Você está na página 1de 57

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisa Getaran
Analisa getaran merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat sebagai
prediksi awal terhadap adanya masalah pada mekanikal, elektrikal dan proses pada
peralatan, mesin-mesin dan sistem proses yang kontinu di pabrik. Sehingga analisa
getaran saat ini menjadi pilihan teknologi predictive maintenance yang paling sering
digunakan [8].
Disamping manfaatnya dalam hal predictive maintenance, teknik analisa
getaran juga digunakan sebagai teknik untuk mendiagnosa, yang dapat diaplikasikan
antara lain untuk: acceptance testing, pengendalian mutu, mendeteksi bagian yang
mengalami kelonggaran, pengendalian kebisingan, mendeteksi adanya kebocoran,
desain dan rekayasa mesin, dan optimasi produksi.

2.1.1. Karakteristik Getaran
Getaran secara teknis didefenisikan sebagai gerak osilasi dari suatu objek
terhadap posisi objek awal/diam, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Gerakan
massa dari posisi awal menuju atas dan bawah lalu kembali ke posisi semula, dan
akan melanjutkan geraknya disebut sebagai satu siklus getar. Waktu yang dibutuhkan
10
Universitas Sumatera Utara
11
untuk satu siklus disebut sebagai periode getaran. Jumlah siklus pada suatu selang
waktu tertentu disebut sebagai frekuensi getaran [9].

Gambar 2.1. Sistem getaran sederhana

Frekuensi adalah salah satu karakteristik dasar yang digunakan untuk
mengukur dan menggambarkan getaran. Karakteristik lainnya yaitu perpindahan,
kecepatan dan percepatan. Setiap karakteristik ini menggambarkan tingkat getaran,
hubungan karakteristik ini dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Hubungan antara perpindahan, kecepatan dan percepatan getaran
Universitas Sumatera Utara
12
Perpindahan (displacement) mengindikasikan berapa jauh suatu objek
bergetar, kecepatan (velocity) mengindikasikan berapa cepat objek bergetar dan
percepatan (acceleration) suatu objek bergetar terkait dengan gaya penyebab getaran.
Satuan yang digunakan tiap karakteristik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Untuk
keperluan program preventive maintenance, kecepatan getar adalah karakteristik yang
penting untuk diukur.
Tabel 2.1. Karakteristik dan satuan getaran
Satuan
Karakteristik Getaran
Metrik British
Perpindahan
microns peak-to-peak
(1m=0.001mm)
mils peak-to-peak
(0.001 in)
Kecepatan Mm/s in/s
Percepatan
G
(1g = 980 cm/s
2
)
G
(1g = 5386 in/s
2
)
Frekuensi cpm, cps, Hz cpm, cps, Hz
(Sumber: Maintenance Engineering Handbook)

2.1.2. Gerak Harmonik
Getaran dari sebuah mesin merupakan resultan dari sejumlah getaran individu
komponen yang muncul oleh gerak ataupun gaya pada komponen mekanikal ataupun
proses pada mesin ataupun sistem yang saling terkait. Setiap komponen individu yang
bergetar ini memiliki gerak periodik. Gerakan akan berulang pada periode waktu
tertentu. Interval atau selang waktu , dimana getaran berulang biasanya diukur
dalam satuan waktu yaitu detik.
Universitas Sumatera Utara
13
Setiap frekuensi komponen mesin dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

1
= f (2.1)
dan frekuensi lingkaran atau kecepatan sudut dapat dihitung dengan rumus


1
2 = (2.2)
dengan substitusi pers (2.1) terhadap persamaan (2.2), maka
f 2 = (2.3)
Besaran biasanya diukur dalam radian per detik.
Bentuk sederhana dari gerak periodik disebut sebagai gerak hamonik, lihat Gambar
2.2. Pada gerak harmonik, hubungan antara perpindahan maksimum dan waktu dapat
ditampilkan:
t X x sin = (2.4)
Perpindahan adalah ukuran dari jarak aktual yang dilalui komponen mesin
yang timbul dari getaran komponen. Nilai maksimum dari perpindahan yaitu X ,
yang disebut sebagai amplitudo getaran.
Kecepatan dalam gerak harmonik berdasarkan persamaan (2.4) dapat
diperoleh dari hasil diferensial perpindahan terhadap waktu, yaitu:
( ) t X x
dt
dx
cos = = & (2.5)
Persamaan (2.5) menunjukkan bahwa kecepatan juga dinyatakan sebagai getaran
harmonik dengan nilai maksimum yaitu X .
Universitas Sumatera Utara
14
Sedangkan percepatan harmonik dapat diturunkan dari persamaan (2.5)
sehingga:
( ) t X x
dt
d
sin
2
2
2
= = & & (2.6)
Persamaan (2.6) menjelaskan bahwa percepatan juga dinyatakan sebagai getaran
harmonik dengan nilai maksimum yaitu X
2
.

2.1.3. Gerak Periodik
Getaran mesin pada umumnya memiliki beberapa frekuensi yang muncul
bersama-sama. Gerak periodik dapat dihasilkan oleh getaran bebas sistem dengan
banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekuensi natural memberi
sumbangan. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk gelombang kompleks yang
diulang secara periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.






Gambar 2.3. Gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan gelombang
pembentuknya dalam domain waktu

t
x(t)

Universitas Sumatera Utara
15
Gerak harmonik pada Gambar 2.3, dapat dinyatakan dalam deretan sinus dan
cosinus yang dihubungkan secara harmonik. Jika ) (t x adalah fungsi periodik dengan
periode , maka fungsi ini dapat dinyatakan oleh deret Fourier [10]sebagai:
t a t a t a a t x
n n
cos ... cos cos ) (
2 2 1 1 0 2
1
+ + + =
t b t b t b
n n
sin ... sin sin
2 2 1 1
+ + + (2.7)
dengan

2
1
= ;
1
2 =
n

Pada gelombang segiempat berlaku ) (t x = X pada t =0, dan t =, dan
seterusnya. Deret ini menunjukkan nilai rata-rata dari fungsi yang diskontinu. Untuk
menentukan nilai koefisien
n
a dan
n
b , kedua ruas persamaan (2.7) dengan cos t dan
sin t , kemudian setiap suku diintegrasi untuk lama perioda . Dengan mengingat
hubungan berikut,

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 2
, 0
cos cos
0

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 2
, 0
sin sin
0

(2.8)

n m jika
n m jika
tdt t
n m
, 0
, 0
cos sin
0


Dari persamaan (2.8), maka untuk m = n, diperoleh hasil

0
cos ) (
2
1
tdt t x a
n n
(2.9)
Universitas Sumatera Utara
16

0
cos ) (
2
1
tdt t x b
n n
(2.10)
Persamaan deret Fourier berdasarkan nilai gelombang empat persegi:
X t x = ) ( untuk 0 < t < /2
dan
X t x = ) ( untuk /2 < t <
Maka koefisien
n
a dan
n
b dapat dihitung, sebagai berikut:
0 cos cos
2
1
2
2
0
=
(
(

dt X dt X a
n n n

karena, 0 cos cos
2
2
0
= =

dt dt
n n

dan

(
(

2
2
0
sin sin
2
1
dt X dt X b
n n n

| |

2
0
2
) (cos ) (cos
) 2 (
1
n n
X X
n
+ =
| | ) cos 1 ( ) cos 1 (
) 2 (
2 2

n n
n
X
+ =
akan menghasilkan nilai
n
b =0 untuk n bilangan genap, dan
n
b =
2
4

X untuk n
bilangan ganjil. Sehingga deret Fourier untuk gelombang empat persegi menjadi:
|
.
|

\
|
+ + + + = ....
7
7 sin
5
5 sin
3
3 sin
sin
8
) (
t t t
t
X
t x

(2.11)
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.4. Getaran Yang Tereksitasi Secara Harmonik
Pada sebuah sistem yang dipengaruhi oleh eksitasi harmonik paksa, maka
respon getarannya akan berlangsung pada frekuensi yang sama dengan frekuensi
eksitasi/perangsangnya. Salah satu sumber eksitasi harmonik adalah ketidak
seimbangan pada mesin-mesin yang berputar. Eksitasi ini mungkin tidak diinginkan
oleh mesin karena dapat mengganggu operasinya atau mengganggu keamanan
struktur mesin itu bila terjadi amplitudo getaran yang besar.







