Você está na página 1de 17

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh: Anindhito Kurnia P Dhiandra Dwi H Elanda Rahmat A Fitri Prawitasari Junita Ayu G99122014 G99122034 G99122038 G99122047 G99122063

Pembimbing : Rita Hendrawati, dr., SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

STATUS PENDERITA

I.

IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Suku Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Alamat Tgl pemeriksaan No. CM : An. A : 7 tahun : Laki-laki : Jawa : Indonesia : Islam : Belum bekerja : Colomadu Karanganyar : 2 Agustus 2013 : 01210182

II. ANAMNESIS A. Keluhan utama : mata kanan berair :

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan mata kanan berair sejak 5 hari yang lalu. Keluhan dirasakan terus menerus dan makin lama makin memberat sehingga pasien datang ke rumah sakit. Keluhan mata berair disertai dengan mata merah. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pandangannya kabur. Saat di poli pasien mengeluh mata kanan berair, merah, nrocos, gatal (+), pandangan kabur (+) perih (+). C. Riwayat Penyakit Dahulu 1. 2. 3. 4. 5. Riwayat hipertensi Riwayat kencing manis : disangkal : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : (+) sulfa Riwayat trauma mata Riwayat kacamata : disangkal : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga 1. 2. 3. Riwayat hipertensi Riwayat kencing manis Riwayat sakit serupa : disangkal : disangkal : disangkal

D. Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Peradangan, infeksi Konjungtiva Infeksi Akut Belum ditemukan OS -

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum 1. Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup

B. Pemeriksaan subyektif OD A. Visus Sentralis 1. Visus sentralis jauh a. pinhole b. koreksi 2. Visus sentralis dekat B. Visus Perifer 1. Konfrontasi tes 2. Proyeksi sinar 3. Persepsi warna C. Pemeriksaan Obyektif 1. Sekitar mata a. tanda radang b. luka c. parut d. kelainan warna e. kelainan bentuk 2. Supercilia a. warna b. tumbuhnya c. kulit d. gerakan
3. Pasangan bola mata dalam orbita

OS 6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

OD Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

OS Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Hitam Normal Sawo matang Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

a. heteroforia b. strabismus c. pseudostrabismus d. exophtalmus e. enophtalmus

4. Ukuran bola mata a. mikroftalmus b. makroftalmus c. ptisis bulbi d. atrofi bulbi 5. Gerakan bola mata a. temporal b. temporal superior c. temporal inferior d. nasal e. nasal superior f. nasal inferior 6. Kelopak mata a. pasangannya 1.) edema 2.) hiperemi 3.) blefaroptosis 4.) blefarospasme b. gerakannya 1.) membuka 2.) menutup c. rima 1.) lebar 2.) ankiloblefaron 3.) blefarofimosis d. kulit 1.) tanda radang 2.) warna 3.) epiblepharon 4.) blepharochalasis e. tepi kelopak mata 1.) enteropion 2.) ekteropion 3.) koloboma 4.) bulu mata 7. sekitar glandula lakrimalis a. tanda radang b. benjolan c. tulang margo tarsalis 8. Sekitar saccus lakrimalis a. tanda radang b. benjolan 9. Tekanan intraocular a. palpasi b. tonometri schiotz 10. Konjungtiva a. konjungtiva palpebra superior

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat Tidak terhambat

Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak tertinggal Tidak tertinggal 10 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sawo matang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Kesan normal Tidak dilakukan

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak tertinggal Tidak tertinggal 10 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sawo matang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dalam batas normal Tidak ada Tidak ada Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Kesan normal Tidak dilakukan

1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret 4.) sikatrik b. konjungtiva palpebra inferior 1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret 4.) sikatrik c. konjungtiva fornix 1.) edema 2.) hiperemi 3.) sekret 4.) benjolan d. konjungtiva bulbi 1.) edema 2.) hiperemis 3.) sekret 4.) injeksi konjungtiva 5.) injeksi siliar e. caruncula dan plika semilunaris 1.) edema 2.) hiperemis 3.) sikatrik 11. Sclera a. warna b. tanda radang c. penonjolan 12. Kornea a. ukuran b. limbus c. permukaan d. sensibilitas e. keratoskop ( placido ) f. fluorecsin tes g. arcus senilis 13. Kamera okuli anterior a. kejernihan b. kedalaman 14. Iris a. warna b. bentuk c. sinekia anterior d. sinekia posterior 15. Pupil

Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Putih Ada Tidak ada 12 mm Jernih Rata, mengkilap Tidak dilakukan reguler, tidak terputus Tidak dilakukan Tidak ada Jernih Dalam Cokelat Tampak lempengan Tidak tampak Tidak tampak

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Putih Tidak ada Tidak ada 12 mm Jernih Rata, mengkilap Tidak dilakukan reguler, tidak terputus Tidak dilakukan Tidak ada Jernih Dalam Cokelat Tampak lempengan Tidak tampak Tidak tampak

a. ukuran b. bentuk c. letak d. reaksi cahaya langsung e. tepi pupil 16. Lensa a. ada/tidak b. kejernihan c. letak e. shadow test 17. Corpus vitreum a. Kejernihan b. Reflek fundus IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN A. Visus sentralis jauh B. Visus perifer Konfrontasi tes Proyeksi sinar Persepsi warna C. Sekitar mata D. Supercilium E. Pasangan bola mata dalam orbita F. Ukuran bola mata G. Gerakan bola mata H. Kelopak mata I. Sekitar saccus lakrimalis J. Sekitar glandula lakrimalis K. Tekanan intarokular L. Konjungtiva palpebra M. Konjungtiva bulbi N. O. P. Q. R. S. Konjungtiva fornix Sklera Kornea Camera okuli anterior Iris Pupil

3 mm Bulat Sentral Positif Tidak ada kelainan Ada Jernih Sentral Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3 mm Bulat Sentral Positif Tidak ada kelainan Ada Jernih Sentral Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

OD 6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Ada tanda radang Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Edema, hiperemis Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Terdapat sekret, hiperemis Terdapat sekret, hiperemis Injeksi konjungtiva (+) Dalam batas normal Ada tanda radang Dalam batas normal Kesan normal Bulat, warna coklat Diameter 3 mm, bulat, sentral Kesan normal Tidak dilakukan

OS 6/6 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Kesan normal Bulat, warna coklat Diameter 3 mm, bulat, sentral Kesan normal Tidak dilakukan

T. Lensa U. Corpus vitreum

V. DIAGNOSIS OD konjungtivitis e.c infeksi bakteri

VI. DIAGNOSIS BANDING OD Konjungtivitis e.c infeksi virus OD Ulkus kornea e.c alergi OD Ulkus kornea e.c infeksi bakteri

VII. TERAPI Cravit ED (Levofloxacin 0,5 mg) 1 tetes tiap 2 jam OD

VIII. PLANNING a. Pemeriksaan slit lamp b. Pemeriksaan biakan kuman dan uji resistensi c. Pemeriksaan parasitologi (KOH)

IX. PROGNOSIS 1. Ad vitam 2. Ad fungsionam 3. Ad sanam 4. Ad kosmetikum OD Bonam Bonam Bonam Bonam OS Bonam Bonam Bonam Bonam

TINJAUAN PUSTAKA
KONJUNGTIVITIS A. PENDAHULUAN Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan

pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitis. Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

B. EPIDEMIOLOGI Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada

dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005). Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak higienis.

C. ANATOMI KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (konjungtiva tarsalis) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus . Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan menbungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris (Vaughan, 2000). Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitales di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2000). Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-

jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.

D. FAKTOR RISIKO Faktor risiko terjadinya konjungtivitis adalah paparan yang sering dengan pasien konjungtivitis, penggunaan lensa kontak, sinusitis, individu dengan sistem imun yang lemah, dan kontak dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual saat persalinan.

