Você está na página 1de 5

PROPOSAL PENELITIAN EFEKTIFITAS UPAYA PEMBUKTIAN TERBALIK dalam KASUS TINDAK PIDANA GRATIFIKASI

PROPOSAL PENELITIAN INI DISUSUN SEBAGAI SYARAT MENGIKUTI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH (LKTI) TINGKAT FAKULTAS HUKUM UNS

DISUSUN OLEH HANIF FAUZAN H

: E0009153 E0007222

SYAILENDRA WISNU W

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010

A. JUDUL PENELITIAN EFEKTIFITAS UPAYA PEMBUKTIAN TERBALIK dalam KASUS TINDAK PIDANA GRATIFIKASI B. LATAR BELAKANG MASALAH Kasus korupsi sudah menjadi masalah yang rumit dan sistematis di Indonesia ini, mulai dari korupsi kelas teri hingga korupsi yang beromset miliyar bahkan triliunan rupiah telah banyak terjadi di negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara ini. Bahkan sejarah tindak pidana korupsi di Indonesia bukan hanya dimulai dizaman modern seperti sekarang ini, jauh sebelum negeri ini merdeka pun kita telah mengenal korupsi, dizaman VOC tahun 1602 pun, korupsi telah meraja lela baik yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda maupun oleh kaum pribumi yang diberi kewenangan oleh Pemerintah kolonial. Muncul pertanyaan dibenak kita dari mana asalnya nenek moyang kita mengenal tradisi korupsi hingga mewabah dari waktu ke waktu dan terus menggerogoti rasa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Apakah memang mengalir bakat korupsi dalam darah bangsa kita atau justru budaya korupsi diwariskan dari para penjajah yang membawanya dari daratan Eropa?, apapun jawaban dari pertanyaan itu yang jelas tindak pidana karupsi adalah ancaman besar bagi upaya penegakan hukum dan upaya menciptakan cita-cita keadilan dalam masyarakat, bahkan perkembangan kasus sekarang ini

mulai mengindikasikan bahwa korupsi mulai dilakukan secara kolektif bahkan sistematis dari tingkat atas hingga tingkat paling bawah, hingga berimbas pada tingkat kesejahteraan rakyat yang masih rendah. Menghadapi hal tersebut pemerintah pun tidak tinggal diam, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, mulai dari mengoptimalkan

lembaga penegak hukum yang telah ada dan dibentuk oleh UUD 1945 yaitu Kejaksaan, Kepolisian, BPK dan Pengadilan hingga membentuk lembaga-lembaga ekstra konstitusional yang diberi kewenangan

khusus dengan harapan dapat menyelesaikan kasus korupsi yang begitu rumit dan membudaya ini, seperti KPK, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, dan tim-tim independen yang dibentuk dari unsur akademisi dan praktisi hukum. Namun kenyataannya masalah

pemberantasan korupsi ini belum terselesaikan, bahkan tidak jarang adanya lembaga-lembaga baru ini menimbulkan tumpang tindih kewenangan dan kepentingan antar lembaga penegak hukum, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu antara KPK, KEJAKSAAN, dan POLRI, ditambah lagi lembaga-lembaga baru yang notabene masih rapuh ini terkadang justru menjadi pintu bagi para mafia hukum dan koruptor untuk merekasaya kasus hukum melalui intervensi terhadap lembagalembaga itu. Akibatnya kewibawaan hukum dimata masyarakat menjadi lemah.

Salah satu komponen dari tindak pidana yang tergolong sulit untuk diberantas adalah tindak pidana suap yang juga dikatagorilkan sebagai invisibel crime. Di negara-negara Anglo Saxon pun suap yang menjadi kendala, makanya lalu keluar istilah gratifikasi yang kemudian diadopsi di Indonesia. C. RUMUSAN MASALAH Apakah upaya pembuktian terbalik dalam tindak pidana gratifikasi dapat mempermudah upaya penegakan hukum dan pemberantasan tindak pidana gratifikasi dan tindak pidana korupsi dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keadilan.

D. TUJUAN PENELITIAN Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan para penegang hukum khususnya hakim mampu melihat secara jelin efektifitas dan obyektifitas pembuktian terbalik dalam menangani tindak pidana gratifikasi.

E. HIPOTESIS Pembuktian terbalik sangat dibutuhkan dalam pembuktian tindak pidana gratifikasi dimana terdakwa dapat membuktikan sendiri

dihadapan pengadilan bahwa harta nya didapat dari jalan yang sah bukan dari pemberian yang tergolong suap dan berpotensi

menimbulkan kerugian negara, namun perlu kajian mendalam mengenai asas praduga tidak bersalah yang telah terlanggar melalui adanya pembuktian terbalik itu, disamping itu hakim harus jeli dalam upaya perekayasaan alat bukti yang mungkin saja dilakukan oleh terdakwa dalam pembuktian keabsahan hartanya.

F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian

observasional analitik. Melalui kajian terhadap berbagai sumber pustaka tertulis dan melalui analisis kasus. 2. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Hukum UNS 3. Obyek Penelitian : Obyek penlitian ini adalah kasus TP gratifikasi dan penanganannya melalui pembuktian terbalik. 4. Teknik Analisis : Teknik analisis yang digunakan adalah

melalui kajian berbagai sumber dan teori dari para ahli kemudian dibandingkan dengan kejadian dan kasus nyata dilapangan.

Você também pode gostar