Você está na página 1de 11

Laporan Kelompok Praktikum Farmakologi Blok 29 JL.Terusan Arjuna No.

6 Fakultas Kedokteran Ukrida Jakarta 2012

________________________________________________________________

Anggota Kelompok: Sarah Regina Christy (10.2009.230) Andersen(101009234) Febryn Prsiliya Paliyama (102009242) Hana Karmila (102009243) Rozma Connica Bertha Ompusunggu (102009251) Ivan Dwi Pramudita Sunardi (102009261) Martha Puspitasari(102009262) Mira Dewi Prawira (102009265)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Dalam blok kegawadaruratan, bagian farmakologi ikut menyumbang obat obat yang digunakan pada ICU, anestesi umum, local. Untuk melengkapi dan lebih memahami efek obat anestesi umum, maka kali ini mahasiswa akan melihat demonstrasi efek anestesi umum yang akan dilakukan pada anjing, karena tentunya praktikum ini tidak mungkin dilakukan pada orang percobaan. Diharapkan pada mahasiswa memperhatikan dengan seksama demonstrasi efek obat anestesi umum yang dilakukan pada anjing ini, terutama terjadinya stadium anestesi umum I, II, III. Tentunya stadium IV tidak boleh dilakukan karena anjing akan masuk dalam stadium paralysis pernafasan dan menimbulkan kematian. Disamping itu mahasiswa juga harus mengetahui gunanya pemberian medikasi preanestesi dan pemberian obat yang dapat membantu induksi stadium anestesi. Perhatikanlah dengan baik baik karena apa yang terjadi pada praktikum ini akan tampak pada orang yang diberi anestesi umum untuk tujuan pembedahan. Dalam praktikum ini juga mahasiswa melakukan sendiri penentuan perbandingan kekuatan obat anestesi umum, serta cara menghitung secara statistic yang akan membuktikan apakah perbedaan efek dari hasil observasi di atas akan berbeda secara signifikan atau tidak

1.2 Praktikum pemberian anestesi umum

a. Sasaran belajar 1. Memperlihatkan salah satu cara pemberian anestesi umum, yaitu secara semi open 2. Memperlihatkan stadium anestesi umum I, II, dan III plana 1,2,3

3. Memperlihatkan perbedaan pemberian anestesi umum dengan atau tanpa medikasi preanestesi sebelumnya 4. Memperlihatkan pemberian anestesi umum dengan atau tanpa induksi dengan thiopental

b. Persiapan Hewan coba Alat Obat : 2 ekor anjing : sungkup eter, serbet, kapas, penggaris : larutan eter tehnis Atropin 0.5 mg/ml Morfin 10 mg/ml Tiopental Dosis obat : Eter secukupnya Atropin 1 mg/anjing IM Morfin 1mg/kgBB IM Tiopental 20 mg/kg BB IM

c. Tatalaksana 1. Percobaan anestesi umum tanpa medikasi preanstesi dan induksi Sebelum percobaan dimulai, anjing yang akan diberi anestesi umum, diperiksa dulu, refleksnya dengan cara menarik kakinya, rasa nyeri dengan menarik telingannya, juga ukur lebar pupil matanya, frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas serta jenis pernapasannya Baringkan anjing tadi diatas meja laboratorium, lalu pasanglah sungkup eter yang telah
3

dibalut dengan kain lap dan diberi lapisan kapas di dalam dan dasar sungkup. Berikanlah eter tetes demi tetes, yang pada permulaan agak cepet, agar anjing dapat menghirup uap eter dan segera masuk dalam stadium anestesi Perhatikanlah anjing yang tidak diberi medikasi preanestesi dan induksi ini, akan lama masuk dalam stadium berikutnya, jadi anjing akan meronta ronta, melolong, dan banyak sekresi liurnya karena iritasi eter yang diberikan. Selanjutnya perhatikan baik baik stadium yang terjadi I, II, dan III, dengan mengamati diameter pupil, frekuensi napas, jenis pernapasan, frekuensi denyut jantung, gerak bola maa dan tonus otot. Observasi dilanjutkan selama masa pemulihan ( recovery ) 2. Percobaan anestesi umum tanpa medikasi preanestesi dan induksi Seperempat jam sebelum praktikum dimulai anjing, disuntik dengan atropine dan morfin sesuai dosis yang disepakati secara IM, sebagai medikasi preanestesi. Jelaskan guna kedua obat medikasi preanestesi yang diberikan ini. Lakukan observasi yang sama pada anjing tadi, kemudian baringkanlah anjing itu di atas meja laboratorium

