Você está na página 1de 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Insomnia didefinisikan sebagai mengulangi kesulitan dengan inisiasi, durasi, pemeliharaan, atau kualitas tidur yang terjadi meskipun cukup waktu dan kesempatan untuk tidur yang mengakibatkan beberapa bentuk kerusakan siang hari. Sekitar sepertiga dari orang dewasa melaporkan beberapa kesulitan jatuh tertidur dan / atau tinggal tidur selama 12 bulan terakhir, dengan 17% melaporkan masalah ini sebagai satu signifikan. Insomnia dapat akut atau kronis. Penyesuaian insomnia akut terjadi dalam konteks penekan yang diidentifikasi (misalnya, kehilangan, perubahan dalam hubungan interpersonal, berkabung, pekerjaan stres, kehilangan pekerjaan) yang bertindak sebagai faktor mempercepat. Ini biasanya berlangsung selama 3 bulan atau kurang, dan menyelesaikan sebagai penekan tidak lagi hadir atau sebagai individu menyesuaikan dengan penekan. Dalam satu tahun penyesuaian prevalensi insomnia pada orang dewasa adalah sekitar 10-15%. Meskipun tidak cukup tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh mengantuk berlebihan siang hari, seperti disengaja kantuk di episode membosankan, monoton, nonstimulating situasi. Namun, mereka mengeluh merasa lelah dan letih dengan konsentrasi yang buruk. Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi fisiologis hyperarousal. Bahkan, meskipun tidak mendapatkan cukup tidur, pasien dengan insomnia seringkali mengalami kesulitan untuk tidur siang hari bahkan selama tidur siang. Insomnia kronis juga memiliki berbagai konsekuensi kesehatan. Sebagai contoh, pasien dengan laporan insomnia kronis kualitas hidup berkurang dibandingkan dengan kondisi lain seperti diabetes, artritis, dan penyakit jantung. Meningkatkan kualitas hidup dengan perawatan tetapi masih belum mencapai tingkat dilihat pada populasi umum. Selain itu, insomnia kronis dikaitkan dengan gangguan kerja dan kinerja sosial dan tingkat absensi yang tinggi yang 10 kali lipat lebih besar dari kontrol. Selain itu,

insomnia yang berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, termasuk 2 kali lipat peningkatan dirawat di rumah sakit dan kantor kunjungan. Insomnia dapat juga menjadi faktor risiko depresi dan gejala dari sejumlah medis, kejiwaan, dan gangguan tidur. Bahkan, insomnia tampaknya prediksi dari sejumlah gangguan, termasuk depresi, kecemasan, ketergantungan alkohol, ketergantungan obat, dan bunuh diri. Biaya tahunan insomnia tidak sedikit dengan perkiraan biaya tahunan untuk insomnia di amerika pada $ 12 miliar dolar untuk kesehatan dan $ 2 milyar dolar untuk tidur mempromosikan kesehatan.

1.2 Tujuan Pada tahun 2005, National Institute of Health mengadakan Konferensi sebagai manifestasi dari insomnia kronis dewasa ini. Konferensi ini terfokus pada definisi, klasifikasi, etiologi, prevalensi, faktor risiko, konsekuensi, komorbiditas, konsekuensi kesehatan masyarakat dan pengobatan yang tersedia dan bukti keberhasilan mereka. Ringkasan konferensi ini dapat diperoleh pada Program Pengembangan Konsensus NIH home page. Sebelum konferensi ini, sebagian besar kasus insomnia kronis secara luas diyakini sekunder medis lain atau kondisi kejiwaan dan pengobatan yang efektif kondisi utama diyakini efektif mengatasi insomnia sekunder. Namun, pada konferensi 2005 ini, berdasarkan tinjauan pustaka dan panel ahli, disimpulkan sebagai berikut: Sebagian besar penyebab insomnia adalah co-morbid dengan kondisi lain. Secara historis, ini sudah disebut insomnia sekunder. Namun, terbatasnya pemahaman mekanistik menghalangi jalur perusahaan menarik kesimpulan tentang sifat asosiasi ini atau arah kausalitas. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa istilah insomnia sekunder dapat mempromosikan di bawah perawatan. Oleh karena itu, kami mengusulkan istilah komorbiditas insomnia. Ini adalah penting karena sering insomnia hanya gejala sekunder yang akan menyelesaikan setelah penyebab utama, entah itu medis atau psikiatris, diperlakukan. Akibatnya, hasil ini dalam underrecognition dan undertreatment insomnia. Lebih jauh lagi, jika kesulitan tidur seringkali tidak keluhan yang diajukan, ada terlalu sedikit waktu untuk alamat mereka di kantor kunjungan. Ada juga sangat sedikit pelatihan di sekolah

