Você está na página 1de 11

ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI, KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU DAN KARYAWAN ( Studi Kasus

pada SMK Pelita Nusantara 2 Semarang ) Oleh Nur Rochim Dian Triyani Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi, kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Dalam penelitian yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang yang seluruhnya berjumlah 70 orang. Melihat jumlah populasi hanya sebesar 70 responden, maka jumlah populasi tersebut layak untuk semua dijadikan sebagai sampel sehingga penelitian ini adalah penelitian sensus, hal itu karena ditinjau dari wilayahnya penelitian ini hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey terhadap para guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang dan dianalisis dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang berfungsi untuk mengetahui kelayakan instrument, juga dilakukan uji asumsi klasik yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja, artinya bahwa semakin inten komunikasi yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan semangat kerja, dengan nilai t hitung 6,837 > t tabel 1,9966. Pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja adalah signifikan, artinya semakin meningkat kepemimpinan yang dilakukan akan semakin menambah semangat kerja, terbukti dengan nilai t hitung 3,010 > 1,9966. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja, artinya semakin kondusif lingkungan kerja, maka akan semakin meningkatkan semangat kerja, dengan nilai t hitung 2,394 > 1,9966. Semangat kerja mampu dijelaskan oleh variabel komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dengan nilai sebesar 71,7%, sedangkan sisanya sebesar 28,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci : Komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan semangat kerja I. PENDAHULUAN Pembangunan dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, serta memungkinkan para warganya untuk mengembangkan diri yang berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohani berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Upaya tersebut harus selalu ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan adanya keterpaduan dari semua komponen pendidikan yang saling berkaitan. Komponen- komponen tersebut antara lain : pendidik, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana. Suatu satuan pendidikan akan dapat mencapai tujuannya apabila personilnya dapat membangun jalinan kerjasama demi terwujudnya visi dan misi sekolah yakni meningkatkan kualitas anak didik. Aktivitas kerjasama tersebut dilaksanakan antara kepala sekolah, guru, serta karyawan bahkan dengan para siswa pula. Guru merupakan salah satu unsur penting bagi keberhasilan pencapaian visi dan misi, suatu sekolah diharapkan dapat bekerja dengan antusias, penuh inisiatif, penuh gairah serta dengan kemauan yang tingi.Keberhasilan tugas guru sebagai tenaga pendidik dalam mengembang amanat tujuan pendidikan dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah faktor semangat kerja. Tinggi rendahnya semangat kerja, sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang dapat dicapai oleh seorang petugas dalam bidang tertentu. Semangat kerja yang tinggi dari guru dimanifestasikan dalam bentuk kreativitas dan inisiatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Moekijat ( 2003:155) berpendapat bahwa semangat kerja atau moril adalah kemampuan sekelompok orang 103

untuk bekerja sama menekan dengan tegas hakekat saling hubungan dari suatu kelompok dengan suatu keinginan yang nyata untuk bekerja sama. Tabel 1.1 Data Tingkat Absensi ketidakhadiran guru dan karyawan di tahun ajaran 2010/2011 dari bulan Juli sampai dengan Desember. No Alasan Tidak Hadir Jumlah ( orang ) Prosentase ( % ) 1 Sakit 4 10,26 2 Izin 19 48,71 3 Tanpa Alasan 16 41,03 Jumlah 39 100 Sumber data : SMK Pelita Nusantara 2 Semarang, 2011 Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa jumlah guru dan karyawan yang tidak masuk tanpa alasan yang jelas menempati 41,03 % dari tabel ketidakhadiran guru dan karyawan. Tingginya prosentase ketidakhadiran guru dan karyawan tanpa ada alasan yang jelas harus segera di kurangi, karena dapat menggangu pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa semangat kerja masih perlu ditingkatkan, jika tidak ditingkatkan maka sekolah akan sulit mencapai hasil seperti yang diharapkan dan guru dan karyawan akan mudah menyerah apabila mendapat kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Semangat kerja sangat diperlukan bagi para guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang agar dapat memenangkan persaingan dalam hal kualitas pendidikan atau paling tidak dapat mempertahankan mutu pendidikannya. Untuk itu dalam meningkatkan semangat kerja para guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang pimpinan harus memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan semangat kerja para karyawannya, dengan demikian mereka akan mengerjakan tugasnya dengan penuh antusias dan disiplin. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang ? 2. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang ? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap semangat kerja guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang ? II. TELAAH PUSTAKA Hubungan Logis antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Hubungan Komunikasi dengan Semangat Kerja. Salah satu tantangan besar didalam komunikasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana informasi dipertukarkan dan dimengerti oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk mempengaruhi perilaku mereka. Atasan dan Bawahan para pimpinan organisasi berusaha memecahkan masalah dalam situasi kerja dan masalah masalah yang menimpa para karyawan secara individual, sehingga dengan demikian dapat menambah semangat kerja yang lebih produktif. Menurut Robbins (2005) bahwa komunikasi berperan penting dalam usaha meningkatkan semangat dan kinerja pegawai. Hal tersebut juga didukung dengan penelitian Ni Made Sudarmini dan Ni Wayan Sukartini (2007) bahwa komunikasi berpengaruh terhadap semangat kerja. Proses ini berhubungan dengan aliran informasi dimana dalam aliran informasi ada tiga cara yaitu serentak, berurutan dan kombinasi keduanya. Maka dalam hal itu sangat dibutuhkan kerjasama yang baik, antara pimpinan, bawahan maupun antara sesema pegawai dalam hal pemberian perintah/ laporan ataupun bermusyawarah. Suatu hubungan yang tercipta dalam organisasi baik antara pimpinan dan bawahan atau dengan sesama karyawan sangat mempengaruhi semangat kerja karyawan. H.1 Diduga Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap Semangat Kerja Guru dan Karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang.

