Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
,
_
+ + + ....... z z y y x x
2
2 1
2
2 1
2
2 1
d
Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek atau titik di dalam MDS kemudian
diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian (d
ij
) dari titik i ke titik j dengan titik asal
(
ij
) sebagaimana persamaan berikut:
+ +
ij ij
d
Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma
ALSCAL (Alder et al.,2000 dalam Fauzi dan Anna, 2005), merupakan metode yang paling
sesuai untuk Rapfish dan mudah tersedia pada hampir setiap software statistika (SPSS dan
SAS). Metode ALSCAL mengoptimisasi jarak kuadrat (square distance = d
ijk
) terhadap data
kuadrat (titik asal = o
ijk
), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) ditulis dalam formula yang disebut
S-Stress sebagai berikut:
( )
1
1
1
1
]
1
2
4
2 2
1
1
i j
ijk
i j
ijk ijk
m
k
o
o d
m
s
Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot atau ditulis:
( )
2
2
ja ia
r
i
ka
x x w d
Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung
berdasarkan nilai S di atas dan R
2
. Nilai stres yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan
nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Di dalam Rapfish, model yang baik ditunjukkan
oleh nilai stres yang lebih kecil dari 0,25 (S<0,25), sedangkan nilai R
2
yang baik adalah yang
nilainya mendekati 1 (Malhotra, 2006). Evaluasi pengaruh galat acak (Error) digunakan
analisis Monte Carlo untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b)
pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d)
3
kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), dan (e) nilai stress dapat diterima
apabila <20% (Pitcher and Preikshot, 2001).
Analisis Skenario dan Strategi Jangka Pendek, menengah dan Skenario Jangka Panjang
Analisis skenario dan strategi jangka pendek, menengah dan skenario jangka panjang
pengelolaan budidaya laut berkelanjutan dilakukan dengan metode deskriftif kuantitatif.
Perumusan skenario berdasarkan atribut yang memeiliki nilai RMS paling besar dilakukan
upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai skornya berdasarkan S
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi ekologi,
diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekologi budidaya rumput laut
sebesar 52,81 dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar 54,87. Nilai indeks
tersebut terletak antara 50,00 - 74,9 berarti Cukup Berkelanjutan. Apabila kondisi
ekologi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan
dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
semakin tidak berkelanjutan.
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi ekonomi,
diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekonomi budidaya rumput laut
sebesar 51,29 dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar 44,50. Nilai indeks
budidaya rumput laut terletak antara 50,00 - 74,9 berarti Cukup Berkelanjutan.
Sedangkan nilai indeks budidaya ikan kerapu siste KJA terletak antara 25,00 - 49,9 berarti
Kurang Berkelanjutan. Apabila kondisi ekonomi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka
akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya
laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Sosial
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi sosial,
diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi sosial budidaya rumput laut sebesar
47,02 dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar 28,32. Nilai indeks tersebut
terletak antara 25,00 - 49,9 berarti Kurang Berkelanjutan. Apabila kondisi sosial perairan
dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain
sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak
berkelanjutan.
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi
kelembagaan, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi kelembagaan
budidaya rumput laut sebesar 32,38 dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar
23,41. Nilai indeks tersebut terletak antara 25,00 - 49,9 berarti Kurang Berkelanjutan.
Apabila kondisi kelembagaan perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh
terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.
4
Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi teknologi,
diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi teknologi budidaya rumput laut
sebesar 41,62 dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar 32,24. Nilai indeks
tersebut terletak antara 25,00 - 49,9 berarti Kurang Berkelanjutan. Apabila kondisi
teknologi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan
dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
semakin tidak berkelanjutan.
Faktor Pengungkit (Leverage Factor)
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 49 atribut kelima dimensi, diperoleh 21 faktor
pengungkit untuk budidaya rumput laut dan 22 faktor pengungkit untuk budidaya KJA.
Perubahan terhadap leverage faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap nilai indeks dan
status keberlanjutan. Secara rinci faktor pegungit masing-masing dimensi keberlanjutan
pengeloaan budidaya laut di Teluk Saleh disajikan Pada Tabel 1.
