampai pasal 20.

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF) Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2 3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame (SMRF) Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building. Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi : Data tanah dari hasil sondir dan boring, Data bangunan, Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan, dan denah lantai, Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)

A.

Peraturan dan Standar Perencanaan


1. 2. 3. 4. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28471992) atau ACI 318- 2005. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-17271989-F) atau ASCE 7-10. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 031726-2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-17292002).

B. Bahan Struktur
1. Beton Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.

2. Baja Tulangan Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa. 3. Baja Profil Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:
1. Perencanaan plat Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal : Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8

Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3 Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2, Penulangan plat, Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2. Penentuan dimensi balok dan kolom Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 032847-2002 pasal 10.10.2), Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1) Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6 3. Struktur kolom, terdiri dari: Perencanaan kolom portal Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2 Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2) 4. Analisa struktur bawah Perhitungan poer, Perhitungan pondasi tiang pancang, Perhitungan sloof. 5. Penulangan Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS. Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi. Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama. Kontrol masing-masing perhitungan penulangan. Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas dan struktur bawah). Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan
1. Plat

Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2 Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut. Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3 Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom Kontrol kemampuan kolom. Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn 4. Poer

Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c) Kontrol geser pons. Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1 Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan
1. Gambar arsitek terdiri dari : Gambar denah. Gambar tampak. 2. Gambar struktur terdiri dari : Potongan memanjang. Potongan melintang. Gambar denah pondasi. Gambar denah sloof. Gambar denah pembalokan. Gambar denah rencana atap. 3. Gambar detail : Gambar detail panjang penyaluran. Gambar detail penjangkaran tulangan. Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban
1. Beban mati (Dead load) Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-17271989-F), adalah seperti Tabel berikut :
No 1 1 2 3 4 5 6 7 Konstruksi Baja Beton bertulang Beton Dinding pas bata bt Dinding pas bata 1 bt Curtain wall+rangka Cladding + rangka Pasangan batu kali Berat 7850 2400 2200 250 450 60 20 2200 Satuan kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m2 kg/m2 kg/m2 kg/m2 kg/m3

8 9 10 11 12 13 14 15 16

Finishing lantai (tegel) Plafon+penggantung Mortar Tanah, Pasir Air Kayu Baja Aspal Instalasi plumbing

2200 20 2200 1700 1000 900 7850 1400 50

kg/m3 kg/m2 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m2

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10. 2. Beban hidup (Live load) Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut : Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2 Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2 Ruang olahraga = 400 kg/m2 Ruang dansa = 500 kg/m2 Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2 3. Beban gempa (Earthquake) Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun. Berikut adalah Gambar Pembagian
Zona Gempa di Indonesia.

Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. a. Metode Statik Ekivalen Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus : V = C . I / R .Wt Dimana :

C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi tanah dan waktu getar alami. R = faktor reduksi gempa representatif. I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 ) Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5) yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral. Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya. b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5. Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.

Analisis Gempa Dinamik Time History dengan ETABS

Indonesia adalah negara yang dilalui 2 jalur seismik. Hal ini menyebabkan gempa bumi sering terjadi di negara ini. Bagi seorang insinyur teknik sipil khususnya struktur, beban gempa menjadi aspek penting yang perlu diperhitungkan dalam mendesain bangunan terutama dari segi struktural. Ada 2 pendekatan yang digunakan untuk memperhitungkan beban lateral (gempa bumi) yang bekerja pada suatu struktur, yaitu analisis secara statik ekivalen dan analisis dinamik (respon spektra atautime history).

Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari akselerogram gempa El-Centro N-S yang terjadi di Imperial Valley, California pada tanggal 15 Mei 1940. Input data akselerogram gempa El-Centro ke dalam ETABS dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Kali ini saya mendapatkan ilmu baru dari Mas Andre Puja, seorang Mahasiswa ITB (Indonesia) yang sedang melanjutkan kuliah S2 Structural Engineering di National Cheng Kung University, Taiwan. Ada 2 cara untuk menganalisis beban lateral time history dengan menggunakan software SAP2000 atau ETABS yaitu:

CARA 1. Pilih Define- Time History Function- Function from File. Kemudian Browse di My Computer/ C/ Program Files/ Computer and Structures/ ETABS/ Time History Function/ Elcentro. Untuk lebih jelasnya dapat lihat screen shoot berikut ini :

Gambar 1. Time History Function Definition dengan ETABS

CARA 2. Download recorded accelerograms dari the PEER database. Kemudian upload accelerogram yang telah didownload ke SAP2000 atau ETABS

