Você está na página 1de 29

ANTENATAL CARE dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA WANITA HAMIL

PEMBIMBING : Dr. Kukung, Sp.OG Dr. Doddy, Sp.OG

DISUSUN OLEH : Puspita Komalasari (030.08.196) Tiara Rahmawati (030.08.240)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN & KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG Periode 6 Mei 12 Juli 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

BAB I ANTENATAL CARE


DEFINISI Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Esensi yang diuraikan oleh American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists (2007) sebagai Suatu program perawatan antepartum paripurna yang melibatkan pendekatan terpadu terhadap perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang periode antepartum. (3) Yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi: 1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutamaditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janindalam rahim. 2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

TUJUAN Tujuan dilakukannya antenatal care adalah : 1. Membangun rasa saling percaya antar klien dan petugas kesehatan 2. Mengupayan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya 3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya 4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi serta penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas

5. Memberikan pendidikan dan nasihat-nasihat kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan, persalinan, nifas, laktasi, merawat bayi dan keluarga berencana 6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya (menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak) 7. Menyiapkan fisik dan mental ibu dengan sebaik-baiknya serta menyelamatkan ibu dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan nifas guna tetap sehat dan normal postpartus Target yang harus dicapai dalam antenatal care adalah : 1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat. 2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dan diobati secara dini. 3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi dilahirkan dengan kondisi sehat fisik maupun mental.

PELAYANAN ANTENATAL Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada Antenatal Care, antara lain : 1. Makanan (diet) ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil. Protein (obstetri fisiologi) Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari.Jumlah ini lebih banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada wanita hamil metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, pertumbuhan buah dada, dan untuk pertambahan volume darah.Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju,
3

telur).Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema. Kalsium Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. Zat besi Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran oksigen melalui hemoglobin di selsel darah merah.Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi pada ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setekah trimester kedua.Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrosus gluconate, ferrosus fumarate, atau ferrosus sulphate.Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Vitamin (obstetri fisiologi) Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan kelainan bawaan dan abortus.Pada manusia pengaruh tersebut belum terbuktitetapi bagaimanapun vitamin perlu untuk mencapai kesehatan yang optimal. i. Vitamin A diperlukan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap infeksi. ii. Vitamin B complex terdiri dari vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah vitamin anti neuritis. Asam nikotin bersifat anti pellagra. Sedangkan jika keurangan B2 menyebabkan cheilosis. Ada kemungkinan bahwa kekurangan vitamin B complex dapat menyebabkan perdarahan pada bayi, menambah kemungkinan perdarahan post partum, dan atrofi dari ovaria. iii. Vitamin C penting sekali untuk pertumbuhan janin. iv. Vitamin D bersifat anti architis. v. Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio.

Asam folat Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.

Air (obstetri fisiologi) Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas sehari. Air menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan ginjal.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus dan pendarahan pasca persalinan.Jika makan makanan berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti gemuk, pre-ekslamsia, janin besar dan sebagainya.

2. Merokok, bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil, sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk merokok. 3. Obat - obatan, untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada triwulan I perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin. 4. Ibu hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari di rumah, kantor, atau pabrik. Asalkan semua pekerjaannya bersifat ringan. Kelelahan harus dicegah dengan cara diselingi istirahat. Di Indonesia wanita hamil diberi cuti hamol selama 3 bulan, 1,5 bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan sesudahnya. Tidak ada gunanya wanita hamil berbaring terus-menerus seperti orang sakit, karena istirahat yang lama akan melemahkan otot dan memberikan waktu untuk berfikir yang bukan-bukan. Istirahat yang diperlukan adalah 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. 5. Perawatan tubuh dan pakaian Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/ lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal touch. Gunakan pakaian yang longgar, bersih, dan nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras (tidak elastis) serta
5

korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari.Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan melakukan kebiasaan merokok selama hamil harena dapat menyebabkan vasopasme yang berakibat anoksia janin, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan congenital, dan solusio plasenta.