kedokteran pada gangguan tidur dan dampaknya terhadap kesehatan dan pasien secara keseluruhan kualitas hidup. Bahkan, sebagian besar tingkat penyedia pengetahuan mereka tentang obat tidur karena hanya adil. Akhirnya, banyak penyedia tidak menyadari masalah keamanan, efektivitas kognitif perilaku dan terapi farmakologi, atau kapan harus merujuk pasien ke spesialis obat tidur. Insomnia sering bertahan meskipun perawatan medis yang mendasari atau kondisi kejiwaan dan ketekunan insomnia dapat meningkatkan risiko kekambuhan kondisi primer dalam kasus-kasus tertentu. Dalam hal ini, para dokter perlu memahami bahwa insomnia adalah kondisi yang berdiri sendiri yang memerlukan pengakuan dan pengobatan yang cepat untuk mencegah morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup bagi pasien mereka.

BAB II INSOMNIA
2.1 SKENARIO Seseorang wanita berumur 32 tahun datang kepraktek anda dengan keluhan sudah 2 bulan terakhir mengalami sulit tidur. Padahal biasanya dia mengaku PELOR (nempel langsung molor). Sekarang rasa mengantuk pun kadang tidak ada, tapi disiang hari mengantuk sehingga menganggu pekerjaan. Wanita tersebut juga mengatakan timbul kekhawatiran tidak bisa tidur jika malam tiba. Pasien pernah beberapa kali mencoba minum pil tidur tetapi tidak menolong. Sehingga pasien memutuskan unutk meminta bantuan dokter. Pasien seorang karyawan disebuah perusahaan swasta, telah menikah selama 5 tahun dengan 2 anak yang masih kecil-kecil. Suami pasien juga seorang karyawan swasta yang sibuk akhir-akhir ini sering dinas keluar kota. Pasien merasa dalam tugasnya sebagai Ibu rumah tangga maupun dikantor terganggu karena keadaan ini. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan apa-apa. 2.2 PEMERIKSAAN 2.2.1 Anamnesis 1. Identitas pasien 2. Riwayat tidur dan kegiatan pasien, dapat diberikan pertanyaan sebagai berikut Seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur, dan kapan petama kali Anda mengalami sulit tidur? Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tertidur? Seberapa sering Anda terbangun di malam hari, dan berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk jatuh kembali tidur? Berapa banyak jam malam anda tidur? Apakah Anda mendengkur atau bangun terengah-engah atau kehabisan napas? Bagaimana perasaan Anda segar ketika Anda bangun?

2.2.2

Apakah Anda lelah di siang hari? Apakah Anda tertidur atau mengalami masalah tetap terjaga sambil duduk diam atau mengemudi? Bagaimana rutinitas tidur Anda? Apakah Anda minum alkohol? Apakah Anda mengalami stres baru-baru ini, seperti perceraian, kehilangan pekerjaan atau peningkatan tuntutan di tempat kerja? Apa jenis pekerjaan Anda? Apakah Anda khawatir tentang jatuh tertidur atau tetap tertidur? Obat apa saja Anda konsumsi? Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energi

pasien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energi.

2.2.3 Penunjang ???????????????????????????????? Polysomnography Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG) terdiri electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara, oksimetri dan elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan malam pertama rekaman biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru karena prosedur

dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol stimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang tidur di / tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi, seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen / desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan selama pengobatan. 2.3 DIAGNOSIS KERJA: INSOMNIA EC DEPRESI Gangguan tidur dapat dibagi dalam 4 kelompok besar (menurut : Sleep Disorders Classification Committee, 1979) yaitu: 1. Gangguan Masuk Tidur dan Mempertahankan Tidur yang disebut insomnia. 2. Gangguan yang berhubungan dengan tidur/mengantuk yang berlebihan, yang disebut hipersomnia. 3. Disfungsi yang berhubungan dengan kondisi tidur, stadium tidur atau keadaan jaga yang berubah sifat, yang disebut paramsomnia. Misalnya: tidur berjalan, ngelindur dan lain-lain. 4. Gangguan ritme tidur jaga. Menurut klasifikasi diagnostik yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu lCD 9CM insomnia dimasukkan dalam golongan Disordersof Initiating and Maintaining Sleep (DIMS).Pada umumnya insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: 1. Transient insomnia 2. Short-term insomnia 3. Long-term insomnia Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu stres atau suatu situasi penuh stres yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi, dan sebagainya),