Tabel 1. Atribut Kunci Kelima Dimensi Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di
Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
Faktor Pengungkit Budidaya RL RMS Faktor Pengungkit Budidaya KJA RMS
Dimensi Ekologi
Ancaman Terhadap Perairan 0,80 Ancaman Terhadap perairan 2,70
Tingkat Sedimentasi 0,73 Tingkat Sedimentasi 1,44
Serangan hama 0,63 Status Kesuburan Perairan 1,29
Dimensi Ekonomi
Efisiensi Rantai Pemasaran 1,96 Kepemilikan KJA 7,76
Fluktuasi Harga 1,85 Transfer Keuntungan 4,59
Status Modal Usaha 1,38 Penghasilan Buruh Budidaya 3,81
Nilai Tambah Komoditi 1,19 Tingkat Subsidi 3,12
Dimensi Sosial
Tingkat Pendidikan 3,37 Ketersediaan SDM Teknisi Budidaya 4,36
Tingkat Kemandirian 3,08 Jumlah Pengusaha Budidaya 3,83
Jumlah Petani Rumput Laut 2,37 Sosial Kapital 3,72
Ketersediaan Buruh Budidaya 4,44
Dimensi Kelembagaan
Kelembagaan Pembibitan 3,61 Dukungan dan Komitmen Pemda 3,35
Kelembagaan Pasar 3,05 Koordinasi Antar Stakeholder 3,33
Kelembagaan Penjamin Mutu 2,76 Kelembagaan Pembudidaya 3,10
Dukungan dan Komitmen Pemda 1,82 Kelembagaan Pembenihan 3,05
Kelembagaan Penyuluh 1,70 Kelembagaan Penyuluh 2,73
Dimensi Teknologi
Industri Pengolahan 3,35 Ketersediaan Benih 4,41
Ketersediaan Bibit 2,47 Penguasaan Teknologi Pembenihan 4,23
Sarana Pengeringan 1,66 Teknologi Informasi dan Pemasaran 4,21
Sarana Pergudangan 1,66 Penguasaan Teknologi Budidaya 3,27
Ketepatan Umur Panen 1,53 Ketersediaan Sarana Prasarana KJA 1,78
Sumber: Hasil Analsis (2012)
Keterangan :
Faktor pengungkit = faktor dengan nilai root mean square (RMS) di tengah s/d tertinggi
Indeks dan Status Keberlanjutan Multidimensi
5
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa untuk kelima dimensi pengelolaan budidaya rumput laut
menunjukkan nilai indeks keberlanjutan terletak pada rentan skor antara 25,00 - 49,9,
sehingga status keberlanjutan dikategorikan Kurang Berkelanjutan. Sedangkan
pengelolaan budidaya KJA menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi,
dimensi ekonomi dan dimensi sosial terletak pada rentan 25,00 - 49,9, sehingga status
keberlanjutan dikategorikan Kurang Berkelanjutan. Sedangkan nilai indeks dimensi
kelembagaan dan dimensi teknologi nilai indeks keberlanjutan >24,9 sehingga status
keberlanjutan dikategorikan Tidak Berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan untuk
kelima dimensi divisualisasikan dalam bentuk diagram layang (kite diagram) disajikan pada
Gambar 1.
Untuk mengetahui status keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya laut di Teluk
Saleh Kabupaten Sumbawa diperoleh dengan melakukan uji pair wise comparison
berdasarkan pendapat pakar di bidang pengelolaan budidaya laut untuk memperoleh nilai
bobot tertimbang dan selanjutnya dikalikan dengan nilai indeks keberlanjutan dari masing-
masing dimensi (Budiharsono, 2007). Berdasarkan hasil pembobotan kelima dimensi
keberlanjutan, maka diperoleh nilai indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya
rumput laut sebesar 42,26 dan nilai indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya
rumput KJA sebesar 31,44. Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper
pengelolaan budidaya laut multidimensi keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut
diperoleh nilai 42,26 dan pengelolaan budidaya KJA diperoleh nilai 31,44. Nilai indeks
keberlanjutan multidimensi terletak pada rentan 25,00 - 49,9, sehingga status pengelolaan laut
di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa dikategorikan Kurang Berkelanjutan. Kondisi
eksisting pengelolaan budidaya rumput laut di Teluk Saleh masih kurang mendukung
keberlanjutan bila dibandingkan dengan kondisi budidaya rumput laut di daerah lain.
Keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng
berdasarkan kondisi yang ada, diperoleh nilai 54.11 % yang berarti termasuk kedalam status
cukup berkelanjutan (Yulianti, 2011). Secara rinci nilai indeks multi dimens pengelolaan
budidaya rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa berdasarkan hasil pembobotan
disajikan pada Tabel 2.
Gambar 1. Diagram Layang-Layang (kite diagram) Kondisi Eksisting Pengelolaan
Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
6
Tabel 2. Nilai Indeks Multidimensi Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa
Dimensi
Nilai Bobot
Tertimbang
(%)
Nilai Indeks
Keberlanjutan
Nilai Indeks Hasil
Pembobotan
RL KJA RL KJA RL KJA
Ekologi 29,24 23,34 52,81 54,87 15,31 15,91
Ekonomi 23,34 29,24 51,29 44,50 11,80 10,24
Sosial 21,46 15,14 47,02 28,32 9,87 5,95
Kelembagaan 15,14 10,82 32,38 23,41 4,84 3,51
Teknologi 10,82 21,46 41,62 32,24 4,99 3,87
100 100 46,82 39,47
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Analisis Monte Carlo
Analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan pengelolaan
ekosistem terumbu karang pada taraf kepercayaan 95% memperlihatkan bahwa hasil analisis
Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper antara analisis MDS dengan Monte Carlo tidak
mengalami perbedaan yang siginifikan (Tabel 2). Kecilnya perbedaan hasil dua analisis
tersebut menunjukkan bahwa; (1) kesalahan dalam pembuatan skor dalam atribut relatif kecil,
(2) ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, (3) proses analisis yang
dilakukan secara berulang relatif stabil, (4) kesalahan dalam pemasukan data dan data yang
hilang dapat dihindari.
Tabel 2. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper
pada selang kepercayaan 95 % Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa
Dimensi Analisis MDS Analisis Monte Carlo
Perbedaan (MDS-MC
RL KJA RL KJA RL KJA
Ekologi 52,81 54,87 52,55 52,55 0,26 0,67
Ekonomi 51,29 44,50 50,93 50,93 0,36 0,01
Sosial 47,02 28,32 46,76 46,76 0,26 1,22
Kelembagaan 32,38 23,41 32,93 32,93 0,55 0,81
Teknologi 41,62 32,24 41,72 41,72 0,10 1,09
Sumber: Hasil Analisis (2013)
Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper menunjukkan bahwa semua
atribut yang dikaji terhadap status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh
Kabupaten umbawa cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai stress yang dibawah angka 0,25 dan nilai koefisien determinasinya (R
2
)
0,94. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi dan Anna (2005) yang menyatakan bahwa hasil
analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih kecil dari 0,25 (25 %) dan nilai koefisien
determinasinya mendekati nilai 1,0. Secara rinci nilai stress dan koefisien deteminasi analisis
Rap-Insus Seaweed dan Rap-Insus Grouper dengan analisis Monte Carlo pengelolaan
budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan Pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Nilai Stress dan Koefisien Deteminasi Analisis Rap-Insus Seaweed dan Rap-
Insus Grouper dengan Analisis Monte Carlo Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk
Saleh Kabupaten Sumbawa
Dimensi
Nilai indeks keberlanjutan Stress R
2
Iterasi
RL KJA RL KJA RL KJA RL KJA
Ekologi 52,81 54,87 0,13 0,13 0,94 0,94 2 2
Ekonomi 51,29 44,50 0,13 0,13 0,95 0,95 2 2
Sosial 47,02 28,32 0,13 0,13 0,95 0,94 2 2
Kelembagaan 32,38 23,41 0,14 0,13 0,95 0,95 2 2
Teknologi 41,62 32,24 0,14 0,14 0,94 0,95 2 2
Sumber: Hasil Analsisis (2013)
Skenario dan Strategi Jangka Pendek, menengah dan Skenario Jangka Panjang
Pengelolaan Budidaya Laut Berkelanjutan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
Hasil analisis Rap-Insus Seaweed dan analisis Rap-Insus Grouper terhadap atribut
kunci yang telah dilakukan penambahan skor untuk melihat seberapa besar peningkatan nilai
indeks dan status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut pada skenario jangka pendek,
menegah dan pada skenario jangka panjang dari kondisi saat ini. Nilai indeks keberlanjutan
pengelolaan budidaya rumput laut pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat
dari 46,82 menjadi 63,45 dan nilai indeks keberlanjutan pada skenario jangka panjang
meningkat menjadi 75,50, sehingga status keberlanjutan meningkat dari Kurang
Berkelanjutan menjadi Cukup Berkelanjutan dan Sangat Berkelanjutan.
Sedangkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya KJA pada skenario jangka
pendek dan menengah meningkat dari 39,47 menjadi 48,10 dan dan nilai indeks
keberlanjutan pada skenario jangka panjang meningkat menjadi 70,97, sehingga status
keberlanjutan pada skenario jangka pendek dan menengah tetap Kurang Berkelanjutan,
sedangkan pada skenario jangka panjang status keberlajutan meningkat menjadi Sangat
Berkelanjutan. Secara detail posisi nilai indeks keberlanjutan kelima dimensi pengelolaan
budidaya laut pada kondisi eksisting, skenario jangka pendek, menengah dan skenario jangka
panjang disajikan pada Gambar 2. Nilai indeks keberlanjutan kelima dimensi pengelolaan
budidaya laut pada kondisi eksisting, skenario jangka pendek, menengah dan skenario jangka
panjang disajikan pada pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten
Sumbawa Pada Kondisi Eksisting, Skenario Jangka Pendek, Menengah, dan
Skenario Jangka Panjang
Dimensi
Nilai Indeks Keberrlanjutan
Eksisting Skenario 1 Skenario 2
RL KJA RL KJA RL KJA
Ekologi 15,31 15,91 22,15 16,36 24,38 24,97
Ekonomi 11,80 10,24 16,07 12,61 20,03 19,84
Sosial 9,87 5,95 11,64 7,49 12,91 8,99
Kelembagaan 4,84 3,51 7,06 5,74 8,71 7,69
Teknologi 4,99 3,87 6,52 5,91 9,46 9,47
Nilai Indeks Multidimensi 46,82 39,47 63,45 48,10 75,50 70,97
Sumber: (Hasil Analisis, 2013)
8
Gambar 2. Diagram Layang-Layang (kite diagram) Peningkatan Nilai Indeks
Keberlanjutan Pada Kondisi Eksisting, Skenario Jangka Pendek, Menangah dan
Skenario Jangka Panjang Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten
Sumbawa
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut saat ini di Teluk Saleh Kabupaten
Sumbawa untuk budidaya rumput laut dan KJA adalah Kurang Berkelanjutan.
2. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut berdasarkan skenario jangka
pendek, menengah adalah Cukup Berkelanjutan dan skenario jangka panjang adalah
Sangat Berkelanjutan.
3. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya KJA Berdasarkan Skenario berdasarkan
skenario jangka pendek, menengah adalah Kurang Berkelanjutan dan skenario
jangka panjang adalah Sangat Berkelanjutan.
Saran
1. Perlu diprioritaskan perbaikan dimensi keberlanjutan yang memiliki indeks keberlanjutan
kurang berkelanjutan, dan perlu menjaga serta meningkatkan indek keberlanjutan
multidimensi karena tingkat keberlanjutannya masih sangat mudah untuk berubah ke
arah kurang berlanjut.
2. Perlu kebijakan dan komitmen dari pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan
terhadap atribut kunci untuk dapat meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan
pengelolaan budidaya laut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alder J, Pritcher TJ, Preikshot D, Kaschner K, Ferriss B. 2001. How Good is Good?: A Rapid
Appraisal Technique for Evaluation of the Sustainability Status of Fisheries of the
North Atlantic. Fisheries Centre. University of British Columbia. Vancouver, Canada.
Budiharsono, S. 2006. Konsep Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Berkelanjutan. Dalam: Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan.
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekjen DKP Jakarta.
Charles AT. 2000. Sustainability Fishery Systems. Sain Marys University Halifax, Nova
Scotia, Canada. 370 p. Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2009. Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Teluk Saleh. Dinas Kelautan dan Perikanan NTB. Mataram
Fauzi A dan Anna Z. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk Analisis
Kebijakan. Jakarta, Gramedia.
Fauzi. A dan S. Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan,
Aplikasi RAPFISH, Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta. Jurnal Pesisir dan
Lautan. Vol. 4(3).
Pitcher, T.J. and Preikshot, D.B. 2001. Rapfish: A Rapid Appraisal Technique to Evaluate the
Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research 49(3): 255-270
Mansyur A.,U, Tarunamulis,Pantjara B, Hasnawi.2005. Identifikasi Lokasi Lahan Budidaya
Laut di Perairan Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia Vol 11 No 5:9-29.
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT. Pustaka Cidesindo.
Tesfamichael D dan T J Pitcher. 2006. Multidisciplinary Evaluation of the
Sustainability of Red Sea Fisheries Using Rapfish. Fisheries Reasearch 78: 277-235
Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (RAPFISH) Project. University of British
Columbia, Fisheries Centre.
Yulianti. 2011. Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Rumput laut di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Zamroni A, Apriliani T, Hikmayani Y. 2007. Analisis Pemasaran Rumput Laut di Wilayah
Potensial di Indonesia. Jurnal Bijak da Ristek KP. Vo. 2 No 2 Tahun 2007. Hal 159-
175.
10