Gambar 2.4. Gaya pengganggu harmonik dari ketidak seimbangan yang berputar

Perhatikan sistem pegas massa yang dibatasi untuk hanya bergerak dalam arah
vertikal dan dirangsang oleh mesin yang berputar yang tidak seimbang, seperti
terlihat pada Gambar 2.4. Ketidakseimbangan itu ditunjukkan oleh massa eksentrik
m dengan eksentrisitas e yang berputar dengan kecepatan sudut . Dengan
mengambil x sebagai simpangan massa yang tak berputar ( ) m M dari posisi
t m
M
2
k

2
k

c
x
Universitas Sumatera Utara
18
setimbang statik, maka simpangan m adalah t e x sin + [11]. Jadi persamaan
geraknya adalah:
x c kx t e x
dt
d
m x m M & & & = + + ) sin ( ) (
2
2

yang dapat disusun kembali menjadi:
t me kx x c x M sin ) (
2
= + + & & & (2.12)
Dengan mengganti ) (
2
me dengan
o
F yang disebut gaya harmonik, maka persamaan
(2.12) identik dengan persamaan gerak sistem dengan satu derajat kebebasan yang
mengalami redaman karena kekentalan, yaitu:
t F kx x c x M
o
sin = + + & & & (2.13)
Solusi khusus persamaan (2.13) adalah osilasi keadaan tunak (steady state) dengan
frekuensi yang sama dengan frekuensi eksitasi. Solusi khusus dapat diasumsikan
berbentuk
) sin( = t X x (2.14)
dengan X adalah amplitudo osilasi dan adalah beda fasa simpangan terhadap gaya
eksitasi.
Amplitudo dan fasa pada persamaan (2.16) dapat diperoleh dengan
mensubstitusikan persamaan (2.16) ke dalam persamaan diferensial (2.15). Dengan
mengingat bahwa dalam gerak harmonik fasa kecepatan dan percepatan masing-
masing mendahului fasa simpangan pada 90
o
dan 180
o
, maka suku-suku persamaan
diferensial tadi juga dapat ditunjukkan secara grafik pada Gambar 2.5.
Universitas Sumatera Utara
19





Gambar 2.5. Hubungan vektor untuk getaran paksa dengan redaman

Dari diagram vektor pada Gambar 2.5, dapat dilihat bahwa:
2 2 2
) ( ) ( c M k
F
X
o
+
= (2.15)
dan
2
1
tan

M k
c

=

(2.16)

2.1.5. Getaran Non Linier
Pada sistem pegas-massa sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 2.6,
persamaan karakteristik sistem ini dinyatakan sebagai,
0 = + kx x m & & (2.17)
Persamaan (2.17) ini dikenal sebagai persamaan linier yang didasarkan pada asumsi
bahwa pegas elastis mengikuti hukum Hooke, dimana kurva karakteristik dari gaya
dan perpindahan berupa garis lurus.
acuan
kX
cX
M
2
X
X
t

F
o

Universitas Sumatera Utara
20

Gambar 2.6. Sistem pegas-massa sederhana

Pada kenyataannya, kebanyakan bahan tidak menunjukkan karakteristik
linear. Pada kasus kumparan pegas sederhana, deviasi dari linear timbul ketika
mengalami kompresi yang besar dan kumparan hampir menutup, demikian juga
sebaliknya ketika mengalami regangan yang sangat besar hingga kumparan
kehilangan identitas individunya. Dari kedua kasus tersebut, pegas menampilkan
suatu karakteristik bahwa gaya reaksi meningkat pesat dibanding perpindahan.
Karakteristik seperti ini disebut juga hardening.
Sama seperti halnya pada sistem pegas massa, sistem pendulum sederhana
juga menunjukkan karakteristik yang disebut softening. Kedua tipe karakteristik ini
dapat dilihat pada Gambar 2.7. Suatu sistem sederhana dengan gaya restoring berupa
softening dan hardening dapat digambarkan dalam bentuk persamaan,
0 ) (
3 2
= + x x k x m & & (2.18)
Yang mana tanda (+) untuk karakteristik hardening dan tanda (-) untuk karakteristik
softening.
Universitas Sumatera Utara
21

Gambar 2.7. Kurva karakteristik gaya restoring untuk sistem getaran linier,
hardening dan softening

Bentuk lain dari sistem yang non linier dapat dilihat pada amplitudo getaran
dawai (string) yang diberi massa terpusat, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Getaran dari dawai yang dibebani

Persamaan diferensial untuk sistem non linier adalah,
0
2
) (
1
3
3 3
3 3
=
|
|
.
|

\
| +
+ |
.
|

\
|
+ w
b a
b a
F SE w
ab
F w m
o o
& & (2.19)
Dimana
o
F adalah initial tension, S adalah luas penampang, dan E adalah modulus
elastisitas dawai. Apabila a = b dan dengan panjang setengah dari panjang dawai
o
l .
Maka initial tension dan gaya restoring menjadi,
Universitas Sumatera Utara
22
|
|
.
|

\
|
=
o
o
o
l
l a
SE F (2.20)
(
(

|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|

3
2 2
a
w
l
a
a
w
l
l a
SE F
o o
o
r
(2.21)

(a) (b)
Gambar 2.9. Sistem friksi sabuk:(a) Getaran tereksitasi sendiri pada sistem
friksi sabuk dan (b) Kurva karakteristik gaya redaman pada
sistem friksi (a)

Pada sistem friksi sabuk pada Gambar 2.9 (a), kondisi non linier terjadi akibat
friksi kering antara massa dan sabuk yang bergerak. Sabuk dengan kecepatan konstan
o
v , dan persamaan geraknya adalah,
0 ) ( = + + kx x F x m & & & (2.22)
dimana gaya friksi ) (x F & ditampilkan pada Gambar 2.9 (b). Untuk nilai perpindahan
yang besar maka redaman dinyatakan positif, memiliki kemiringan positif, dan
menghilangkan energi dari sistem. Sedangkan untuk nilai perpindahan yang kecil,
redaman dinyatakan negatif dan, memiliki kemiringan negatif dan menambah energi
pada sistem.
Universitas Sumatera Utara
23
2.1.6. Pengukuran Gerakan dan Persamaan Dasar
Pada pengukuran getaran struktur/mesin yang bergetar pada Gambar 2.10, alat
ukur dipasang pada struktur/mesin yang hendak diukur, mempunyai gerakan absolut
t Y y
f
sin = , yang hanya bergerak dalam arah vertikal. Massa kecil dari struktur
pendukung dapat diabaikan karena dapat dianggap sebagai bagian dari mesin.






(a) (b)
Gambar 2.10. Respon alat pengukur gerakan dan diagram benda bebas
massa bergetar
Elemen-elemen alat ukur terdiri dari m, k, c. Perpindahan absolut massa m
dan base masing-masing adalah x dan y, sehingga perpindahan relatif massa m
terhadap base adalah y x z = . Dan hasil pengukuran alat ini merupakan fungsi dari
gerak relatif tadi. Dari diagram benda bebas yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.(b),
persamaan diferensial yang mengatur gerakan massa m [12], yaitu:
) ( ) ( y x c y x k x m & & & & = (2.23)
Substitusikan y x z = dan turunannya ke dalam persamaan (2.23), maka diperoleh:
x m& & m
x
y
k(x-y) ) ( y x c & &
Universitas Sumatera Utara
24
z c kz y z m & & & & & = ) (
y m kz z c z m & & & & & = + +
t Y m kz z c z m
f f
sin
2
= + + & & & (2.24)
Sisi kanan persamaan (2.24) adalah gaya paksa akibat getaran struktur yang diukur,
sedangkan sisi kiri adalah getaran relatif alat ukur. Penyelesaian steady-state
persamaan ini adalah:
2 2
2
) 2 ( ) 1 (
) sin( ) / (
r r
t k Y m
z
f f


+

=
) sin(
) 2 ( ) 1 (
2 2
2


+
= t Y
r r
r
z
f
(2.25)
dimana:

2
1
2
tan
r
r

=

,

f
r = ,
m
k
=
Persamaan (2.25) adalah persamaan dasar untuk alat ukur getaran. Simbol y
dan turunannya terhadap waktu adalah simbol yang menunjukkan getaran struktur
yang diukur.
Untuk sinyal getaran yang hanya memiliki komponen satu harmonik tunggal,
ada dua pilihan untuk menggambarkan amplitudo getaran yaitu:
a. Amplitudo nilai single-peak (SP) = X
b. Amplitudo nilai peak-to-peak (PP) = 2X
Universitas Sumatera Utara
25
Meskipun demikian, sinyal getaran seringkali merupakan sinyal yang
bersumber dari lebih dari satu sinyal harmonik, bahkan beberapa, dan oleh sebab itu
suatu nilai rata-rata dari amplitudo getaran sering digunakan untuk menyatakan besar
sinyal getaran. Dua perjanjian nilai rata-rata dimaksud adalah nilai absolut rata-rata
dan nilai RMS, yang merupakan evaluasi dari selang waktu t berikut ini [13],

= =
t t
t
dt x
t
average A
1
(2.26)
2
1
2
1
(

=

+ t t
t
dt x
t
RMSaverage (2.27)
Dan untuk sinyal harmonik sederhana pada persamaan (2.25), kedua persamaan nilai
rata-rata (2.26) dan (2.27) akan menghasilkan nilai amplitudo sebenarnya, yakni
X A 637 . 0 = dan X RMS 707 . 0 =
Pada analisa dinamika rotor dan pada penentuan tindakan perbaikan (trouble
shooting) dari mesin-mesin berputar, tindakan verifikasi dan hasil prediksinya
dipengaruhi oleh instrumentasi dan teknik pengukuran yang digunakan [13].

2.1.6.1. Pemilihan Parameter dan Transducer
Dalam pemilihan parameter yang akan diukur seringkali ditentukan
berdasarkan spesifikasi ataupun standar yang tersedia. Dalam kasus dimana hal ini
tidak tersedia maka pertimbangan pada Tabel 2.2. dapat digunakan [14], atau
menggunakan flattest spectrum rule.
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 2.2. Panduan pemilihan parameter yang akan diukur
No. Parameter Faktor pemilihan
1. Percepatan
a. Digunakan pada frekuensi tinggi dimana pengukuran memberikan
output sinyal paling tinggi
b. Digunakan ketika gaya, beban dan tarikan perlu dianalisa-dimana gaya
proporsional terhadap percepatan
c. Digunakan ketika diperlukan transducer yang berukuran kecil dan
massa kecil.
2. Kecepatan
a. Digunakan ketika pengukuran getaran perlu dikorelasi dengan
pengukuran bunyi, karena tekanan bunyi (sound pressure) proporsionl
terhadap kecepatan getaran permukaan.
b. Digunakan pada frekuensi sedang dimana batas output pengukuran
perpindahan sangat kecil untuk mengukur dengan baik.
c. Digunakan secara ekstensif pada pengukuran mesin dimana spektrum
kecepatan lebih seragam dibandingkan dengan spektra perpindahan dan
percepatan
d. Digunakan ketika pengukuran pada struktur resonansi dikorelasi dengan
modal stress, karena modal stress proporsional terhadap kecepatan
modal pada frekuensi resonansi
3. Perpindahan
a. Digunakan ketika amplitudo dari perpindahan sangat pentingmisalnya
komponen yang bergetar tidak boleh tersentuh atau dimana perpindahan
diatas nilai yang diberikan merusak mesin
b. Digunakan ketika besar perpindahan mengindikasikan stress untuk
dianalisa
c. Digunakan pada frekuensi rendah, dimana output accelerometer atau
velocity pick-ups terlalu kecil untuk pengukuran yang baik.
d. Digunakan untuk mengukur gerak relatif antara badan dan struktur dari
mesin
4. Strain
Digunakan ketika sebagian dari spesimen perlu diuji variasi strain nya
terhadap pengaruh getaran, biasanya dibatasi pada frekuensi rendah
Sumber: Harris Shock and Vibration Handbook. 5
th
ed New York: McGraw Hill.. 2002 p 15.5



2.1.6.2. Pemasangan Transducer Pengukur Sinyal Getaran
Berbagai metode pemasangan transducer pada permukaan yang diuji, antara
lain:
1) Transducer dengan ikatan baut pada permukaan uji dengan menggunakan ulir
2) Transducer dengan ikatan semen pada permukaan uji
Universitas Sumatera Utara
27
3) Transducer dengan ikatan lapisan lilin
4) Transducer dengan magnet permanen dilekatkan pada permukaan yang
ferromagnetic
5) Transducer dipasang pada keranjang pada permukaan yang diuji
6) Transducer di pegang langsung dengan tangan terhadap permukaan uji.

Suatu alternatif dengan biaya yang cukup murah dalam pemantauan secara
kontinu sinyal getaran adalah dengan mengambil data getaran dari mesin pada
interval waktu rutin melalui alat vibration analyzer genggam yang dapat
menampilkan output analisa getaran langsung ditempat seperti (nilai puncak, filter,
RMS dan lainnya) dan spektrum FFT. Alat genggam ini dilengkapi dengan sebuah
accelerometer vibration pick-up, sehingga teknisi pemeliharaan dapat secara aman
menyentuh bagian yang akan dipantau pada tiap mesin dalam pemeriksaan rutin
seperti ilustrasi pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Ilustrasi Vibration Analyzer portabel dan data logger
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.7. Analisa Sinyal Getaran dan Identifikasi Penyebab Getaran
2.1.7.1. Kecenderungan (trend) getaran , nilai acuan (baseline), dan standar
Pada mesin yang beroperasi dalam kondisi paling baik sekalipun, pemantauan
sinyal getaran akan memunculkan amplitudo, meskipun berada pada tingkat getaran
yang dapat diterima. Suatu perubahan adalah dampak yang wajar dari adanya
perubahan kondisi operasi, misalnya: perubahan suhu, perubahan beban, keausan, dan
fluktuasi dari lingkungan mesin. Dan pada saat amplitudo berada diatas baseline,
maka trend perlu dicermati oleh teknisi agar tetap secara kontinu menguji kebutuhan
potensial terhadap:
a. Adanya perubahan kondisi operasi mesin yang sementara
b. Penjadwalan dini terhadap tindakan perbaikan
c. Penghentian segera operasi mesin oleh karena adanya kenaikan yang
signifikan dari amplitudo getaran mesin.


Gambar 2.12. Trend kenaikan amplitudo sinyal getaran terhadap waktu
Universitas Sumatera Utara
29
Ketika tingkat getaran mesin mulai bertambah melampaui tingkat baseline,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.12, hal ini menandakan masalah pada mesin
mulai timbul, dan pertambahan pada tingkat getaran seringkali bukan merupakan
gejala dari masalah tersembunyi. Perhatian diberikan pada mesin yang mulai
menunjukkan kenaikan pada tingkat getarannya.
Data baseline yang dimaksud adalah sekumpulan data yang diukur atau
diobservasi pada saat mesin beroperasi dan dapat diterima dan stabil. Hasil
pengukuran dapat dibandingkan dengan nilai baseline untuk mendeteksi adanya
perubahan. Data baseline hendaknya secara akurat mendefinisikan kondisi stabil dari
mesin, terutama kondisi operasi normalnya. Oleh karena itu pada mesin dengan
kondisi operasi berbeda, baseline untuk perbedaan kondisi ini juga berbeda.
Untuk mesin baru atau telah diperbaiki, maka akan ada periode keausan.
Sehingga, umumnya akan terlihat perubahan nilai yang diukur selama beberapa hari
atau minggu selama beroperasi. Maka, perlu diberikan waktu untuk terjadinya
keausan sebelum data baseline diambil.
Sedangkan untuk mesin yang telah beroperasi pada periode waktu yang cukup lama,
dan baru pertama kali dipantau, baseline dapat diambil sebagai titik referensi adanya
trend. Untuk mengevaluasi tingkat keparahan (severity) dari sinyal getaran pada
mesin berputar, International Organization for Standardization (ISO) telah
menerbitkan suatu standar untuk mengevaluasi berdasarkan kelas dan tipe dari mesin
yang disajikan pada Tabel 2.3 [14].
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 2.3 Kriteria zona evaluasi tingkat getaran tipikal

(sumber: Reference Standar for Vibration Monitoring and Analysis)

Pada standar tersebut, parameter yang diukur adalah kecepatan getaran dan
dibandingkan nilai RMS kecepatan berdasarkan klasifikasi daya mesin yaitu:
a. Kelas I (Class I) untuk mesin dengan daya dibawah 15 kW
b. Kelas II (Class II) untuk mesin dengan data diantara 15 75 kW
c. Kelas III (Class III), untuk mesin rigid dengan daya diatas 75 kW
d. Kelas IV (Clas IV), untuk mesin fleskibel dengan daya diatas 75 kW
Sedangkan A, B, C, D pada Tabel 2.3 menunjukkan zona kriteria evaluasi yaitu:
a. Zona A, yaitu getaran pada mesin yang baru dipasang dan akan diserah
terimakan
b. Zona B, yaitu getaran pada mesin yang dapat diterima dengan syarat mesin
tidak boleh dioperasikan secara terus menerus/lama.
c. Zona C, yaitu getaran pada mesin yang dianggap tidak memuaskan untuk
pengoperasian terus menerus untuk waktu yang lama. Umumnya mesin
Universitas Sumatera Utara
31
dioperasikan untuk waktu yang terbatas pada kondisi ini, sampai kesempatan
untuk tindakan perbaikan dilakukan.
d. Zona D, yaitu nilai getaran yang dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin.

