Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
180 4
180
180 3
180
180 2
180
180 1
4 3 2 1 A 43
4 34 4 43 B 4
3 2 1 A AP
3 23 3 32 34
2 1 A AP
2 12 1 21 23
1 A AP
1 A 1 12
+ + + + + =
+ = + =
+ + + + =
+ = + =
+ + + =
+ = + =
+ + =
+ =
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:
Syarat geometriks sudut
Akhir - Awal - + n.1800 = f
VI - 28 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
di mana:
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut
Syarat geometriks absis
( )
=
=
m
i
i Awal Akhir
X X X
1
0
di mana:
i = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
Koreksi ordinat
Y f
d
Y K
di
i
=
di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya
kesalahan linier jarak (KL)
( )
2 2
Y f X f SL + =
( )
000 . 5 : 1
2 2
+
=
D
Y f X f
KL
VI - 29 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Pengamatan Azimuth Astronomis
Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:
m Cos Cos
Sinm Sin Sin
Cos
M
. .
.
=
di mana :
M = azimuth matahari
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
i p d r m m
atau i p d r Z Z
u d
u d
+ =
+ =
2
1
2
1
di mana :
z
d
= sudut zenith definitif
m
d
= sudut miring definitif
z
u
= sudut zenith hasil ukuran
m
u
= sudut zenith hasil ukuran
r = koreksi refraksi
1/2d = koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
i = salah indeks alat ukur
Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).
Syarat geometris
= FH H H H
Awal Akhir
( )mm D T 8 =
VI - 30 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Hitungan beda tinggi
Btm Btb H =
2 1
Hitungan tinggi titik
KH H H H + + =
12 1 2
di mana:
H = tinggi titik
H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
FH
d
d
=
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
Perhitungan Situasi Detail
Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z),
digunakan rumus sebagai berikut:
H T T
A B
+ =
( ) Bt TA m Sin Bb Ba H +
(
= 2 100
2
1
Dd = D
O
Cos2m
Dd = 100 . (Ba - Bb)Cos2m
VI - 31 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
di mana :
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100 . (Ba-Bb))
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan
jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu
yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya
pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis
dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:
C = g - m
di mana :
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
B. ANALISA HIDROLOGI
Analisa hidrologi merupakan analisis untuk menetapkan besaran-besaran rancangan yang
dipergunakan sebagai data pada analisis-analisis selanjutnya dalam perencanaan dan
perancangan bangunan air. Oleh karena itu dalam praktek perancangan, analisis ini
dilakukan paling awal yaitu sebelum analisis lainnya dilakukan.
Menganalisis data hidrologi yang diperlukan untuk penentuan curah hujan rencana dan debit
banjir rencana untuk berbagai periode kala ulang (return period) (Q2, Q5, Q10, Q15, Q25,
Q50 dan Q100) yang merupakan data pokok untuk digunakan dalam merencanakan
bangunan pengendalian banjir dan genangan. Untuk menganalisis data tersebut dilakukan
VI - 32 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
beberapa metode pengujian data untuk memilih kecocokan tipe sebaran dengan
memperhatikan kecocokan ciri-ciri parameter statistik dan rangkaian data curah hujan
tersebut. Dari hasil analisis hidrologi selanjutnya dibuat peta banjir (luas, tinggi, lama dan
dampak genangan) untuk berbagai debit periode ulang. Peta banjir tersebut dibuat sekalian
dengan peta ikhtisar dengan skala 1 : 10.000, 1 : 15.000, 1 : 20.000 atau disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit banjir
rancangan. Untuk itu perlu dilakukan analisis curah hujan rancangan. Metode yang
digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan dengan periode kala ulang
tertentu adalah sebagai berikut :
Distribusi Gumbel Tipe I
Distribusi Log Normal 2 Dua Parameter
Distribusi Log - Pearson Tipe III
Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)
Distribusi Gumbel Tipe I
Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :
X = ( ) K S X +
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X
= Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
=
n
n T
S
Y Y
Y
n
= Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n).
Y
T
= Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi
pada periode ulang tertentu
=
( )
( )
)
`
x T
1 x T
L L
r
r
n n
S
n
= Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n).
S = Simpangan baku
VI - 33 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
=
( )
1 n
X X
n
1 i
2
i
=
n = J umlah data
C
S
= koefisien kepencengan
= 1,1396
C
K
= koefisien kurtosis
= 5,4002
Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan diatas diperoleh :
X = ( ) K S X +
=
|
|
.
|
\
|
+
n
n T
S
Y Y
S X
J ika :
Sn
S
=
a
1
dan .Yn
Sn
S
X = b
Persamaan diatas menjadi :
.YT
a
1
b = XT +
Koefisien Skewness :
3
n
l = i
3
i
Sn
) X - (X
2) - (n 1) - (n
n
= Cs
Dimana :
Cs = koefisien skewness
X
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = jumlah data
VI - 34 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Koefisien Kurtosis :
( )
4
n
l = i
4
i
2
Sn 3) - (n 2) - (n 1) - (n
X - X n
= Ck
Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
X
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
N = jumlah data
Tabel 6.1. Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
n Yn n Yn n yn n Yn
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
0,4952
0,4996
0,5035
0,5070
0,5100
0,5128
0,5157
0,5181
0,5202
0,5220
0,5236
0,5252
0,5268
0,5283
0,5296
0,5309
0,5320
0,5332
0,5343
0,5353
0,5362
0,5371
0,5380
0,5388
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
0,5396
0,5402
0,5410
0,5418
0,5424
0,5430
0,5436
0,5442
0,5448
0,5453
0,5458
0,5463
0,5468
0,5473
0,5477
0,5481
0,5485
0,5489
0,5493
0,5497
0,5501
0,5504
0,5508
0,5511
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
0,5515
0,5518
0,5521
0,5524
0,5527
0,5530
0,5533
0,5535
0,5538
0,5540
0,5543
0,5545
0,5548
0,5550
0,5552
0,5555
0,5557
0,5559
0,5561
0,5563
0,5565
0,5567
0,5569
0,5570
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
0,5672
0,5574
0,5576
0,5578
0,5580
0,5581
0,5583
0,5585
0,5586
0,5587
0,5589
0,5591
0,5592
0,5593
0,5595
0,5596
0,5598
0,5599
0,5600
Sumber : Hidrologi Teknik, C.D. Soemarto, Edisi Ke-2, 1987:236
VI - 35 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.2. Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data
dengan Jumlah Data (n)
n Sn n Sn n Sn n Sn
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
0,9496
0,9676
0,9833
0,9971
1,0095
1,0206
1,0316
1,0411
1,0493
1,0565
1,0628
1,0696
1,0754
1,0811
1,0864
1,0915
1,0861
1,1004
1,1047
1,1086
1,1124
1,1159
1,1193
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
1,1226
1,1255
1,1286
1,1313
1,1339
1,1363
1,1388
1,1413
1,1436
1,1458
1,1480
1,1499
1,1519
1,1538
1,1557
1,1574
1,1590
1,1607
1,1623
1,1638
1,1658
1,1667
1,1681
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
1,1696
1,1708
1,1721
1,1734
1,1747
1,1759
1,1770
1,1782
1,1793
1,1803
1,1814
1,1824
1,1834
1,1844
1,1854
1,1854
1,1873
1,1881
1,1890
1,1898
1,1906
1,1915
1,1923
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
1,1930
1,1938
1,1945
1,1953
1,1959
1,1967
1,1973
1,1987
1,1987
1,1994
1,2001
1,2007
1,2013
1,2020
1,2026
1,2032
1,2038
1,2044
1,2049
1,2055
1,2060
1,2065
Sumber : Hidrologi Teknik, C.D. Soemarto, Edisi Ke-2, 1987:237
Distribusi LogNormal Dua Parameter
Distribusi Lognormal dua parameter mempunyai persamaan transformasi sebagai
berikut:
Log Xt = ( ) X Log S k X Log +
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
X Log = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
X Log S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
=
( )
1 n
X Log X Log
n
1 t
2
t
=
k = faktor frekuensi, sebagai fungsi dari koefisien variasi (cv) dengan periode
ulang t. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi peluang
kumulatif dan periode ulang, lihat Tabel.
CS = koefisien kepencengan = 3 CV +CV3
CK = koefisien kurtosis
VI - 36 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
= CV8 +6CV6 +15CV4 +16CV2 +3
CV = koefisien variasi
=
=
C
S
= koefisien kepencengan
=
( )
( )( )( )
3
3
SlogX . 2 n . 1 n
logX logX n.
C
K
= koefisien kurtosis
=
( )
( ) ( ) ( ) ( )
4
4 2
X log S 3 n 2 n 1 n
logX logX n
VI - 38 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.4. Nilai Negatif Koefisien Kemencengan/Skewness Coefficient (CS) pada Distribusi Log -
Pearson Tipe III
Koef.
