Você está na página 1de 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS II PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh: KELOMPOK 7


1. Moh. Miftahur Rohim 2. Malfela dwi sapta P 3. Desi Ariyanti 4. Hany Dwi Toriqah (201001027) (201001025) (201001015) (201001020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN MOJOKERTO


1

2012

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah Keperawatan Maternitas II dengan judul Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas Plasenta Previa Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua

Mojokerto, 28 September 2012

Tim Penyusun

ii

DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................i Kata Pengantar .................................................................................................ii Daftar Isi ..........................................................................................................iii LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian..................................................................................................1 B. Anatomi.....................................................................................................1 C. Etiologi......................................................................................................2 D. Tanda dan Gejala.......................................................................................2 E. Faktor Predisposisi dan Presipitasi............................................................3 F. Klasifikasi..................................................................................................4 G. Patofisiologi...............................................................................................4 H. WOC..........................................................................................................5 I. Komplikasi.................................................................................................6 J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.................................................7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN PLASENTA PREVIA 1. Pengkajian9................................................................................................ 2. Diagnosa keperawatan................................................................................9 3. Intervensi keperawatan...............................................................................9 Daftar Pustaka...................................................................................................14

iii

LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. B. Anatomi Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah korion. Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi

lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast. C. Etiologi Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup 1. Perdarahan (hemorrhaging) 2. Usia lebih dari 35 tahun 3. Multiparitas 4. Pengobatan infertilitas 5. Multiple gestation 6. Erythroblastosis 7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya 8. Keguguran berulang 9. Status sosial ekonomi yang rendah 10. Jarak antar kehamilan yang pendek 11. Merokok D. Tanda dan Gejala Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang. 2. Darah biasanya berwarna merah segar. 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas. 4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak E. Klasifikasi Klasifikasi plasenta previa yang dikenal adalah 1. Plasenta previa totalis : Ostium uteri interna tertutup sempurna oleh plasenta

2. Plasenta previa parsial : Ostium uteri interna tertutup sebagian oleh plasenta 3. Plasenta previa marginal : Tepi plasenta berada pada margin ostium uteri interna 4. Plasenta letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta tidak mencapai ostium uteri interna, tetapi berdekatan dengan ostium tersebut. Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat yaitu : 1. Total bila menutup seluruh serviks 2. Partial bila menutup sebagian serviks 3. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta). 4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir). Menurut Prof.DR.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,2009,Jakarta.
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi

seluruh ostium uteri internum.


2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian

ostium uteri internum.


3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada

pinggir ostium uteri internum.


4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum . Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. F. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah : 1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
o o

Kehamilan kembar (gamelli). Tumbuh kembang plasenta tipis.

2. Kurang suburnya endometrium :


o o o o

Malnutrisi ibu hamil. Melebarnya plasenta karena gamelli. Bekas seksio sesarea. Sering dijumpai pada grandemultipara.

3. Terlambat implantasi :
o o

Endometrium fundus kurang subur. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

G. Patofisiologi Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadangkadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

H. WoC Fisiologis Life style Melebarnya pertumbuhan plasenta Kurang suburnya endometrium Terlambat implantasi

Kelainan pada plasenta (terdapat pada segmen bawah uterus) Perenggangan selama kehamilan Pemisahan plasenta dr uterus Gawat janin cedera Perdarahan Persalinan premature Asfiksia janin kematian ansietas ketidak seimbangan nutrisi janin anemia shyok Hipovolemik perubahan perfusi jaringan ketidak seimbangan cairan elektrolit infeksi Personal hyigine

I. Komplikasi Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut : 1. Pada ibu dapat terjadi :
o o o o

Perdarahan hingga syok akibat perdarahan Anemia karena perdarahan Plasentitis Endometritis pasca persalinan Persalinan premature Asfiksia berat

2. Pada janin dapat terjadi :


o o

Menurut Prof.DR.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,2009,Jakarta. 1. Karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok. 2. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis, maka jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. 3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hatipada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.

4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya. 5. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. 6. Berisiko tinggi untuk solusio plasenta (risiko relative 13,8), seksio sesarea (risiko relative 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50 %), dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9 %. J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu : 1. Kaji kondisi fisik klien 2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus 3. Menganjurkan klien istirahat 4. Mengobservasi perdarahan 5. Memeriksa tanda vital 6. Memeriksa kadar Hb 7. Berikan cairan pengganti intravena RL 8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature 9. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan

Menurut Prof. DR.Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 2009. Jakarta. 2. Perdarahan dalam trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan factor Rh. 3. Pada kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. 7

4. Jika perdarahan terjadi dalam trimester kedua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak.jika ada gejala hipovolemia seperti hopotensi, pasien tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan. 5. Pada kondisi yang terlihat stabil dalam rawatan di luar rumah sakit hubungan suami isteri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan, dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostium uteri internum. 6. Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup alasan untuk merawatnya sampai melahirkan.
7. Pada pasien dengan riwayat seksio sesarea perlu diteliti dengan

ultrasonografi, Color Doppler, atau MRI untuk melihat kemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta, atau perkreta. 8. Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN PLASENTA PREVIA 1. Pengkajian a. Sirkulasi b. Perdarahan vagina tanpa nyeri ( jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan. c. Seksualitas d. Tinggi fundus 28 cm atau lebih. e. Djj dalam batas yang normal (DBN) f. Janin mungkin melingtang atau tidak turun. g. Uterus lunak. h. Pemeriksaan diagnostic. i. HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan j. Hb dan Ht. k. USG ; Menetukan letak plasenta. 2. 3. Diagnosa keperawatan. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia. Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin. Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun. Intervensi keperawatan. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan. Kriteria evaluasi; Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

1) Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas. Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah. 2) Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus. Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan 3) Posisikan ditinggikan klien atau dengan posisi tepat, semi telentang fowler. dengan Hindari panggul posisi

trendelenburg. Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon. 4) Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok 5) Hindari pemeriksaan rectal atau vagina Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi. 6) Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi. Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejalagejala syok.

10

7) Siapkan untuk kelahiran sesaria. Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia. Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ 1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah. Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta. 2. Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas) Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi. 3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri. Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen. 4. 5. Berikan suplemen oksigen pada klien Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. Ganti kehilangan darah/cairan ibu. Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. 6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat. Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin. Ansietas b/d ancaman kematian (dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.

11

Kriteria evaluasi : Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat. Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat. Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan. 1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan. Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi. 2. Pantau klien/pasangan. Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan. 3. aktif. Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri. 4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur. Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. 5. Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala. Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi. Resiko tinggi cederabu) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal,kerusakan system imun. Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara respon verbal dan nonverbal

12

Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP (sel darap putih), Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN(Djj dalam batas Normal).

1. tanda/gejala syok

Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.

2.

Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan. Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.

3. berat jenis urin.

Catat

masukan/haluaran

urin.

Catat

Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin. 4. Berikan heparin, bila diindikasikan. Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan. 5. infeksi. Berikan antibiotic secara parenteral. Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan

13

Daftar Pustaka Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

14

Você também pode gostar