Untuk mesin-mesin yang didesain dengan jam operasi yang panjang/lama
maka diberikan secara praktis ISO 10816-3 yang memberikan batasan getaran
operasional, yaitu alarms dan trips.
Alarms merupakan nilai batas dari getaran yang ditentukan untuk memberikan
peringatan dini bahwa getaran sudah mencapai ataupun ada perubahan yang
signifikan. Apabila batas alarms terjadi, pengoperasian mesin dapat dilanjutkan untuk
sementara waktu sambil dilakukan investigasi untuk mengidentifikasi penyebab
perubahan getaran dan menentukan tindakan perbaikannya. Nilai batas alarm pada
standar adalah 1,25 kali di atas batas zona B.
Trips merupakan batasan getaran mendekati tingkat getaran yang dapat menyebabkan
kerusakan pada mesin. Apabila batasan trip sudah dicapai, maka tindakan perbaikan
harus segera dilaksanakan untuk mengurangi getaran dan mesin dihentikan
pengoperasiannya. Nilai batas trips pada standar adalah 1,25 kali di atas batas zona C.

2.1.7.2. Spektrum Frekuensi
Ide dasar dari transformasi Fourier adalah fungsi suatu sinyal domain waktu
dapat dibangun dari penjumlahan fungsi sinus dengan distibusi berkelanjutan dari
Universitas Sumatera Utara
32
frekuensi, mulai dari nol sampai kepada frekuensi yang diinginkan. Pada sinyal
getaran periodik yang berulang atau pada periode tertentu, deret Fourier dapat
diaplikasikan dan jumlah komponen sinus hanya pada frekuensi diskrit yang
merupakan perkalian integer, n = 1, 2,...dari frekuensi dasar.
Meskipun getaran mesin sering memiliki jumlah komponen harmonik signifikan
yang terbatas, frekuensi tersebut sering pula bukan merupakan perkalian integer dari
frekuensi dasar, dan oleh karena itu transformasi Fourier, dan bukan deret Fourier,
adalah alat yang memadai untuk melacak sinyal getaran mesin dari domain waktu
menjadi domain frekuensi [14].
Hubungan antara sinyal fungsi waktu, ) (t X dan spektrum frekuensi atau
transformasi Fourier, dapat dilihat pada Gambar 2.13. Dengan mentransformasikan
sinyal domain waktu menjadi domain frekuensi, komponen yang mempengaruhi
sinyal getaran tersebut dapat diidentifikasi.

Gambar 2.13. Ilustrasi dari spektrum frekuensi sinyal yang berosilasi.

Universitas Sumatera Utara
33
Analisa spektrum sinyal berbasis waktu digunakan untuk kebutuhan berbagai
investigasi, terutama untuk mendiagnosa dan menyelesaikan masalah getaran seperti
dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Spektrum dari sinyal getaran yang diukur dari sebuah mesin berputar dapat
dilihat pada Gambar 2.15. Frekuensi komponen 1N (satu per revolusi atau
synchronous) seringkali yang paling besar, karena adanya massa unbalance pada
bagian rotor. Komponen harmonik dengan perkalian integer dari frekuensi (2N, 3N,
....) dari kecepatan putaran juga muncul, namun amplitudonya relatif lebih kecil.







Gambar 2.14. Kegagalan pada elemen mesin akan memunculkan amplitudo
pada frekuensi tertentu

Harmonik pada frekuensi subsynchronous juga sering dijumpai, mulai dari
persentase kecil dari kecepatan putaran hingga hampir mendekati komponen 1N.
Secara khusus untuk kepentingan penelitian ini, maka frekuensi komponen untuk
mengindentifikasi getaran [15] dapat dilihat pada Lampiran 3.
Universitas Sumatera Utara
34

Gambar 2.15. Suatu sinyal getaran dari mesin berputar dalam spektrum frekuensi

2.1.7.3. Rotor Orbit Trajectories
Rotor orbit trajectories secara khusus digunakan untuk analisa pada lateral
rotor vibration (LRV), yang memberikan tambahan informasi diagnosa komponen
mesin yang bermanfaat untuk analisa trouble shooting. Hal ini terutama untuk
mengindentifikasi penyebab natural dari masalah getaran pada mesin-mesin berputar.
LRV, juga disebut transverse rotor vibration adalah gerak orbit pada bidang radial
terhadap sumbu putar rotor.
Model sederhana dari LRV yaitu gerakan orbit rotor yang memiliki dua
derajat kebebasan (degree of freedom), seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.16.
Pada model ini, masa rotor m, dapat berubah posisi pada bidang radial x-y. Massa ini
terhubung dengan struktur melalui pegas dan peredam yang tereksitasi oleh gaya
radial yang berubah terhadap waktu, misalnya gaya akibat massa unbalance
Universitas Sumatera Utara
35

Gambar 2.16. Model LRV sederhana dua derajat kebebasan

Dua persamaan gerak dari model ini yang dipengaruhi oleh gaya eksitasi yang berasal
dari ma F = , maka diperoleh,
t F x k x c x m
o x x
cos = + + & & & (2.28)
t F y k y c y m
o y y
sin = + + & & & (2.29)
Pada kondisi isotropik, yaitu: k k k
y x
= dan c c c
y x
= , maka persamaan (2.28)
dan (2.29) dapat di tulis dalam bentuk matrix,
)
`

=
)
`

+
)
`

+
)
`

) (
) (
0
0
0
0
0
0
t F
t F
y
x
k
k
y
x
c
c
y
x
m
m
y
x
&
&
& &
& &
(2.30)
Untuk menggambarkan resultan dari perpindahan sistem pada persamaan
(2.30) yang bergetar pada sumbu x dan y dengan frekuensi yang sama , maka setiap
gerak harmonik dapat disajikan sebagai vektor dan berlaku penjumlahan vektor.
Apabila dianggap bahwa massa m dari kondisi unbalance dianggap berosilasi
secara simultan dengan gerak harmonik sederhana yang memiliki frekuensi yang
sama menurut sumbu x dan y. Maka perpindahan dari partikel dapat dituliskan:
Universitas Sumatera Utara
36
) sin(
x
t X x + = (2.31)
) sin(
y
t Y y + = (2.32)
Dengan menghilangkan waktu t pada persamaan (2.31) dan (2.32), maka variabel
yang tersisa adalah hanya x dan y, sementara X , Y ,
x
, dan
y
merupakan
konstanta. Dengan mengembangkan argumen dari sinus, maka diperoleh:
x x
t t
X
x
sin cos cos sin + =
dan,
y y
t t
Y
y
sin cos cos sin + =
maka,
( )
x y y x x y
t
Y
y
X
x
sin cos sin cos sin sin sin = (2.33)
dan
( )
x y y x y x
t
X
x
Y
y
sin cos sin cos cos cos cos = (2.34)
Dengan melakukan perkalian kuadrat dan penjumlahan terhadap persamaan (2.33)
dan (2.34) maka,
( ) ( )
x y x y
XY
xy
Y
y
X
x
+ = cos
2
sin
2
2
2
2
2
(2.35)
yang merupakan persamaan umum sebuah lingkaran elips.
Universitas Sumatera Utara
37
Biasanya sumbu utama dari elipse akan menanjak terhadap sumbu x dan y,
tetapi hal ini akan menjadi sumbu utama ketika ada perbedaan fase 2 =
x y
,
maka persamaan (2.35) menjadi bentuk yang lebih dikenal,
1
2
2
2
2
= +
Y
y
X
x
(2.36)
Jika A Y X = = , maka persamaan (2.36) menjadi
2 2 2
A y x = + . Saat
x y
= 0, 2,
4, dan seterusnya, maka akan diperoleh persamaan
x
X
Y
y =
yang merupakan suatu garis lurus yang memiliki kemiringan Y/X.
Kembali lagi untuk
x y
= , 3, 5, dan seterusnya, akan diperoleh:
x
X
Y
y =
yang merupakan suatu garis lurus namum dengan kemiringan yang berlawanan.
Lintasan jejak partikel ini dapat dilihat pada Gambar 2.17 dan secara mudah dapat
digambarkan dengan menggunakan program simulasi matematika Matlab versi 6.1.
Untuk menggambarkan kurva dua dimensi dari fungsi x dan y dengan
menggunakan Matlab versi 6.1. digunakan perintah ezplot. Berdasarkan fungsi
dasar pada persamaan (2.31 dan 2.32), maka kurva koordinat diketahui:
) sin( ), sin( ) , ( + = t t y x ,
dimana:


2 ,
4
7
,
2
3
,
4
5
, ,
4
3
,
2
,
4
, 0 =
Universitas Sumatera Utara
38
Dengan memberikan perintah kedalam MatLab versi 6.1 untuk tiap , yaitu:
>> ezplot('sin(t)','sin(t+ )')
Maka diperoleh kurva untuk masing-masing seperti pada Gambar 2.17.









Gambar 2.17 Berbagai lintasan orbit dalam sistem getaran yang simultan pada
sumbu yang tegak lurus dimana gerak harmonik sederhana
memiliki frekuensi yang sama.

Untuk menggambarkan gerak partikel unbalance dalam ruang tiga dimensi,
persamaan fungsi ditambahkan dalam arah sumbu z. sehingga ada persamaan gerak
harmonik sederhana ketiga yaitu:
) sin(
z
t Z z + = (2.37)
Apabila X=Y=Z=A, maka kurva koordinat dalam dimensi ruang adalah:
) sin( ), sin( ), sin( ) , , ( t t t z y x + = ,
=0 =/4 =/2 =3/4
= =5/4 =3/2 =7/4
Universitas Sumatera Utara
39
perintah yang dituliskan kedalam MatLab versi 6.1 untuk 2 = , yaitu:
>> ezplot3(sin(t),sin(t+ 2 ),sin(t))
akan menghasilkan lintasan orbit dalam dimensi ruang dengan pada frekuensi yang
sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Lintasan orbit perpindahan partikel dalam dimensi ruang

2.2. Model Skala Centrifugal Fan
Secara teknis, fan dan blower merupakan dua alat/mesin yang berbeda namun
memiliki fungsi yang sama yaitu memindahkan sejumlah udara atau gas pada tekanan
tertentu. Istilah fan untuk menyatakan mesin yang tekanannya tidak melebihi 2 psig,
sedangkan blower untuk menyatakan mesin dengan tekanan discharge antara 2 10
psig. Untuk mesin dengan tekanan discharge di atas 10 psig disebut sebagai
kompresor. Istilah blower juga digunakan untuk kompresor rotari (positive
displacement) kapasitas aliran rendah yang memiliki rasio kompresi tinggi.
Universitas Sumatera Utara
40
2.2.1 Klasifikasi Fan
Fan dapat diklasifikasikan dalam dua klasifikasi yaitu: axial fan dan
centrifugal fan. Axial fan beroperasi seperti propeler, yang menghasilkan aliran
udara disepanjang porosnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19. Tiga jenis blade axial fan
Centrifugal fan menghasilkan aliran udara dengan mempercepat arus udara
secara radial dan mengubah energi kinetik menjadi tekanan. Centrifugal fan dapat
menghasilkan tekanan tinggi dengan efisiensi tinggi, dan dapat dibuat dalam berbagai
tingkat kondisi operasional. Berbagai jenis centrifugal fan dapat dilihat pada gambar
2.20.,yang memiliki beberapa jenis blade, antara lain:
a) Forward curve fan, memiliki kecepatan putar yang sangat rendah untuk
mengalirkan sejumlah udara. Fan jenis ini biasanya diaplikasikan untuk
sistem pemanas bertekanan rendah, ventilasi, dan air conditioning
Universitas Sumatera Utara
41
b) Radial blade fan, secara umum yang paling efisien diantara centrifugal fan
yang memiliki bentuk blade mengarah titik poros. Fan jenis ini digunakan
untuk pemindahan bahan dan industri yang membutuhkan fan dengan tekanan
di atas menengah.








Gambar 2.20. Lima jenis blade centrifugal fan
c) Radial tip fan, lebih efisien dibandingkan fan tipe radial blade yang di desain
tahan terhadap keausan dan aliran udara yang erosif.
d) Backward-inclined fan memiliki blade yang lurus dengan ketebalan tunggal.
Fan ini diaplikasikan pada sistem pemanas, ventilasi, air conditioning dan
industri dimana blade akan mengalami lingkungan yang korosif dan erosif.
e) Air foil fan adalah tipe centrifugal fan yang dikembangkan untuk memperoleh
efisiensi tinggi. Fan ini diaplikasikan pada sistem pemanas, ventilasi, air
conditioning dan udara bersih industri untuk penghematan energi
(a) (b)
(c) (d) (e)
Universitas Sumatera Utara
42
2.2.2. Prinsip dan Desain Model Skala
Persyaratan dari suatu model yang diskalakan yaitu memenuhi tiga tujuan
berikut ini:
a. Dapat mentranformasikan secara proporsional fitur pada kondisi asli yang
sulit untuk ditangani sehingga dapat dikelola, seperti: ukuran yang sangat
besar, aliran yang sangat lambat, pelepasan energi yang sangat cepat, dan
dimensi yang mikroskopis.
b. Memperpendek waktu eksperimen dengan menyederhanakan sejumlah
variabel.
c. Dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap suatu fenomena.

Berbagai jenis model telah banyak digunakan dengan tujuan berbeda, antara lain:
1) Model subjektif, model ini merupakan model konseptual yang dikembangkan
oleh filsuf atau sosiologis, untuk merefleksikan pandangannya terhadap struktur
kemanusiaan dan lingkungan sosial.
2) Model kualitatif, model ini merupakan model yang sesuai dengan spesifikasi,
contohnya:
a) Breadboard model, yang memiliki sedikit kemiripan, namun fisiknya dapat
membantu dalam memastikan suatu alat baru dapat berfungsi dengan baik.
b) Mock-up model, yang menampilkan bagian eksternal dari suatu konsep baru
namun kurang berfungsi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
43
c) Test bed, pilot plant, dan development model, yang merupakan perangkaian
awal elemen yang esensial dari mesin baru, dengan tujuan untuk mengetahui
adanya malfuction dan untuk mengarahkan pengembangan selanjutnya.
d) Prototype, merupakan produk akhir dari tahap pengembangan, dapat
dilakukan penyesuaian final dan mengawali suatu seri dari produksi awal.
3) Model Analog, model ini dirancang untuk menampilkan hubungan kuantitatif
antar parameter yang dapat diatur, contoh sederhananya: model boneka dari
mobil, kapal, pesawat terbang, dan peta geografi.
4) Model Matematis, model ini berkembang dengan adanya komputer dan analisis
sistem yang diterapkan mulai ilmu pengetahuan hingga keilmuan yang tidak dapat
diukur secara kualitatif seperti, perilaku manusia, proses kejiwaan, fungsi
biologis, rencana tata kota, dan management.
5) Model Skala, merupakan suatu model eksperimen/pengujian untuk menampilkan
perilaku fisik dari suatu fenomena asli, atau suatu prototype.