104

Hubungan Kepemimpinan dengan Semangat Kerja. Menurut Martoyo (2000:176)Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai suatu jabatan yang bertanggung jawab penuh atas berjalannya dan terlaksananya tujuan organisasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakn oleh Simamora (2004) bahwa kepemimpinan berpengaruh kuat atas hasil motivasional dan kepuasan dalam proses penilaian kinerja karyawan. Dalam esensinya, kepemimpinan adalah upaya pencapaian tujuan dengan dan melalui orang-orang sehingga seorang pemimpin harus memperhatikan hubungan antara tugas dengan guru yang ditujukan agar mempunyai gairah atau semangat untuk melaksanakan pekerjaan dengan senang hati, hal inilah yang akan mendorong tercapainya tujuan organisasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakn oleh Simamora (2004) bahwa kepemimpinan berpengaruh kuat atas hasil semangat kerja (motivasional) dan kepuasan dalam proses penilaian kinerja karyawan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Umiyati (2008) bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja Guru di SLTP se Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. H.2 Diduga Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Semangat Kerja Guru dan Karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Semangat Kerja. Lingkungan kerja yang baik akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih baik dan bersikap positif seperti mempunyai kesetiaan yang tinggi, kegembiraan, kebanggaan dalam dinas, kerjasama dan kedisiplinan dalam berkewajiban . selain itu, ruangan yang tertata baik misalnya akan memudahkan komunikasi antar para guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nitisemito (2001:39) bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar pekerjaan dan yang dapat mempengaruhi semangat kerja dan kinerja seorang karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Demikian juga kenyamanan suhu udara, pertukaran udara yang cukup dan jauh dari kebisingan akan meningkatkan semangat kerja para guru dan karyawanya. Tata letak ruangan, cuaca, komunikasi antar guru dan karyawan serta fasilitas yang ada mempunyai peranan penting dalam menentukan sejauh mana guru dapat bekerja dan berprestasi ditempat kerjanya. Hal ini juga didukung oleh penelitian I Gusti Ngurah Sanjaya dan Ni Ketut Lasmini bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap semangat kerja H.3 Diduga Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Semangat Kerja Guru dan Karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, dapat dibuat kerangka teoritis sebagai berikut: Gambar Model Empiris/ kerangka Teoritis Komunikasi (X1) Kepemimpinan (X2) Lingkungan Kerja (X3) III. METODE PENELITIAN Obyek Penelitian dan Unit Sampel Penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelita Nusantara 2 Semarang.Obyek dari penelitian ini adalah tentang pengaruh komunikasi, kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap semangat karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 semarang, sedangkan subyek penelitian adalah guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. 105 H1 H2 H3

Semangat Kerja (Y)