Saat sebelum penetasan eter pada sungkup, suntikkan larutan thiopental IV pada vena di tungkai anjing, ini akan menginduksi stadium II ( delirium ), sehingga anjing akan segera masuk dalam stadium III, lalu teteskan eter seperti di atas. Lakukan observasi yang sama dengan di atas dan perbedaan yang tampak pada anjing yang diberi dan tanpa medikasi premedikasi atau induksi

1.3 Penentuan perbandingan kekuatan obat anestesi umum a. Alat dan bahan Alat : Gelas kimia 600 ml

Plastik untuk menutup gelas Karet gelang


4

Semprit tuberculin ( 1 ml ) sekali paka

Bahan

: Eter 500ml Kloroform 500ml

Hewan coba

: 2 ekor mencrit setiap rombongan mahasiswa

1.4 Tatalaksana Untuk tiap rombongan mahasiswa disediakan dua gelas beaker ukuran 600 ml. Masukkan seekor mencit ke dalam tiap gelas beaker, kemudian gelas beaker tersebut ditutup dengan seember plastic yang telah ditempel kapas. Tindai tiap gelas beaker sesuai dengan anestetik yang akan dipakai. Dengan interval 5 menit, suntikkan 0.2 ml anestetik tersebut di bawah ini, dengan semprit tuberculin menembus plastic di atas sepotong kapas di dalam gelas beaker Pada percobaan ini digunakan 2 macam obat, yaitu : 1. Eter 2. Kloroform Tujuan 1. Mengerti kekuatan efek obat anestesi umum 2. Melakukan perbandingan kekuatan obat anestesi umum 3. Melakukan perhitungan statistic untuk mengetahui apakah perbedaan kekuatan obat signifikan atau tidak 4. Memahami arti suatu perhitungan statistic dalam menilai perbedaan efek dua atau lebih obat sejenis dan manfaat klinis efek

Penutup Dengan melakukan sendiri kegiatan praktikum membandingkan kekuatan 2 jenis anestesi umum serta menghitung sendiri perbedaan tadi secara statistic maka mahasiswa dapat lebih mengerti makna dari Statistically significant yang dapat dijumpai bila membaca hasil penelitian atau jurnal kedokteran. Dan dengan mengamati stadia anestesi umum yang diberikan secara demonstrasi pada anjing, mahasiswa lebih mengerti cara kerja, cara pemberian dan kegunaan obat obat premedikasi anestesi dan mekanisme kerjanya, serta ciri ciri stadia anestesi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dasar Teori 1. Analgetik Narkotik Morfin adalah analgesik narkotik pertama yang digunakan untuk mengurangi cemas dan ketegangan pasien menghadapi pembedahan,mengurangi nyeri, menghindari takipnea pada anestesia dengan trikloretilen, dan membantu agar anestesia berlangsung baik.1 Kini dikenal lebih dari 20 jenis opioid yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Kelompok obat ini juga memilliki sifat anestetik sehingga ia dapat mengurangi KAM,tetapi ia tidak digunakan untuk tujuan anestesia karena untuk ini ternyata dibutuhkan dosis yang menimbulkan efekk SSP lainnya. Dengan teknik anestesia berimbang,dampak buruk morfin,yaitu memperpanjang waktu pemulihan dan depresi kardiovaskular,dapat diatasi,dan mual,muntah,eksitasi, serta nyeri pasca bedah dapat dikurangi. Morfin 8-10mg yang diberikan IM biasanya cukup untuk tujuan diatas,sedangkan dosis 0,001-0,2 mg/kg IV cukup untuk menimbulkan analgesia. Dalam anestesia berimbang dengan N2O diperlukan morfin sampai 3 mg/kg,sedangkan bila digunakan anestetik inhalasi lainnya dianjurkan dosis tidak lebih dari 1-2 mg/kgBB.

2. Antimuskarinik Hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus yang ditimbulkan oleh anestetik inhalasi dapat mengganggu pernapasan selama anestesia. Atropin 0,4-0,6 mg IM mencegah hipersekresi ini 1015 menit setelah penyuntikan. Efek ini berlangsung selama 90 menit. Namun, dosis ini tidak cukup untuk mencegah perubahan kardiovaskular akibat rangsangan parasimpatis,yaitu hipotensi dan bradikardia,yang disebabkan oleh manipulasi sinus karotikus atau pemberian berulang suksinilkolin IV. Untuk keadaan ini diperlukan dosis 1,5-2 mg atau pemberian atropin IV. 3. Eter (dietileter) Eter merupakan cairan tidak berwarna yang mudah menguap,berbau tidak enak, mengiritasi saluran nafas, mudah terbakar,danmudah meledak. 1 Di udara terbuka eter teroksidasi menjadi peroksida danbereaksi dengan alkohol membentuk asetaldehid,maka eter yang sudah terbuka beberapa hari sebaiknya tidak digunakan lagi. Karena sifanya ini eter tidak digunakan lagi di negara maju,tetapi di Indonesia masih dipakasi secara luas karena murah dan relatif tidak toksik dan dapat digunakan dengan peralatan yang sederhana. Eter merupakan anastetik yang sangat kuat. Sifat analgesiknya kuat sekali;dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg% sudah terjadi analgesia tetapi pasien masih sadar. Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasii otot dan hambatan neuromuskkular yang tidak dapat dilawan oleh neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuskular oleh antibiotik seperti neomisin,streptomisin,polimiksin, dan kanamisin. Eter menyebabkan iritasi saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan,eter menimbulkan salivasi,tetapi pada stadium yang lebih dalam,salivasi akan dihambat dan terjadi depresi napas. Eter menekan kontraktilitas otot jantung,tetapi in vivo efek ini dilawan oleh meningkatnya aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau meninggi sedikit. Eter tidak menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Pada anestesia ringan,seperti halnya anestetik lain,eter menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama di daerah muka,pada anestesia yang lebih dalam kulit menjadi lembek,pucat,dingin,dan basah. Terhadap pembuluh darah ginjal,eter menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan produksi urin menurun secara reversibel. Sebaliknya pada pembuluh darah otak,eter menyebabkan vasodilatasi.
7

Eter menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan,tetapi ini dapat pula terjadi pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral atau akibat iritasi lambung oleh eter yang tertelan.Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anestesia. Eter disekresi melalui paru; sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu,dan keringat serta melalui difusi kulit utuh. Penggunaan eter pada sistem semi tertutup dalam kombinasi dengan oksigen atau N2O tidak dianjurkan pada pembedahan dengan tindakan kauterisasi sebab ada bahaya timbulnya ledakan,dan bila api mencapai paru pasien akan mati akibat jaringan yang terbakar atau paru-parunya pecah. 4. Kloform Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri.Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.Pada suhu normal dan tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah terbakar. Hal ini ditemukan pada Juli 1831 oleh dokter Amerika Samuel Guthrie (1782-1848), dan independen beberapa bulan kemudian oleh Prancis Eugne Soubeiran (1797-1859) dan Justus von Liebig (1803-1873) di Jerman. Kloroform yang bernama dan kimia ditandai pada tahun 1834 oleh Jean-Baptiste Dumas (1800-1884).sifat anestesi Its dicatat awal tahun 1847 oleh Marie-Jean-Pierre Flourens (17941867). Kloroform bertindak sebagai anestesi yang relatif kuat mengganggu saluran pernafasan dan menyebabkan system efek saraf pusat, termasuk sakit kepala, mengantuk, dan pusing.Pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan ketidaksadaran bahkan kematian.Kloroform dapat menyebabkan perlukaan pada hari dan gangguan darah.Efek toksik kronisnya adalah kematian karena denyut jantung yang tidak teratur dan hepatotoksik. Hasil Percobaan

Tabel 1. Efek Kloroform terhadap Mencit Dosis Letal: 0.2 ml Waktu: 18 detik 1 menit 2.10 menit 2.30 menit 3.32 menit 4.54 menit 0.2 ml 6.50 menit 8 menit Keterangan: Mencit mulai defekasi spontan Mencit mulai bergerak tak terkontrol (stadium 2) Mencit mulai tak banyak bergerak (stadium 3 plana 1) Mencit mulai tenang (stadium 3 plana 2) Pernafasan abdominal tampak lebih dominan (stadium 3 plana 3) Mata mencit tidak berbinar, pernafasan abdominal (stadium 3 plana 4) Pernafasan abdominal melemah (stadium 4) Mencit mati