tidak bisa tidur. Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa. Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif untuk dapat mengetahui etiologi dari insomnia ini. Di luar negeri untuk kepentingan ini telah didirikan beberapa klinik insomnia, yang antara lain mengkhususkan diri untuk menegakkan diagnosis yang terinci dan sebab insomnia dengan pemberian terapi yang sesuai. Insomnia ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan perlu diobati dengan cara yang tersedia kini yaitu dengan teknik tertentu untuk tidur atau obat-obatan sesuai dengan gangguan utama yang diderita pasien. 2.4 DIAGNOSIS BANDING : 1. Gangguan tidur dan irama sirkadian Menggambarkan ritme sirkadian sekitar 24-jam siklus yang dihasilkan oleh suatu organisme. Kebanyakan sistem fisiologis menunjukkan variasi sirkadian. Sistem dengan variasi yang paling menonjol adalah siklus tidur-bangun, suhu, dan sistem endokrin. Gangguan ritme sirkadian dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok utama: gangguan sementara (misalnya, jet lag; mengubah jadwal tidur karena bekerja, tanggung jawab sosial, penyakit) dan gangguan kronis. Kronis yang paling umum gangguan tidur antara lain sindrom fase tidur tertunda (DSPS), sindrom fase tidur lanjut (ASPS), dan siklus tidur-bangun tidak teratur. Katzenberg et al menyarankan korelasi genetik (yaitu, jam polimorfisme) untuk ritme sirkadian patterns. * Sindrom fase tidur lanjut : Pasien merasa mengantuk lebih awal dari waktu tidur yang diinginkan mereka (yaitu, 8 malam) dan mereka bangun lebih awal daripada yang mereka inginkan (yaitu, 4-5 am).

Kondisi ini lebih umum pada orang tua. Para pasien biasanya mengeluhkan tidur perawatan insomnia. * Sindrom fase tidur tertunda : Pasien tidak merasa mengantuk sampai jauh kemudian daripada waktu tidur yang diinginkan, dan ia bangun lebih lambat dari yang dikehendaki atau diterima secara sosial. Pada buku harian atau actigraphy tidur, pasien ini menunjukkan waktu tidur yang konsisten dengan bangun lebih awal kali yang sesuai dengan sekolah atau hari kerja, dan terlambat bangun kali di akhir pekan, waktu istirahat, dan liburan. Kondisi ini sering dimulai pada masa remaja dan dapat dikaitkan dengan sejarah keluarga sampai dengan 40% pasien. Laporan pasien ini sulit tidur pada waktu tidur yang diinginkan biasanya secara sosial, dan mengeluh mengantuk berlebihan di siang hari selama sekolah atau bekerja minggu. * Gangguan tidur karena shift kerja: Sebuah keluhan insomnia atau mengantuk yang berlebihan biasanya temporal berkaitan dengan jadwal kerja yang berulang yang tumpang tindih waktu tidur yang biasa. Hal ini dapat terjadi dengan pergeseran pagi (4-6 pm), di mana pasien cemas bangun di waktu pergeseran awal mereka terutama ketika mereka memiliki jadwal pergeseran berputar. Malam pergeseran yang berakhir pada 11 dapat menyebabkan insomnia pada bahwa pasien mungkin perlu beberapa waktu untuk angin turun dari pekerjaan sebelum tidur. Shift malam dapat dikaitkan dengan kedua tidur onset dan perawatan insomnia karena paparan sinar matahari pada perjalanan pulang dari kantor, siang eksposur di kamar tidur mereka, dan isyarat-isyarat sosial dan lingkungan (mengambil anak-anak di sekolah, membayar tagihan, pekerjaan rumah tangga, dll) . * Ritme tidur-bangun irregular: Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan kurang tidur kebersihan, pasien yang tinggal atau bekerja sendiri dengan sedikit paparan cahaya, aktivitas, dan isyarat-isyarat sosial. Pasien tersebut secara acak tidur sepanjang hari sehingga sulit, kalau bukan mustahil, untuk jatuh tertidur pada waktu tidur kebiasaan tidur dengan konsolidasi periode