Waktu Balik (Tahun)
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.50 5 10 20 25 50 100 200 1000
Cs
Peluang (%)
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.00 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.476 -0.396 -0.124 0.420 1.180 2.095 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.50 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.477 -0.360 -0.067 0.518 1.250 2.093 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.20 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.471 -0.330 -0.029 0.574 1.284 2.081 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.00 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.464 -0.307 -0.002 0.609 1.302 2.066 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.80 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.454 -0.282 0.026 0.643 1.318 2.047 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.60 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.442 -0.254 0.056 0.675 1.329 2.024 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.40 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.427 -0.225 0.085 0.705 1.337 1.996 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.20 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.411 -0.195 0.114 0.732 1.340 1.963 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.00 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.393 -0.164 0.143 0.758 1.340 1.926 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.90 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.383 -0.148 0.158 0.769 1.339 1.905 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.80 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.373 -0.132 0.172 0.780 1.336 1.888 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.70 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.363 -0.116 0.186 0.790 1.333 1.861 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.60 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.352 -0.099 0.201 0.800 1.328 1.837 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.50 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.341 -0.083 0.214 0.808 1.323 1.812 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.40 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.329 -0.066 0.228 0.816 1.317 1.786 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.30 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.318 -0.050 0.241 0.824 1.309 1.759 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.20 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.305 -0.033 0.255 0.830 1.301 1.732 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.10 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.293 -0.017 0.267 0.836 1.292 1.703 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.00 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.281 0.000 0.281 0.842 1.282 1.673 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.10 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.267 0.017 0.290 0.836 1.270 1.642 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.20 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.255 0.033 0.305 0.850 1.258 1.610 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.30 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.241 0.050 0.318 0.853 1.245 1.577 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.40 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.228 0.066 0.329 0.855 1.231 1.544 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.50 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.214 0.083 0.341 0.856 1.216 1.509 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.60 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.201 0.099 0.352 0.857 1.200 1.473 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.70 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.186 0.116 0.363 0.857 1.183 1.437 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.80 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.172 0.132 0.373 0.856 1.166 1.401 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.90 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.158 0.148 0.383 0.854 1.147 1.364 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.00 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.143 0.164 0.393 0.852 1.128 1.326 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.20 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.114 0.195 0.411 0.844 1.086 1.249 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.40 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.085 0.225 0.427 0.832 1.041 1.172 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.60 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.056 0.254 0.442 0.817 0.994 1.096 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.80 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.026 0.282 0.454 0.799 0.945 1.020 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.005 0.307 0.464 0.777 0.895 0.948 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.029 0.330 0.471 0.752 0.844 0.881 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.067 0.360 0.477 0.711 0.771 0.789 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.124 0.396 0.476 0.636 0.660 0.665 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Sumber: Dr. M. M. A. Shahin / Statistical Analysis in Hydrology
VI - 39 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Distribusi Frechet (Gumbel Tipe II)
Distribusi Frechet disebut juga distribusi ekstrem tipe II atau Gumbel tipe II, dapat
digunakan untuk analisis distribusi dari data hidrologi dengan nilai ekstrem, peluang
kumulatif distribusi Frechet dapat ditulis sebagai persamaan berikut:
Y = a (log X X
0
)
Parameter a dan X0 dihitung dengan persamaan berikut:
a = ( )
|
|
.
|
\
|
X log S
1
1,282
X
0
= ( ) X log S 0,445 logX
Keterangan,
X Log = rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
X log S = deviasi standar logaritma nilai X hasil pengamatan
Y = nilai variabel reduksi Gumbel (lihat Tabel)
Tabel 6.5. Nilai Variabel Reduksi Gumbel
T (tahun) Peluang Y
1,001
1,005
1,010
1,050
1,110
1,250
1,330
1,430
1,670
2,000
2,500
3,330
4,000
5,000
10,000
20,000
50,000
100,000
200,000
500,000
1000,000
0,001
0,005
0,010
0,050
0,100
0,200
0,250
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,750
0,800
0,900
0,950
0,980
0,990
0,995
0,998
0,999
-1,930
-1,670
-1,530
-1,097
-0,834
-0,476
-0,326
-0,185
0,087
0,366
0,671
1,030
1,240
1,510
2,250
2,970
3,900
4,600
5,290
6,210
6,900
Sumber: Bonnier,1980
VI - 40 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Debit Banjir Rancangan
Pada umumnya banjir rencana (design flood) di Indonesia di tentukan berdasarkan
analisa curah hujan harian maksimum yang tercatat. Frekuensi debit maksimum jarang di
terapkan karena keterbatasan masa pengamatan.
Maka analisisnya di lakukan dengan menggunakan persamaanpersamaan empiris
dengan memperhitungkan parameterparameter alam yang terkait. Untuk menentukan
debit banjir rencana dilakukan analisa debit puncak banjir dengan beberapa metoda yang
berbeda yaitu :
Metode Haspers
Metode Melchior
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Metode Haspers dan metode Rational dapat di gunakan untuk luasan DPS lebih dari 100
Km
2
.
Metode Haspers
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood) metode Haspers
adalah sebagai berikut :
=
0.7
0.7
A 0.075 1
A 0.012 1
+
+
1
= 1 +
( )
( ) 15 t
10 3.7 t
2
0.4.t
+
12
A
0.75
t = 0.1 L
8 . 0
I
3 . 0
R
T
= R +( ) u s
r =
( )
( ) 1 t
R t
+
t dalam jam
Q = A q
Dimana :
= koefisien limpasan
= koefisien reduksi
VI - 41 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
q = hujan maksimum (m
3
/km
2
/det)
A = luas daerah pengaliran (km
2
)
Q = debit maksimum (m
3
/det)
L = panjang sungai (km)
I = gradien sungai
t = durasi (jam)
T = periode ulang
R = rerata hujan maksimum (mm)
R
T
= hujan maksimum (mm)
s = standar deviasi
u = standar variable u/return periode (T)
r = hujan selamat (mm)
n = periode pengamatan
Metode Melchior
Dasar Metode Melchior dari ini adalah Metode Rasional dan digunakan untuk
memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang
luasnya lebih dari 100 km2. Berdasarkan pengamatan hujan yang dilakukan oleh Ir.
S.J .G Van Overveldet dan ir. H.P Mensinga dalam tahun 1889. Maka Melchior
menentukan hubungan antara hujan rata-rata sehari (24 jam) dan hujan maksimum
setempat sehari dan mendapatkan angka reduksi:
F = ( )
1
1
1720 3960
0.12
1970
+
Dimana :
F = luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan sumbu panjang tidak
lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (km
2
). Kemudian hitung luasnya dimana a dan b
adalah sumbu sumbu ellips. Dengan diketahuinya F maka dapat kita hitung
nilai 2.
=
2 1
L L
4
L
1
= panjang sumbu besar (km)
L
2
= panjang sumbu pendek (km)
VI - 42 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Untuk hujan selama kurang dari 24 jam, persentasi besarnya hujan ini terhadap hujan
maksimum sehari (2) dinyatakan hubungannya dengan F oleh Melchior sebagai
berikut:
Tabel 6.1. Hubungan Antara Luas Elips (F) dan Waktu Hujan (t)
F Hujan selama beberapa jam
(km
2
) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 16 20 24
0
10
50
300
44
37
29
20
12
64
57
45
33
23
80
70
57
43
32
89
80
66
52
42
92
82
70
57
50
92
84
74
61
54
93
87
79
69
66
94
90
83
77
74
95
91
88
85
83
96
95
94
93
92
98
97
96
95
94
100
100
100
100
100
Maka besarnya angka reduksi () adalah :
=
1
x
2
Besarnya curah hujan maksimum setempat (point rainfall) dalam 24 jam, yaitu R
(m
3
/dt/km
2
) tergantung pada lama waktu konsentrasi t. Lama waktu konsentrasi t
tergantung antara lain pada luas daerah aliran, besarnya aliran langsung (direct
runoff), panjang sungai dan kemiringan dasar sungai.
V = ( )
0.2
2
S Q 1.31
T =
V 36
L 10
dimana:
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan rata rata arus air (m/dt)
S = kemiringan rata rata dasar sungai
Untuk menghitung besarnya aliran maksimum Q
max
dengan metode Melchior harus
diketahui V. Untuk menghitung V kita harus ketahui besarnya hujan harian R dalam
(m
3
/dt/km
2
) yang justru harus kita cari. Karena itu, lebih dulu kita perkirakan suatu
harga tertentu untuk R (m
3
/dt/km
2
).
Prosedur analisis dilakukan dengan cara coba-coba (trial and eror) sampai
didapatkan harga R yang sama atau hampir sama. Untuk memperkirakan besarnya
R ini dapat digunakan sebagai acuan berikut. Didalam tabel ini, luas ellips dinyatakan
dalam km
2
dan R dalam m
3
/dt/km
2
.
VI - 43 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.7. Hubungan Luas Elips (F) Dengan Curah Hujan Rancangan (R)
Luas
ellips
R1
Luas
ellips
R1
Luas
ellips
R1
Luas
ellips
R1
Luas
ellips
R1
0.144 29.60 29 9.00 288 3.60 648 2.45 2880 1.00
0.720 22.45 72 6.25 360 3.30 720 2.30 1320 0.70
1.440 19.90 108 5.25 432 3.05 1080 1.85 5760 0.54
7.200 14.15 144 4.75 504 2.85 1440 1.53 7200 0.48
14.00 11.85 216 4.00 576 2.65 2160 1.20
Dengan diketahuinya nilai t, F dan , maka dapat kita hitung nilai R.
t 36
R 10
R
max 24
= m
3
/dt/km
2
Disini R
24-max
adalah besarnya curah hujan maksimum setempat sehari yang didapat
dari data-data hujan. Harga R ini harus sama dengan R
1
yang ditaksir.
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood) metode
Melchior adalah sebagai berikut :
Q
n
= A R C
Dimana :
Q
n
= debit banjir rancangan (m
3
/detik)
C = koefisien limpasan air hujan
R = curah hujan (m
3
/dt.km
2
) dengan kemungkinan tak terpenuhi n %
A = luas daerah tangkapan (km
2
)
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Nakayasu dari J epang, telah membuat rumus hidrograf satuan sintetik dari hasil
penyelidikannya. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Qp =
( )
0,3
0
T 0,3Tp 3,6
R A C
+
Keterangan :
Qp = debit puncak banjir (m
3
/det)
R
0
= hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
= tg +0,8 tr
VI - 44 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tg = waktu konsentrasi (jam), tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik
berat hidrograf (time lag)
dalam hal ini, jika:
L < 15 km tg = 0,21 . L
0,7
L > 15 km tg = 0,4 +0,058 . L
tr = tenggang waktu hidrograf (time base of hidrograf) =0,5 sampai 1 tg
T
0,3
= .tg
=
( )
tg
L A 0,47
0,25
untuk :
1. Daerah pengaliran biasa =2
2. Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat =1,5
3. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat =3
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan memiliki rumus :
Qa =
2.4
p
p
T
t
Q
|
|
.
|
\
|
Keterangan,
Qa = llimpasan sebelum mencapai debit puncak (m
3
/det)
t = waktu (jam)
Bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan
Q
d1
=
0,3
T
Tp t
0,3 Qp
Q
d2
=
0,3
1,5T
0,3
0,5T Tp t
0,3 Qp
+
Q
d3
=
0,3
2T
0,3
1,5T Tp t
0,3 Qp
+
VI - 45 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.7. Gambar Lengkung Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Data-data yang digunakan dalam analisa debit puncak banjir tersebut disamping data
hujan atau debit juga menggunakan data lainnya seperti data kondisi fisik sungai,
kondisi lahan DAS serta jenis tanah dominan.