Populasi dan Penentuan Sampel Keseluruhan subyek penelitian yang menjadi perhatian pengamatan dan penyedia data disebut sebagai populasi. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan karyawan di SMK Pelita Nusantara 2 Semarang yang seluruhnya berjumlah 70 orang. Melihat jumlah populasi hanya sebesar 70 responden, maka jumlah populasi tersebut layak untuk semua dijadikan sebagai sampel sehingga penelitian ini adalah penelitian sensus, hal itu karena ditinjau dari wilayahnya penelitian ini hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Sehingga peneliti merasa perlu untuk meneliti secara keseluruhan tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah tertentu (Arikunto, 2007). Jenis dan Sumber Data a) Data Primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner responden b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang di perloleh melalui studi kepustakaan sumber bacaan, internet, peraturan peraturan dan kebijakan sekolah serta dokumendokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode: 1. Observasi Observasi, terutama digunakan untuk melengkapi pengumpulan data untuk semangat kerja. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir,2003: 175).Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. 2. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian, dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap guru dan karyawan SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. 3. Kusioner Kusioner (angket) adalah daftar pertanyaan yang setiap pertanyaanya sudah disediakan jawabanya untuk dipilih,atau disediakan tempat untuk mengisikan jawaban (Sudijono,2002:27). Teknik ini digunakan untuk mendapat data tentang komunikasi,kepemimpinan,lingkungan kerja dan semangat kerja pada SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Teknik Analisis Data Uji Instrumen Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Artinya, hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2009:121). Analisis terhadap validitas menggunakan model koefisien korelasi product moment (r). Sedangkan pengujian reliabilitas yang menggunakan rumus Alpha Cronbach dilakukan untuk mengukur instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009:121). Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Linier Berganda

106

Dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dan hubungan ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara sendiri maupun bersama. Adapun rumus yang dipakai yaitu : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e.....................................................(2) Dimana : Y1 = Semangat Kerja a = konstanta / intersept b1,2,3 = Koefisien regresi berganda antara x dan y X1 = Komunikasi X2 = Kepemimpinan X3 = Lingkungan kerja e = Error of tern

Pengujian Signifikansi Dilakukan dengan uji t, yaitu untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada taraf nyata sebesar 5% dan derajat kebebasan (df) N-3, setelah dibandingkan kemudian diambil keputusan dengan kaidah: jika nilai t hitung > t tabel maka dinyatakan ada pengaruh, tetapi jika nilai t hitung < t tabel maka dinyatakan tidak ada pengaruh. Pengujian Statistik Regresi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat berapa persen dari variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variansi variabel independen. Kioefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel dependen. Koefisien determinasi adalah persentase variabilitas variabel terikat yang dijelaskan oleh oleh suatu variabel bebas. Persentase ini merupakan ukuran goodness of fit. Semakin tinggi persentase variabilitas biaya yang dijelaskan, semakin baik garisnya. Karena koefisien determinasi tersebut merupakan persentasi variabilitas yang dijelaskan, maka nilainya selalu berkisar antara 0 dan 1. (Hansen dan Mowen, 2006:111) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Untuk melihat apakah instrumen tersebut valid / tidak maka dilihat tingkat signifikan korelasi antar skor terhadap total skor. Adapun kriteria dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar sama dengan nilai r tabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil berikut ini : Tabel 4.1 Uji Validitas Indikator Variabel
Indikator 1. Komunikasi kebawah 2. Hubungan timbal balik 3. Hubungan keatas 4. Komunikasi Horisontal 1. Kecakapan pemimpin 2. Sikap Ketauladanan Pemimpin 3. Pemberian penerangan yang jelas 4. Penerapan teknik dan gaya kepemimpinan 1. Suasana kerja 2. Kondisi Penerangan Kerja 3. Perlengkapan dan fasilitas 4. Kondisi Lingkungan Kerja 1. Disiplin Kerja 2. Presensi 3. Tanggung Jawab 4. Kerjasama

