Você está na página 1de 8

SURVEY PENGENALAN PENGENDALIAN HAMA OLEH PETANI DAN PEREDARAN PESTISIDA DI DESA BAMBANGLIPURO, BANTUL I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu tanaman yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme penggangu tanaman ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, perlu dilakukan upaya pengendalian yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya pengendalian secara kimiawi dengan produk perlindungan tanaman atau pestisida. (Djojosumarto, 2000). Luas areal tanaman hortikultura di Indonesia yang fluktuatif dari tahun ke tahun sangat terkait dengan beberapa factor penyebab antara lain kondisi iklim, harga, dan serangan OPT. Seperti diketahui bahwa usaha tani hortikultura merupakan usaha tani yang berisiko tinggi karena banyak kendala yang dihadapi dalam rangka menyelamatkan produksi. Salah satu kendala utama pada setiap musim tanam adalah tingginya serangan hama dan penyakit. Serangan OPT yang hampir terjadi pada setiap musim tanam mendorong petani untuk menggunakan pestisida dalam tindakan pengendalian. Hal tersebut didasari oleh suatu tanggapan bahwa pestisida merupakan teknologi garansi untuk menyelamatkan usaha taninya. Terlihat dari perilaku petani dalam mengaplikasikan pestisida yang cenderung terus meningkat dalam frekuensi, dosis, dan komposisi atau campuran yang digunakan. Dalam upaya meminimalkan dampak negatif dari penggunaan pestisida yang kurang bijaksana, dalam hal ini memperkecil residu pestisida hortikultura (Kasumbogo, 1993). Menurut Oka (1995), produsen pestisida, pedagang besar, dan pengecer, berkepentingan agar pestisida yang telah memperoleh izin untuk digunakan dapat dijual kepada masyarakat yang berkepentingan untuk memperoleh keuntungan. Sebaliknya, mereka yang memerlukan pestisida mengharap agar pestisida yang diperlukan selalu tersedia dengan harga yang terjangkau. Di desa Bambanglipuro, Bantul, banyak petani yang fasih menggunakan pestisida baik dari cara menggunakannya maupun sasaran hama yang pestisida dapat musnahkan. pada hasil pertanian khususnya produk

Selain itu para petani disana juga sering menggunakan pestisida biologis sebagai alternative dari pestisida kimia. B. Tujuan 1. Mengetahui cara-cara pengendalian hama oleh petani langsung di lapangan. 2. Mengetahui informasi peredaran pestisida di lokasi survey.

II. METODOLOGI Survey petani dan peredaran pestisida dilakukan di desa Bambanglipuro, Bantul pada tanggal 8 Juni 2012. Selama survey dilakukan pengenalan pengendalian hama oleh petani dengan mewawancara petani sekitar seputar pengalamannya tentang pengelolaan hama di lahannya. Adapun pertanyaan yang diberikan kepada petani adalah 1) Identitas petani, 2) Komoditas tanaman yang dibudidayakan oleh petani saat ini dan sebelumnya, 3) Teknologi pengelolaan tanaman termasuk pengelolaan hama, 4) Jenis hama utama yang menyerang lahan, 5) Teknik pengendalian pada hama, dan 6) Apakah hasil pengendalian yang dilakukan petani selalu berhasil. Selain itu juga dilakukan wawancara pada toko penjual pestisida beserta macam pestisida yang dijual.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengenalan pengendalian hama oleh petani di Desa Bambanglipuro, Bantul. Praktikan mewawancarai sebanyak 4 petani di Desa Bambanglipuro, Bantul yaitu dengan Bapak Sumardi Utomo, Bapak Ngatijo, Bapak Sahid, dan Bapak Sunar. Adapun hasil wawancara yang kami lakukan sebagai berikut. 1. Bapak Sumardi Utomo Bapak Sumardi Utomo berumur 65 tahun sampai kami bertemu dengan beliau hari ini, pendidikan terakhir beliau adalah sekolah dasar dan belum pernah menempuh SLPHT. Komoditas yang beliau tanam saat ini dan masa tanamn kemarin adalah padi. Beliau memiliki pengalaman bertani secara turun-temurun dari orang tuanya. Jenis hama yang menyerang lahan pertanian beliau adalah ulat dan wereng. Hama tersebut beliau kendalikan dengan pestisida kimia seperti Sevin dan selalu berhasil menekan populasi wereng. 2. Bapak Ngatijo Bapak Ngatijo berumur 47 tahun pada saat kami bertemu dengan beliau. Pendidikan terkahir beliau adalah sekolah dasar. Beliau pernah merasakan pendidikan SLPHT yang diberikan penyuluh-penyuluh yang datang ke Desa Bambanglipuro, Bantul. Komoditas yang beliau tanam saat ini adalah padi IR-64 dan musim lalu adalah kedelai. Beliau memiliki pengalaman bertani secara otodidak. Hama yang sering menyerang lahan pertanian beliau adalah wereng dan ulat, dikendalikan menggunakan pestisida kimiawi dan selalu berhasil menekan populasi hama di lahan tersebut. 3. Bapak Sahid. Bapak Sahid berumur 53 tahun pada saat kami meminta untuk mewawancarai beliau. Pendidikan terakhir beliau adalah SMP dan juga pernah merasakan pendidikan SLPHT yang diberikan oleh penyuluh. Komoditas yang beliau tanam saat ini adalah padi dan kedelai. Pengalaman bertani beliau didapat secara turun-temurun dari orang tuanya. Hama yang sering menyerang lahan pertaniannya adalah wereng dan walang sangit. Teknik yang beliau gunakan untuk menekan populasi hama adalah dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Beliau memadukan penggunaan pestisida kimia (Sevin, Macin) dan pestisida organic/biologis seperti pencampuran urin sapi dengan sedikit deterjen dan penggunaan

campuran walang sangit yang telah mati akibat jamur dan air. Beliau selalu berhasil menekan populasi hama yang mengganggu dengan teknik yang sudah dijelaskan diatas. 4. Bapak Sunar Bapak Sunar berumur 45 tahun. Pendidikan terakhir yang pernah beliau tamatkan adalah sekolah dasar dan beliau belum pernah mengikuti SLPHT yang diberikan oleh penyuluh. Komoditas yang beliau tanam adalah padi dan kedelai di dua musim terakhir. Beliau memperoleh pengalaman bertaninya secara turun-temurun dari orang tuanya. Hama yang sering menyerang lahan pertaniannya adalah ulat dan wereng. Hama-hama tersebut beliau kendalikan menggunakan pestisida kimia Diasinon dan juga selalu berhasil. Dari 4 petani yang kami survey di Desa Bambanglipuro, Bantul, mereka mendapatkan pengalaman bertani secara turun-temurun dan mayoritas menggunakan aplikasi pupuk kimia sebagai upaya menekan populasi hama pengganggu. Namun Bapak Sahid menggunakan pengelolaan hama terpadu. Beliau menggunakan gabungan aplikasi pestisida kimia dan organic/biollogis. Beliau mengaku mendapatkan teknik tersebut ketika mengikuti pelatihan SLPHT yang diberikan oleh para penyuluh. B. Informasi Peredaran Pestisida Kami mensurvey Toko Moekti yang menjual pestisida di daerah Bambanglipuro, Bantul. Pemiliknya bernama bapak Gunawan yang telah membuka toko tersebut sejak tahun 1999. Toko Moekti selain menjual pestisida juga menjual pupuk hayati dan pakan ternak. Tabel dibawah adalah pestisida yang dijual oleh toko Moekti.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 WP DACONIL 75 WP NORDOX 56 WP ALLY PLUS 77 WP FENITROTION 40 WP AVIDOP 10 WP DITHANE M-80 WP BESVIDOR 25 WP ANTRACOL 50 WP MIPCINTA 50 WP EC TIKAM 50 EC MUSUKEONG 250 EC FASTAC 15 EC ROTRAZ 200 EC DIAZINION 600 EC YASHITRIN 30 EC CABRIO 250 EC SHEPRA 50 EC SCORE 250 EC DESIC 25 EC KLIRI 20 EC BAMEX 18 EC SP SEVIN 85 SP PUANMUR 50 SP PL KARISSNAL 6 PL

Pestisida yang dijual pak Gunawan dibeli oleh para petani dan pekebun disekitar daerah tersebut. Beliau tidak menjual pestisida secara eceran, pestisida eceran biasa dibeli di koperasi unit desa. Tempat penjualan tidak menjadi satu dengan tempat tinggal dan ruangan tempat menjual pestisida tidak digunakan untuk menjual makanan beserta minuman sekaligus. Pak Gunawan tidak memiliki gudang untuk menyimpan pestisida. Pestisida yang dibeli di pasar langsung diletakkan pada etalase toko. Penjual memiliki pengetahuan tentang pestisida beserta penggunaannya namun tidak selalu menjelaskannya kepada pembeli karena pembeli mayoritas sudah mengetahui fungsi pestisida yang hendak dibeli.

IV. KESIMPULAN 1. Mayoritas petani menggunakan pestisida kimia sebagai upaya menekan populasi hama pengganggu. 2. Ada beberapa petani yang menggunakan kombinasi pestisida kimia dan organik dan PHT dalam aplikasinya di lapangan. Ini dikarenakan mereka pernah mengikuti SLPHT yang diberikan oleh penyuluh. Dengan demikian, penyuluhan yang diberikan dalam SLPHT menambah pengetahuan petani guna mengoptimalkan pengelolaan hama di lahan pertanian. 3. Penjual pestisida di daerah Bambanglipuro, Bantul, ditemukan tidak jauh dari lahan pertanian. 4. Penjual pestisida di toko tidak menjual pestisida secara eceran. 5. Penjual pestisida mayoritas mengetahui informasi tentang pestisida namun tidak menjelaskannya kepada pembeli dengan alasan pembeli sudah mengetahui fungsi pestisida tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN ACARA VI SURVEI PENGENALAN PENGENDALIAN HAMA OLEH PETANI DAN PEREDARAN PESTISIDA

Disusun Oleh: Ngurah Kamandanu (11537)

LABORATORIUM ILMU HAMA TANAMAN JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Você também pode gostar