Hidrograf Banjir Rancangan
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk berbagai kala
ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qk = U1 Ri +U2Ri-1 +U3Ri-2 +... +UnRi-n+1 +Bf
Dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke-i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
lengkung naik lengkung turun
Q
i
tr
0,8 tr tg
Qp
0,32 Qp
0,3 Qp
Tp T 0,3 1,5 T 0,3
VI - 46 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.2. Rumus hidrograf banjir dalam bentuk tabel
Hidrograf
Satuan
Ri
Ri-1 Ri-n Ri-n+1
Aliran
Dasar
Debit
(mm
3
/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m
3
/dt) (m
3
/dt)
U1 U1.Ri
Bf Q1
U2 U2.Ri U1.Ri-1
Bf Q2
U3 U3.Ri U2.R i-1 .... Bf Q3
U4 U4.Ri U3.R i-1 .... U1.Ri-n+1 Bf Q4
U5 U5.Ri U4.R i-1 ..... U2.R i-n+1 Bf Q5
.... .... .... .... .... Bf ....
.... .... .... .... .... Bf ....
Un-2 Un-2.Ri .... .... .... Bf Qk-2
Un-1 Un-1.Ri Un-2.R i-1 .... .... Bf Qk-1
Un Un.Ri Un-1.R i-1 ..... .... Bf Qk
Un+1 Un+1.Ri Un.R i-1 ..... Un-2.R i-n+1 Bf Qk+1
Perhitungan Debit Sumber
Untuk mengetahui debit aliran pada suatu tampang saluran/sungai dapat digunakan
persamaan:
Q =v x A
Dimana :
Q = Debit aliran (m
3
/dt)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
A = Luas Penampang (m
2
)
Apabila aliran yang diukur merupakan luapan atau pancuran yang relatif kecil maka
untuk memperoleh debit air dapat dilakukan dengan menampung limpahan air tersebut
dalam interval waktu tertentu (t) kemudian mengukur volume air (V) dengan
menggunakan gelas ukur, sehingga debit aliran dirumuskan sebagai berikut :
t
V
Q =
Dimana :
Q = Debit aliran (m
3
/dt)
V = Volume air (m
3
)
t = Waktu (detik)
Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran debit ini adalah :
Current Meter dan assesorisnya (dapat dilihat pada lampiran)
Gelas Ukur
VI - 47 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Stopwatch
Penggaris Besi
Roll Meter
METODE PENGUKURAN
Pada prinsipnya penelitian debit dimulai dengan mengukur kecepatan aliran pada
beberapa titik, kemudian mengukur luas tampang aliran. Bila dari hasil pengukuran
kecepatan didapatkan nilai kecepatan pada beberapa titik berbeda secara signifikan
maka sebaiknya tampang aliran dibagi dalam beberapa pias sehingga diperoleh debit
masing-masing pias. Debit total merupakan penjumlahan dari debit masing-masing pias
tersebut. Namun bila diperoleh kecepatan pada beberapa titik tersebut yang hampir
seragam, maka kecepatan tempang merupakan nilai rata-rata dari kecepatan tiap titik.
Selanjutnya debit aliran adalah perkalian dari kecepatan rerata tampang dengan luas total
tampang aliran.
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus ditentukan lokasi yang tepat untuk
pengukuran kecepatan. Syarat yang harus dipenuhi adalah:
Aliran air relatif konstan, tidak ada turbulensi/olakan,
Situasi saluran relatif lurus,
Penampang aliran diusahakan segi empat atau trapezium,
Semua debit air dapat mengumpul tanpa ada yang masuk ke tempat lain.
Secara lengkap penelitian debit dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan lokasi pengukuran kecepatan
Gambar sketsa tampang aliran
Tentukan titik-titik pengukuran, jika kedalaman aliran memungkinkan diambil 6 titik
pengukuran yaitu:
Titik 1 : Kiri Atas
Titik 2 : Kiri Bawah
Titik 3 : As Atas
Titik 4 : As Bawah
Titik 5 : Kanan Atas
Titik 6 : Kanan Bawah
VI - 48 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.8. Titik-titik pengukuran kecepatan
Siapkan Current Meter dan assesorisnya
Masukkan Current Meter dalam air secara perlahan sampai semua baling-baling
tenggelam
Lakukan pengukuran setelah putaran baling-baling konstan
Box Counter akan mencatat jumlah putaran
Hidupkan stopwatch saat Box Counter mulai dinyalakan
Matikan stopwatch saat Box Counter dimatikan
J umlah putaran per detik (n) diperoleh dengan membagi angka pembacaan di Box
Counter dengan waktu pencatatan dari stopwatch
Lakukan langkah 5 sampai 10 untuk titik yang lain
Ukur lebar saluran dengan roll meter
Ukur kedalaman aliran pada beberapa titik (minimal 3 titik : kiri, as dan kanan)
Semua hasil pengukuran dicatat atau ditabelkan
Untuk propeller No. 50/250, kecepatan aliran diperoleh dari :
n 1,74 ; v =1,20 +24,73n
n >1,74 ; v =0,24 +25,68n
Hitung luas tampang aliran (A)
Debit aliran dapat di hitung, Q =v x A
1 Atas
2 Bawah
3 Atas
4
Bawah
5 Atas
6
Kiri As Kanan
b
Bawah
VI - 49 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.9. Sketsa penempatan current meter pada pengukuran kecepatan
Sedangkan bila debit air yang diukur merupakan limpahan atau pancuran maka
pengukuran debit dilakukan dengan mengukur volume air yang melimpah selama interval
waktu tertentu. Dengan menggunakan persamaan pada sub bab 6.1 debit aliran dapat
dihitung.
Gambar 6.10. Pengukuran debit air dengan metode takar
KETELITIAN PENGUKURAN
Dalam suatu pengukuran harus dilakukan kontrol untuk mengetahui tingkat ketelitian dari
pengukuran yaitu :
Ketelitian horisontal
Minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan, digambarkan dengan toleransi
kesalahan kurang dari 0,8 mm pada skala peta
Ketelitian vertikal
Box
Propeller
Arah Aliran
Atas
Bawah
current meter
Penampungan
Pancuran
Gelas Ukur
VI - 50 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
J arak pengukuran semua titik dibagi kedalam ruas-ruas dengan panjang maksimum
2 km, tiap ruas diukur bolak-balik dengan toleransi kesalahan 6 Dmm
Kontrol azimut ditentukan dengan pengamatan astronomi dengan toleransi
ketelitian 20 atau 20 N
Koreksi sudut antara 2 titik kontrol azimuth adalah 20 atau 20 N .N =jumlah titik
sudut
C. ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH
Kebutuhan air penduduk akan dihitung berdasarkan beberapa jenis kebutuhan, antara lain :
Kebutuhan air bersih domestik untuk sambungan rumah dan kran umum
Kebutuhan air non domestik, misalnya untuk fasilitas peribadatan dan kran umum,
diperhitungkan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik.
Kehilangan air
Kebutuhan hari maksimum, diperhitungkan sebesar 1.1 kebutuhan air bersih
Kebutuhan jam puncak, diperhitungkan sebesar 1.5 kebutuhan air bersih.
Selanjutnya kebutuhan air bersih penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keb. Total = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan air sosial + kehilangan air
Perhitungan proyeksi kebutuhan air suatu kota akan dilakukan untuk setiap wilayah
kelurahan dengan tujuan untuk mendapatkan angka kebutuhan berdasarkan ruang
administrasi yang lebih kecil. Dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya air yang ada
juga akan dapat dipaparkan sampai dengan ruang administrasi kelurahan. Khusus untuk
kawasan permukiman, terlebih dahulu harus ditetapkan standar kepadatan penduduk agar
proyeksi jumlah penduduk yang ada dapat disebar secara merata di seluruh kawasan
permukiman yang direncanakan, sehingga dapat dicapai distribusi penduduk yang ideal.
1. Proyeksi kebutuhan air bersih
Kebutuhan air bersih suatu daerah dihitung berdasarkan kebutuhan satuan unit yang
direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tingkat perekonomian.
2. Proyeksi kebutuhan air baku
Kebutuhan air baku dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih yang direncanakan dan
dikembangkan sesuai dengan pentahapan produksi air bersih yang diinginkan.
VI - 51 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan
pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari
pemakaian air. Kebutuhan air baku meliputi :
Kebutuhan air domestik (rumah tangga)
Kebutuhan air rumah tangga adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari manusia. Kebutuhan air rumah tangga tersebut antara lain minum, memasak,
mandi, cuci, kakus (MCK) dan lain-lain seperti : cuci mobil, menyiram tanaman
Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga
Besar penggunaan air rumah tangga (domestik) dapat diketahui melalui dua cara
yaitu:
Survei penggunaan air sehari-hari
Survei meliputi penggunaan air sehari-hari dirumah. Survei dapat dilaksanakan
dibeberapa keluarga dalam satu wilayah. Keuntungan survei ini dapat mengetahui
langsung kebutuhan air rumah tangga. Hasil survei ini dapat dipergunakan sebagai
standar kebutuhan air rumah tangga pada daerah tersebut.
Standar
Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil.
Kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk
mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah, peralatan lainnya adalah jauh lebih
besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya
tergantung dari fasilitas air minum dan perpipaan yang dimiliki. Dalam hubungan ini
The National Plumbing Code (PAMSI Komda J abar, hal.17) menyatakan bahwa
50 GPD (190 liter/hari) per kapita adalah angka yang aman untuk suatu rumah
susun (apartment) dan 40 GPD (150 liter/hari) perkapita untuk suatu rumah tinggal
biasa.