Salah satu intitusi yang bernama The Pacific Earthquake Engineering Research (PEER), yang berpusat di University of California at Berkeley, mempunyai data lebih dari 10,000 rekaman strong ground motion yang terdiri dari 173 data gempa yang berbeda yang dapat diakses publik secara online. Alamat websitenya ada di : http://peer.berkeley.edu/dan keseluruhan database ini dapat dicari di alamat: http://peer.berkeley.edu/nga/

Sebagai contoh, misalnya kita ingin mendownload accelerogram recorded Gempa Imperial Valley 1940 earthquake. Silakan ikuti langkah seperti pada gambar berikut :

1. Klik situsnya di http://peer.berkeley.edu/nga/search.html

Gambar 2. Tampilan Menu Search Ground Motion Records

2. Pada menu Search Ground Motion Records kita bisa memilih lokasi mana yang akan kita cari data Gempanya. Saat event telah terpilih di top drop-down list, kita pilih menuDisplay Results. Ganti "On Map" dengan "In Table. Lalu SEARCH. Lalu akan muncul Data Gempa seperti di bawah ini :

Gambar 3. Data Gempa yang Ada di PEER

Dengan meng-klik data yang diinginkan dalam hal ini NGA0006, halaman baru akan muncul dengan beberapa informasi terkait gempa tersebut. Apabila kita me-scroll down, links menuju 3 komponen dari accelerogram (180, 270 and vertical) akan muncul.

Gambar 4. Tampilan Records Number Gempa yang Dicari Dengan right-click pada satu dari link tersebut (misal komponen pertama horizontal ditandai dengan IMPVALL/I-ELC180), halaman baru berupa kumpulan data angka- angka akan terbuka yang berisi time history of the ground acceleration yang dipilih. Seperti berikut ini :

4 baris pertama data di atas adalah berupa keterangan mengenai gempa tersebut, yaitu:

Location: Imperial Valley Date: 19th May 1940 Time: 4:39am Station: El Centro Array #9 Direction: Horizontal, 180 Units of acceleration: g= 9.81 m/s2 (acceleration of gravity) Number of time instants: 4,000 Sampling time: t= 0.01 s (f= 100 Hz) Adapun cara membaca data gempa tersebut adalah dari dari kiri ke kanan per baris lalu ganti ke baris selanjutnya hingga baris terakhir.

Kemudian simpan (save) atau copy paste data accelerogram recorded tersebut dalam di notepad dengan format (.txt). Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 5. Simpan ke Format (.txt) Setelah kita menyimpan data tersebut, baru bisa gunakan ke SAP atau ETABS dengan cara pilih Define- Time History Function- Function from File. Kemudian Browse di My Computer/ C/ Program Files/ Computer and Structures/ ETABS/ Time History Function/Imperial Valley. Dalam analisis ini redaman struktur (dumping) yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman kritisnya. Faktor skala yang digunakan = G x I/R. Dimana :

G adalah percepatan gravitasi ( 9,81 m/s) I adalah faktor keutamaan gedung

R adalah faktor reduksi gempa (dalam kasus ini menggunakan daktalitas parsial R= 4) Jadi, scale factor = 9,81 x 1 / 4 = 2,45 Untuk memasukkan beban gempa time history ke dalam SAP atau ETABS maka harus didefinisikan terlebih dahulu ke dalam Time History Case. Mengingat akselerogram tersebut terjadi selama 10 detik, maka dengan interval waktu 0,1 detik, jumlah output step-nya menjadi = 10/0,1 = 100. Data-data tersebut diinputkan ke dalam ETABS untuk gempa Time History arah X dan Y seperti Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Time History Case Data untuk arah X

Gambar 7. Time History Case Data untuk arah X

Setelah input data kita masukkan. Kemudian kita Run. Contoh gaya geser dan momen yang terjadi karena Gempa Dinamik dengan time historydapat dilihat di bawah ini.

Gambar 8. Gaya Geser (shear) Arah X yang terjadi karena Gempa Dinamik, pada Perencanaan Gedung 9 Lantai

Gambar 9. Gaya Geser (shear) Arah Y yang terjadi karena Gempa Dinamik, pada Perencanaan Gedung 9 Lantai Gambar 10. Momen Arah X yang terjadi karena Gempa Dinamik, pada Perencanaan Gedung 9 Lantai Gambar 11. Momen Arah Y yang terjadi karena Gempa Dinamik, pada Perencanaan Gedung 9 Lantai Untuk lebih memahami tentang Time History dan Gempa Elcentro, dapat membaca tulisan saya sebelumnya disini.

Você também pode gostar