2.5 ETIOLOGI

Tidak semua insomnia didasari oleh adanya suatu kondisi psikopatologik. Insomnia dapat pula disebabkan karena kondisi atau penyakit fisik dan karena faktor ekstrinsik seperti suara atau bunyi, suhu udara, tinggi suatu daerah, penggunaan bahanbahan yang mengandung stimulansia susunan saraf pusat. 1. Suara atau bunyi: biasanya orang dapat menyesuaikan dengansuara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Yang penting sering bukan intensitasnya tetapi makna dan suara itu.Misalnya seorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari ia terbangun berkali-kali hanya karena suara yanghalus sekalipun. Bila intensitas rangsang cukup tinggi maka Arousal Promoting System akan membangunkan kita. 2. Suhu udara : kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah ia memakai selimut, bila suhu tinggi ia memakai pakaian tipis. Insomnia sering dijumpai di daerah tropik. 3. Tinggi suatu daerah: Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness, terjadi pada pendaki gunung yang lebih dan 3500 meter di atas permukaan laut. Hipoksia hipobanik dapat mempengaruhi Sleep Promoting System secara langsung. Demikian juga nafas yang lebih cepat merupakan tambahan rangsang terhadap Arousal Promoting System. 4. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia susunan saraf pusat : Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan yang mengandung amfetamin atau yang sejenis. 5. Penyakit jasmani tertentu: misalnya arteriosklerosis, tumor otak, demensia presenil, tirotoksikosis, Sindrom Cushing, demam, kehamilan normal trimester ketiga, rasa nyeri, diabetes melitus, ulkus duodeni, artritis reumatika, cacing keremi pada anak, tuberkulosis paru yang berat, penyakit jantung koroner tertentu. 6. Penyakit psikiatrik : beberapa penyakit psikiatrik ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotik, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stres pasca-trauma dan lain-lain. Kategori etiologi insomnia

Pengalaman menunjukkan bahwa faktor etiologik dari insomnia sering majemuk dan merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Jarang kita menemukan hanya satu faktor saja sebagai penyebabnya. Sebagai faktor etiologik dikenal 4 kategori, yaitu: 1. Faktor biologik dan psikologik. 2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif atau intoksikasi. 3. Faktor lingkungan atau kebiasaan yang kurang baik. 4. Pengkondisian negatif (negative conditioning). 1. Faktor biologik dan psikologik Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun (arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan seseorang bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang, sehingga seseorang menjadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang lebih tinggi. Seseorang yang menderita keadaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini, dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, sehingga dapat memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini terdapat pula kondisikondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai contoh dapat disebut: (1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus.

Setiap jenis perasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami insomnia. Pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasakan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang mengganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau infksi postoperatif, dan sebagainya. (2) Apnoe sewaktu tidur. Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran ini sering mendadak berhenti karena ada penyumbatan pada alat pernapasan. Untuk menghindari ini penderita bergerak banyak, kadang-kadang sampai bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama pengalaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibatnya penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya kegemukan yang berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin seperti hipertiroidi dan akromegali. (3) Mioklonus nokturnal. Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak, berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi selama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun (4) Faktor dietetik. Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mempengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu

monoton, seperti makan jagung yang kurang divariasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan dikirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin.Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam penyelidikan. (5) Efek obat dan efek putus obat. Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. \ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipnogram. Obat-obatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal, sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana. (6) Faktor psikologik. Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan skizofrenia. 2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi Sebagaimana tadi telah dikatakan, mereka yang menderita insomnia sering berusaha mengobati dir sendiri dengan menggunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat ketergantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang menggunakan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun

dengan perasaan kurang segar. Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena yang dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-kan obat penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ketergantungan psikik yang dapat menjadi ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh. 3. Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman, kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang merangsang sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan terlalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan Sunday night insomnia, melakukan usaha yang memerlukan pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan sebagainya. 4. Pengkondisian negatif Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang ditakutkan itu terlaksana benar-benar (self-fulfilling prophecy). Ada pula yang sebelumnya adalah orang yang dapat tidur dengan normal, tetapi sewaktu mengalami suatu stres melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik untuk tidur. Setelah stres hilang, dia tetap menderita insomnia. Keadaan ini juga disebut insomnia psikofisiologik.