Angka-angka di atas tidak banyak berbeda dengan catatan-catatan pemakaian air
di Indonesia untuk rumah dengan fasilitas perpipaan yang memadai (125150
liter/orang/hari).
VI - 52 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.9. Gambaran Pemakaian Air di Beberapa Negara
Negara Pemakaian (liter/orang/hari)
Amerika Serikat 150 1050
Australia 180 290
Eropa 50 320
Tropis 80 185
Sumber: Chatib dkk, hal.16
Standar kebutuhan air rumah tangga berdasarkan kriteria jumlah penduduk dan
jenis kota seperti disajikan pada tabel 6.2. J umlah penduduk yang digunakan dalam
standar ini adalah jumlah penduduk yang menetap pada satu wilayah.
Tabel 6.10. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota
dan Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Jenis Kota
Jumlah Kebutuhan
Air (l/org/hari)
>2.000.000 Metropolitan >210
1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210
500.000-1.000.000 Besar 120-150
100.000-500.000 Besar 100-120
20.000-100.000 Sedang 90-100
3.000-20.000 kecil 60-100
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil
Sedangkan besar Kebutuhan untuk tiap jiwa perhari berdasarkan standar dari
Direktorat J enderal Cipta Karya adalah :
Kebutuhan untuk penduduk perkotaan sebesar 100 l/jiwa/hari.
Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 l/jiwa/hari.
Standar Kualitas Air Rumah Tangga
Standar baku mutu kualitas air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Klasifikasi mutu air
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga adalah kelas satu.
Kriteria kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga terdiri dari
kriteria fisika, radiokatif dan kimia organik.
VI - 53 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Kebutuhan Air Perkotaan
Kebutuhan Air perkotaan adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti: fasilitas
komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan
dan fasilitas pendukung kota seperti taman kota, penggelontoran kota. Besarnya
kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas kota. Banyaknya
dan jenis fasilitas kota dapat dilihat pada Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTR
kota) dan tujuan pembangunan kota, seperti: kota pariwisata, industri, pelabuhan dan
sebagainya.
Besarnya kebutuhan air suatu perkotaan dapat ditentukan dengan melakukan survei
kebutuhan air pada fasilitas perkotaan di wilayah tersebut. Cara lain untuk
menentukan besarnya kebutuhan air perkotaan adalah dengan menggunakan standar
kebutuhan air perkotaan.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari jumlah air
rumah tangga (domestik), berkisar antara 25-40% dari kebutuhan air rumah tangga.
Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan
penduduk seperti J akarta. Untuk lebih jelas, besarnya kebutuhan air perkotaan dapat
dilihat pada tabel 6.3 dan 6.4. Kedua tabel ini digunakan bila tidak ada data rinci
tentang fasilitas kota.
Tabel 6.11. Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Jumlah Penduduk
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil
Tabel 6.12. Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Kepadatan Penduduk
Kriteria
Kepadatan (Jiwa/Ha)
Jumlah Kebutuhan Air Perkotaan
(% Kebutuhan Air Rumah Tangga)
>100 25 35
50 100 20 30
<50 15 30
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil
VI - 54 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.13. Besar Kebutuhan Air Perkotaan Berdasarkan Fasilitas Perkotaan
Jenis Kebutuhan Air
Untuk Fasilitas
Perkotaan
Metropolitan
Besar Sedang Kecil
Mutu
Air
Komersial
a. Pasar
b. Hotel
- Lokal
- Internasional
c. Hostek
d. Bioskop
0,1-1,00 (l/dt)
400 (l/kamar/hari)
1000 (l/kamar/hari)
135-180 (l/orang/hari)
15 (l/orang/hari)
Kelas
Satu
Sosial dan Institusi
a. Universitas
b. Sekolah
c. Mesjid
d. Rumah Sakit
<100 tempat tidur
>100 tempat tidur
e. Puskesmas
f. Kantor
g. Militer
h. Klinik Kesehatan
20 (l/siswa/hari)
15 (l/siswa/hari)
1-2 (m
3
/hari/unit)
340 (l/tp.tdr/hari)
400-450(l/tp.tdr/hari)
1-2 (m
3
/hari/unit)
0,01-45(l/dt/hari)
10 (m
3
/hari/unit)
135 (l/orang/unit)
Fasilitas Pendukung Kota
a. Taman
b. Road Watering
c. Sewer System
(air kotor)
1,4 (l/m
2
/hari)
1,0-1,5 (l/m
2
/hari)
4,5 (l/kapita/hari)
Ada
Fasilitas
kamar
mandi
Tidak ada fasilitas
kamar mandi
(liter/kapita/hari)
Fasilitas Transportasi
a. Stasiun Menengah
b. Stasiun Penghubung &
Menengah dimana
adanya tempat (kotak)
surat
c. Terminal
d. Bandar Udara Lokal dan
Internasional
45
70
45
70
23
45
45
70
40 % dari
kebutuhan
air baku
rumah
tangga
(domestik)
30 % dari
kebutuhan
air baku
rumah
tangga
(domestik)
25 % dari
kebutuhan
air baku
rumah
tangga
(domestik)
Kelas Dua
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil
Kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air perkotaan adalah kualitas yang
disyaratkan pada PP No.2 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan
air perkotaan terdiri dar kriteria fisika, radioaktif dan kimia organik. Klasifikasi mutu air
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air perkotaan adalah kelas satu, kelas
dua atau kelas tiga.
VI - 55 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Kebutuhan Air Industri
Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan
baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Namun besar
kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku
industri dan kebutuhan air untuk pekerjaan industri. Sedangkan kebutuhan air untuk
pendukung kegiatan industri seperti hidran, dapat disesuaikan jumlahnya dengan jenis
industrinya. Industri perlu diklasifikasikan untuk menentukan jumlah airnya seperti
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 6.14. Klasifikasi Industri
Jumlah Tenaga Kerja Klasifikasi Industri
1 4 orang Rumah Tangga
5 19 orang Kecil
20 99 orang Sedang
>100 orang Besar
Standar Kebutuhan Air Industri
Besarnya kebutuhan air industri dapat diketahui dengan survei ke beberapa lokasi
industri yang menggunakan air untuk proses industrinya. Cara lain yaitu dengan
menggunakan standar kebutuhan air industri. Standar kebutuhan air industri ini
berdasarkan proses atau jenis industri yang ada pada wilayah yang akan
dikembangkan dan rencana jumlah pekerja pada industri tersebut. Besarnya
standar kebutuhan air industri adalah sebbagai berikut:
Untuk pekerja industri
Kebutuhan air untuk pekerja industri merupakan kebutuhan air domestik yang
telah disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik. Adapun jumlah kebutuhan
air tersebut adalah 60 liter/pekerja/hari.
Untuk proses industri
Diklasifikasikan pada tabel 6.7.
VI - 56 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6. 15 Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses Industri
Jenis Industri Jenis Proses Industri
Kebutuhan Air
(l/hari)
Mutu Air
Industri rumah tangga
Industri kecil
Belum ada, rekomendasi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan air rumah tangga.
Minuman ringan 1.600 11.200
Industri es 18.000 67.000
Industri sedang
Kecap 12.000 97.000
Minuman ringan 65.000 78.juta Industri besar
Industri pembekuan ikan
dan biota perairan
lainnya
225.000 1,35 juta
Industri tekstil Proses pengolahan
tekstil
400 700
l/kapita/hari
Disesuaikan
dengan proses
industri
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil.
Perkiraan Kasar Kebutuhan Air Industri
Perkiraan kasar kebutuhan air baku untuk industri yang terletak pada suatu
kawasan industri, dapat dipergunakan kebutuhan air perhektranya antara 0,5 2
liter/detik.
Air Irigasi
Besar kebutuhan air irigasi dibagi dalam empat tahap:
Tahap pengerjaan pembibitan
1,0 liter/det/ha =1 x 24 x 60 x 60 m3/hari/km
2
Dengan waktu kegiatan 0,5 bulan dan areal persawahan yang digunakan biasanya
10% dari luas sawah yang ada.
Tahap menabur benih dan mengerjakan sawah
1,2 liter/det/ha =0,12 x 24 x 60 x 60 m
3
/hari/km
2
Dengan waktu kegiatan 1,5 bulan
Tahap pertumbuhan padi sampai menguning
0,8 l/det/ha =0,08 x 24 x 60 x 60 m3/hari/km
2
Dengan waktu kegiatan 2,5 bulan
Tahap menguning sampai dipanen
0,4 liter/det/ha =0,04 x 24 x 60 x 60 m
3
/hari/km
2
Dengan waktu kegiatan 0,5 bulan
VI - 57 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Standar kepadatan penduduk untuk kawasan permukiman diambil dari perhitungan
kepadatan penduduk pada laporan RTRW kota yang bersangkutan. Standar tersebut
ditetapkan berdasarkan tema masing-masing jenis permukiman yang direncanakan di
wilayah tersebut, untuk tiap-tiap Wilayah Pengembangan Kota (WPK), seperti yang
disajikan pada tabel di bawah.
Tabel 6.16. Standar Kepadatan Penduduk Berdasarkan Jenis Permukiman
Kepadatan Penduduk
WPK Tipe Permukiman
Klasifikasi
Standar
(Jiwa/ha)
Aplikasi
(Jiwa/ha)
A Permukiman campuran
Permukiman swadaya
Permukiman Kota Lama
New Town Kr. Harapan
Permukiman tepi sungai
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
50-90
1-50
120-150
50-90
1-50
65
40
125
50
25
B Permukiman swadaya
Permukiman berkebun
Real estate
Permukiman tradisional
Permukiman nelayan
Permukiman industri
Permukiman campuran
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang-tinggi
Sedang
50-90
1-50
1-50
50-90
1-50
90-120
50-90
40
5
10
50
50
90
65
C Permukiman tradisional
Permukiman swadaya
Real estate
Permukiman tepi sungai
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
50-90
1-50
1-50
1-50
50
20
10
25
D New Town Juata
Permukiman industri
Real estate
New Town Kr. Harapan
Permukiman berkebun
Permukiman pegawai
Permukiman swadaya
Sedang
Sedang-tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
50-90
90-120
1-50
50-90
1-50
50-90
50-90
60
90
10
50
5
50
40
E Permukiman campuran Sedang 50-90 65
Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk pada studi ini direncanakan sampai dengan 10 tahun yang akan
datang. Untuk perhitungan proyeksi penduduk digunakan Metode Geometri yang sudah
umum digunakan. Adapun pada metode ini pertumbuhan rata-rata penduduk berkisar
pada persentase r yang konstan setiap tahun. Perhitungan dengan metode ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (Punmia 1987 : 184) :
Pn = Po ( 1+r)n
VI - 58 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
dengan :
Pn = J umlah penduduk yang diperkirakan
Po = J umlah penduduk pada akhir tahun data
r = J umlah pertumbuhan penduduk tiap tahun.