Perawatan Payudara Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarjan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati san benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu secara lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang mongering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitive, dan menjadi lebih berat, maka gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).

Perawatan Gigi Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selam kehamilan, yaitu pada trimester pdertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam dikaitkan dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga.Pada trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya caries dan gingivitis.

6. Buang air besar, pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena kurang gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan tekanan rektum oleh kepala. Akibat obstipasipanggu berisi penuh oleh usus yang berisi feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut ini dapat menimbulkan timbulnya bendungan di dalam dan

panggul.Bendungan

memudahkan

haemorroid

pyelitis.Pencegahannya ialah dengan minum banyak air, gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat seperti sayur dan buah. 7. Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan coitus pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus dilakukan secara hatihati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu sperma mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus. 8. Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.

STANDARD PELAYANAN Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 7 T, yaitu : 1. Temu wicara dalam rangka skrining pasien hamil dengan resiko. 2. Timbang berat badan dan Tinggi badan Bagaimana menghindari tingginya tingkat masa tumbuh pada trimester pertama, atau menghindari berat badan melonjak tinggi pada saat hamil? Jawabannya adalah gaya hidup sehat, yakni beraktivitas fisik secara proporsional dan makan makanan sehat. Dengan pola ini, maka mereka yang sudah terlanjur mengalami penambahan berat badan tinggi masih memiliki harapan untuk melahirkan secara normal sesuai dengan hitungan masa kehamilan dan bebas dari kemungkinan komplikasi.Berat badan dalam trimester ke III tak boleh bertambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan.Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut diatas disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut pra edema. Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Johnson

Toshack.Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan secara spontan. Rumus tersebut adalah :

Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155 Dengan interpretasi hasil : N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika N = 13 bila kepala belum lewat PAP

3.

Mengukur Tekanan darah, untuk mengetahui apakah ada hipertensi atau tidak. Karena hipertensi dapat menimbulkan preeklampsia, solusio plasenta, IUGR, IUFD lainnya. dan

4.

Ukur Tinggi fundus uteri (TFU)

Gambar1. Tinggi fundus uteri dan taksiran usia kehamilan

a. Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang janin. b. Untuk mengetahui usia kehamilan. c. Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm). d. Jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu menggunakan petunjuk-petunjuk badan. Umur Kehamilan 12 minggu 16 minggu 20 minggu 24 minggu 28 minggu 34 minggu 36 minggu 40 minggu Tinggi Fundus Uteri 3 jari di atas simpisis simpisis-pusat 3 jari di bawah pusat Setinggi pusat 3jari di atas pusat pusat-prosessus xifoideus 3 jari di bawah prosessus xifoideus 2 jari di bawah prosessus xifoideus

5. Pemberian imunisasi TT lengkap a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama. b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun. c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun. d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun. e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup. 6. Pemberian Tablet Fe a. Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang. b. Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan. c. Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh. d. Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C. 7. Tes terhadap penyakit menular seksual.

FUNGSI ANC Untuk dapat mendeteksi sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosisnya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong Kehamilan Resiko Tinggi / non Kehamilan Resiko Tinggi dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal. a. Anamnesa Anamnesa dimulai dari anamnesa pribadi seperti nama, umur, pendidikan, suku/ bangsa, pendapatan perbulan, alamat, baik ibu maupun suaminya. Dari anamnesa pribadi dapat diambil sesuatu mengenai nilai sosial, budaya, ekonomi, agama dan lingkungannya, yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan keluarganya. Umur penting, karena ikut menentukan prognosa kehamilan.Kalau umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya. Kondisi lingkungan seta kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, misalnya tempat tinggal (daerah kumuh/miskin), kita dapat memprediksi apakah ibu ini tergolong Kehamilan Resiko Tinggi non Kehamilan Resiko Tinggi. Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan tambahan ditanyakan jenis dan sifat gangguan yang dirasakan serta lamanya mengalami gangguan tersebut,

kemudian ditelaah anamnese utama tersebut lebih rinci. Juga dianamnese mengenai riwayat hamil muda, apakah ada pening, mual, muntah, hipersalivasi (emesis gravidarum) dan hiperemesis gravidarum. Riwayat hamil yang sekarang, apakah ada mual, muntah, hipersalivasi, bagaimana dengan nafsu makan, miksi ( kencing ), defekasi ( BAB ), tidur, apakah ada trauma abdomen (perut), Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah, sakit kepala, perdarahan, kalau kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada venavena dalam panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin B1, hipoproteinemia, dan penyakit jantung. Anamnesa mengenai riwayat persalinan sebelumnya dan bagaimana proses persalinannya, apakah spontan atau operatif obstetri, apakah pernah abortus, partus immaturus, prematurus sebelumnya. Kemudian apakah anaknya masih hidup sampai sekarang, atau meninggal disebabkan penyakit apa, apakah pernah melahirkan anak kembar, kelainan kongenital (cacat bawaan), dan lain-lain, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah ibu tergolong dalam Bad Obstetrics History (BOH) / riwayat obstetri yang jelek. Anamnesa mengenai haid, menarche, teratur atau tidak, siklus, banyaknya, lamanya, apakah ada dismenorea, fluor albus, pruritus vulvae ( gatal pada kemaluan ),usia kehamilan, kapan hari pertama haid terakhir, sehingga kita dapat menentukan taksiran tanggal persalinannya (TTP). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : TTP = hari+7 , bulan -3 , tahun + 1 HT Anamnesa mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelum dan selama hamil ini Apakah pernah DM, Tifus, Hepatitis, HIV, Sifilis, Herpes Genitalia Rubella, sakit Jantung, sakit Paru, sakit Ginjal, sakit Tiroid, Anemia, apakah ibu ini perokok, alkoholism dan obat-obatan terutama narkoba, dan lain-lain.

b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum Kesadaran, keadaan emosional, gizi, nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat

10

badan,tinggi badan.Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan selanjutnya. Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi (apakah ada caries), tonsil/faring (apakah ada tonsilitis/faringitis), hal ini perlu diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius, pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, kelenjar tiroid, dan lain-lain. Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran abdomen, varises, jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan palpasi dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelahkanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi fundus), bagianbagian janin, letak dan presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul, dan kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss.Palpasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Knebel Palpasi dilakukan guna menentukan letak kepala dengan cara bagian bawah dipegang dan fundus uteri digerakkan ke kiri dan kanan.Jika gerakan bagian bawah negatif, maka artinya kepala.Bila positif, artinya bokong. 2. Budin Palpasi dilakukan guna menentukan letak punggung anak dengan cara tangan kiri menekan fundus uteri ke bawah, akan dirasakan bagian mana yang memberi tahanan besar. 3. Leopold Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.

LEOPOLD I - Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita - Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri. - Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan tentukan konsistensi uterus

11

- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting, sifat bokong ialah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong.

Gambar 2. Palpasi Leopold I

LEOPOLD II Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya. Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak kepala janin.

Gambar 3. Palpasi Leopold II


12

LEOPOLD III Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk menentukan bagian terbawah janin Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami engagement atau belum.

Gambar 4. Palpasi Leopold III

LEOPOLD IV Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien. Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar dan : a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam rongga. b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul.

13

c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas panggul.

Gambar 5. Palpasi Leopold IV

Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan tangan ke dalam rongga panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk, sedangkan tangan satunya tertahan oleh tonjolan kepala. Tonjolan kepala pada fleksi disebabkan oleh daerah dahi, sedangkan pada letak defleksi oleh belakang kepala.Kalau tonjolan kepala bertentangan dengan bagian kecil, maka anak dalam letak defleksi.Leopold IV tidak dilakukan, kalau kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang lengkap ini, baru dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari bulan VI ke atas. Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi kepala belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak.Sebelum bulan ke VI cukuplah untuk menentukan apakah ada benda (janin) yang melenting ke seluruhannya di dalam rahim (ballottement in toto).Ballottement di dalam rahim boleh dianggap tanda kehamilan pasti.Sebelum bulan ke III uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan dalam besarnya, bentuknya, dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan dalam. Selain palpasi juga diperlukan pemeriksaan auskultasi.Pemeriksaan melalui auskultasi digunakan untuk mendengar denyut jantung janin. Alat yang digunakan adalah stetoskop monokuler yang dapat mendengar denyut jantung janin pada pada usia kehamilan 18-20 minggu ke atas. Dengan adanya denyut jantung janin dapat memastikan adanya

14

kehamilan, janin hidup serta letak janin di dalam uterus.Suara auskultasi yang berasal dari janin dapat berupa, denyut jantung janin, gerakan janin dan bising tali pusat. Sedangkan suara yang berasal dari ibu dapat berupa, denyut aorta, bising uterus, bising usus.

Cara menghitung denyut jantung janin : Dihitung dalam 5 detik dan dilakukan sampai 3 kali. Hasilnya dijumlah dan dikalikan 4. Denyut jantung normal : 120-152 kali/menit Daerah yang terjelas guna mendengarkan denyut jantung janin disebut punctum maksimum. Ketika mendengarkan denyut jantung janin, perhatikan frekuensi dan irama.

Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada genitalia eksterna dan bila perlu dapat pula dilakukan pemeriksaan dalam untuk kasus-kasus tertentuyang tidak memiliki kontra indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu, dan lain sebagainya. Pemeriksaan dalam biasanya dilakukan pada pemeriksaan pertama pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan 8 bulan untuk menentukan keadaan panggul. Fungsi pemeriksaan dalam adalah : 1. Menentukan bagian terbawah janin. 2. Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi uuk, uub, dagu, hidung, orbita dan mulut. 3. Kalau letak sungsang dapat teraba anus, sacrum dan tuber ischii. 4. Menentukan pembukaan serviks. 5. Mengevaluasi keadaan vagina, serviksa dan panggul. Indikasi pemeriksaan dalam : 1. Jika pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan. 2. Jika ada sangkaan kesempitan panggul atau CPD. 3. Jika persalinan tidak maju. 4. Untuk menentukan nilai pelvis : Pendataran serviks. Pembukaan serviks.

15

Konsistensi serviks. Turunnya bagian terbawah janin menurut hodge.

Kondisi panggul sangatlah penting, terutama pada primigravida. Hal tersebut dikarenakan panggul belum pernah teruji dalam proses persalinan. Sebaliknya, pada multigravida, anamnesa mengenai persalinan sebelumnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi panggul. Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak aterm serta spontan, dapat disimpulkan memilki panggul yang cukup luas.Walaupun begitu dalam keadaan tertentu pada beberapa multipara, dapat terjadi penyempitan jalan lahir yang disebabkan oleh tumor tulang (osteoma, osteofibroma) yang berasal dari daerah panggul ataupun yang berasal dari daerah jaringan lunak disekitar jalan lahir. Ciri-ciri panggul sempit : 1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir. 2. Pada multipara jika dalam anamnesis, proses persalinan yang terdahulu sukar (riwayat obstetrik jelek). 3. Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua. 4. Jika tubuh ibu menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis ataupun kelainan pada tulang-tulang ekstremitas. 5. Jika ukuran luar sempit Pemeriksaan dan pengukuran panggul biasanya dilakukan dengan toucher guna menentukan luasnya jalan lahir. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sekali selama masa kehamilan. Biasanya terjadi pada bulan kedelapan. Hal-hal yang perlu dinilai dalam pemeriksaan ini adalah :

16

Gambar 6. Pemeriksaan Panggul

1. Conjugata diagonalis. 2. Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagian. 3. Keadaan sacrum apakah konkaf dalam arah atas bawah dan dari kiri ke kanan. 4. Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau konvergen. 5. Apakah spina ischiadicae menonjol. 6. Keadaan os pubis : adakah exostose. 7. Keadaan arcus pubis.

Gambar 7. Bidang Hodge

17

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai manakah bagian terendah janin turun dalam panggul pada persalinan. Hodge 1 : Bidang yang dibentuk sejajar dengan pintu atas panggul antara bagian atas Hodge 2 Hodge 3 Hodge 4 symphysis dan promotorium. : sejajar dengan H 1 terletak setinggi bagian bawah symphysis. : sejajar dengan H 1 dan H 2 terletak setinggi spina ischiadica. : sejajar dengan H 1, H 2, dan H 3 terletak setinggi os coccygis.

c. Pemeriksaan penunjang Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV.Fetal anomalies dengan amniosintesis, Urine terutama diperiksa atas glukosa, zat putih telur, dan sedimen. Adanya glukosa dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya. Pada akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya laktosa dalam urine.Zat putih telur positif dalam urine pada nefritis, toxaemia gravidarum, dan radang dari saluran kencing. Darah perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering timbul anemia karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi serologis (WR), golongan darah, dan kadar gula darah. Golongan darah ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang cocok jika penderita memerlukannya.Feses diperiksa atas telur-telur cacing. USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak, keadaan plasenta, dan lain-lain).Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan

pemeriksaan penunjang lain. Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan diagnosa.Kehamilannya normal atau tidak.Kemudian dapat melakukan penyaringan pasien apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas indikasi ibu dan anak.Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.

18

Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.

JADWAL KUNJUNGAN Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan. a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat. 1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya satu bulan. 2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan. 3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai terjadinya persalinan. b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali. c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam. d. Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama kehamilan. Kunjungan pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, lalu 1 kali kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi bila kehamilan dengan resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih sering. Pemeriksaan kehamilan menurut Williams Obstetric (2013):5 1. Kunjungan pertama dilakukan segera setelah mngetahui adanyDari kehamilan 2. Kunjungan berikutnya dilakukan dengan interval 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu
19

3. Kemudian setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu 4. Setiap minggu setelah usia kehamilan 36 minggu 5. Wanita hamil dengan penyakit penyulit sering memerlukan kunjungan berulang setiap 12 minggu.

Kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan: Keluhan yang dirasakan ibu hamil Hasil pemeriksaan setiap kunjungan Umum Tekanan darah Respirasi Nadi Temperatur tubuh

Abdomen Tinggi fundus uteri Letak janin (setelah 34 minggu) Presentasi janin Denyut jantung janin

Pemeriksaan tambahan Proteinuria Glukosuria Keton

Menilai kesejahteraan janin Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan.Pemeriksaan yang memerlukan peralatan canggih umumnya dilakukan alat pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan ultrasonografi yang disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile). Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:

20

Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu yang akan disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.

Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam) Gerakan janin Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meningggal

Denyut jantung janin Ultrasonografi

Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selainpemeriksaan diatas, juga dilakukan pemeriksaan tentang: Penilaian besar janin, letak dan presentasi Penilaian luas panggul

21

BAB II PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA WANITA HAMIL


Jika seorang perempuan, datang memeriksakan diri karena merasa dirinya hamil, tugas kita yang pertama adalah menentukan apakah dia betul-betul hamil atau tidak. Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, sehingga penting bagi kita untuk mengenal dengan baik perubahan-perubahan yang normal atau tidak normal akibat kehamilan tersebut. Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan kelahiran bayi yang sehat. 1 Asuhan prenatal segoyahnya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan. Perawatan ini dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah terlambat menstruasi, terutama bagi wanita yang menginginkan terminasi kehamilan, tetapi bagi semua wanita secara umum sebaiknya jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali. Tujuan utama tindakan ini adalah: 1. Menentukan status kesehatan ibu dan janin 2. Menentukan usia gestasi janin 3. Memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetris Komponen-komponen pada awal diringkas dalam tabel dibawah ini. Rencana awal bagi perawatan selanjutnya dapat berkisar dari kunjungan rutin yang relatif jarang sampai rawat-inap segera karena adanya penyakit ibu atau janin yang serius.2 Komponen Yang Direkomendasikan Dalam Kunjungan Asuhan Prenatal Pertama Pengkajian risiko meliputi faktor-faktor genetik, medis, obstetris, dan psikososial Taksiran partus Pemeriksaan fisik umum Uji laboratoris: hematokrit (hemoglobin), urinalisis, kultur urin, penentuan golongan darah, Rh, penapisan antibodi, status rubela, penapisan sifilis, pap smear, uji HbsAg, menawarkan uji HIV Edukasi pasien, yi., menggunakan sabuk pengaman, menghindari alkohol dan

22

rokok HbsAg = hepatitis B surface antigen; HIV = human immunodeficiency virus Dari American Academy of Pediatrics dan American Colleges and Gynecologists (1997) dengan izin

Salah satu pemeriksaan yang penting dilakukan dalam kunjungan asuhan prenatal pertama kali adalah pemeriksaan penunjang laboratorium. Selain untuk mengetahui kondisi kesehatan wanita hamil secara umum, juga dapat menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit-penyakit infeksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilannya dan kemungkinan dapat berdampak buruk terhadap janin maupun ibunya sendiri. Selama kehamilan, semua wanita harus rutin menjalani beberapa pemeriksaan laboratorium tertentu. Hasil

pemeriksaan laboratorium ini dapat membantu dalam mendeteksi awal kemungkinan adanya masalah dengan kesehatan ibu hamil dan kesehatan dari janin yang dikandungnya. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus lainnya juga dapat dianjurkan tergantung pada riwayat kesehatan yang dahulu, adanya riwayat penyakit keluarga, dan hasil pemeriksaan sebelumnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pemeriksaan-pemeriksaan rutin yang harus dilakukan oleh ibu hamil, mengapa dan kapan pemeriksaan-pemeriksaan ini dilakukan dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk semua wanita pada awal kehamilan dilakukan dengan pengambilan sample darah, urin dan apusan sel-sel serviks dan vagina. Selain itu, wanita hamil juga akan diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi menular seksual. Hasil pemeriksaan ini untuk mendeteksi dini masalah potensial yang dapat mempengaruhi wanita hamil dan janinnya selama kehamilan. Jika ditemukan maka penangannnya dapat dilakukan sesegera mungkin sehingga dampak buruk yang dapat terjadi dapat dicegah. Dibawah ini akan diuraikan beberapa pemeriksaan laboratorium yang biasanya dilakukan pada wanita hamil.3 Tes Urine Glukosa, protein dan sedimen merupakan komponen yang paling utama diperiksa dalam pemeriksaan urine. Adanya glukosa dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala

23

penyakit diabetes, kecuali jika dapat membuktikan adanya hal-hal lain yang dapat menyebabkannya. Pada akhir kehamilan dan dalam masa nifas, reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya laktosa dalam air kencing. Protein positif dalam air kencing penderita nefritis, toksemia gravidarum, dan radang saluran kencing.1 Tes Darah Tidak semua pemeriksaan darah harus dilakukan pada kunjungan pertama. Beberapa dapat dilakukan pada awal kehamilan, sedangkan yang lain pada kehamilan lanjut. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui beberapa hal, diantaranya akan diuraikan dibawah ini berdasarkan kapan dilakukannya pemeriksaan.3 Penapisan Awal Penapisan awal sebaiknya meliputi beberapa pemeriksaan berikut: a. Kadar hemoglobin dan hematokrit: untuk menilai anemia. Jika kadar keduanya rendah maka dapat diberikan tambahan supplemen zat besi. Pada wanita hamil pencegahan dan pengelolaan anemia sangat penting dari awal kehamilan, karena dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Dapat terjadi keadaan-keadaan seperti cacat bawaan, abortus, IUGR, hingga IUFD. Keadaan anemia juga dapat menyebabkan inersia uteri pada proses persalinan sehingga menyebabkan kala 1 dan 2 berlangsung lama.1,3 b. Glukosa: kadar gula darah dalam tubuh perlu diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan adanya diabetes. Pemeriksaan gula darah disini meliputi pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prandial. Dengan menjaga pola diet dan olah raga biasanya diabetes dalam kehamilan dapat dikendalikan.1,3 c. Golongan darah dan tipe rhesus: Golongan darah meliputi golongan darah A, B, AB dan O dan terdapat rhesus positif dan negatif. Masalah dapat timbul jika bayi memiliki antigen rhesus sedangkan ibu tidak. Tubuh ibu dapat membentuk antibodi yang menyerang tubuh bayi, sehingga menyebabkan bayi mengalami anemia. Kondisi ini memerlukan perawatan khusus selama kehamilan. Jika diperlukan, obat-obatan dapat diberikan untuk menghentikan tubuh ibu memproduksi antibodi tersebut. Pemeriksaan darah lainnya, yang disebut skrinning antibodi, dapat menunjukan apakah wanita hamil dengan rhesus

24

negatif memproduksi antibodi terhadap darah yang memiliki rhesus positif. Jika iya, maka harus dilakukan pemeriksaan dan tindakan khusus sebelum bayi dilahirkan. Bayi juga kemungkinan besar memerlukan pengobatan setelah melahirkan.1,3 d. Penapisan antibodi ireguler e. Titer TORCH, titer antigen hepatitis bila status imunitas belum ditentukan pada pemeriksaan darah sebelumnya. Virus hepatitis B menginfeksi hati. Jika seorang wanita terinfeksi maka dapat menularkan virus hepatitis B ke bayinya. Oleh karena itu setelah bayi lahir, ibu dan bayi akan menerima pengobatan terhadap infeksinya tersebut, jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa memang terinfeksi. Semua bayi akan diberikan vaksin terhadap virus hepatitis B setelah lahir. f. Pemeriksaan sitologi serviks: Tes pap smear dapat dilakukan untuk memeriksa perubahan serviks yang dapat menyebabkan kanker. Sebuah sampel sel serviks juga dapat diambil untuk memeriksa PMS tertentu, seperti gonore dan infeksi klamidia Jika kondisi ini ditemukan, maka dapat segera diobati. g. Uji serologi untuk sifilis: Sifilis merupakan suatu penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Jika seorang wanita terinfeksi sifilis dan tidak diobati maka wanita tersebut dapat menularkannya kepada bayinya. Sifilis dapat diobati selama kehamilan. Penapisan Tambahan Evaluasi berikut harus dilakukan jika ada indikasi berdasarkan riwayat penyakit, etnik, ras dan sosial. a. Kultur urin b. Kultur serviks untuk gonore dan klamidia c. Uji tolerensi glukosa satu jam, khususnya pada perempuan dengan riwayat diabetes dalam keluarga atau rewayat glukosauria atau riwayat persalinan sebelumnya dengan bayi besar (>4000 g) d. Pemeriksaan sel sabit (sickle cell) e. Uji sputum untuk tuberkulosis, kalau perlu Rontgen paru

25

Kadar maternal serum -fetoprotein (MSAFP) Kadar ini diukur pada kehamilan 16 minggu. Nilai yang dilaporkan adalah multiple of the mean (MOM). Kadar MSAFP yang meningkat (2,5 MOM atau lebih) menunjukan: a. Defek tabung saraf terbuka (open neural tube defect) seperti misalnya anensefalus, spina bifida dan meningomielokel b. Omfalokel c. Kehamilan ganda d. Atresia duodenum Sekitar 15-20% bayi dengan sindroma Down, ternyata memiliki ibu yang selama kehamilan mempunyai kadar MSAFP yang rendah (0,5 MOM). Kadar MSAFP dapat rendah atau tinggi tanpa penyebab yang pasti dan pada janin yang normal. Beberapa kasus dengan kadar MSAFP yang tinggi berhubungan dengan keadaan plasenta abnormal yang tidak spesifik.2

Trias pemeriksaan penapisan Trias pemeriksaan penapisan adalah pemeriksaan MSAFP, hCG dan estriol yang dilakukan untuk menapis sindrom Down pada kehamilan 16 minggu dan pada perempuan berusia kurang dari 35 tahun. Sekitar 60% bayi-bayi dengan sindroma Down ternyata ibunya mempunyai hasil trias penapisan yang abnormal. Hasil pemeriksaan yang abnormal harus dilanjutkan dengan amniosintesis genetik untuk pemeriksaan kromosom.2

Pemeriksaan rutin trimester ketiga Pada trimester ketiga sebaiknya dilakukan secara rutin pemeriksaan: a. Kadar hemoglobin dan hematokrit ulangan b. Pemeriksaan ulangan antibodi pada pasien dengan Rhesus negatif pada kehamilan 28-32 minggu. c. Pemberian imunoglobulin Rh0 (anti-D) profilaksis (300g) untuk menurunkan insidensi isoimunisasi Rh pada perempuan-perempuan dengan Rh-negatif jika antibodinya negatif dan ayah janin tersebut mempunyai Rh-positif.

26

Catatan: Kadar Hb perlu ditentukan 3 bulan sekali, karena pada orang hamil sering timbul anemia defisiensi besi Selanjutnya perlu diperiksa reaksi serologis (WR), VDRL, TPHA, golongan darah dan pemeriksaan kadar gula darah Selain pada lues, reaksi Wasserman positif juga dapat terjadi pada frambusia Golongan darah ditentukan supaya kita dapat cepat mencarikan darah yang cocok jika penderita memerlukannya. Kalau ibu bergolongan darah O, ABO antagonisme mungkin timbul Tinja (faeces) Faceas diperiksa untuk mengetahui adanya telur-telur cacing Institute of Medicine menganjurkan dibuatnya suatu kebijakan nasional penapisan universal untuk human immunodeficiency virus (HIV) disertai pemberitahuan kepada pasien, sebagai suatu pemeriksaan prenatal rutin. Dalam suatu pernyataan bersama, American College of Obstetricians and Gynecologist (1999c) dan American Academy of Pediatrics mendukung rekomendasi ini. Apabila wanita yang bersangkutan menolak pemeriksaan, maka hal ini harus dicantumkan di rekam medis prenatal. Semua wanita hamil juga harus disaring untuk infeksi virus hepatitis B.2 Apabila pada pemeriksaan pertama hasilnya normal, maka sebagian besar pemeriksaan-pemeriksaan awal tidak perlu diulang. Pengukuran hematokrit (atau hemoglobin) dan serologi sifilis, apabila sering ditemukan dalam populasi, harus diulang pada usia gestasi sekitar 28 sampai 32 minggu. Pengukuran konsentrasi alfa-fetoprotein didalam serum ibu pada usia gestasi 16 sampai 18 minggu (15 sampai 20 minggu dapat diterima) dianjurkan untuk menapis kemungkinan defek tabung saraf (neural tube) terbuka dan beberapa anomali kromosom. Pengetahuan tentang usia gestasi yang pasti sangat penting untuk keakuratan penapisan ini.2 Beberapa pemeriksaan yang diberikan kepada semua wanita hamil untuk membantu menemukan masalah yang dapat menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi. Pemeriksaan lainnya yang diberikan berdasarkan faktor risiko, keluarga atau latar belakang etnis, atau hasil tes sebelumnya. Dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan diatas maka masalah-

27

masalah yang berkaitan dan dapat mempengaruhi kehamilan dapat diketahui sejak awal sehingga dapat diobati dan direncanakan perawatan khusus bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.3

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Wirakusumah F., Mose J., Handono B., Bab 6. Asuhan dan Pengawasan Antenatal. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Ed.2. Bandung: Elstar Offset Bandung; 2010 .h.110-123. 2. www.acog.org/publications/patient_education/bp133.cfm 3. Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ; 2009. 4. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003. 5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2013. 6. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.

29

Você também pode gostar