Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia. Kata kunci: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
ABSTRACT Anemia can be defined as reduction of one or more red blood cells parameter such as hemoglobin, hematocrit level or red blood cells number. Anemia is characterized by hemoglobin level below 13 g% in men and below 12 g% in women (WHO). Anemia can be caused by 1 or more of 3 independent mechanisms such as decreased red cells production, elevated red cells destruction or blood loss. Symptoms of anemia are due to decreased tissue oxigen delivery or hypovolemia. Based on morphology approach, anemia is classified as macrocytic anemia ( mean corpuscular volume/MCV > 100 fL), microcytic anemia (MCV < 80 fL) and normocytic anemia ( MCV 80-100 fL). Clinical symptoms, MCV parameter, RDW ( red cell distribution width), reticulocyte count and peripheral blood smear could be used to diagnose the etiology of anemia. Amaylia Oehadian. Climical Approach and Diagnosis of Anemia. Key words: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
PENDAHULUAN Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.1 Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan.1 Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita anemia.1 GEJALA KLINIS Gejala dan tanda anemia bergantung pada
derajat dan kecepatan terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.1 Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor1: Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif ) Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi
gangguan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.1 Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard).1 Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian.1
407
6/8/2012 2:33:23 PM
408
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408
6/8/2012 2:33:23 PM
Faktor lain yang memengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut reticulocyte production index (RPI).1
RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45) Faktor koreksi
RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel darah merah atau anemia hipoproliferatif. RPA 3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiperproliferasi sumsum tulang atau respons yang adekuat terhadap anemia.2,7 Jumlah leukosit dan hitung jenis Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau infiltrasi sum-
409
6/8/2012 2:33:26 PM
MCV Mikrositik (MCV <80 fL) Normositik (MCV 80-100 fL) Makrositik (MCV >100 fL)
Normal RDW Talasemia , anemia inflamasi, trait hemoglobinopati Anemia inflamasi, sferositosis herediter, trait hemoglobinopati, perdarahan akut Anemia aplastik, mielodisplasia
Peningkatan RDW Defisiensi Fe, penyakit HbH, beberapa kasus anemia inflamasi, beberapa kasus talasemia, fragmentasi hemolisis Awal atau partialy treated defisiensi Fe atau defisiensi vitamin, penyakit sickle cell Defisiensi B12, folat, anemia hemolitik autoimun, cold aglutinin disease, penyakit tiroid, alkohol
Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 1.
Anemia makrositik (MCV > 100 fL)
Hitung retikulosit
Meningkat
Anemia hemolitik, perdarahan, defisiensi B12 dan folat yang sedang mendapat terapi
Perubahan megaloblastik
Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 2.
Evaluasi adanya kehilangan darah
Coombs negatif
410
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410
6/8/2012 2:33:28 PM
Untuk membedakan anemia defisiensi Fe dengan anemia inflamasi dapat dilihat pada bagan 4. Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia7: 1. Abnormalitas hitung sel darah dan/atau morfologi darah tepi Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit abnormal Sel teardrops atau leukoeritroblastosis (gambar 4 dan 5) Rouleaux (gambar 6) Tidak ada atau rendahnya respons retikulosit terhadap anemia 2. Evaluasi penyakit sistemik Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya Staging tumor: limfoma, tumor solid Pemantauan efek kemoterapi Fever of unknown origin (dengan kultur sumsum tulang) Evaluasi trabekular tulang pada penyakit metabolik.
Gambaran morfologi apus darah tepi Leukoeritroblastosis Leukosit abnormal Rouleaux Tidak ada sel abnormal
Evaluasi Proses mieloptisis: pemeriksaan sumsum tulang untuk space occupying lesion (metastasis tumor, limfoma, mielofibrosis) Leukemia, limfoma pemeriksaan sumsum tulang Mieloma multipel: elektroforesis serum dan urine, foto tulang (lesi litik), pemeriksaan sumsum tulang Anemia inflamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakit dasar, feritin, TIBC, saturasi transferin, pemeriksaan sumsum tulang
RDW
Tinggi
Normal
Suspek defisiensi Fe Sickling, sel target : HbSS, HbS, talasemia Sel target, basophilic stippling: Talasemia minor
Normal/tinggi
Rendah
Banyak sel target: HbE, penyakit hati Fragmen sel darah merah: hemolisis Rouleaux: peningkatan globulin, penurunan albumin
Gambar 4 Leukoeritroblastosis
Anemia inflamasi
>4%
<4%
Talasemia B minor
Tinggi
Non-diagnostik
Defisiensi Fe
Pemeriksaan sumsum tulang: anemia sideroblastik, anemia aplastik, kegagalan sumsum tulang
411
6/8/2012 2:33:29 PM
TINJAUAN PUSTAKA
Feritin non-diagnostik
TIBC rendah
% saturasi transferin
Tinggi (>15%)
9-15%
Rendah (<9%)
Gambar 6 Rouleaux
Anemia defisiensi Fe
Indeterminate
Tidak ada
Ada
Defisiensi Fe
Anemia inflamasi
RINGKASAN Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita) merupakan gejala dan tanda dari penyakit-penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya. Anemia dapat disebabkan karena berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel darah merah. Berdasarkan morfologi, anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik. Gejala klinis, parameter MCV, RDW, hitung retikulosit, dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com Tefferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc. 2003;78:1274-80. Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9. Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6. Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16.
412
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412
6/8/2012 2:33:32 PM