Variabel 1. Komunikasi

2.Kepemimpinan

3. Lingkungan Kerja 4. Semangat Kerja

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

r tabel 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480 0,2480

r hitung 0,885 0,865 0,881 0,883 0,860 0,885 0,868 0,771 0,910 0,806 0,872 0,922 0,910 0,806 0,872 0,922

ket Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

107

Penjelasan pada tabel 4.1 di atas menunjukkan pada masing-masing variabel yaitu komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan semangat kerja menunjukkan hasil yang valid. Terbukti dengan semua nilai hasil r hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu sebesar 0,2480 sehingga dengan demikian masing-masing indikator pada masing-masing variabel tersebut dapat dilakukan kepada langkah penghitungan selanjutnya. b. Uji Reliabilitas Apabila suatu alat ukur memberikan hasil ukur yang stabil, maka disebut alat ukur itu andal (reliabilitas). Hasil ukur itu diterjemahkan dengan koefisien keandalan yaitu derajat kemampuan alat ukur mengukur perbedaan-perbedaan individu yang ada. Adapun kriteria apabila dikatakan reliabel atau dapat dipercaya yaitu apabila nilai r hitung > nilai standarisasi yang ditentukan sebesar 0,6. Berikut hasil pengujian reliabilitas pada masing-masing variabel : Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Indikator Variabel No 1. 2. 3. 4. Variabel komunikasi Kepemimpinan Lingkungan Kerja Semangat kerja Nilai r Alpha 0,897 0,868 0,901 0,876 Nilai standarisasi 0,6 0,6 0,6 0,6 keterangan Realibel Realibel Realibel Realibel

Sumber : Hasil olahan SPSS, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel, yaitu komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan semangat kerja ternyata diperoleh rata-rata nilai r Alpha lebih besar dari batas yang ditentukan yaitu sebesar 0,6. Dengan demikian, hasil uji reliabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2007). Model regresi yang tinggi adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui secara detail apakah data tersebut berdistribusi normal, maka dapat dilihat pada analisis grafik. Analisis grafik yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Hal itu dapat dilihat pada pengujian data-data tersebut menyebar atau tidak pada sumbu diagonal dari grafiknya. Adapun kriteria data dikatakan berdistribusi normal adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berikut hasil pengujian normalitas yang dibantu program SPSS: Berikut hasil uji normalitas pengaruh komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja terhadap semangat kerja dengan dibantu program SPSS sebagai berikut :

108

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

Sumber : hasil olahan SPSS, 2012 Pada gambar di atas menunjukkan bahwa dari grafik plot normal untuk pengujian normalitas antara pengaruh komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja terhadap semangat kerja menunjukkan penyebaran plot berada di sepanjang garis 45 o, artinya bahwa sebaran data dikatakan tersebar di sekeliling garis lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus), sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas bisa dipenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk masing-masing variabel variable komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja terhadap semangat kerja berdistribusi normal. b. Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2001:57). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Default SPSS bagi angka tolerance adalah diatas 0,10, artinya bahwa semua variabel yang akan dimasukkan dalam perhitungan model regresi harus mempunyai tolerance di atas 0,10. Apabila ternyata lebih rendah dari 0,10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas. Sedangkan pada Variance Inflation Factor (VIF), pada umumnya VIF ditentukan kurang dari 10. Artinya apabila variabel tersebut lebih dari 10 maka mempunyai persoalan multikolinieritas (korelasi yang besar di antara variabel bebas) dengan variabel bebas yang lainnya. (Ghozali, 2007). Dari hasil pengujian multikolinieritas di dapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas
Coefficients
a

Collinearity Statistics Model 1 Komunikasi Kepemimpinan Lingkungan kerja a. Dependent Variable: Semangat kerja Tolerance .572 .686 .662 VIF 1.748 1.457 1.510

Sumber : hasil olahan SPSS, 2012

109

Berdasarkan tabel koefisien 4.3 menunjukkan bahwa semua nilai tolerance lebih besar dari nilai default yang ditentukan sebesar 0,10. Sedangkan untuk nilai VIF juga menunjukkan di bawah angka 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel telah memenuhi persyaratan ambang toleransi dan nilai VIF, artinya bahwa variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terjadi problem multikolinieritas. b. Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebagai dasar untuk menentukan apakah terjadi problem Heteroskedastisitas, sebagai dasar pengambilan keputusan yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi terjadi Heteroskedastisitas. Gambar 4.4 Uji Heterokedastisitas

Sumber : Hasil olahan SPSS, 2012 Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa pengaruh antara komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja terhadap semangat kerja tidak terjadi problem heterokedastisitas, hal itu dibuktikan dengan titik-titik menyebar secara acak atau tidak teratur serta menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu, maka disimpulkan bahwa pada uji ini tidak terjadi. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu komunikasi (X1), kepemimpinan (X2), lingkungan kerja (X3) terhadap variabel terikat yaitu semangat kerja (Y). Berikut hasil hasil pengujian regresi linier berganda dengan dibantu program SPSS dalam proses penghitungannya sebagai berikut : Tabel 4.4 Persamaan Regresi Linier Berganda
Variabel dependen : Semangat kerja Standardized Coefficients 0,579 0,233 0,188 Uji t 6,837 3,010 2,394 Variabel Independen Komunikasi (X1) Kepemimpinan (X2) Lingkungan kerja (X3) F-hitung Sig. F Adjusted R Squre N = 59,376 = 0,000 = 0,717 = 70 Sig. t 0,000 0,004 0,020 Keterangan Ha diterima Ha diterima Ha diterima Ha diterima

Sumber : data sekunder yang diolah, 2012 110

Pada persamaan regresi pada Tabel 4.4 di atas dinyatakan dalam Standardized Coefficients dengan pertimbangan bahwa ukuran variabel bersifat kualitatif/abstrak, sehingga persamaan Regresi Linier Berganda : = 0,579 X1 + 0,233 X2 + 0,188 X3 Dari persamaan regresi linier berganda tersebut di atas dapat diartikan sebagai berikut : a. b1 (nilai koefisien regresi komunikasi terhadap semangat kerja) mempunyai nilai parameter positif sebesar 0,579 mempunyai arti bahwa semakin inten komunikasi yang dilakukan dapat menunjukkan meningkatnya semangat kerja karyawan dan guru tersebut terhadap organisasi, dengan asumsi bahwa variabel lain adalah konstan. b. b2 (nilai koefisien regresi kepemimpinan terhadap semangat kerja) mempunyai nilai parameter positif sebesar 0,233 mempunyai arti bahwa meningkatnya kepemimpinan yang dilakukan, maka akan semakin meningkatkan semangat kerja, dengan asumsi bahwa variabel lain adalah konstan. c. b3 (nilai koefisien regresi lingkungan kerja terhadap lingkungan kerja) mempunyai nilai parameter positif sebesar 0,188 mempunyai arti bahwa semakin kondusif lingkungan kerja di organisasi tersebut, maka akan semakin meningkatkan semangat kerja karyawan dan guru, dengan asumsi variabel lain adalah konstan. Pengujian Hipotesis Pengujian Parsial / Uji t Hasil pengujian parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui keterikatan pengaruh variabel komunikasi, kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja secara parsial, yang proses penghitungannya dibantu dengan program SPSS : Tabel 4.5 Hasil Uji t Test
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Komunikasi Kepemimpinan Lingkungan kerja B .216 .569 .219 .184 Std. Error 1.230 .083 .073 .077 .579 .233 .188
a

Standardized Coefficients Beta T .176 6.837 3.010 2.394 Sig. .861 .000 .004 .020

a. Dependent Variable: Semangat kerja

a. Uji Hipotesis Komunikasi Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung untuk komunikasi adalah 6,837 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Pada degree of freedom sebesar 66 (70-3-1), maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,9966, sehingga nilai t hitung = 6,837 > nilai t tabel = 1,9966. dengan demikian dapat disiimpulkan bahwa pengujian tersebut mempunyai pengaruh yang positif antara komunikasi terhadap semangat kerja. b. Uji Hipotesis Kepemimpinan Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai t hitung untuk kepemimpinan adalah 3,010 dengan hasil signifikansi sebesar 0,004 < 0,05. Dengan demikian nilai t hitung = 3,010 > nilai t tabel = 1,9966. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap semangat kerja, artinya semakin meningkatkan kepemimpinan yang diterapkan, maka akan menambah semangat kerja para guru dan karyawan. c. Uji Hipotesis Lingkungan Kerja

Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai t hitung untuk lingkungan kerja adalah 2,394 dengan hasil signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Pada degree of freedom sebesar 66 (70-3-1), maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,9966, sehingga nilai t hitung = 2,394 > nilai t tabel = 1,9966. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap semangat kerja, artinya jika 111

lingkungan kerja tersebut kondusif, maka hal itu akan meningkatkan semangat kerja para karyawan dan guru. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, dimana ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square. Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
Model Summary Model 1 R .854
a