Model skala merupakan suatu pengganti yang valid dari suatu sistem yang
oleh karena (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu pelan, terlalu cepat, terlalu mahal,
tidak dapat diakses, dan tidak dapat dikelola), tidak dapat di eksplorasi di tingkat
prototype. Apabila dapat diskalakan dengan benar, maka paramater fisik yang dapat
diukur dan relevan pada model skala dapat memberikan prediksi secara kuantitatif
yang berhubungan dengan rancangan prototype.
Universitas Sumatera Utara
44
Perilaku yang homologos dari elemen model dapat dijamin apabila setiap
parameter, variabel dalam skalar, vektor dan tensor dari tiap elemen prototype dapat
ditranformasikan melalui perkalian dari suatu konstanta atau faktor skala. Faktor
skala adalah suatu konstanta yang merupakan harga pembesaran atau pengecilan dari
ukuran sebenarnya.
Faktor model skala secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Faktor skala primer
2) Faktor skala sekunder

Tabel 2.4. Faktor skala primer yang disyaratkan pada ilmu fisika
Faktor Skala Primer
Bidang
Panjang
l
*

Waktu
t
*

Gaya
F
*

Suhu

*

Arus Listrik
i
*

Geometri 9 - - - -
Kinematika 9 9 - - -
Statika 9 - 9 - -
Dinamika 9 9 9 - -
Thermodinamika 9 9 9 -
Perpindahan kalor dan
massa
9 9 9 9 -
Elektrostatis 9 - 9 - 9
Elektrodinamis
Elektromagnetis
9 9 9 - 9
Magnethidrodinamik 9 9 9 9 9
sumber: Scale Models in Engineering Fundamental and Application, Pergamon Press, Oxford,
1977,p.33.

Universitas Sumatera Utara
45
Faktor skala primer dalam penerapannya dibidang ilmu fisika dapat dilihat
pada Tabel 2.4. yang memperlihatkan bahwa faktor skala primer yang perlu
diperhatikan tidak lebih dari lima. Apabila faktor skala primer ini dapat diterapkan,
maka seluruh faktor skala sekunder otomatis akan dipenuhi, dan hasilnya adalah
model skala.
Sistem yang homologos dalam penelitian ini, adalah sebuah prototype dan
sebuah model yang mengalami perubahan skala dimensi geometri poros dan
perubahan skala beban impeller yang ditampilkan, pada Gambar 2.21. dengan daftar
skala dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 2.21. Prototype dan model skala poros centrifugal fan

Universitas Sumatera Utara
46
Kuantitas yang esensial dari poros diskalakan secara geometris, yaitu satuan
panjang, dihubungkan dengan faktor skala maka:

' '
3
3
'
2
2
'
1
1
'
*
L
L
l
l
l
l
l
l
x
x
l
L
L
= = = = = (2.38)
yang terkait dengan waktu, dikalikan dengan faktor skala:
1
0
0
'
1
1 *
t
t
t
t
t = = (2.39)
dan seluruh yang terkait dengan gaya, dikalikan dengan faktor skala:
'
*
P
P
F
F
F = (2.40)
sehingga bentuk, gaya dan waktu dari model dan prototype akan memiliki kemiripan.
Sedangkan kecepatan, momen, tarikan, dan energi kinetik merupakan produk dari
skala primer disebut sebagai faktor skala sekunder.
Hanya faktor skala primer yang perlu diperhitungkan oleh karena faktor skala
sekunder dapat dengan mudah diturunkan dari faktor skala primer, sebagai contoh
dapat dilihat faktor skala sekunder dari kecepatan sebagai berikut:

' '
3
3
'
2
2
'
1
1 *
...
n
n
v
v
v
v
v
v
v
v
v = = = = =
Kecepatan juga dapat ditampilkan dalam turunan pertama jarak terhadap waktu,
maka:
'
'
'
2
'
2
2
2
'
1
'
1
1
1
*
...
n
n
n
n
dt
dl
dt
dl
dt
dl
dt
dl
dt
dl
dt
dl
v = = = =
Universitas Sumatera Utara
47
Berdasarkan kesepakatan terhadap geometris dan waktu yang disyaratkan yaitu:
'
1
*
1
.l l l = ,
'
2
*
2
.l l l = , dan seterusnya, dan
'
1
*
1
.t t t = ,
'
2
*
2
.t t t = , dan seterusnya, maka:

*
*
'
2
'
2
2
2
*
*
'
1
'
1
1
1
*
*
*
...
t
l
dt
dl
dt
dl
t
l
dt
dl
dt
dl
t
l
v = = = = (2.41)
Dengan cara yang sama, maka skala faktor sekunder dapat diturunkan dari
dua atau lebih skala faktor primer, seperti dibawah ini:
a. Skala faktor luas :
2 * *
l A =
b. Skala faktor percepatan :
2 *
*
*
t
l
a =
c. Skala faktor momen :
* * *
.l F M =
d. Skala faktor daya :
*
*
* * * *
. .
t
l
F v F P = =

2.2.3. Karakteristik Desain Model Centrifugal Fan
Berdasarkan standar AMCA (Air Movement and Control Association) pada
Lampiran 4, 5, 6, dan 7, dalam perencanaan terhadap model backward-inclined
centrifugal fan yang digunakan dalam penelitian adalah fan model skala dari
depericarper fan dapat dilihat pada Gambar 2.22.
Karakteristik model skala disesuaikan dengan Depericarper fan yang terpasang di
PKS, yaitu
a. Arrangement (AMCA 99-2404-03) : 2 SWSI
b. Inlet Box Position (AMCA 99-2405-03) : 90
o

Universitas Sumatera Utara
48
c. Designation (AMCA 99-2406-03) : Clock wise up blast
d. Motor Position (AMCA 99-2407-03) : Z


Gambar 2.22. Model skala centrifugal fan tipe 2 SWSI

2.3. Bantalan Anti Gesek
Bagian yang berputar dari suatu mesin ditahan oleh suatu jenis bearing
(bantalan). Bantalan ini dapat diklasifikasikan atas dua group: journal atau sleeve
bearing dan antifriction bearing (bantalan anti gesek).
Journal atau sleeve bearing menawarkan paling sedikit dan paling ekonomis
peralatan penahan bagian bergerak, lihat Gambar 2.23. Tidak ada bagian yang
bergerak dan normalnya sepotong metal menutupi (enclosing) sebuah poros. Istilah
journal artinya bagian penahan (supporting) pada poros.

Universitas Sumatera Utara
49

Gambar 2.23. Bantalan journal atau sleeve

Bantalan jenis bola (ball) atau peluru, rol (roller) dan jarum (needle), pada
Gambar 2.24, diklasifikasikan sebagai bantalan anti gesek (antifriction bearing)
dimana gesekan telah berkurang pada nilai minimum. Bantalan jenis ini dapat dibagi
atas dua group : radial bearing dan thrust bearing.





Gambar 2.24. Berbagai tipe elemen gelinding pada bantalan

Kecuali untuk desain khusus, bantalan peluru/bola dan rol terdiri atas dua
buah cincin (ring), satu set elemen gelinding (rolling element) dan rumah bantalan
(cage) yang dapat dilihat pada Gambar 2.25.
Universitas Sumatera Utara
50



.




Gambar 2.25. Struktur Bantalan Anti Gesek

2.3.1. Beban pada Bantalan
Beban pada bantalan berasal dari poros yang dipasang pada bantalan [19],
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.26. Beban ini dapat berasal dari, impeller,
beban sendiri poros dan lainnya. Secara umum poros diasumsikan kaku, dan
misalignment pada bantalan oleh karena poros bengkok diabaikan. Sehingga gaya
reaksi yang terjadi dapat ditentukan dari persamaan statik.

Gambar 2.26. Sistem poros pada dua bantalan

Universitas Sumatera Utara
51
Sehingga berlaku:
0 = F , 0
2 1
= + P F F
0 = M , 0 ) (
1
= a l P l F

Gambar 2.27. Sistem poros pada dua bantalan dengan beban overhung

Untuk beban overhanging seperti pada Gambar 2.27, maka persamaan 2.42
dan 2.43 dapat digunakan dengan asumsi bahwa jarak arah kiri dari tangan kiri
dianggap negatif, sehingga persamaan:

|
.
|

\
|
=
l
a
P F 1
1
(2.42)

l
a
P F =
2
(2.43)

Apabila sejumlah beban
k
P terdapat pada poros seperti pada Gambar 2.28,
maka gaya reaksi pada bantalan dapat diperoleh dengan prinsip superposisi. Dalam
hal ini bentuk persamaannya menjadi:

=
=
|
|
.
|

\
|
=
n k
k
k
k
l
a
P F
1
1
1 (2.44)
Universitas Sumatera Utara
52

=
=
=
n k
k
k
l
a
P F
1
2
(2.45)

Gambar 2.28. Sistem poros pada dua bantalan dengan beban kombinasi

Persamaan 2.44 dan 2.45 adalah valid untuk beban yang berada pada satu
bidang. Apabila tiap beban berada pada bidang yang berbeda, maka pembebanan
diselesaikan pada tiap sumbu ortogonalnya, sebagai contoh,
k
x
P dan
k
z
P (dengan
asumsi sumbu poros pada arah y). Berdasarkan gaya reaksi bantalan arah radial
x
F
1
,
z
F
1
,
x
F
2
dan
z
F
2
, maka:
2
1
2
1
2
1 1
) (
z x
F F F + = (2.46)