2.6 EPIDEMIOLOGI Mc Ghie dan Russell meneliti 2500 orang di Skotlandia yang meliputi berbagai golongan, tingkat usia dan tingkat sosial. Mereka mendapatkan bahwa orang yang merasa tergolong bertemperamen nervous (gugup) juga merasa kurang tidur. Penelitian di berbagai negara menunjukkan hasil bahwa wanita lebih sering mengalami insomnia daripada pria (2 : 1). Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur. Penelitian Mc Ghie dan Russell tersebut di atas terhadap 400 orang berusia 15 - 24 tahun, 5% diantaranya mengalami insomnia. Pada penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri, sekitar 31% mengaku sering susah tidurSurvey epidemilogi yang dilakukan oleh Melinger (Morin, 1992. Lacks, 1992) menunjukkan bahwa 35% dari populasi diindikasikan mengalami insomnia selama satu tahun terakhir dan 10% mengalami gangguan insomnia 6 bulan terakhir. Dari survey tersebut juga disimpulkan bahwa wanita, orang yang lebih dewasa, dan mereka yang memiliki sosial ekonomi yang rendah lebih banyak mengalami gangguan tidur. 2.7 PATOGENESIS ?????????????????? 2.8 GEJALA-GEJALA KLINIS Gejala umum: Sukar untuk tidur, berbaring dalam keadaan terjaga lebih dari satu jam atau lebih sebelum dapat terlelap Tidur yang tidak nyenyak dan sering terganggu, contohnya terjaga beberapa kali pada malam hari Terbangun di awal pagi dan susah untuk tidur lagi Tidak merasa cukup istirahat setelah tidur malam Daytime kelelahan atau kantuk Lekas marah, depresi atau kegelisahan

Ketegangan/ sakit kepala Gejala gastrointestinal Kekhawatiran tentang tidur Aktifitas tidur yang terganggu karena mimpi yang tidak biasa dan mengganggu Gejala yang tampak saat beraktifitas berupa mengantuk, resah, mudah kaget, sulit berkonsentrasi sulit mengingat, gampang tersinggung, murung, mata merah, badan lesu, pernafasan dan denyut jantung tidak normal

2.9 PENATALAKSANAAN Medika Mentosa Pengobatan insomnia harus didahului dengan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang lengkap dan terinci. Apabila terdapat gangguan fisik, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan pasien tidur dengan nyaman (nyeri yang hebat, misalnya neuritis postherpes), maka kondisi itulah yang harus diatasi dahulu. Baru apabila kondisi itu dikenal dan diobati dan masih terdapat gangguan tidur, barulah dapat dipertimbangkan untuk memberikan hipnotika. Pada pasien dengan transient insomnia mungkin tidak diperlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukannya dapat diberikan derivat benzodiazepin yang bekerja cepat dan hilang cepat pula dari tubuh. Beberapa obat dapat disebut di sini,seperti triazolam, lorazepam. Pasien cukup diberikan beberapa pil saja, sering tidak perlu diobati sampai seminggu. Pada pasien dengan short-term insomnia sebaiknya dianjurkan untuk menjauhi zat-zat, seperti kafein, alkohol, nikotin, dan sebagainya. Sebagai pengobatan dapat diberikan derivat benzodiazepin yang bekerja cepat. Tergantung dan kondisi psikiatriknya pasien dapat diberi obat dengan waktu-paruh cepat atau lambat. Biasanya pengobatan tidak melebihi tiga minggu. Dosis sebaiknya diturunkan dengan pelan-pelan untuk mencegah terjadinya rebound phenomena. Bila setelah tiga minggu pasien masih menderita insomnia, maka perlu dilakukan evaluasi kembali dan dicari apakah tidak ada faktor-faktor lain yang melatarbelakangi insomnianya itu, seperti depresi atau gangguan jiwa lain.