Pembahasan: Percobaan ini memiliki tujuan untuk membandingkan kekuatan obat anestetik umum inhalasi, yaitu eter dan kloroform. Hewan coba yang digunakan adalah mencit sebanyak 2 ekor dengan berat badan yang kurang lebih sama (homogen). Mencit dimasukkan ke dalam gelas beaker yang ditutup rapat dengan plastik.Terdapat kapas yang ditempel di plastik sebagai media untuk menyuntikkan cairan eter dan kloroform.Seperti yang diketahui, sifat sifat eter dan klorofom adalah cairan tidak berwana namun berbau tajam, mudah menguap, mudah terbakar, dan meledak. Ketika cairan anestesi disuntikkan ke kapas, cairan itu dengan mudah menguap menjadi gas anestesi di dalam gelas beaker tersebut. Karena tidak ada celah bagi gas untuk keluar, mencit menghirup seluruh gas dan mulailah timbul gejala teranestesi. Sebelum diberi paparan gas, mencit masih tenang normal.Ketika disuntikkan cairan kloroform, mencit yang menghirup gas klorofom dengan cepat pada detik ke-18 mengalami defekasi spontan dan pada menit pertama, mencit bergerak-gerak kian kemari tak terkontrol.Ini bisa dianggap mencit memasuki stadium 2 (eksitasi).Kemudian, pada menit ke-2 hingga menit ke-4, mencit berangsur-angsur masuk stadium lebih dalam dari stadium 2 ke stadium 3.Tanda nyata bahwa mencit memasuki stadium 3 adalah pergerakan ototnya sudah melemah dan jenis pernafasannya lebih dominan abdominal dibanding torakal.Pada menit ke-8, mencit menunjukkan tanda-tanda kematian, seperti tidak ada refleks otot, tidak ada pernafasan spontan, dan tidak ada refleks pupil terhadap cahaya.Kloroform memiliki efek toksik akut dan kronik. Secara akut, kloroform dapat menyebabkan depresi medulla oblongata dengan tanda depress nafas. Secara kronik, kloroform memiliki efek hepatotoksik.Oleh karena itu, sekarang kloroform
9

tidak pernah dipakai sebagai anestesi inhalasi.Baunya yang tajam dapat mengiritasi saluran nafas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus.

Tabel 2. Efek Eter terhadap Mencit Dosis Letal: 0.2 ml 0,2 ml Waktu: 2 menit 6 menit 7 menit 9 menit 0,2 ml 0.2 ml Pembahasan: Sebelum diberi paparan gas eter, mencit masih bergerak normal seperti biasa.2 menit setelah penyuntikan cairan, mencit mulai menunjukkan reaksi anastesi stadium ke-2 yaitu terlihat adanaya gerakan-gerakan tidak terkontrol.Kemudian perlahan-lahan pada menit ke-6 mencit mulai tenang dan tidak banyak bergerak, pernapasannya pun mulai teratur, itu menunjukkan mencit sudah memasuki anastesi stadium 3 plana1 dan 2.Dan pada menit ke-9 mencit masuk kestadium 3 plana 3, dimana pernapasan abdominal lebih dominan dan relaksasi otot rangka sempurna.Pernapasan abdominal mulai melemah pada menit ke-14 (stadium 4).Pada menit ke15, mencit menunjukkan tanda-tanda kematian, seperti tidak ada refleks otot, tidak ada pernafasan spontan, dan tidak ada refleks pupil terhadap cahaya.Eter merupakan anastetik yang sangat kuat.Eter menyebabkan iritasi saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan,eter menimbulkan salivasi,tetapi pada stadium yang lebih dalam,salivasi akan dihambat dan terjadi depresi napas.Efek samping eter meliputi; mual, muntah, iritasi saluran napas, hipersalivasi, dan vasokonstriksi.Kematian dari mencit yang diberi eter kemungkinan disebabkan oleh efek depresi napas karena banyaknya cairan yang disuntikkan. 11 menit 14 menit 15.43 menit Keterangan: Mencit bergerak tak terkontrol (stadium 2) Mencit mulai tak banyak bergerak, pernapasan teratur (stadium 3 plana 1) Mencit mulai tenang, pernapasan teratur (stadium 3 plana 2) Pernafasan abdominal tampak lebih dominan (stadium 3 plana 3) Pernafasan abdominal (stadium 3 plana 4) Pernafasan abdominal melemah (stadium 4) Mencit mati, reflex pupil terhadap cahaya tidak ada

10

Perbandingan Kelompok (tgsnya IVAN ANDERSEN) KESIMPULAN Eter dan kloroform adalah anastesi inhalasi yang digunakan pada percobaan ini. Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dosis lethal yang dibutuhkan oleh kloroform jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan eter, demikian juga halnya untuk waktu lethal yang dibutuhkan oleh kloroform lebih singkat bila dibandingkan dengan eter. Perbedaan yang diperoleh ini bersifat signifikan secara statistic. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kloroform lebih bersifat toksik daripada eter sebagai anastesi inhalasi. Daftar Pustaka 1. Zunilda DS, Elysabeth. Anestesi umum. Dalam: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi ke- 5. Jakarta : FKUI; 2009. h. 122 38.

11

Você também pode gostar

  • PBL 21 - DM Tipe 2 - Leonirma
    PBL 21 - DM Tipe 2 - Leonirma
    Documento28 páginas
    PBL 21 - DM Tipe 2 - Leonirma
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Insomnia - 22 - Olivia
    Insomnia - 22 - Olivia
    Documento12 páginas
    Insomnia - 22 - Olivia
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL Blok 22 - Vertigo
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Documento1 página
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok C6 BLOK 22
    Kelompok C6 BLOK 22
    Documento42 páginas
    Kelompok C6 BLOK 22
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL Blok 22 - Vertigo
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Documento18 páginas
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL 21
    PBL 21
    Documento16 páginas
    PBL 21
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Surat Rekomendasi Utk Rahel
    Surat Rekomendasi Utk Rahel
    Documento2 páginas
    Surat Rekomendasi Utk Rahel
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL Blok 22 - Vertigo
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Documento18 páginas
    PBL Blok 22 - Vertigo
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan Pentingnya Sarapan Pagi
    Penyuluhan Pentingnya Sarapan Pagi
    Documento8 páginas
    Penyuluhan Pentingnya Sarapan Pagi
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok
    Kelompok
    Documento30 páginas
    Kelompok
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL 21
    PBL 21
    Documento16 páginas
    PBL 21
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Pleno PBL
    Pleno PBL
    Documento51 páginas
    Pleno PBL
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Urolithiasis: Disusun Oleh: Leonirma Tengguna 102009197
    Urolithiasis: Disusun Oleh: Leonirma Tengguna 102009197
    Documento28 páginas
    Urolithiasis: Disusun Oleh: Leonirma Tengguna 102009197
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Dafpus 19
    Dafpus 19
    Documento1 página
    Dafpus 19
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Skenario
    Skenario
    Documento1 página
    Skenario
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Leonirma 19
    Leonirma 19
    Documento25 páginas
    Leonirma 19
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Penyakit Jantung Koroner
    Penyakit Jantung Koroner
    Documento12 páginas
    Penyakit Jantung Koroner
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Bahan 1
    Bahan 1
    Documento4 páginas
    Bahan 1
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Tuberkulosis Anak
    Tuberkulosis Anak
    Documento25 páginas
    Tuberkulosis Anak
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Sindrom Dumping
    Sindrom Dumping
    Documento27 páginas
    Sindrom Dumping
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Documento66 páginas
    Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • HIV AIDS Panduan
    HIV AIDS Panduan
    Documento18 páginas
    HIV AIDS Panduan
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Documento66 páginas
    Hepatitis, Abses Hati, Kanker Hati
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL Oni 15
    PBL Oni 15
    Documento13 páginas
    PBL Oni 15
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • KlasifikasiFraktur
    KlasifikasiFraktur
    Documento3 páginas
    KlasifikasiFraktur
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações
  • PBL
    PBL
    Documento11 páginas
    PBL
    Nie's Pastries-Party
    Ainda não há avaliações