2
1
2
2
2
2 2
) (
z x
F F F + = (2.47)

2.3.2. Nomenklatur Bantalan
Nomenklatur dari bantalan bola unit terpadu FYH mengikuti standar JIS
(Japanese Industrial Standards) B 1557, yang mengatur pengkodean terhadap model
Universitas Sumatera Utara
53
bantalan/housing, diameter, diameter bore, asesoris serta kekhususan. Nomenklatur
bantalan yang digunakan, yaitu:












2.3.3. Umur Bantalan
Apabila bantalan dapat dipelihara dalam keadaan tetap bersih, dilumasi,
dipasang dan terlindungi dari abu dan kotoran, serta dioperasikan pada suhu yang
sesuai, maka fatik logam adalah satu-satunya penyebab kegagalannya.
Pengukuran umur yang umum adalah:
a. Jumlah revolusi dari cincin bagian dalam sampai pada kemunculan bukti
awal terjadinya fatik
UK F 06 J
Fitting code
Tolerance class of spherical bore of
the housing is J7 (not shown on the
bearing that the spherical bore
diameter exceeds 120 mm)
Bore dia. code
(Bore dia. code) 5 = Nominal
bearing bore dia. (mm)
2
Diameter series code
For light duty
Housing model code
Square four-bolt flange type
Bearing model code
Tapered bore (for adapter)

Universitas Sumatera Utara
54
b. Jumlah jam yang digunakan pada kecepatan sudut standar hingga muncul
bukti awal terjadinya fatik
Istilah umum yang digunakan adalah umur bantalan (bearing life), yang
digunakan pada kedua pengukuran yang disebutkan di atas, penting untuk diketahui,
sebagaimana halnya pada kasus fatik, umur didefinisikan sebagai jumlah revolusi
(atau jam pada kecepatan konstan) total dari pengoperasian bantalan sampai kriteria
kegagalan berkembang.
Umur efektif (rating life) dari sekumpulan bantalan bola didefinisikan sebagai
jumlah revolusi (atau jam pada kecepatan konstan) dimana 90 persen dari
sekumpulan bantalan akan mencapai atau melampaui kondisi sebelum
berkembangnya kegagalan. Istilah umur minimum (minimum life), umur
10
L , dan
umur
10
B juga digunakan sebagai sinonim dari umur efektif.
Sedangkan umur median (median life) adalah persen ke limapuluh dari
sekumpulan bantalan. Istilah umur rata-rata (average life) digunakan sebagai sinonim
dari umur median. Pada sejumlah bantalan yang diuji, umur median diantara 4 5
kali dari umur
10
L .
Umur bantalan sesuai katalog bantalan FYH dihitung dengan rumus:

3
6
10
60
10
|
|
.
|

\
|
=
r
r
th
P
C
n
L (2.48)
dimana: n = kecepatan poros (rpm)

r
C = basic load rating (kN)
Universitas Sumatera Utara
55

r
P = beban radial dinamik ekivalen (N)
Perhitungan umur bantalan yang digunakan pada penelitian ini dapat di lihat pada
Lampiran 8. Beban radial dinamik ekivalen yang merupakan kombinasi dari beban
radial dan beban aksial dihitung dengan rumus:

a r r
YF XF P + = (2.49)
dimana: X = faktor beban radial dari Tabel 2.5.
Y = faktor beban aksial dari Tabel 2.5.

r
F =beban radial (N)

a
F =beban aksial (N)

Untuk menggunakan Tabel 2.5 maka diperlukan basic static radial loading,
r
C
0
dan
faktor,
0
f diperoleh dari spesifikasi bantalan.

Tabel 2.5. Faktor beban radial ( X ) dan faktor beban aksial (Y )
F
a
/ F
r
e F
a
/ F
r
e
r
a
C
F f
0
0

E
X Y X Y
0.172 0.19 2.30
0.345 0.22 1.99
0.689 0.26 1.71
1.03 0.28 1.55
1.38 0.30 1.45
2.07 0.34 1.31
3.45 0.38 1.15
5.17 0.42 1.04
6.89 0.44
1 0 0.56
1.00
(sumber: Katalog bantalan FYH)
Universitas Sumatera Utara
56
2.4 Sabuk-V (V-belt)
Transmisi sabuk [22] dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Sabuk rata (flat belt) dipasang pada puli silinder dan meneruskan momen
antara dua poros yang jaraknya dapat mencapai 10 meter dengan
perbandingan putaran antara 1:1 sampai dengan 6:1.
2. Sabuk dengan penampang trapesium (v-belt) dipasang pada puli dengan alur
dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat mencapai 5
meter dengan perbandingan putaran antara 1:1 sampai dengan 7:1.
3. Sabuk dengan gigi (timing belt) yang digerakkan dengan sproket pada jarak
pusat sampai 2 meter, dan meneruskan putaran secara tepat dengan
perbandingan antara 1:1 sampai 6:1.

Sabuk paling umum dijumpai di industri adalah sabuk-V, karena
penanganannya mudah serta harga murah. Kecepatan sabuk pada umumnya
direncanakan antara 10 20 m/s, serta dapat mentransmisikan daya hingga 500 kW.
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan tetoron
atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang
besar, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.29.
Universitas Sumatera Utara
57

Gambar 2.29. Penampang sabuk-V klasik

2.4.1. Tipe Dan Ukuran Nominal Sabuk-V
Tiap dimensi sabuk-V telah distandarisasi oleh pabrikan dan pada umumnya
dapat dibagi/diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu: heavy-duty (industri) dan light-
duty (fractional-horsepower). Sabuk-V untuk industri berdasarkan penampangnya
(Gambar 2.30) terdiri dari 2 tipe dasar, yaitu: penampang konvensional/klasik (A, B,
C, D, dan E) dan penampang sempit (3V, 5V, dan 8V).
Gambar 2.30. Penampang sabuk-V industri: (a) Penampang konvensional, dan
(b) Penampang sempit


(a) (b)
Terpal
Bantal karet
Bagian penarik
Universitas Sumatera Utara
58
2.4.2. Panjang Sabuk-V
Untuk menyatakan panjang dari sabuk-V ada tiga nomenklatur yang umum
digunakan sesuai cara pengukurannya, yaitu: panjang bagian luar (OC: outside
circumference), panjang efektif (Le: effective length), dan panjang pitch (Lp: pitch
length).
Panjang bagian luar (OC) biasanya diukur secara sederhana dengan pita ukur
yang diletakkan dibagian luar sabuk-V. Cara ini merupakan metode yang baik untuk
memperoleh panjang nominal, namun sulit untuk mendapatkan nilai yang akurat dan
konsisten oleh karena sabuk-V diukur pada saat tidak diberi tarikan (tension),
sehingga tidak dapat menyatakan panjang sabuk saat dioperasikan.
Panjang efektif (Le) diukur langsung saat terpasang yang ditentukan
berdasarkan penjumlahan dari dua kali jarak poros ditambah dengan panjang keliling
bagian luar dari sebuah puli, ukuran ini yang biasa digunakan dilapangan.
Panjang pitch (Lp) merupakan panjang dari aksis netral dari sabuk, yaitu
panjang dari kabel (tension cord line). Oleh karena kabel berada di dalam sabuk,
sehingga sulit untuk diukur namun dapat dihitung dengan rumus [21],
( ) ( )
C
d D d D
C L
p
4 2
2
2

+
+
+ = (2.50)
dimana: C = jarak antar poros
D = diameter puli besar
d = diameter puli kecil
Universitas Sumatera Utara
59
Pemilihan terhadap penampang dan panjang efektif sabuk-V dapat dilihat pada
Lampiran 9.

2.4.3. Tarikan Statik dan Gaya Defleksi Sabuk-V.
Sabuk-V dapat mentransmisikan daya dengan baik pada rentang tarikan yang
cukup lebar. Untuk mengoptimalkan umur dan performa sabuk serta menghindari
tarikan pada poros dan bantalan yang tidak diinginkan, perlu dihitung dan diukur
tarikan yang diberikan berdasarkan beban yang akan bekerja. Cara untuk menghitung
yaitu metode defleksi gaya (force deflection) sesuai rekomendasi Mechanical Power
Transmission Association (MPTA), hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.31.