Pada pasien dengan long-term insomnia diperlukan pengobatan yang lebih diarahkan terhadap sebab dan insomnia itu. Keadaan ini sering dijumpai pada pasien dengan gangguan jiwa relatif berat, seperti skizofrenla dan depresi. Dalam keadaan ini obat-obat yang lebih tepat adalah neuroleptika dengan efek hipnotik yang kuat, seperti klorpromasin, levomepromasin, klorprotiksen dan sebagainya untuk skizofrenia, sedangkan amitriptylin, mianserin atau maprotilin bila terdapat depresi. Bila terdapat kelainan fisik, maka kelainan ini harus ditangani dahulu. Ramelteon (Rozerem) adalah obat yang merangsang reseptor melatonin. Ramelteon mendorong permulaan tidur dan membantu menormalkan gangguan ritme sirkadian. Ramelteon telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan insomnia ditandai oleh kesulitan jatuh tertidur. Beberapa antidepresan misalnya, amitriptyline (Elavil, Endep) dan trazodone (Desyrel) telah digunakan untuk pengobatan insomnia pada pasien dengan rekan-rekan yang ada depresi karena ada obat penenang properti. Umumnya, mereka mungkin tidak dapat membantu untuk insomnia pada orang tanpa depresi. Antihistamin dengan properti obat penenang misalnya, diphenhydramine (Benadryl) atau doxylamine juga telah digunakan untuk mengobati insomnia karena dapat menyebabkan mengantuk, tetapi mereka tidak meningkatkan tidur dan tidak boleh digunakan untuk mengobati insomnia kronis. Non Medika Mentosa Meliputi beberapa macam terapi, al terapi ketenangan tidur, terapi relaksasi, terapi stimulus kontrol, dan terapi pembatasan tidur. Ini juga disebut sebagai terapi perilaku kognitif. 1. Menjaga ketenangan tidur Merupakan salah satu komponen terapi perilaku untuk insomnia. Beberapa langkahlangkah sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas tidur pasien dan kuantitas. Langkah-langkah ini meliputi: Tidur sebanyak yang Anda butuhkan untuk merasa beristirahat, jangan tidur terlalu lama.

Olahraga teratur minimal 20 menit setiap hari, idealnya 4-5 jam sebelum waktu tidur. Hindari memaksa diri untuk tidur. Jauhkan rutin jadwal tidur dan bangun. Jangan minum minuman berkafein lambat sore (teh, kopi, minuman ringan dll) Hindari "malam topi," (minuman beralkohol sebelum tidur). Jangan merokok, terutama di malam hari. Jangan pergi tidur saat lapar. Menyesuaikan lingkungan di dalam ruangan (cahaya, suhu, kebisingan, dll) Jangan tidur dengan kekhawatiran Anda, coba untuk menyelesaikan mereka sebelum pergi tidur. 2. Terapi relaksasi Melibatkan tindakan terapi relaksasi seperti meditasi dan relaksasi otot atau peredupan lampu dan bermain musik yang tenang sebelum pergi tidur. 3. Kontrol stimulus Terapi kontrol stimulus juga terdiri dari beberapa langkah sederhana yang dapat membantu pasien dengan insomnia kronis. Pergi ke tempat tidur saat Anda merasa mengantuk. Jangan menonton TV, membaca, makan, atau khawatir di tempat tidur. Tempat tidur Anda harus digunakan hanya untuk tidur dan aktivitas seksual. Jika Anda tidak jatuh tertidur 30 menit setelah tidur, bangun dan pergi ke ruangan lain dan melanjutkan teknik relaksasi Anda. Mengatur jam alarm Anda untuk bangun pada waktu tertentu setiap pagi, bahkan pada akhir pekan. Jangan kesiangan. Hindari mengambil tidur lama di siang hari. 4. Pembatasan waktu tidur Membatasi waktu di tempat tidur Anda hanya untuk tidur dapat meningkatkan kualitas tidur Anda. Terapi ini disebut tidur pembatasan. Hal ini dicapai dengan rata-rata waktu di tempat tidur pasien yang hanya menghabiskan tidur. Kaku waktu tidur dan bangkit waktu

yang ditetapkan, dan pasien dipaksa untuk bangun bahkan jika mereka merasa mengantuk. Ini dapat membantu pasien tidur lebih nyenyak malam berikutnya karena kurang tidur pada malam sebelumnya. Tidur pembatasan telah membantu dalam beberapa kasus. 5. Terapi GIZI Diperlukan asupan gizi (magnesium dan kalsium) yang cukup jumlahnya untuk menangkal insomnia. Defisiensi magnesium dan kalsium menyebabkan tidur tidak nyenyak. Sebenarnya fungsi magnesium adalah merelaksasi otot. apabila otot kaku, timbul rasa ngilu-ngilu yang membuat badan terasa sakit. Kalsium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang juga dapat dimanfaatkan untuk menenangkan pikiran. Kalsium berdampak calming effect. Jadi, kondisi kecemasan atau stres dapat dikurangi dengan magnesium dan kalsium. Hormon melatonin bermanfaat membuat tidur lebih nyenyak. Saat ini sudah ada produk suplemen yang mengombinasikan magnesium, kasium, dan melatonin. Vitamin B kompleks dapat membantu penderita insomnia karena mendorong tercapainya kondisi istirahat. Diet sehari-hari juga perlu diperhatikan. Konsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, crackers, atau bagel dapat membantu tidur anda. Karbohidrat kompleks bermanfaat karena ternyata zat gizi tersebut dapat memacu pengeluaran serotin, yaitu suatu neurotransmitter otak yang merangsang rasa kantuk. Segelas susu hangat dan madu juga dapat menjadi obat mujarab agar lebih lelap tidur. susu banyak mengandung asam amino triptofan yang dapat membantu pengeluaran serotin sehingga memudahkan tidur. Triptofan juga memacu pengeluaran hormon melatonin. Suplemen triptofan telah dilarang di AS karena pernah menyebabkan penyakit gangguan darah serius akibat produknya terkontaminasi. Namun, tidak ada risiko bagi orang-orang yang mau mengonsumsi bahan makanan kaya triptofan seperti susu atau daging kalkun sebagai upaya mengurangi insomnia. Orang-orang yang sulit tidur dianjurkan makan lettuce di malam hari. Lettuce mengandung subtansi terkait opium yang mempercepat kantuk, dan juga mengandung hyoscyarnin yang bersifat antikram. Makan malam hendaknya juga menyertakan kacang-

kacangan dan ikan atau daging ayam. Jenis-jenis itu kaya akan niasin (vitamin B3) yang membantu pengeluaran serotonin. 2.10 KOMPLIKASI * Pasien insomnia kualitas hidupnya menurun dibandingkan dengan kontrol normal dalam semua dimensi SF-36. * Pasien insomnia mengalami kelelahan yang berlebihan dengan pengukuran skala beratnya kelelahan dan Profiles of Mood Status (POM). * Pasien dengan insomnia lebih dari dua kali, memiliki kecenderungan lebih untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. * Meningkatkan disfungsi kerja dan menurunnya prestasi kerja * Knutson et al menemukan bahwa kuantitas dan kualitas tidur masa depan berhubungan dengan tekanan darah. Dalam suatu tambahan ke Arteri Koroner Resiko Development in Young Adults (kardia) studi kohort, pengukuran tidur selama 3 hari berturut-turut dalam 578 subyek menunjukkan bahwa lebih pendek durasi tidur dan tidur lebih rendah pemeliharaan diprediksi secara signifikan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan perubahan kearah negative tekanan darah selama 5 tahun (P <0,05).Efek fisiologis. * * * *Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin. * Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya. 2.11 PENCEGAHAN ?????????????????????????? 1.Diet * Hindari minuman berkafein di sore hari atau malam sejak kegiatan stimulan adenosin antagonisme dapat mempromosikan hyperarousal * Hindari alkohol pada malam hari karena hal ini dapat memperburuk pernapasan tidur tidak teratur sering mengarah ke arousals. Lebih jauh lagi, sementara alkohol mempromosikan tidur di awal malam, itu mengarah pada gangguan tidur lebih banyak nanti di malam hari.

* Hindari makan besar dekat waktu tidur, terutama pada pasien dengan gastroesophageal reflux disease atau penundaan pengosongan lambung. 2. Aktivitas Latihan pada sore hari atau sore hari (setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur) dapat mempromosikan tidur. Namun, aktivitas fisik kuat di malam hari (<6 jam sebelum waktu tidur) dapat memperburuk insomnia. 2.12 PROGNOSIS

BAB III PENUTUP


Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting, karena tidur mengendalikan irama kehidupan kita sehari-hari. Jika kita kurang tidur atau mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari kita akan menjadi lambat dan kurang bergairah. Sebaliknya tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Setiap manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk tidur. Menurut penelitian, hampir setiap manusia pernah mengalami masalah tidur. Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan tidur dan satu dari sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius. Karena beberapa masalah tidur dapat diatasi oleh individu yang bersangkutan dan yang lain memerlukan bantuan dokter, maka diagnosis diri (self diagnosis) menjadi sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA
????????????????????????????

Você também pode gostar