D. ANALISA CAKUPAN PELAYANAN
Cakupan pelayanan ditargetkan dapat melayani 80% dari jumlah penduduk, untuk masa 10
tahun yang akan datang. Dasar dari hal ini mengacu pada arah perkembangan kota dan
pertambahan jumlah penduduk dilihat dari kondisi saat ini dan prediksi yang akan datang.
Target layanan tersebut dapat dipenuhi dari komposisi sambungan rumah dan jumlah
penduduk yang dapat dilayani.
E. ANALISA KEMAMPUAN SUMBER
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar potensi sumber air yang ada
saat ini untuk mencukupi kebutuhan air bersih penduduk pada daerah studi di masa
sekarang dan masa yang akan datang. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan
produksi sumber air antara lain pengelolaan daerah tangkapan air dan konservasi vegetasi
di sekitar sumber.
F. ANALISA HIDROLIKA
Hukum Bernoulli
Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi energi lebih besar
menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran tersebut memiliki tiga macam
energi yang bekerja di dalamnya, yaitu :
1. Energi ketinggian =h, dengan :
h =ketinggian titik tersebut dari garis referensi yang ditinjau (m)
2. Energi kecepatan =
2g
v
2
, dengan :
v =kecepatan (m/det)
g =percepatan gravitasi (m
2
/det)
3. Energi tekanan =
w
P
, dengan :
P =tekanan (kg/m
2
)
w
=berat jenis air (kg/m
3
)
VI - 59 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada sebuah
penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan dan energi ketinggian
yang dapat ditulis sebagai berikut :
E
Tot
= Energi ketinggian +Energi kecepatan +Energi tekanan
= h +
2g
v
2
+
w
P
Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada energi yang
lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka energi totalnya tetap
konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Gambar 6.11. Diagram Energi Pada Dua Tempat
Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi berikut (Haestad,
2002 : 267) :
L
2
2
w
2
2
2
1
w
1
1
h
2g
v
P
Z
2g
v
p
Z + + + = + +
dengan :
w
1
p
,
w
2
p
= tinggi tekan di titik 1 dan 2 (m)
2g
v
2
1
,
2g
v
2
2
= tinggi energi di titik 1 dan 2 (m)
P
1
, P
2
= tekanan di titik 1 dan 2 (kg/m
2
)
w
= berat jenis air (kg/m
3
)
v
1
, v
2
= kecepatan aliran di titik 1 dan 2 (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det
2
)
Z
1
, Z
2
= tinggi elevasi di titik 1 dan 2 dari garis yang ditinjau (m)
h
L
= kehilangan tinggi tekan dalam pipa (m)
VI - 60 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Pada gambar di atas, terlihat garis yang menunjukkan besarnya tinggi tekan air pada titik
tinjauan yang dinamakan garis gradien hidrolis atau garis kemiringan hidrolis. J arak
vertikal antara pipa dengan gradien hidrolis menunjukkan tekanan yang terjadi dalam
pipa. Perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan kehilangan energi yang terjadi
sepanjang penampang 1 dan 2.
Hukum Kontinuitas
Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A m
2
dan kecepatan
V m/det selalu memiliki debit yang sama pada setiap penampangnya. Hal tersebut
dikenal sebagai hukum kontinuitas yang dituliskan :
Q
1
=Q
2
A
1
.V
1
=A
2
.V
2
Dengan :
Q
1
=debit pada potongan 1 (m
3
/det)
Q
2
=debit pada potongan 2 (m
3
/det)
A
1
=luas penampang pada potongan 1 (m
2
)
A
2
=luas penampang pada potongan 2 (m
2
)
V
1
=kecepatan pada potongan 2 (m/det)
V
2
=kecepatan pada potongan 2 (m/det)
Gambar 6.12. Aliran Dalam Pipa
Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan penampang yang
sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 sama dengan kecepatan aliran di
potongan 2-2. Pada gambar (b), potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih
besar dari potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil
VI - 61 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan pada gambar (c),
potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih kecil dari potongan 2-2 sehingga
kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aliran di
potongan 2-2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu
berbanding terbalik dengan luasan penampang.
Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana debit yang masuk
pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa. Hal tersebut diilustrasikan sebagai
berikut :
Gambar 6.13. Aliran Bercabang
Dimana :
Q
1
=Q
2
+Q
3
A
1
.V
1
=(A
2
.V
2
) +(A
3
.V
3
)
Dengan :
Q
1
, Q
2
,
Q
3
=Debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3 (m
3
/det)
V1, V2, V3 =Kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/det)
Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)
Kehilangan tinggi tekan dalam pipa dapat dibedakan menjadi kehilangan tinggi tekan
mayor (major losses) dan kehilangan tinggi tekan minor (minor losses). Dalam
merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih, aliran dalam pipa harus berada pada
kondisi aliran turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen atau tidak,
dapat dihitung dengan identifikasi bilangan Reynold menggunakan persamaan berikut :
2
2
Q
2
V
2
3
3
Q
3
V
3
Q
1
1
1
V
1
VI - 62 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
vD
Re =
dengan :
Re = bilangan Reynold
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/det)
D = diameter pipa (m)
= kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m
2
/det)
Tabel 6.17. Kekentalan Kinematik Air
Suhu
(
o
C)
Kekentalan Kinematik
(m
2
/det)
Suhu
(
o
C)
Kekentalan Kinematik
(m
2
/det)
0
5
10
15
20
25
30
1.785 . 10
-6
1.519 . 10
-6
1.306 . 10
-6
1.139 . 10
-6
1.003 . 10
-6
1.893 . 10
-6
1.800 . 10
-6
40
50
60
70
80
90
100
1.658 . 10
-6
1.553 . 10
-6
1.474 . 10
-6
1.413 . 10
-6
1.364 . 10
-6
1.326 . 10
-6
1.294 . 10
-6
Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa dapat diketahui
dengan kriteria sebagai berikut :
Re <2000 aliran bersifat laminer
Re =2000 4000 aliran bersifat transisi
Re >4000 aliran bersifat turbulen
Kehilangan Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)
Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan kinematik. Tegangan geser
tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama pengaliran. Tegangan
geser yang terjadi pada dinding pipa merupakan penyebab utama menurunnya garis
energi pada suatu aliran (major losses) selain bergantung juga pada jenis pipa.
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan
mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White
dan Swamme-J ain.
Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad, 2001 : 278) yaitu :
Q =0.85 . C
hw
. A . R
0.63
. S
0.64
VI - 63 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
V=0.85 . C
hw
. R
0.63
. S
0.64
dengan :
Q = debit aliran pada pipa (m
3
/det)
V = kecepatan pada pipa (m/det)
0.85 = konstanta
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
A = Luas penampang aliran (m
2
)
R = J ari-jari hidrolis (m)
=
D
D 4 1
P
A
2
=
R =
4
D
S = kemiringan garis energi (m/m)
=
L
hf
Untuk Q =
A
V
, didapat persamaan kehilangan tinggi tekan mayor menurut Hazen-
Williams sebesar (Webber, 1971 : 121) :
hf =k.Q
1.85
dimana :
k =
4.87 1.85
hw
D C
L 10.7
dengan :
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m
3
/det)
D = Diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
C
hw
= koefisien kekasaran Hazen-Williams
VI - 64 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.18. Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
No Jenis Pipa
Nilai Koefisien
Hazen-Wlliams (C
hw
)
1 PVC 140-150
2 Pipa asbes 120-150
3 Batu berlapis semen 100-140
4 Pipa besi digalvanis 100-120
5 Cast Iron 90-125
Sumber : Buku Utama Sistem Jaringan Pipa, 1987
Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Losses)
Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan pada suatu aliran
adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan tinggi tekan minor ini disebabkan oleh
adanya perubahan mendadak dari ukuran penampang pipa yang menyebabkan
turbulensi, belokan-belokan, adanya katub dan berbagai jenis sambungan. Kehilangan
tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan kecepatan aliran di dalam pipa
dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi pusaran arus yang ditimbulkan oleh
pemisahan aliran dari bidang batas pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan
tinggi tekan minor ini tidak boleh diabaikan karena nilainya cukup berpengaruh. Namun
untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D >>1000, kehilangan tinggi tekan minor ini dapat
diabaikan. Persamaan umum untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan minor
ini dapat ditulis sebagai berikut :
2g
v
k h
2
Lm
=
dengan :
h
Lm
= kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det
2
)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan
maupun umur sambungan tersebut.