Gambar 2.31. Pengukuran defleksi sabuk-V

Metode ini menerjemahkan tarikan statik menjadi gaya defleksi yang
diberikan pada sabuk dan menghasilkan defleksi dengan norma defleksi q, sebesar
1/64 tiap 1 inci panjang span (L
s
) atau 1,6 mm tiap 100 mm span. Defleksi sabuk
Universitas Sumatera Utara
60
diukur ditengah span dalam arah tegak lurus span (L
s
). Jarak defleksi q, dalam satuan
inci yang disyaratkan dihitung dengan rumus:
64
s
L
q = (2.51)
dimana panjang span (Ls) dapat dihitung dengan rumus:
2
2
2
|
.
|

\
|
=
d D
C L
s
(2.51.a)
dimana : Ls = panjang rentangan (inci)
C = Jarak antar poros (inci)
D,d = Diameter puli (inci)
Besarnya tarikan pada sabuk-V idealnya adalah tarikan terendah dimana
sabuk tidak akan slip pada kondisi beban tertinggi, lihat Gambar 2.32. Hal ini akan
menghasilkan umur sabuk yang paling baik dan beban pada poros yang rendah.

Gambar 2.32. Vektor tarikan statik sabuk

Metode praktis untuk menghitung dan mengukur tarikan statik (static tension)
sabuk berdasarkan beban/daya rencana dihitung dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
61
(
(

|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=
c b
d
st
g
V
W
V N
P
K
K
T
1
60
9 . 0
10 5 . 2
15
2
3

(2.52)
dimana
st
T =Tarikan statik sabuk (lb),
K

= Faktor koreksi busur kontak


P
d
= Daya rencana (hp)
W = Berat sabuk tiap kaki satuan panjang (lb), lihat Tabel 2. 6
V = Kecepatan sabuk (fpm)
g
c
= konstanta gravitasi : 32.2 ft/sec
2

N
b
= Jumlah sabuk yang digunakan
Tabel 2.6. Berat sabuk (W) dan faktor modulus sabuk(K
y
)
Penampang Sabuk Berat Sabuk W (lb/ft) Faktor Modulus sabuk
3L
4L
5L
A
AX
B
BX
C
CX
D, DX
3V, 3VX
5V
5VX
8V, 8VX
0.04
0.06
0.09
0.07
0.06
0.13
0.11
0.23
0.21
0.42
0.05
0.14
0.12
0.37
5
6
9
6
7
9
10
16
18
30
4
12
13
22
(Sumber: Mechanical Power Transmission Ascociation)

Universitas Sumatera Utara
62
Faktor koreksi busur K

, dapat dihitung dengan rumus:


|
.
|

\
|
=
R
R
K
1
25 . 1

(2.52.a)
dimana R adalah rasio tarikan yang dihitung dengan rumus:
( )( ) 008941 . 0
e R = (2.52.b)
dan = sudut busur kontak dari diameter puli terkecil dalam satuan derajat:
|
.
|

\
|
=

C
d D
2
cos 2
1
(2.52.c)
Daya rencana dihitung dengan rumus:
P P
d
15 . 1 = (2.52.d)
yang mana P adalah daya motor terpasang (hp), sedangkan rumus kecepatan sabuk :
12
Dn
V

= (2.52.e)
Rentang gaya minimum dan maksimum yang direkomendasikan untuk mesin
dengan sabuk-V berjumlah satu dapat dihitung dengan rumus:
1) Gaya minimum yang direkomendasikan

16
min
y
y
s
st
K
L
L
T
P
|
|
.
|

\
|
+
= (2.53.a)
2) Gaya maksimum yang direkomendasikan
16
5 . 1
max
y
y
s
st
K
L
L
T
P
|
|
.
|

\
|
+
= (2.53.b)
Universitas Sumatera Utara
63
Sesuai rekomendasi MPTA, untuk keperluan analisa tarikan statis sabuk-V
berjumlah satu, akibat gaya defleksi P
a
, dengan defleksi berjarak q, dapat dihitung
dengan rumus:
y
p
s
a st
K
L
L
P T
|
|
.
|

\
|
=16 (2.54)
Dimana : P
a
= Gaya defleksi yang aktual diukur (lb)
K
y
= Faktor Modulus sabuk (lihat Tabel 2.13)
L
s
= Panjang span (inci)
L
p
= Panjang pitch sabuk (inci)

2.4.4. Beban Statis pada Poros Akibat Tarikan Sabuk-V
Beban statis pada poros F
s
, didefinisikan sebagai resultan dari tarikan akibat
tarikan statis sabuk T
s
disepanjang garis sumbu penggerak (drive center line) pada
saat diam, lihat Gambar 2.33.


Gambar 2.33. Vektor tarikan sabuk dan beban statis poros

Universitas Sumatera Utara
64
Besar beban statis poros F
st
, adalah sama untuk puli penggerak dan yang
digerakkan, yang dihitung dengan rumus:
(

|
.
|

\
|
=
2
sin 2

st b st
T N F (2.55)

2.4.5. Tarikan Operasi dan Beban Dinamis Sabuk-V
Tarikan sabuk-V pada saat mesin beroperasi menimbulkan dua tarikan yaitu
tight side tension T
T
, dan slack-side tension T
S
, yang dihasilkan oleh adanya torsi Q
dan tarikan statis T
st
, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.34.

Gambar 2.34. Vektor tarikan operasi dan beban dinamis poros sabuk-V

Torsi merupakan fungsi dari daya nyata yang ditransmisikan P
r
dan
kecepatan sabuk-V. Untuk menentukan daya nyata dapat digunakan pengukuran
sehingga perhitungan lebih akurat, namun apabila tidak tersedia, dapat menggunakan
daya motor. Sehingga tarikan efektif T
e
(lb) untuk tiap sabuk dapat dihitung dengan
rumus:
( )
b
S T e
VN d
Q
T T T
Pr 33000 2
= = = (2.56)
Universitas Sumatera Utara
65
Tight side tension T
T
(lb) dapat dihitung dengan rumus:
2
1
60
9 . 0
9 . 0
2
e
c
st
T
T
g
V
W
T
T +
(
(

|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
= (2.57)
maka slack side tension T
S
dapat dihitung dengan rumus:
e T S
T T T = (2.58)
Sama seperti beban statis poros, maka beban dinamis poros F
dy
juga
merupakan resultan dari tarikan yang terdapat pada sabuk. Beban dinamis poros
akibat tarikan sabuk merupakan penjumlahan vektor dari T
T
dan T
S
. dengan rumus:
( ) cos 2
2 2
S T S T b dy
T T T T N F + = (2.59)

2.5. Kerangka Konsep
Hasil yang diperoleh dalam suatu penelitian dipengaruhi oleh variabel-
variabel penelitian itu sendiri. Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan
seperti Gambar 2.35.
Permasalahan adalah perbedaan respon getaran yang diakibatkan oleh
perubahan tarikan sabuk-V, yang menjadi variabel bebas dan input alat pengukur
getaran, sedangkan variabel terikat yaitu amplitudo getaran yang timbulkan. Hasil
yang diperoleh dari pengukuran meliputi respon getaran dari bantalan yaitu kecepatan
getaran (RMS) dalam mm/s, spektrum frekuensi beserta respon getarannya. Setelah
dilakukan analisa trend getaran, spektrum frekuensi dan rotor orbit trajectories, maka
Universitas Sumatera Utara
66
akan diambil kesimpulan dari hasil penelitian sesuai tujuan khusus. Tahapan
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alur proses penelitian Lampiran 10.












Gambar 2.35. Kerangka Konsep Penelitian


Permasalahan:
Getaran pada bantalan model
skala centrifugal fan akibat
perubahan tarikan sabuk-V
sebagai parameter untuk
memantau tingkat keadaan
mesin dalam teknik
pemeliharaan yang bersifat
prediktif
Bantalan Model Centrifugal Fan:
Model skala centrifugal fan
Titik pengukuran getaran
Kecepatan putaran poros
Amplitudo kecepatan getaran
keseluruhan (rms)
Spektrum frekuensi sistem
Hasil yang diperoleh :
Frekuensi eksitasi sistem
Trend getaran bantalan
Spektrum frekuensi getaran
bantalan
Orbit perpindahan getaran
Variabel Bebas
Beban dinamis akibat tarikan
sabuk-V

Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar