Você está na página 1de 12

PATAH TULANG 1.

DEFINISI - Rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (Linda Juall C, 1999) - Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. (Doenges, 2000). Menurut FKUI(2000)fraktur adalah rusaknya dan terputusanya kontinuitas tulang. Menurut Boengoes faktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) farktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Menurut Smelter dan Bare (2002) fraktur adalah terputusan kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya , farktur terjadi jika tulang dikenai stres yg lebih brsar dr yg d dapat. Menurut Price (1995) fraktur aadalaah patah tulang , biasanya disebabkan untuk trauma atau fisik. 2. Etiologi 1) Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2) Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)

a. Trauma : Langsung (kecelakaan lalulintas) Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang ) b. Patologis : Metastase dari tulang c. Degenerasi d. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat. 3. Klasifikasi -) Klasifikasi Etiologis Fraktur traumatik terjadi karena trauma yang tiba tiba Fraktur patologis terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur ini terjadi akibat adanya kelainan atau penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan. Fraktur stress terjadi karena adannya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu atau stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas. -) Klasifikasi Klinis Fraktur tertutup (simple fracture) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur terbuka (compound fracture) adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Luka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit (from within) atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh karena peluru atau trauma langsung

(from without). Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain untuk mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang -) Klasifikasi Radiologis Klasifikasi ini berdasarkan atas : 1.LokalisasiDiafisial Metafisial Intra-artikuler Fraktur dengan dislokasi Gambar 1 (Klasifikasi Fraktur Menurut Lokalisasi) 2. Konfigurasi Fraktur transversal, Fraktur oblik, Fraktur spiral, Fraktur kupu kupu, Fraktur segmental dan Fraktur komunitif (fraktur lebih dari dua fragmen) Gambar 2 ( Klasifikasi Fraktur Menurut Konfigurasi) 3. Menurut Ekstensi Fraktur total, Fraktur tidak total, Fraktur buckle atau torus, Fraktur garis rambut, dan Fraktur green stick 4. Menurut hubungan antar fragmen dengan fragmen lainnya Tidak bergeser (undisplaced) Bergeser (displaced), dapat terjadi dalam 6 cara: bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding dan impeksi.

-) Menurut Depkes RI (1995) Berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: Fraktur komplit patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.

Fraktur inkomplit patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh). -) Menurut Black dan Matassarin (1993) Fraktur tertutupfraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh tulang tidak menonjol malalui kulit. Fraktur terbuka fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi -) Patah tulang terbuka terdiri dari 3 derajat Grade I : luka kulit <1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit,fraktur sederhana, kontaminasi minimal Grade II : luka kulit > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, fraktur komunutif sedang,kontaminasi sedang Grade III : luka lebar Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit. 1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah 2. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat do cover soft tissue 3. tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera -) Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang Green Stick pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek Transverse patah melintang Longitudinal patah memanjang Oblique garis patah miring Spiral patah melingkar -) Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen Tidak ada dislokasi Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi: Disklokasi at axim membentuk sudut Dislokasi at lotus fragmen tulang menjauh

Dislokasi at longitudinal berjauhan memanjang Dislokasi at lotuscum controltinicum fragmen tulang berjauhan dan memendek. 4. Manifestasi 1. Nyeri 2. bengkak/ edema 3. memar/ ekimosis 4. Spasme otot 5. Penurunan sensasi 6. Gangguan fungsi 7. Paralysis 8. Deformitas 9. Syok hipovolemik 10. Mobilitas abnormal Menurut Smelter & Bare, 2002, tanda dan gejala dari fraktur antara lain Nyeri Deformitas (kelainan bentuk) Krepitasi (suara berderik) Bengkak Peningkatan temperatur lokal Pergerakan abnormal Echymosis (perdarahan subkutan) Kehilangan fungsi

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi fraktur adalah sebagai berikut: A. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. a. Bengkak/edama Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

b. Memar/ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. c. Spame otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur. d. Penurunan sensasi Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema. e. f. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf. f. g. Mobilitas abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang. g. h. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagianbagaian tulang digerakkan. h. I. Defirmitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. i. j. Shock hipouolemik j. Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat. k. K. Gambaran X-ray menentukan fraktur Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

5. Faktor Resiko Cedera Traumatik : a. cedera langsung b. tidak langsung Fraktur Patologik Fraktur Spontan Fraktur Degenarasi 6. Penatalaksanaan . Fraktur terbuka merupakan kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan :

1. pembersihan luka 2. exici 3. hecting situasi 4. antibiotik Pemeriksaan Fisik : 1. Inspeksi (look) Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka). 2. Palpasi (feel) Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. 3. Gerakan (moving) Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal). 3. Pemeriksaan arteriografi Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut. Penatalaksanaan umum 1. Fraktur biasanya menyertai trauma,penting thd pemeriksaan airway,breathing n sirculation 2. Bila tak ada masalah lagi, lakukan anamnesa, dan pemeriksaan secara terperinci 3. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyaakan untuk mengetahui berapa lama sampaidi RS, mengingat golden period (1-6 jam) 4. Bila > 6 jam, komplikasi infeksi semakin >, anamnesis dan pemeriksaafisis secarasingkat, lengkap. 5. Lakukan foto radiologi, pemesangan bidai untuk menurunkan rasa sakit,dan memepermudah prosess pembutan foto Penatalaksaan Kedaruratan 1. Segera setelah cedera, bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasibagian tubuh segera sebelum dipindahkan 2. Bila pasien cedera harus dipindahlkan dari keadaan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstermitas harus dijaga dan dibawah tempat patah untuk mencegah angulasi, gerakan fragmen fraktur dapat menyebakan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lanjut 3. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan nutrisi 4. 4. Pada fraktur terbuka, tutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi yang terjadi

5. 5. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pada sisi cedera , ekstermitas sebisa mungkin dijaga jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakaan lebh lanjut Penatalaksanaan lanjut Prisip penatalaksaan ada 4 : 1. RECOGNITION diagnosis dan penilaian fraktur Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka perkiraan diagnosis fraktur pada tempat kejadian dapat dilakukan sehubungan dengan adanya rasa nyeri dan bengkak lokal, kelainan bentuk, dan ketidakstabilan

2. REDUCTION restorasi fragmen fraktur sehingga posisi yang paling optimal didapatkan Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Pemasangan gips Tepung gips terdiri dari garam kapur sulfat berupa bubuk halus berwarna putih dan mempunyai sifat mudah menarik air (hygroskopis). Bila diberi air, tepung gips akan membentuk semacam bubur yang beberapa saat kemudian akan mengeras dengan mengeluarkan panas. Untuk fiksasi luar patah tulang dipasang gips spalk atau gips sirkulair. Perban gips spalk biasanya dipakai pada patah tulang tungkai bawah karena biasanya akan terjadi oedema. Setelah edema menghilang baru diganti dengan gips sirkulair. Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus (bersambung), untuk lengan memerlukan waktu 4 6 minggu sedangkan tungkai 6 10 minggu.Makin muda umur pasien makin cepat penyembuhannya Traksi

Traksi adalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk mempertahankan keadaan reposisi secara umum traksi didapatkan dengan penempatan beban berat sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang fraktur. Biasanya lebih disukai traksi rangka dengan dengan baja steril dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih distal melalui pembedahan dibanding dengan traksi kulit. 3. RETENTION imobilisasi fraktur 4. REHABILITATION mengembalikan aktfitas fungsional semaksimal mungkin 1. Fase Awal Penyembuhan dari Jaringan Lunak: Patah tulang robekan pembuluh darah sekitar luka pendarahan respon tubuh berupa bekuan darah/hematoma ledakan populasi sel pembentuk tulang baru membentuk callus yg berfungsi sbg lem agar tulang tak bergerak, tapi masih lunak karena masih cairan * diikuti pula dengan invasi sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, berfungsi membersihkan jaringan nekrotik. Jika dirontgen garis fraktur terlihat karena material nekrotik hilang Fase Penyambungan Tulang Secara Klinis (Clinical Union) Callus yg diisi jar. Fibrosa dan kartilago makin lama makin mengeras karena osteoblas sebagian digantikan oleh tulang immatur / belum dewasa pergerakan tulang yg patah tidak terjadi lagi pasien tidak nyeri saat tulang digerakkan * jika dirontgen garis fraktur mulai tak nampak Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union) Aktifasi Osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jar. immatur mjadi matur, terbentuknya tulang lamelar shg menambah stabilitas daerah fraktur. Garis patah tulang tak terlihat lagi Usia

Lokalisasi & konfigurasi fraktur Pergeseran awal fraktur Vaskularisasi pada kedua fragmen Reduksi & imobilisasi Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak Faktor adanya infeksi & keganasan lokal Cairan sinovial Gerakan aktif & pasif pada anggota gerak

Você também pode gostar