VI - 65 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Tabel 6.19. Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Jenis Perubahan Bentuk Pipa
Jenis Perubahan
Bentuk Pipa
K
Jenis Perubahan
Bentuk Pipa
K
Awal masuk pipa Belokan halus 90
0
bell mouth 0.03 0.05 Radius Belokan/D =4 0.16 - 0.18
Rounded 0.12 0.25 Radius Belokan/D =2 0.19 - 0.25
Shard edge 0.5 Radius Belokan/D =1 0.35 - 0.40
Projecting 0.8
Pengecilan mendadak Belokan tiba-tiba (mitered)
D2/D1 =0.80 0.18 =150 0.05
D2/D1 =0.50 0.37 =300 0.10
D2/D1 =0.20 0.49 =450 0.20
Pengecilan mengerucut =600 0.35
D2/D1 =0.80 0.05 =900 0.80
D2/D1 =0.50 0.07
D2/D1 =0.20 0.08 T (Tee)
Pembesaran mendadak Aliran searah 0.30 - 0.40
D2/D1 =0.80 0.16 Aliran bercabang 0.75 - 1.80
D2/D1 =0.50 0.57 Persilangan
D2/D1 =0.20 0.92 Aliran searah 0.50
Pembesaran mengerucut Aliran bercabang 0.75
D2/D1 =0.80 0.03 45
0
Wye
D2/D1 =0.50 0.08 Aliran searah 0.30
D2/D1 =0.20 0.13 Aliran bercabang 0.50
Sumber : Haestad, 2001 : 292
Gambar 6.14. Pengaruh Bentuk Belokan Pipa Pada Aliran
Elemen-Elemen Pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih. Elemen-
elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katub, pompa, tandon dan tandon dimana
kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. J ika salah satu dari elemen tersebut tidak
VI - 66 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan terhentinya kinerja dan
efisiensi dari sistem tersebut.
PIPA
Jenis Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari sumber air ke
tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk
penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-macam. Dalam
pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa bertekanan karena
lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah dibanding
menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah pipa
yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem
jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :
1. Besi tuang (cast iron)
Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini
biasanya dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap karat.
Panjang biasa dari suatu bagian pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan maksimum
pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat mencapai 100 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
pipa cukup murah
pipa mudah disambung
pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
2. Besi galvanis (galvanized iron)
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Umur pipa
pendek yaitu antara 7 10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas
untuk jaringan pelayanan yang kecil di dalam sistem distribusi.
VI - 67 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Keuntungan dari pipa ini adalah :
harga murah dan banyak tersedia di pasaran
ringan sehingga mudah diangkut
pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
pipa mudah berkarat
3. Plastik (PVC)
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan di
pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa 4 m atau 6 m
dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Umur pipa dapat
mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
harga murah dan banyak tersedia di pasaran
ringan sehingga mudah diangkut
mudah dalam pemasangan dan penyambungan
pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
pipa jenis ini mempunyai koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
mudah bocor dan pecah
4. Baja
Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa
baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6 m garis
tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
tersedia dalam berbagai ukuran panjang
mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
pipa tidak tahan karat
VI - 68 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Sarana Penunjang
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1. Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan pada
pipa antara lain :
mangkok (bell) dan lurus (spingot)
sambungan mekanik
sambungan dorong (push on joint)
sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan saat
pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan yaitu :
Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut perubahan
standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar belokan standar
adalah 11
o
, 22
o
, 45
o
, dan 90
o
. Bahan belokan itu biasanya sama dengan
pipa
Perlengkapan T
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer berbentuk
T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari kombinasi spigot,
socket dan flens
Perlengkapan Y
Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45
o
2. Pintu dan katup
Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang bekerja
pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki fungsi berbeda
yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan
VI - 69 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
agar suatu rangkaian pipa berfungsi dengan baik. Beberapa macam katub
dalam rangkaian jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277) :
Flow Control Valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui katup
dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu komponen tertentu
yang letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran yang terlalu besar
Pressure Reducer Valve (PRV)
Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir katup.
J ika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka PRV akan menutup dan
akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari nilai yang telah
ditetapkan pada katup tersebut
Pressure Sustaining Valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan di
hulu dari nilai yang telah ditetapkan. J ika tekanan di hulu lebih rendah dari
batas minimumnya, maka katu akan menutup
Pressure Breaker Valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga dapat memberikan
tambahan tekanan pada aliran yang berbalik arah (karena tekanan di hilir
lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di hilir lebih rendah dari
tekanan di hulu
Throttle Control Valve (TCV)
Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah
setiap waktu
POMPA
Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan tekanan dalam
suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan pompa, maka tinggi tekanan yang
berkurang dapat dinaikkan kembali sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat
pelayanan yang lebih tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada
aliran, maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit pada
sistem tersebut.
Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada berbagai jenis
variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang harus ditambahkan, maka
semakin kecil debit yang diproduksi dan demikian pula sebaliknya. Operasional pompa
VI - 70 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih juga menggunakan pronsip tersebut
dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit yang dibutuhkan sehingga
operasional pompa mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada pemasangan secara
paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa yang ujung-ujungnya disatukan. Debit
yang dihasilkan pada pompa paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya
sama dengan satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang
satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini, debit yang
dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun tinggi tekannya menjadi dua kali
lipat.
Gambar 6.15. Kurva Sistem Operasi Pompa
Gambar 6.16. Kurva Operasional Pompa Pada Pemasangan Seri dan Paralel
VI - 71 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
TANDON
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih yang memiliki
fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk digunakan pada kondisi tertentu.
Pengisian tampungan tandon dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai
puncak atau dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih adalah:
mata air
air tanah dalam
air permukaan danau atau waduk
air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah tandon adalah :
Aspek kuantitas dan kontinuitas
Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu untuk melayani
areal pelayanan yang direncanakan dan mampu beroperasi sesuai rencana
pengembangan seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih setiap tahunnya
Aspek kualitas air
Mata air yang digunakan untuk mengisi tandon sebagai air baku harus memenuhi
standar kualitas air baku golongan A atau minimal golongan B
G. ANALISA GEOLOGI TEKNIK DAN UJI LABORATORIUM
a. Membuat analisa laboratorium terhadap sampel sample tanah yang ada di
Laboratorium resmi yang terakreditasi
b. Membuat analisa terhadap data data geoteknik / geologi yang ada untuk menunjang
kegiatan ini.
c. Analisa teknik dan penyusunan laporan
d. Evaluasi data untuk keperluan pondasi dan galian
Pekerjaan mekanika tanah ini dimaksudkan untuk mengadakan penyelidikan sifat-sifat
mekanika tanah untuk mengetahui kondisi tanah pada rencana saluran, bangunan-
bangunan diperlukan. Hasil dari pekerjaan ini harus dapat memberikan penjelasan yang
cukup mengenai:
1. Daya dukung pondasi, kestabilan lereng rencana tanggul, serta perhitungan penurunan
tanah (settlement).
2. Dimensi tanggul, saluran serta rencana pondasi bangunan air.
VI - 72 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
3. Saran-saran mengenai sistim yang dipakai dengan perhitungan-perhitungannya seperti
penentuan macam pondasi dan lain-lain.
4. Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Persyaratan Teknis:
Menyusun spesifikasi teknis yang diperlukan sebagai pedoman dalam tata laksana
pelaksanaan pembangunan agar prosedur dan hasil dari pelaksanaan tidak
menyimpang dari ketentuan yang disyaratakan dalam perencanaan.
Menyusun pedoman dan persyaratan yang diperlukan untuk menyeleng-garakan
pemeriksaan kualitas (quality control) maupun uji kelulusan (acceptance test) terhadap
hasil pelaksanaan pekerjaan fisik bangunan.
Penyelidikan di Laboratorium
Semua penyelidikan di laboratorium dilakukan menurut prosedur ASTM dengan berbagai
modifikasi yang disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah tidak terganggu yang diambil dari pemboran
meliputi:
Kadar air tanah: D 2216-71
Berat jenis tanah (specific gravity): D 854-72
Berat volume tanah (volume unit weight): D 2937
Atterberg limits: D 423-66; D 424-74; D 427-74
Gradasi butiran (grain size): D 421-72 ; D 422-72
Permeabilitas: D2434-74
Penyelidikan sifat mekanis tanah:
Konsolidasi: D 2435-70
Pengujian kompresi tiga sumbu (triaxial compression test) dengan jenis CU test :
D 2850-70
Kuat tekan bebas (unconfined compression test): D 2166-72
Contoh tanah terganggu (disturbed sample)
Penyelidikan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lubang uji meliputi:
Penyelidikan sifat fisik tanah:
Berat jenis tanah: D 854-72
Atterberg limits : D 423-66 ; D 424-74 ; D 427-74
VI - 73 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Dalam hubungannya dengan perencanaan saluran drainase perlu dilakukan uji
konduktivitas hidraulis untuk mendapatkan koefisien permeabilitas (konduktivitas
hidraulik)
Penyelidikan sifat mekanis tanah dalam hubungannya dengan perencanaan
tanggul:
Percobaan pemadatan (compaction test): D 698-70
Uji konsolidasi (consolidation test): D 2435-70
Uji gaya geser langsung (direct shear test): D 3080-79
H. ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN
Metode evaluasi dampak adalah dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk
memperkirakan besarnya dan pentingnya dampak. Besarnya dampak diperkirakan dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan metode analisa data. Besarnya dampak dapat
dihitung dengan melihat selisih keadaan parameter lingkungan yang akan datang tanpa
proyek dan dengan proyek
Evaluasi dampak yang diperkirakan akan terjadi dapat dilaksanakan secara holistik.
Pedoman mengenai ukuran dampak penting yang ditentukan oleh beberapa kriteria :
1. J umlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
6. Sifat kumulatif dampak
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Untuk melaksanakan indentifikasi dampak seluruh komponen lingkungan, pertama kali
dipergunakan metode bagan alir (flow chart), baru kemudian di cek dengan metode matrik
Menyusun daftar dampak yang mungkin akan timbul terhadap komponen lingkungan dari
suatu rencana kegiatan
Sesudah daftar dampak dibuat kemudian diurut dampak yang disebabkan atau oleh
sumber aktifitasnya, baru kemudian ditentukan komponen yang terkena dampak
Kajian UKL dan UPL dalam pekerjaan ini adalah kegiatan yang tidak menimbulkan dampak
besar dan penting dari rencana kegiatan Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan
VI - 74 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
di Kabupaten Karawang (Paket 14) Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan
lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas yaitu :
1. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak
negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif, tata letak (tata ruang mikro)
lokasi dan rancang bangun proyek
2. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalsasi,
atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul disaat kegiatan Detail Desain
Prasarana Air Baku Pedesaan di Kabupaten Karawang (Paket 14) beroperasi
maupun hingga saat kegiatan tersebut berakhir
3. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga
dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada pemrakarsa
maupun pilak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut
4. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi
lingkungan (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) dari kegiatan Detail
Desain Prasarana Air Baku Pedesaan di Kabupaten Karawang (Paket 14).
Kajian UPL atau Upaya Pemantauan Lingkungan pada Detail Desain Prasarana Air
Baku Pedesaan di Kabupaten Karawang (Paket 14) yang merupakan kegiatan
berorientasi pada data sistematis, berulang dan terencana
UPL merupakan upaya untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai
tingkatan, mulai dari tingkat Proyek Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan di
Kabupaten Karawang (Paket 14) sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional
disekitarnya tergantung pada skala keacuhan terhadap masalah yang dihadapi.
Dalam penyusunan UPL Proyek Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan di
Kabupaten Karawang (Paket 14) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang mengalami
perubahan mendasar, atau terkena dampak besar dan penting. Dengan demikian tidak
seluruh komponen lingkungan hidup yang akan dipantau.
Aspek-aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak besar dan penting yang
dinyatakan dalam AMDAL, dan sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang
dirumuskan dalam dokumen UPL.
Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau terhadap
komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak. Dengan memantau kedua
VI - 75 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan
hidup yang dijalankan.
Pemantauan lingkungan hidup akan layak secara ekonomi, walau aspek-aspek yang
akan dipantau telah dibatasi pada hal-hal yang akan dipantau telah dibatasi pada hal-hal
yang penting saja, namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu diperhatikan
mengingat kegiatan pemantauan senantiasa berlangsung sepanjang usia kegiatan
proyek Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan di Kabupaten Karawang
(Paket 14).
Berikut ini adalah out line penulisan Laporan Lingkungan sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 86 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.
6.2.5. TAHAP DETAIL DESAIN
A. PENYUSUNAN Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan di Kabupaten
Karawang (Paket 14).
B. PENYUSUNAN PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN DAN DETAIL DESAIN
Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air
Pipa Dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan pada suatu titik
agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas. J ika pompa digunakan ntuk
menaikkan air dari suatu tandon A ke tandon B, maka akan dibutuhkan suatu daya
pompa untuk mengalirkannya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
VI - 76 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.17. Skema Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Bantuan Pompa
Dengan melihat gambar di atas, maka tinggi garis gradien hidraulik di titik B
(tekanan di B) adalah :
HB = ZA +HP ZB +HL
dengan :
HB = tekanan di titik B
ZA = tinggi elevasi titik A garis yang ditinjau (m)
ZB = tinggi elevasi titik B garis yang ditinjau (m)
HP = tinggi tekan pompa (m)
HL = kehilangan tinggi tekan (m)
Sistem Perpipaan
Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi menjadi dua yaitu
hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan dua sistem pemipaan ini
bergantung pada kondisi lapangan dan melihat tingkat kebutuhan airnya.
Pipa Hubungan Seri
Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa berdiameter sama atau
berbeda dalam kondisi tersambung, maka pipa-pipa tersebut terpasang dalam
hubungan seri. Pada pipa hubungan seri, debit aliran di semua titik adalah sama
sedangkan kehilangan tekanan di semua titik berbeda. Hal tersebut ditunjukkan
pada gambar di bawah ini :
VI - 77 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.18. Pipa Dalam Hubungan Seri
dengan :
Q1 =Q2 =Q3 =debit pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
3 2 1 tot
hf hf hf hf + + =
=
=
n
1 i
hf
dengan :
hf
tot
=total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)
hf
1
=hf
2
=hf
3
=kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)
Sehingga persamaan Bernoulli menjadi :
tot
2
2
2
2
1
2
1
1
hf
p
2g
v
Z
p
2g
v
Z + + + = + +
Pipa Hubungan Pararel
Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-ujungnya
dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa tersebut terpasang
dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan paralel, debit total merupakan
penjumlahan debit aliran di tiap pipa, sedangkan kehilangan tekanan pada tiap pipa
sama. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
VI - 78 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Gambar 6.19. Pipa Dalam Hubungan Paralel
3 2 1
hf hf hf = =
dengan :
hf
1
=hf
2
=hf
3
=kehilangan tekanan pada tiap pipa (m
3
/det)
Sedangkan,
3 2 1 tot
Q Q Q Q + + =
=
=
n
1 i
Q
dengan :
Q
tot
=total debit pada pipa terpasang paralel (m
3
/det)
Q
1
=Q
2
=Q
3
=debit pada tiap pipa (m
3
/det)
Metode Perhitungan Aliran Dalam Pipa
Pada jaringan pipa, ada dua persamaan yang harus dipenuhi yaitu persamaan
kontinuitas massa dan persamaan energi. Kedua persamaan tersebut berlaku untuk
setiap pipa dalam suatu sistem jaringan yang harus diselesaikan secara bersama-
sama. Untuk menyelesaikan perhitungan analisis sistem jaringan pipa, didasarkan
pada dua kondisi dasar yang harus dipenuhi seperti dijelaskan berikut ini (Webber,
1971) :
1. Hukum kontinuitas, yaitu dalam tiap-tiap titik simpul aliran yang masuk harus sama
dengan aliran yang keluar (Triatmojo, 1996 : 92)
VI - 79 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
= 0 Qi
Dengan :
Qi =debit yang masuk atau keluar dari titik simpul
2. Untuk kontinuitas tekanan, jumlah kehilangan tekanan di dalam sistem jaringan
tertutup harus sama dengan nol
= 0 hf
Untuk menggunakan kedua persamaan di atas, Hardy Cross (1936) menawarkan dua
metode yaitu metode jaringan tertutup (loop method) dan metode titik simpul (junction
method)
Metode Jaringan Tertutup (Loop Method)
Dalam metode jaringan tertutup ini digunakan prinsip keseimbangan tinggi tekan
(head balance) dengan menganggap bahwa aliran masuk dan keluar dari jaringan
harus diketahui menentukan aliran dalam setiap komponen pipa. J ika tekanan pada
sistem juga diperlukan, maka tinggi tekan pada satu titik dalam jaringan harus
diketahui awalnya. Gambar di bawah menunjukkan suatu sistem jaringan kecil
dimana bila semua persyaratan standar telah terpenuhi, maka kehilangan tinggi
tekan di pipa 1 dan 2 sama dengan kehilangan tinggi tekan di pipa 3 dan 4
sehingga dikatakan jaringan tersebut telah seimbang (hf = 0). Dengan
perumpamaan arah jarum jam, kehilangan tinggi tekan dikatakan positif bila searah
jarum jam dan sebaliknya.
Gambar 6.20. Skema Jaringan Menggunakan Metode Jaringan Tertutup
50 lt/det
30 lt/det
20 lt/det
J -1 J -2
J -3 J -4
J -5
J -6
P-1
P-7
P-6 P-2
P-5
P-3
P-4
VI - 80 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Konsep yang dikemukakan oleh Hardy Cross adalah menggunakan prinsip
kontinuitas, bahwa debit masuk sama dengan debit keluar dalam suatu sistem
jaringan yang kemudian akan digunakan dalam menentukan aliran dalam setiap
komponen pipa.
Gambar 6.21. Ilustrasi Persamaan Kontinuitas Dengan Metode Jaringan
Tertutup
Metode Titik Simpul (Junction Method)
Dalam metode titik simpul digunakan prinsip keseimbangan debit (quantity balance)
yaitu dengan lebih mempertimbangkan besarnya debit aliran pada suatu titik simpil
sebagai variabel yang tidak diketahui daripada mempertimbangkan besarnya debit
aliran pada pipa yang dipakai dalam metode jaringan tertutup. Langkah modifikasi
dari R.J Cornish ini dapat digunakan bila tinggi tekan pada tiap titik masuk (junction)
diketahui dan digunakan untuk menentukan tinggi tekan dan aliran di sepanjang
jaringan.
Gambar 6.22. Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul
50 lt/det
20 lt/det
30 lt/det
30 lt/det
20 lt/det
20 lt/det
5 lt/det
25 lt/det
25 lt/det
5 lt/det
Pipa m
Pipa n
J K
Pipa i
hf J
hf
Q
e
Q
in
Q
out
=Q
e
VI - 81 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Simulasi Aliran Pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
Dalam pendistribusian air, terjadi aliran di dalam sistem jaringan distribusi air bersih.
Terdapat dua kondisi pada saat pengaliran, yakni kondisi permanen dan kondisi tidak
permanen. Penentuan jenis kondisi aliran tersebut amat bergantung pada pola
konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam perharinya.
Analisis Kondisi Permanen
Analisis kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan, dan kapasitas dari
komponen sistem jaringan tersebut pada corak permintaan tunggal. Simulasi ini
dilakukan pada saat kondisi kritis seperti pada kebutuhan harian maksimum,
kebutuhan puncak dan pengisisan tampungan tandon. Dengan demikian dapat
memberikan suatu informasi dari kondisi jaringan pada suatu waktu yang
diiinginkan.
Analisis Kondisi Tidak Permanen
Analisis pada kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan dan kapasitas
dari komponen sistem jaringan tersebut sepanjang waktu pada suatu corak
permintaan yang berubah-ubah. Dalam simulasi kondisi tidak permanen ini,
beberapa parameter yang digunakan adalah karakteristik tandon, kontrol operasi
pompa, durasi dan nilai tahapan waktu, rasio waktu serta faktor beban (loading
factor).
Analisis Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Software Komputer
Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan suatu perencanaan yang rumit.
Penyebab utama rumitnya analisis dikarenakan banyaknya jumlah proses trial and
error yang harus dilakukan pada seluruh komponen yang ada pada sistem jaringan
distribusi air bersih jaringan tersebut.
Pada saat ini program-program komputer sudah di bidang perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih sudah demikian berkembang dan maju sehingga
kerumitan dalam perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih dapat diatasi
dengan menggunakan program tersebut. Proses trial and error dapat dilakukan dalam
waktu singkat dengan tingkat kesalahan yang relatif kecil karena programlah yang
akan menganalisisnya.
VI - 82 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan
distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet 1.1, Epanet
2.0, WRMM dan WaterCAD.
C. PENGGAMBARAN DESAIN
Dalam Pelaksanaan kegiatan kita melakukan penggambaran Detail Desain
Prasarana Air Baku Pedesaan di Kabupaten Karawang (Paket 14).
D. PERHITUNGAN BOQ DAN RAB
Volume Pekerjaan (BOQ)
Daftar volume pekejaan dirinci untuk seluruh usulan pekerjan. Kemudin dilihat daftar
rekapitulasi pada masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume galian dan
timbunan, volume pasangan batu dan beton dan sebagainya.
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Perhitungan Harga Satuan Dasar terdiri dari :
Bahan (Harga satuan bahan dasar & Harga satuan bahan olahan)
Peralatan (Masukan, proses dan keluaran)
Tenaga Kerja (Hari orang standar, jam orang standar)
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan:
Bahan menyangkut :
Faktor kembang susut dan kehilangan.
Kuantitas
Harga Satuan Dasar Bahan
Peralatan menyangkut :
J enis & kapasitas
Faktor efisiensi produksi
Waktu siklus kerja (cycle time)
Hasil produksi / satuan waktu
Kuantitas jam kerja
Harga satuan dasar alat.
Tenaga kerja meliputi:
J umlah dan kualifikasi
VI - 83 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Kuantitas jam kerja
Harga satuan tenaga keja
Biaya umum dan keuntungan
Estimasi Biaya metiputi :
Harga satuan setiap mata pembayaran
Volume pekerjaan
Harga pekerjaan pada setiap mata pembayaran
Harga total seluruh mata pembayaran & PPN
Perkiraan (Estimasi) Biaya Proyek (EE dan CE).
E. EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI
Analisa kelayakan ekonomi dimaksudkan untuk memperbaiki pemilihan investasi.
Perhitungan percobaan sebelum melaksanakan proyek untuk menentukan hasil dari
berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang dapat diharapkan
dari masing-masing alternatif tersebut. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas.
Salah-satu aspek dari analisis ini adalah layak atau tidaknya pembangunan dilaksanakan
menurut perhitungan ekonomis. Kelayakan ekonomi proyek dimaksudkan untuk menilai
apakah suatu proyek layak terhadap investasi yang ditanam untuk konstruksi, eksploitasi
dan pemeliharaan proyek.
Perhitungan dari analisis proyek adalah besarnya tambahan (manfaat) yang dihasilkan
dari pelaksanaan suatu proyek. Tambahan biaya (cost) dan manfaat (benefit) disini
berbeda antara kondisi apabila proyek tersebut dilaksanakan dengan kondisi apabila
proyek tidak jadi dilaksanakan. Perbedaan kondisi inilah yang disebut kondisi tanpa
proyek dengan kondisi adanya proyek.
Parameter-parameter kelayakan ekonomi yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah
sebagai berikut.
Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara present value benefit dan present value dari biaya,
yang dinyatakan dengan rumus :
VI - 84 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
( )
( )
=
+
=
n
i t
t
t t
i 1
C B
NPV
Dimana :
t = umur proyek
i = tingkat bunga
Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t
Ct = cost ratio (biaya) pada tahun t
Bila nilai NPV >0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan memberikan
manfaat. NPV =0, berarti proyek tersebut mengembalikan keuntungan sebesar biaya
(cost) yang dilakukan, sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak akan
memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV proyek sama dengan nol. NPV
dapat dinyatakan dengan persamaan :
( )
( )
0
IRR 1
C B
NPV
n
i t
t
t t
=
+
=
=
Bila nilai IRR >social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila
IRR <social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit cost ratio adalah perbandingan antara keuntungan dan biaya yang sudah
disesuaikan dengan nilai sekarang (present value). B/C ratio dinyatakan dengan
persamaan:
( )
( )
=
=
+
+
=
n
i t
t
t
n
i t
t
t
i 1
C
i 1
B
B/C
Payback Periode
Lama waktu yang dibutuhkan (n) sehingga total akumulasi NPV Benefit sama dengan
akumulasi NPV Cost. Payback periode (n) dinyatakan dengan :
VI - 85 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
( ) ( )
= =
+
=
+
n
i t
t
t
n
i t
t
t
IRR 1
C
IRR 1
B
Proyek dikatakan layak apabila:
B/C >1, NPV >0, dan EIRR >suku bunga bank.
Dalam kasus ini proyek dikatakan layak jika memenuhi Payback periode <=25
tahun(masa pengembalian pinjaman).
6.2.6. TAHAP LAPORAN
J enis pelaporan yang diminta oleh pihak proyek dapat dilihat pada tabel berikut :
Rencana Mutu Kontrak (RMK)
RMK berisi uraian prosedur pelaksanaan pekerjaan yang penyusunannya mengacu pada
standar pembuatan RMK dari Direktur J enderal Sumber Daya Air serta harus
dikonsultasikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen. RMK harus diserahkan selambat-
lambatnya 2 minggu setelah tanggal penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya berisi :
Analisis atas data yang telah dikumpulkan dan analisis hasil survey pendahuluan
Uraian rencana kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan
J adwal mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung
J adwal mobilisasi peralatan
J adwal pelaksanaan pekerjaan
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
Laporan pendahuluan harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk didiskusikan dengan
Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
Laporan Bulanan
Laporan Bulanan sekurang-kurangnya berisi :
Laporan kemajuan pekerjaan
VI - 86 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Rencana kegiatan bulan berikutnya
Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya
Notulen rapat dan hal-hal penting lainnya
Laporan bulanan harus dilampiri dengan jadwal pelaksanaan sesuai progress yang telah
dicapai dan harus diserahkan selambat-lambatnya setiap tanggal 2 bulan berikutnya.
Laporan Antara
Laporan Antara/Interim memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, yang berisi
antara lain :
Laporan kemajuan pekerjaan
Data-data yang telah dikumpulkan
Kriteria dan metode yang akan digunakan dalam penyusunan detail desain
Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya
Kesimpulan sementara hasil pelaksanaan pekerjaan
Notulen rapat dan hal-hal penting lainnya
Laporan Pengukuran dan Deskripsi BM/CP
Laporan Pengukuran sekurang-kurangnya berisi :
Peralatan yang digunakan
Data ukur
Buku Deskripsi BM/CP
Gambar-gambar berupa : peta situasi, peta situasi detail, profil memanjang dan
melintang
NSPM yang dipakai
Laporan Hidrologi
Laporan Hidrologi sekurang-kurangnya berisi :
Data curah hujan dari hasil pengamatan/catatan, minimum 10 tahun terakhir.
Data debit sumber air
Analisis hidrologi
Analisis contoh air
NSPM yang dipakai
VI - 87 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Laporan Analisis Ekonomi
Laporan analisis ekonomi sekurang-kurangnya berisi :
Data dan analisa sosial ekonomi
Analisis ekonomi dan finansial mencakup jumlah biaya yang diperlukan, variable
ekonomi yang mempengaruhi besarnya biaya konstruksi, metode analisis yang dipakai
serta hasil analisis ekonomi dan finansial
Laporan Geologi Teknik
Laporan geologi teknik sekurang-kurangnya berisi :
Peta geologi permukaan
Analisis geologi teknik
NSPM yang dipakai
Laporan Nota Desain
Laporan nota desain sekurang-kurangnya berisi :
Uraian hasil identifikasi prasarana air baku
Kriteria pemilihan prasarana air baku yang dilakukan detail desainnya
Analisis ketersediaan dan kebutuhan serta neraca air
Perhitungan dimensi, hidrolis dan stabilitas prasarana air baku (bangunan dan jaringan
distribusi)
NSPM yang dipakai
Laporan Manual Operasi dan Pemeliharaan
Buku manual O & P berisikan pedoman tata cara operasi dan pemeliharaan, jumlah
kebutuhan petugas, jumlah dan jenis peralatan/fasilitas yang harus disediakan.
Spesifikasi Teknik
Laporan spesifikasi teknik sekurang-kurangnya berisi :
Uraian jenis-jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan
J enis dan persyaratan bahan-bahan
J enis dan persyaratan peralatan kerja
Tata cara pelaksanaan pekerjaan
Tata cara pengujian bahan-bahan dan hasil pekerjaan
Tata cara pengawasan dan pengendalian pekerjaan
NSPM yang dipakai
VI - 88 DETAIL DESAIN PRASARANA AIR BAKU PEDESAAN DI KABUPATEN KARAWANG
Bill of Quantity (BOQ)
Laporan ini sekurang-kurangnya berisi :
Rincian perhitungan volume pekerjaan
Sketsa/gambar dari tiap bangunan/pekerjaan yang dihitung volumenya
Rekapitulasi volume pekerjaan
Rencana Anggaran Biaya
Laporan ini sekurang-kurangnya berisi :
Rekapitulasi kuantitas dan harga
Daftar kuantitas dan harga
Daftar harga satuan upah, bahan dan peralatan
Analisa harga satuan bahan
Analisa harga satuan pekerjaan
Daftar harga satuan pekerjaan
NSPM yang dipakai
RAB disusun berdasarkan volume/kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam BOQ,
sedangkan harga satuan upah, bahan dan eralatan digunakan harga yang berlaku
disekitar lokasi pekerjaan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh konsultan.
Bahan-bahan yang harus disebutkan lokasi sumber pengambilannya (quarry) serta harus
diperhitungkan ongkos angkut dari quarru ke lokasi pekerjaan.
Dalam penyusunan RAB harus sudah diperhitungkan PPN 10% dan keuntungan
Kontraktor.
Laporan Akhir
Laporan akhir memuat rangkuman dan kesimpulan penting dari seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan dan dilengkapi foto dokumentasi untuk tahap-tahap tertentu dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Laporan akhir harus dibuat konsep terlebih dahulu untuk didiskusikan dengan Pejabat
Pembuat Komitmen dan pihak terkait lainnya.
Ringkasan Laporan
Ringkasan laporan berisikan uraian dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
Konsultan yang disajikan secara tepat.