R Square .730

Adjusted R Square .717

Std. Error of the Estimate 1.562

a. Predictors: (Constant), Lingkungan kerja, Kepemimpinan, Komunikasi

Berdasarkan tampilan output pada tabel 4.6 tersebut di atas menunjukkan bahwa besarnya prosentase variabel semangat kerja mampu dijelaskan oleh variabel komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square (R2) yaitu sebesar 0,717. Dipilihnya Adjusted R Square agar data tidak bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti untuk menggunakan nilai Adjusted R Square pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik (Ghozali, 2007). Dalam hal ini dapat diartikan bahwa semangat kerja mampu dijelaskan oleh variabel komunikasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dengan nilai sebesar 71,7%, sedangkan sisanya sebesar 28,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. V. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja, artinya bahwa semakin inten komunikasi yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan semangat kerja, dengan nilai t hitung 6,837 > t tabel 1,9966 sehingga dugaan adanya pengaruh antara komunikasi terhadap semangat kerja dapat diterima. 2. Pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja adalah signifikan, artinya semakin meningkat kepemimpinan yang dilakukan akan semakin menambah semangat kerja, terbukti dengan nilai t hitung 3,010 > 1,9966 sehingga dugaan adanya pengaruh antara kepemimpinan terhadap semangat kerja dapat diterima. 3. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja, artinya semakin kondusif lingkungan kerja, maka akan semakin meningkatkan semangat kerja, dengan nilai t hitung 2,394 > 1,9966 sehingga dugaan adanya pengaruh antara lingkungan kerja terhadap semangat kerja dapat diterima. Saran Dengan melihat hasil analisis diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat dan dapat di pertimbangkan sebagai bahan pengambil keputusan dimasa yang akan datang. Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu : 1. Di lihat dari segi komunikasi, penerapan komunikasi sudah baik, untuk itu perlu ditingkatkan lagi agar dapat menciptakan hubungan kerja yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. 2. Dari segi kepemimpinan dapat dikatakan sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan, sebaiknya seorang pemimpin kepala sekolah lebih mendekatkan diri dengan guru dan karyawan dan melibatkan guru dan karyawan dalam persoalanpersoalan yang ada dalam sekolah. 3. Dari segi lingkungan kerja dapat dikatakan cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan,.Sebaiknya pihak sekolah meninjau lagi tata ruang kerja agar 112

mendapatkan suasana kerja yang sejuk, tenang dan jauh dari gangguan baik kebisingan kendaraan maupun siswa sehingga tercipta lingkungan kerja yang dinamis dan kondusif.

DAFTAR PUSTAKA Alghifari.1997. Analisis Regresi teori dan Solusi. Yogyakarta: BPFE Arikunto, Suharsimi, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Daft,R.L.2001. Manajemen. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pertama Darmawan, Didit. Semangat kerja dan Indikator Pengukurannya. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jkw/article/viewFile/16809/16791. Akses 09 Desember 2011 Handoko,T.Hani. Manajemen.Yogyakarta: BPFE Hasley, GD.1994. Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai Anda, Cetakan Ketiga, Jakarta: Rineka Cipta Indriati, Tutik.2005. Analisis Pengaruh Komunikasi, Lingkungan Kerja dan Pengembangan Pegawai Kantor Sekretariat (SETDA) Kabupaten Grobogan. Martoyo, Susilo.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Manullang,M.2001.Pengembangan pegawai. Jakarta: Ghalia Indonesia Moekijat.2003. Prinsip- prinsip Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung: Alumni Nitisemito, Alex.1982. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia Nitisemito, Alex.1989. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia Ngurah Sanjaya, I Gusti & Lasmini, Ni Ketut.2007. Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, Penempatan, dan Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja & Kegairahan Kerja Pegawai di Politeknik Negeri Bali. Prakosa, Adi. Komunikasi Organisasi .http: // adiprakosa. blogspot. com/2008 /07/komunikasi-organisasi.html.Posting Jumat 18 Juli 2008. Akses 09 Desember 2011 Rosidah & Teguh Sulistiyani, Ambar.2009. Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik( Manajemen Sumber Daya Manusia ). Yogyakarta: Graha Ilmu Sugiyono,1999.Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Sudarmini, Ni Made & Sukartini,Ni Wayan. 2007. Pengaruh Komunikasi dan Sikap Pimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan ( Kasus pada PT Saribumi Bali Sejahtera Denpasar ). Umiyati.2008. Pengaruh Kepemimpinan Sekolah dan Fasilitas Sekolah Terhadap Semangat Kerja Guru SLTP se Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Wursanto.1992. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta: Kanisius 113

Você também pode gostar