Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bank Muamalat yang berpegang teguh sebagai bank yang Islami tentunya memiliki
karakter yang berbeda dengan bank konvensional yang ada. Ini terlihat dari,
pertama, visi dan misi bank Islam yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan biaya yang serendah-rendahnya. Untuk bank yang bersifat
Islami, indikator kinerjanya bukan semata-mata laba, tetapi harus memiliki tolok
ukur yang disebut 3P, yaitu punya dampak terhadap profit, people , dan planet.
Jadi, harus berdampak terhadap masyarakat dan memerhatikan lingkungan sebagai
Quran Kauniah .
Kedua, secara hukum dan konstitusi, perbedaan antara bank konvensional dan bank
Islam terlihat dalam UUD 45. Sesuai dengan sistem ekonomi yang diletakkan dalam
UUD 45, tentunya harus dilaksanakan oleh Bank Muamalat terkait dengan pembukaan
UUD 45 yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Ini berarti tauhid. Jadi, tauhid
harus menjadi landasan utama manajemen bank yang Islami.
Dasar utama atau sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa dan sila kelima,
yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jadi, bukan semata-mata
keuntungan. Jadi, jelas, dari ketentuan ini, bank Islami bukan berdasarkan
kumpulan modal, tetapi unsur manusia juga diperhitungkan. Selain tauhid, karakter
tersebut merupakan nilai dasar dari jenis bank koperasi. Misalnya, Agricole Bank
di Prancis; Raffiesen Bank dan DG Bank di Jerman; Norinchukin Bank di Jepang;
serta Credit Union di AS atau Bank Kooperasi Malaysia.
Ketiga adalah reputasi pengelola. Untuk mengelola bank sesuai dengan visi, misi,
dan nilai tersebut, jelas tidak dapat diserahkan pada manajemen yang tidak
mempunyai pemahaman dan kemampuan terhadap nilai itu. Lebih sulit lagi kalau
manajemen yang diambil adalah mereka yang sudah pernah berpengalaman dalam bank
konvensional.
Mantan direksi bank konvesional, misalnya, tidak dapat melepaskan mindset atau
paradigma manajemen bank konvensional. Key performance indicator semata-mata
adalah keuntungan. Dividen ini merupakan target. Pengalaman kehancuran raksasa
kelas dunia merupakan suatu bukti bahwa suatu usaha yang semata-mata mengejar
keuntungan materi tidak akan dapat bertahan. Dunia pun sekarang bicara tentang
sistem ekonomi berbasis 3P tersebut.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah integritas manajemen. Integritas manajemen
pun akan sangat berbeda. Sebagai manajer bank Islam, sesuai dengan niatnya tidak
semata-mata mencari keuntungan. Dasar yang mendorong niatnya adalah mencari ridha
Allah SWT dan mencari rezeki yang hallalan toyibah .
Dengan berpegang pada tauhid bahwa Allah SWT akan memberi jalan dan kemudahan
terhadap niat yang baik, prinsip yang mengandalkan jaminan materi, kolateral, dan
modal tidak lagi merupakan persyaratan mutlak bagi bank Islami.
Karena dasar serta nilai-nilai manajemen di atas, pola kepemimpinannya pun berbeda
dengan bank kovensional. Nilai tersebut di atas berdasarkan asas kekeluargaan/
taawunsuper leader
Dasar kepemimpinan, seperti sidik, amanah dan fathanah, tentunya dituntut melekat
pada pribadi-pribadi pengelola lembaga keuangan yang Islami. Juga, memahami
kondisi lokal, baik sosial maupun budayanya. Pada dasarnya, Bank Muamalat
Indonesia bukan Bank Muamalat di Indonesia. Tentunya, faktor pemimpin yang dapat
memahami aspek budaya dan struktural merupakan persyaratan mutlak. Dengan
demikian, sulit dimengerti bila kepemimpinan Bank Muamalat Indonesia ditentukan
kriteriannya sesuai dengan kriteria direksi bank konvensional.
Kemungkinan, defisit anggaran di Timur Tengah sudah terjadi. Ke depan, sumber dana
lokal harus merupakan andalan dari Bank Muamalat. Bank Muamalat ke depan harus
dapat membendung terjadinnya capital drain dari pedesaan kepada bangunan real
estate yang mewah. Struktur lembaga keuangan konvensional yang ada selalu
mewujudkan hukum besi keuangan yang disebut the law of financial gravity , di mana
sifatnya menjadikan kapital drain dari desa ke kota, bahkan ke luar negeri.
Nilai sejarah Bank Muamalat harus dipertahankan sebagai bank yang memiliki
karakter keadilan. Salah satu pesan presiden Suharto waktu itu adalah agar Bank
Muamalat mampu berfungsi untuk mengentaskan rakyat kecil dari jurang kemiskinan.
Pesan rakyat kecil di sini tentunya rakyat terbesar, yaitu umat Islam. Sebagai
aset nasional tentunnya aspek sejarah dengan nilai dan visi yang menjadi tanggung
jawabnya, bukan hanya tanggung jawab ICMI dan MUI. Namun, juga tanggung jawab
pemerintah yang memegang amanah UUD 45.
Permintaan lain adalah agar ICMI dan MUI mendapat dana masing-masing 2,5 persen
dari laba BMI untuk mendukung program ICMI dan MUI agar dapat membantu umat Islam
Indonesia. Tidak hanya itu, memperjuangkan saham pendiri, yaitu saham seri A,
menjadi saham preferred stock yang mempunyai hak-hak khusus, antara lain hak veto,
jika ada corporate action yang menyebabkan BMI listing . MUI dan ICMI juga meminta
agar meningkatkan saham lokal dari 30 persen menjadi minimal 50 persen supaya BMI
ini tetap menjadi milik masyarakat Indonesia.
Setelah negosiasi dengan tim IDB (Bank Pembangunan Islam), tim ICMI dan MUI telah
berhasil mencapai hal-hal sebagai berikut. Peranan ICMI sebagai founding father
Masa jabatan direktur utama dan komisaris utama dibatasi maksimum dua periode,
namun untuk direktur yang sudah dua periode bisa diusulkan menjadi direktur utama.
Yang disetujui sebagai direktur utama dan komisaris utama adalah orang Indonesia
dan Muslim dan diberikan kesempatan pertama agar jabatan ini diisi oleh direktur
BMI senior untuk dipromosikan menjadi direktur utama.
Usulan agar saham pendiri, yaitu saham kategori A, menjadi preferred stock yang
memiliki hak-hak khusus, menurut tim IDB, hal ini agar dibicarakan antara mantan
presiden BJ Habibie dan presiden IDB. Karena, mereka tidak berwenang untuk
membicarakan hal ini. Upaya peningkatan saham lokal menjadi minimum 50 persen
memerlukan pemikiran dan rencana yang matang agar upaya ini dapat terkoordinasi
dengan baik, terutama dengan pihak pemegang saham internasional. Untuk itu, dibuat
sebuah konsep agar keinginan ini dapat tecapai.
Dari banyaknya usulan yang diterima dan diakomodasi oleh tim IDB, kami menilai
bahwa upaya dan kerja keras tim selama beberapa bulan ini sudah mencapai hasil
yang cukup optimal dan hubungan dengan pemegang saham internasional juga dapat
dijaga dengan baik. sehingga menuntut sistem kepemimpinan sebagai suatu super tim
yang bukan . Istilah pemimpin adalah pelayan dan bukan penguasa merupakan prinsip
dasar yang dibutuhkan dalam membangun bank yang Islami. disetujui dan diakui serta
dimasukkan dalam Anggaran Dasar BMI. Penyediaan dana 2,5 persen dari laba BMI
untuk membantu umat Islam Indonesia melalui program ICMI dan MUI.