E. ETIOLOGI Penyebab dari konjungtivitis adalah: 1. Konjungtivitis akibat bakteri, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, Corynebacterium diphterica, Pseudomonas, Neisseria, dan Hemophylus. Gambaran klinis berupa sekret mukopurulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, hiperemis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular. 2. Konjungtivitis akibat virus, dapat berupa konjungtivitis herpes simpleks maupun konjungtivitis varisela-zoster. 3. Konjungtivitis akibat jamur 4. Konjungtivitis akibat alergi

F. GEJALA KLINIS

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin. Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Konjungtivitis Alergi

10

a. Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas b. Rasa seperti terbakar c. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas d. Air mata sering keluar sendiri e. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat 2. Konjungtivitis Bakteri a. Pelebaran pembuluh darah b. Edema konjungtiva sedang c. Air mata keluar terus d. Adanya secret atau kotoran pada mata e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan 3. Konjungtivitis Viral a. Fotofobia b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata c. Keluar air mata banyak d. Nyeri prorbital e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea f. Kemerahan konjungtiva g. Ditemukan sedikit eksudat 4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif b. Mata merah c. Iritasi d. Nyeri palpasi e. Biasanya terdapat kemosis f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri 5. Konjungtivitis Blenore

Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut: a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari e. Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

11

Diagnosis Banding Konjungtivitis Virus Gatal Mata merah Hemoragi Sekret + + Serous mucous Bakteri ++ + Purulen, kuning, krusta Kemosis Lakrimasi Folikel Papil Pseudomembran Pembesaran kelenjar limfe Panus Bersamaan dengan keratitis Demam Sitologi Granulosit Limposit, monosit Eosinofil Sel epitel, granulosit ++ + ++ ++ + + + ++ + + + Alergi ++ + Viscus Toksik + -

G. DIAGNOSIS Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan konjungtivitis tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis adalah: 1. Anamnesis Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata berair, kemerahan, gatal, terasa nyeri atau perih.

12

Yang juga harus digali ialah adanya riwayat alergi, kemasukan benda asing, dan pemakaian lensa kontak. 2. Pemeriksaan fisis Visus Tidak didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena tidak terdapat defek pada media refrakta, yaitu kornea, aquos humor, lensa, dan vitreus humor sehingga cahaya tidak terhalang masuk dan dapat dibiaskan tepat di fovea sentralis retina. Slit lamp Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata. 3. Pemeriksaan penunjang Pewarnaan gram dan KOH Untuk menentukan mikroorganisme penyebab konjungtivitis, oleh bakteri, virus, atau jamur. Kultur Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus.

J.

DIAGNOSIS BANDING 1. Skleritis 2. Hematoma subkonjungtiva 3. Keratitis 4. Glaukoma akut

K. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan konjungtivitis tergantung penyebabnya. Berikut

penatalaksanaan konjungtivitis sesuai penyebab: Pengobatan konjungtivitis virus akut hanya pengobatan supportif. Hal ini disebabkan karena konjungtivitis virus akut dapat sembuh sendiri. Pasien diberikan kompres, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan

13

steroid topikal. Pengobatan biasanya hanya simptomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone parental, 1-2g perhari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan hygiene perorangan secara khusus. Perbaikan klinis pada konjungtivitis klamidia umunya dapat dicapai dengan tetracycline, 1-1,5g/hari peroral dalam empat dosis selama 3-4 minggu, dozycycline, 100 mg peroral dua kali sehari selama 3 minggu, atau erythromycin, 1g/hari peroral dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu. Infeksi pada konjungtivitis jamur berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar masuk dalam saccus conjunctivalis. Karena konjungtivitis alergi merupakan penyakit yang dapat sembuh snediri maka perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat member perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberikan kerugian jangka panjang. Steroid topikal atau sistemik dapat dipakai untuk mengurangi rasa gatal dan mempunyai efek samping (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) yang sangat merugikan (Vaughan, 2008).

L. KOMPLIKASI Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

14

1. 2. 3. 4. 5.

Ulserasi kornea. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis). Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion). Obstruksi ductus nasolacrimalis. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis) (Vaughan, 2008).

M. PROGNOSIS Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Keratitis, Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

15

DAFTAR PUSTAKA

Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of ophthalmology, section 2, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009. P. 45-9 Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13. Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan normal. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.116-145 Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44 Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, RiordanEve P. General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10. Vaughan D. 2008. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Young, K. 2013. Bacterial conjungtivitis. http: // emedicine. medscape. com/ article/ 1191730 - overview# a0156 diakses 6 Agustus 2013.

16

Você também pode gostar