Você está na página 1de 143

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

LATAR BELAKANG Menjalankan amanat UUD 1945 dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang merupakan upaya untuk kesehatan melalui

CHAPTER I INTRODUCTION

1.1.

BACKGROUND Running the 1945 Constitution to

increase the awareness, willingness and ability to live a healthy life for everyone is an effort to improve public health through the optimal development of integrated and sustainable health care is the responsibility of the whole people of Indonesia, including government, private sector and the rest of society without exception.

meningkatkan masyarakat

derajat yang optimal

pembangunan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan yang merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia, baik pemerintah, swasta dan seluruh

masyarakat tanpa pengecualian. Upaya kesehatan, kesehatan, kesehatan, sumber penyediaan daya pembiayaan manusia alat Health improvement, health

financing, human resources, provision of pharmaceutical, medical device and food as well as information management and health and community empowerment are key points of the health development realistically implemented and directed the based on humanity, empowerment and independence, fair and equitable , as well as preferential treatment and benefits with special attention to vulnerable populations, such as women, children, the elderly and poor families.

farmasi,

kesehatan dan makanan serta manajemen dan informasi kesehatan serta

pemberdayaan

masyarakat

merupakan

pokok-pokok pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara realistis dan terarah yang berazaskan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, seperti ibu, anak, manusia usia

lanjut dan keluarga miskin.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

Pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan dan bertahap melalui rangkaian pelaksanaan, kegiatan perencanaan, dan

Implementation

of

sustainable

development and gradually through a series of planning, implementation, control and supervision and accountability in a

pengendalian

pengawasan serta pertanggung-jawaban yang transparan dan akuntabel, diharapkan mampu menjawab tantangan, dinamika perubahan nasional lingkungan maupun baik regional, serta yang

transparent and accountable, is expected to address the challenges, the dynamics of environmental changes in regional, national and international levels as well as take advantage of opportunities that support the realization of a powerful development and effective for everyone.

internasional

memanfaatkan mendukung

peluang-peluang

terwujudnya

pembangunan

yang berdaya dan berhasil guna bagi setiap orang. Rencana pembangunan disusun Development plan drawn up as a strategy to achieve health development requires cooperation of all parties, working together across programs and across sectors, civil society and the private sector through partnerships and always able and ready to be proactive in responding to the challenge. Health profile is a form of

sebagai strategi untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang menuntut kerja sama semua pihak, kerja sama lintas program dan lintas sektor, masyarakat maupun unsur swasta melalui kemitraan dan senantiasa proaktif untuk mampu dan siap dalam menjawab tantangan yang ada. Profil kesehatan merupakan wujud hasil kemitraan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan manajemen dan informasi kesehatan monitoring sebagai dan salah satu media gerak

partnership results of the various parties in an effort to improve the management and health information as one of the media monitoring and evaluation of motion with various indicators of development and strategic considerations in the preparation of development plans in the next period.

evaluasi

pembangunan dengan berbagai indikator dan menjadi pertimbangan strategis dalam penyusunan rencana pembangunan pada masa berikutnya. Penyusunan Profil Kesehatan Kota Batam disusun dan diterbitkan setiap tahun
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Preparation of Batam City Health Profiles compiled and published annually that
Menuju MDGs 2015
2

yang memuat berbagai data dan informasi tentang kesehatan gambaran derajat

contains various data and information about the picture of health public health Batam, has always strived to be the source of communicative information, current, reliable and beneficial to all.

kesehatan masyarakat Kota Batam, selalu diupayakan menjadi sumber informasi yang komunikatif, aktual, terpercaya dan

bermanfaat bagi semua. 1.2. TUJUAN 1.2 PURPOSE

1.2.1. Tujuan Umum Diperolehnya gambaran kondisi

1.2.1. General Purpose Obtaining a picture of the health of society and as a result of the

derajat kesehatan masyarakat dan sebagai hasil penyelenggaraan pembangunan

implementation of health development of Batam in 2011. 1.2.2. Special Purpose a. Obtaining information on the general description of Batam which includes demographic

kesehatan Kota Batam pada tahun 2011. 1.2.2. Tujuan Khusus a. Diperolehnya informasi tentang gambaran umum Kota Batam yang meliputi data demografi, pendidikan, geografi dan sosial ekonomi dan mempengaruhi factor) derajat faktor yang (determinant kesehatan

data, education, geography and economic and social factors that influence the (determinant factor) the health of the people of Batam in 2011.

masyarakat Kota Batam tahun 2011. b. Diperolehnya informasi tentang situasi derajat kesehatan baik angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat Kota Batam tahun 2011. c. Diperolehnya informasi tentang upaya kesehatan baik
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

b. Obtaining information on the situation of the health of both the death rate (mortality),

morbidity (morbidity) and the nutritional status of Batam in 2011 c. Obtaining information about both the health efforts of
Menuju MDGs 2015
3

pelayanan

kesehatan

dasar,

primary health care, health care referral and support, including Minimum Service Standards of

pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang kinerja Minimal dengan kesehatan termasuk Standar bidang berbagai yang

indikator Pelayanan kesehatan program

performance

indicators

health with a variety of health programs held in Batam Year 2011

diselenggarakan di Kota Batam Tahun 2011 d. Diperolehnya informasi tentang situasi sumber daya kesehatan termasuk sumber kesehatan sarana daya dan kesehatan, manusia pembiayaan d. Obtaining information on the situation of health resources including health care, health human resources and health financing Batam Year 2011.

kesehatan Kota Batam Tahun 2011. 1.3. MANFAAT 1.3. BENEFITS

1.3.1. Bagi Dinas Kesehatan Profil kesehatan merupakan

1.3.1. For Public Health Health profile is an overview of performance results and the Health Department staff and the entire people of Batam which can be used as the basis for the evaluation and planning in order to improve, repair and development of health development in the area of Batam in the future.

gambaran hasil kinerja Dinas Kesehatan dan jajarannya dan seluruh masyarakat Kota Batam yang dapat dijadikan evaluasi dan dasar penyusunan rangka perencanaan perbaikan dalam dan

peningkatan,

pengembangan pembangunan di bidang kesehatan dalam wilayah Kota Batam dimasa depan. 1.3.2. Bagi Pemerintah Kota Profil kesehatan dapat dijadikan informasi/bahan pertimbangan bagi stake
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

1.3.2. For the City Health profiles can be used as information / material consideration for stakeholders in making policy decisions and establish the

Menuju MDGs 2015

holder

dalam membuat kebijakan untuk

concept of health development.

pengambilan keputusan serta menetapkan konsep pembangunan bidang kesehatan. 1.3.3. Bagi Masyarakat Masyarakat sebagai sasaran dalam pembangunan kesehatan yang dapat 1.3.3. For the Community Society as a target in the development of health that can be felt directly in health development efforts, so that this health profile is information on the implementation of health development that has been implemented.

merasakan langsung upaya pembangunan kesehatan, sehingga profil kesehatan ini merupakan informasi atas pelaksanaan pembangunan dilaksanakan. 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Penyusunan profil kesehatan Kota Batam Tahun 2011 mengacu kepada kesehatan yang telah

1.4 Systematics of the Writing Preparation of the health profile of Batam Year 2011 refers to the technical guidelines of RI Department of Health in 2011, with the systematics of writing as follows: 1.4.1. CHAPTER I

petunjuk teknis Departemen Kesehatan RI tahun 2011, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : 1.4.1. BAB I Berisikan pendahuluan yang

Contains presents the

an

introduction

that

menyajikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta sistimatika penulisan profil kesehatan Kota Batam tahun 2011. 1.4.2. BAB II Memuat tentang gambaran umum Kota Batam yang meliputi letak geografis, demografi, umum administratif serta dan informasi

background,

objectives,

benefits and systematic writing of the health profile of Batam in 2011.

1.4.2. CHAPTER II Contains an overview of the City of Batam which include geographic,

demographic, administrative and other general information, and described

lainnya,

menggambarkan (determinan)

faktor-faktor

berpengaruh

influencing factors (determinants) of health and other factors.

terhadap kesehatan dan faktor lainnya.


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

1.4.3. BAB III Bagian ini menguraikan situasi

1.4.3. CHAPTER III This section describes the health situation in Batam are presented based on health indicators of morbidity, mortality and nutritional status of people of Batam.

derajat kesehatan di Kota Batam yang disajikan berdasarkan indikator kesehatan berupa angka kesakitan, angka kematian dan status gizi masyarakat Kota Batam. 1.4.4 BAB IV Bab pelayanan kesehatan ini menguraikan tentang

1.4.4. CHAPTER IV This chapter describes the basic health services, health care referral and support, eradication of communicable

kesehatan rujukan

dasar,pelayanan dan penunjang, menular, dan

pemberantasan pembinaan

penyakit

diseases, environmental health coaching and basic sanitation, improved nutrition, pharmacy services and medical devices. Health care efforts outlined in this chapter also accommodate working indicators of Health Services Standard (MSS) in health and other health services are organized in the city of Batam.

kesehatan

lingkungan

sanitasi dasar,perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) bidang kesehatan serta pelayanan

kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Batam. 1.4.5 BAB V Bab V menyajikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya pada tahun 2011 di Kota Batam. 1.4.6 BAB VI Bab ini merupakan kesimpulan tentang hal-hal penting yang perlu 1.4.5. CHAPTER V Chapter V presents the health infrastructure, health, health financing and other health resources by 2011 in the city of Batam. 1.4.6. CHAPTER VI This chapter is a conclusion about the important things that need attention and suggests things that are considered to be still lacking and further research paper in
Menuju MDGs 2015
6

diperhatikan

dan mengemukakan hal-hal

yang dianggap masih kurang serta telaahan


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

lebih lanjut dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Bab VI juga memuat tentang keberhasilan yang telah dicapai selama tahun 2011 untuk dapat dipedomani. 1.4.7 LAMPIRAN Lampiran terdiri dari 79 tabel yang merupakan pencapaian upaya kesehatan berdasarkan program indikator kesehatan sesuai terkait dengan dengan

the

framework

of

the

implementation of health development. Chapter VI also contains about the success that has been achieved during the year 2011 to be guided. 1.4.7. APPENDIX Appendix consists of 79 tables which are based on the achievement of health improvement indicators in

accordance with related health programs gender-responsive.

responsive gender.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BATAM 2.1. KEADAAN GEOGRAFIS Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 2014, Kota Batam terletak antara O02529 - 101500 Lintang Utara dan 103034 35 - 1040 26 04 Bujur Timur. Dengan luas wilayah 3.990 Km2 terdiri dari luas wilayah daratan 1.380,85 Km2 dan luas wilayah laut 2.950 Km2. Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu pada jalur pelayaran dunia internasional, berdasarkan wilayah daratan Kota Batam terdiri dari lebih dari 400 pulau, 329 pulau diantaranya telah bernama, termasuk didalamnya pulaupulau yang berada pada periper dalam batasan Negara Kesatuan Republik 2.1.

CHAPTER II GENERAL CITY BATAM GEOGRAPHIC SITUATION Regional Regulation No. 2 of 2004 on Spatial Planning of Batam Year 2004 to 2014, Batam lies between O025'29 "1015'00" north latitude and 103 034 '35 "1040 26' 04" East Longitude. With an area of 3990 km2 of land area 1380.85 km2 and 2950 km2 of marine area. Batam city geographically has a very strategic location, on the international shipping lines, based on land area of Batam consists of over 400 islands, 329 islands of which have been named, including the islands that are at periper within the limits of the Republic of Indonesia bounded by neighboring countries namely Singapore and Malaysia. Batam is geographically adjacent to:

Indonesia yang berbatas dengan negara tetangga yakni Singapore dan Malaysia. Secara geografis Kota Batam berbatasan dengan :

Utara Selatan

: :

Selat Singapura Wilayah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Wilayah Karimun. Kecamatan Moro Kabupaten

Nort Sout

: :

Selat Singapura Wilayah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga Wilayah Karimun. Kecamatan Moro Kabupaten

Barat

West

Timur

Wilayah Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan

East

Wilayah Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

Keadaan

geologi

wilayah

Kota

Geological

circumstances

Batam

Batam seperti daerah lainnya dalam wilayah paparan kontinental provinsi Kepulauan Riau yang terdiri pulau-pulau yang tersebar merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari semenanjung Malaysia dan pulau Singapura pada bagian Utara sampai

region as other regions in the continental exposure to the Riau Islands province comprising the islands are scattered

remnants of erosion or shrinkage of the preTertiary land that stretches from the peninsula of Malaysia and Singapore island on the north to the islands of Moro and Kundur and Karimun in the South. Tanjung Pinang city which is the administrative center of Riau Islands province and regency Bintan is located on the east side and have the emotional and cultural linkages with the city of Batam. Batam soil surface can be classified generally flat with a variation of the hilly region with a maximum altitude of 160 meters above sea level. Many small rivers flow with the flow slowly and surrounded by forests, shrubs, dense

dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta Karimun di bagian Selatan. Kota Tanjung Pinang yang merupakan pusat

pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan terletak disebelah timur dan memiliki keterkaitan secara emosional dan kultural dengan Kota Kota Batam Batam. pada

Permukaan

tanah

umumnya dapat digolongkan datar dengan variasi daerah berbukit-bukit dengan

ketinggian maksimum 160 meter diatas permukaan laut. Sungai-sungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan dan dikelilingi hutan-hutan, semak belukar, hutan bakau yang lebat. 2.2. PEMERINTAHAN Pemerintah Kota Batam sebagai institusi eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan

mangrove forests.

2.2

GOVERNMENT Batam City Government as an

institution executives who carry out the wheels of government, community

kemasyarakatan menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan

development and a hope to be able to answer any problems or challenges that arise in accordance with the development of socioeconomic,

maupun tantangan yang muncul sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi,

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

10

budaya,

politik

dan

lainnya

dalam

cultural,

political

and

others

in

the

masyarakat. Kota Batam dan Kabupaten/Kota lainnya seperti Kabupaten Karimun,

community. Batam city and regency / city like Karimun, Natuna Regency, Riau Islands and the City of Tanjung Pinang into a single unit in the Riau Islands Province in accordance with law No. 25 of 2002.

Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Riau dan Kota Tanjung Pinang menjadi satu kesatuan dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan undangundang Nomor 25 Tahun 2002. Struktur pemerintahan Kota Batam diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran, perubahan dan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan di Kota Batam yang berlaku sejak tanggal 1 Juni 2006 bahwa Kota Batam terdiri 12 kecamatan dengan 64 kelurahan. Konsep wilayah struktur kerja pemerintahan menjadi dasar dalam dalam

The

structure

of

government

stipulated in Batam Batam City Region No. 2 of 2005 on Redistricting, change and formation of District and Village in the city of Batam into force on June 1, 2006 that the city of Batam consists 12 districts to 64 districts. The concept of governance

structures within the working area of the basis on strategies for geographically and accesibility for the provision of health care facilities and health services closer to and affordable by all segments of society city of Batam to ensure equal distribution of health services.

mengatur strategi secara geografis dan accesibility untuk penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan lebih dekat dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Batam dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan. 2.3. KEPENDUDUKAN/DEMOGRAFI Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2011 ini, kami menggunakan data kependudukan pertanggal 01 Januari 2012 yang berjumlah 1.056.701 jiwa. Angka ini digunakan untuk memperhitungkan
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

2.3. POPULATION / DEMOGRAPHICS In preparing the profile of health in 2011, we used population data date of

January 1, 2012, amounting to 1,056,701 inhabitants. This figure is used to account for target / target indicators of health programs throughout the year 2011. The
Menuju MDGs 2015
11

target/sasaran indikator program kesehatan sepanjang tahun 2011. Berikut gambaran

following demographic picture of Batam in 2011 with a variety of variables.

demografi Kota Batam tahun 2011 dengan berbagai variabel.

Gambar 2.1.

PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2011

Ratio penduduk berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat pada gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk

Ratio of the population by sex as shown in the figure above shows that the male population more than the population of women by a ratio of 1.05: 1.

perempuan dengan ratio 1,05 : 1. 2.3.1. KEPADATAN PENDUDUK Kepadatan penduduk suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap kesehatan, terutama pada penyakit-penyakit tertentu, seperti penyakit menular. baik menular langsung maupun tidak langsung. Dan 2.3.1. POPULATION DENSITY The population density of an area affects the health, especially in certain diseases, like infectious diseases.

transmitted either directly or indirectly. And population density can be used as the basis of policies in development planning of

kepadatan penduduk dapat dijadikan dasar

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

12

kebijakan pembangunan

dalam sarana

perencanaan kesehatan dan

health facilities and health personnel as needed distribution ratio health of the population of the region.

pendistribusian tenaga kesehatan sesuai kebutuhan ratio tenaga kesehatan dalam suatu wilayah terhadap jumlah penduduk.

Gambar 2.2.

JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK

MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011


180,000 160,000 JUMLAH PENDUDUK 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0
347 1,845 1,085 490 75 43 3,493 2,856 2,612 8,395 8,999

10,000
8,381

9,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000

2,000
1,000 BATAM KOTA SAGULUNG BENGKONG BATU AJI

BATU. AMPAR

SEKUPANG

BEL. PADANG

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

SEI BEDUK

NONGSA

GALANG

BULANG

L. BAJA

KEPADATAN PENDUDUK

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2011.

Luas wilayah daratan Kota Batam 1.038,84 Km2 dan jumlah penduduk tahun 2011 berjumlah 1.056.701 jiwa dengan kepadatan orang/Km2. penyebaran penduduk Dari rata-rata 1017 terlihat merata,

Land area of Batam 1038.84 Km2 and a population in 2011 numbered 1,056,701 inhabitants with an average population density of 1017 people/km2. From the graph above shows the population

grafik diatas tidak

penduduk

distribution is uneven, there is overcrowding in the island of Batam, Batam as an economic center with the most densely populated district located in Lubuk Baja

kepadatan penduduk terdapat di Pulau Batam sebagai pusat perekonomian Kota Batam dengan wilayah yang terpadat penduduknya terdapat di Kecamatan Lubuk

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

KEPADATAN PENDUDUK

8,000

13

Baja (8.999 orang/Km2) dan kepadatan penduduk terendah di daerah hinterlind yaitu Kecamatan Galang (43 orang/Km2).

(8999

people/km2)

and

the

lowest

population density in the area of the District hinterlind Galang (43 people / km2).

Gambar 2.3.

JUMLAH RUMAH TANGGA DAN RATA-RATA JIWA PER RT MENURUT KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

120,000 JUMLAH RUMAH TANGGA 100,000 80,000 60,000 7

9 7 RATA-RATA JIWA PER RT 8 5 4 2 2 1 6 5 4

5
5 4 2 4

40,000
20,000 BATU. AMPAR BEL. PADANG

3
2 1 -

L. BAJA

SEI BEDUK

NONGSA

GALANG

BENGKONG

BATAM KOTA

SAGULUNG

SEKUPANG

BULANG

JUMLAH RUMAH TANGGA

RATA-RATA JIWA/ RT

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2011

Jika dilihat dari jumlah anggota keluarga per rumah tangga, maka

If seen from the number of family members per household, then obtained the average number of persons per household is the largest area mindland person who is found in district 8 Sei Beduk, people per household, in the hinterland regions such as Sub Rear Padang, Bulang and Galang average The average has 3-4 per household.

didapatkan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga didaerah mindland terbanyak adalah 8 orang yang terdapat di Kecamatan Sei Beduk, setiap rumah tangga, di daerah hinterland seperti Kecamatan Belakang Padang, Bulang dan Galang rata-rata

memiliki 34 per rumah tangga.


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BATU AJI

14

2.3.2. Komposisi

Penduduk

Menurut

2.3.2 Group

Composition of Population by Age

Kelompok Umur Komposisi penduduk mempunyai permasalahan tersendiri dalam bidang

The composition of the population has its own problems in the health field, because each age group has a different pattern of health problems. By knowing the picture of the composition of the population helps determine the strategy of health development efforts on a specific age group. As the age group infants, toddlers, women of childbearing age, age groups, elderly and others.

kesehatan, karena setiap kelompok umur mempunyai corak permasalahan kesehatan yang berbeda. Dengan mengetahui

gambaran komposisi penduduk membantu dalam menentukan strategi upaya-upaya pembangunan kesehatan pada kelompok umur tertentu. Seperti kelompok umur bayi, balita, wanita usia subur, kelompok usia produktif, usia lanjut dan lain sebagainya.

Gambar 2.4.

DISTRIBUSI PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI KOTA BATAM TAHUN 2011

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam, Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

15

Gambaran

komposisi

penduduk

Picture of the composition of the population as seen in the population pyramid above shows that the 25-34 year age group who are of childbearing age is very dominant in terms of reproductive women and men, this is certainly a very influential on the population growth rate, whichever is the higher the reproductive age also rapidly increasing birth rate. In Batam in 2011, the average live birth is 88 people per day.

seperti terlihat pada piramida penduduk diatas terlihat bahwa kelompok usia 25-34 tahun yang merupakan usia subur dalam hal reproduktif sangat dominan baik

perempuan maupun laki-laki, hal ini tentu sangat berpengaruh pada laju pertumbuhan penduduk, yang mana semakin tinggi usia reproduktif maka semakin pesat juga tingkat kelahiran. Di Kota Batam tahun 2011, rata-rata kelahiran hidup perhari adalah 88 orang. Jika dilihat komposisi penduduk dengan kelompok usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih dominan dari jumlah penduduk secara 786.893 keseluruhan jiwa, dengan berjumlah beban

If the composition of the population viewed the productive age group (age 15-64 years) were more dominant than the population as a whole to amount to 786 893 people, with 343 dependents expense ratio, which means that every 1,000 residents who took 343 people earning an unproductive (aged under 15 years and age> 64 years), it was a favorable impact of Batam as an industrial area that absorbs a lot of labor is the biggest asset in the development of Batam.

dengan

rasio

tanggungan 343, artinya setiap 1.000 penduduk yang produktif menanggung 343 orang yang tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan usia > 64 tahun), hal ini merupakan dampak yang menguntungkan Kota Batam sebagai daerah industri yang menyerap merupakan banyak aset tenaga kerja yang dalam

terbesar

pembangunan Kota Batam. 2.3.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan 2.3.3. Population Growth Rate Average population growth rate in 2011 obtained by looking at the increasing number of people from the previous year. The population of the city of Batam in 2010 as many as 988 555 lives
Menuju MDGs 2015
16

penduduk tahun 2011 didapatkan dengan melihat peningkatan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2010 sebanyak 988.555 jiwa
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

sedangkan

pada

tahun

2011

jumlah

in 2011 while the population increased to 1,056,701 inhabitants with the population growth rate of 6.89%. Population growth rate is quite high in Batam is triggered because of the relatively high population migration that is one of the effects of Batam as an industrial area which would absorb a lot of labor, regional and international, but when seen from the birth-rate in Batam average there were 88 births per day, this is also supported by the composition of the population of childbearing age is the age group that is dominant compared to other age groups, and other factors is the high mobility of the population in the city of Batam. .

penduduk meningkat menjadi 1.056.701 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 6.89%. Laju pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi di Kota Batam dipicu karena faktor migrasi penduduk yang cukup tinggi yang merupakan salah satu dampak Kota Batam sebagai daerah industri yang tentunya menyerap banyak tenaga kerja baik regional maupun international, akan tetapi jika dilihat dari jumlah kelahiran di Kota Batam rata-rata setiap hari terdapat 88 kelahiran, hal ini juga didukung oleh komposisi penduduk kelompok usia subur yaitu usia yang sangat dominan dibanding kelompok usia lainnya dan faktor lainnya adalah tingginya mobilitas penduduk di Kota Batam. . 2.4. SOSIAL EKONOMI

2.4. SOCIO ECONOMIC 2.4.1. Gross Regional Domestic Product (GDP) GDP is a picture of the economy of a region within one year. GDP reflects the magnitude of the success of a region's economic performance, especially with

2.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan gambaran

perekonomian suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Besaran PDRB kinerja

mencerminkan

keberhasilan

perekonomian suatu wilayah, terutama yang berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya dan yang

regard to the ability of a region and optimal in managing its resources, both natural resources, human resources and other resources.

mengoptimalkan

dimilikinya, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya

lainnya.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

17

Melalui perhitungan PDRB ini akan diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu sasaran yang dicapai dalam pelaksanaan pembangunan selain pemerataan. Pertumbuhan ekonomi tanpa adanya pemerataan yang baik akan semakin ekonomi meningkatkan yang pada kesenjangan akhirnya akan

Through the calculation of GDP will be known to the economic growth rate of a region. High economic growth is one of the targets are achieved in the implementation of development than equal. Equitable economic growth in the absence of good will further increase the economic gap that will ultimately disturb macroeconomic less qualified

stability. Economic growth

menganggu kestabilan ekonomi makro. Pertumbuhan berkualitas ekonomi akan yang kurang langsung

will have a direct impact on poverty, unemployment and other gaps.

berdampak

terhadap tingkat kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan lainnya. Pertumbuhan ekonomi Kota Batam di topang oleh empat sektor, yaitu sektor industri, pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sector keuangan

Economic growth in Batam city prop by four sectors, namely industry, processing, trade, hotels and restaurant sector,

financial sector and corporate services rent as well as transport and communications sectors. In 2010 the economic growth of 7.77% Batam city asumed in 2011 and economic growth slowing and the Batam city is expected to grow by only 7:20%.

persewaaan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Batam sebesar 7.77% dan diperkirakan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Batam mengalami perlambatan dan

diperkirakan tumbuh hanya sebesar 7.20%.

2.4.2. regional Income In terms of investment into Batam based on

2.4.2. Regional Income Dari sisi investasi yang masuk ke Kota Batam berdasarkan data dari BP Kawasan Batam, realisasi investasi Asing (PMA) yang dihitung berdasarkan

data from BP Regions Batam, the realization of foreign investment (PMA) is calculated based on the approval of business license (IUT / IUI) is diterbitkan selama periode Januari sampai dengan Desember 2011 sebanyak 112 proyek, terdiri dari 90 proyek baru dan 22

persetujuan izin Usaha Tetap (IUT/IUI) yang

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

18

proyek perluasan usaha dengan total nilai investasi sebesar US$ 167.10 juta. Adapun investasi proyek baru yang masuk ke Kota Batam pada 2011, terdiri dari 35 proyek industry/manufaktur, 23 proyek industri perkapalan, 29 proyek perdagangan

published during the period January to December 2011 were 112 projects,

consisting of 90 new projects and 22 projects with a total value of the expansion of business investment of U.S. $ 167.10 million. As for the investment of new projects coming into the city of Batam in 2011, consists of 35 projects industry / manufacturing, shipping industry 23

jasa/lainnya dan 3 proyek real estate/hotel. Sedangkan untuk investasi perluasan usaha yang masuk ke Kota Batam terdiri dari 14 proyek industri/manufaktur, lainnya, 6 1 proyek proyek

projects, 29 projects of trade in services / projects and 3 other real estate / hotel. As for the expansion of business investment into Batam project consists of 14 industrial / manufacturing, 6 commerce projects / services, a shipbuilding project and a project real estate / hotel. The existence of various investment projects coming into the city of Batam Batam indicates that the City still has an attraction for the investors and of course this condition is expected to continue to create employment opportunities are many, in order to absorb the labor force in the city of Batam.

perdagangan/jasa

perkapalan dan 1 proyek real estate/ hotel. Adanya berbagai proyek investasi yang masuk ke Kota Batam mengindikasikan

bahwa Kota Batam masih mempunyai daya tarik bagi para investor dan tentunya kondisi hingga ini akan terus

diharapkan berlangsung

tercipta

peluang-

peluang lapangan kerja yang banyak, guna menyerap angkatan kerja yang ada di Kota Batam.

2.4.3. Penduduk Miskin Penduduk miskin merupakan

2.4.3. Poor people The poor are the people who are vulnerable to health problems, to the attention of the poor need special attention, because of economic status, especially in fulfillment of the needs food and clothing have a very sensitive impact on health.

kelompok penduduk yang tergolong rentan terhadap masalah kesehatan, untuk itu perhatian terhadap penduduk miskin perlu mendapat perhatian khusus, karena status ekonomi terutama dalam pemenuhan

kebutuhan sandang dan pangan

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

19

mempunyai dampak yang sangat sensitif terhadap kesehatan. Salah satu perhatian yang diberikan pemerintah adalah adanya Program One concern is the government granted the People's Health Insurance Program poor families (Jamkeskin) or Family Health Insurance Poor (HIP) originating state funds that have been implemented since 2006 to the present in which the city of Batam gets as many as 127 732 people with a quota of 33 000 households .

Jaminan Kesehatan Masyarakat keluarga Miskin (Jamkeskin) atau Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin) bersumber dana APBN yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006 hingga saat ini yang mana Kota Batam mendapat kuota sebanyak 127.732 jiwa dengan 33.000 rumah tangga. Pemerintah Kota Batam bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau senantiasa meningkatkan

Batam

City

Government

in

cooperation with the Provincial Government of Riau Islands continually improve the affordability of health care of all aspects of the whole society of Batam, in this case the poor are not netted in the HIP program, can use the Certificate of Disadvantaged

keterjangkauan pelayanan kesehatan dari segala aspek bagi seluruh lapisan

masyarakat Kota Batam, dalam hal ini masyarakat miskin yang tidak terjaring dalam program Surat Askeskin, Keterangan dapat Tidak

(SKTM), so that in certain cases in need of health care services outside patient referrals Riau Islands province are given financial assistance from the difference in rates at the designated hospital. In 2011 the number of non-quota Poor people who have served as many as 8244 people with financial resources and the budget I APBD Batam city Riau Islands Province.

menggunakan

Mampu (SKTM), sehingga pada kasus tertentu yang membutuhkan pelayanan kesehatan berupa jasa pelayanan pasien rujukan diluar Propinsi Kepulauan Riau diberikan bantuan keuangan dari selisih tarif pada Rumah Sakit yang ditunjuk. Pada tahun 2011 jumlah masyarakat Miskin Non Kuota yang telah dilayani sebanyak 8244 jiwa dengan sumber dana APBD Kota Batam dan APBD I Propinsi Kepulauan Riau.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

20

GAMBAR 2.5.

DISTRIBUSI JAMKESMAS (ASKESKIN) PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

25000
63.70 PESERTA JAMKESMAS 20000 15000 10000 5000 0 SEKUPANG 10.71 14.45 7.04 9.71 44.22

71.56

80
70 60 50 40 30 9.83 14.21 12.08 6.00 20 10 0 BATAM KOTA % penduduk dengan askeskin

6.36

LUBUK BAJA

BENGKONG

SAGULUNG

BULANG

SEI BEDUK

NONGSA

GALANG

BEL. PADANG

JUMLAH PESERTA ASKESKIN

BATU AMPAR

% PENDUDUK DENGAN ASKESKIN

Sumber : Program Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

2.5.

PENDIDIKAN Bidang pendidikan adalah salah satu

2.5. EDUCATION Education is one of the

determinan

yang

sensitif

sebagaimana yang

determinants of sensitive areas as health and economic indicators to determine the level of prosperity of a nation. knowing the level of public education, can portray the level of public knowledge about health and health-oriented mindset will influence

bidang kesehatan dan ekonomi

merupakan indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan tingkat suatu bangsa.

diketahuinya

pendidikan

masyarakat, dapat mengambarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

behavior in adopting clean and healthy life with full awareness that high, so as to have a positive impact on maintaining and improving health.

kesehatan dan pola pikir berwawasan kesehatan yang akan mempengaruhi

perilaku dalam mengadopsi perilaku hidup bersih dan sehat dengan penuh kesadaran yang tinggi, sehingga mempunyai pengaruh

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BATU AJI

21

positif

terhadap

pemeliharaan

dan

peningkatan kesehatan. Tingkat pendidikan penduduk di Kota Batam tahun 2011 pada kelompok

The level of education of the population in Batam in 2011 at the age group> 10 years, as shown below, shows that most levels of public education is a lively city that is high school graduate of 44.28% and 3:44% for undergraduate education is to have a level and above. Of 795 282 inhabitants Batam aged> 10 years, there is not / has not been to school, this suggests that the population in Batam still untouched basic education program,

umur > 10 tahun, seperti pada gambar berikut, menunjukkan bahwa sebagian

besar tingkat pendidikan masyarakat Kota Batam adalah tamatan SLTA yakni sebesar 44.28% dan sebesar 3.44% adalah memiliki tingkat pendidikan sarjana keatas. Dari 795.282 penduduk Batam yang berusia > 10 tahun, masih ada yang tidak/belum pernah sekolah, hal ini menunjukkan bahwa

penduduk di Kota Batam masih ada yang belum tersentuh program pendidikan dasar, kemungkinan besar mereka adalah

chances are they are people who live in the hinterland.

penduduk yang tinggal di daerah hinterland. Gambar 2.6. PRESENTASE TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK USIA > 10 TAHUN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

Sumber : Dinas Kependudukan & Capil Kota Batam Tahun 2011


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

22

2.6.

LINGKUNGAN Lingkungan merupakan faktor yang

2.6. ENVIRONMENT Environment is the most dominant factor affecting the health status among the other determinant factors. Batam city is in a fairly rapid infrastructure development

paling

dominan

mempengaruhi diantara

status faktor

kesehatan

masyarakat

determinan lainnya. Kota Batam yang dalam pembangunan infrastrukturnya cukup pesat sangat mempengaruhi kondisi lingkungan, penataan lingkungan yang berwawasan kesehatan sangat berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat demikian juga sebagai daerah industri menciptakan warna tersendiri bagi kehidupan di Kota Batam terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan tingginya mobilisasi pendatang untuk mendapatkan pekerjaan guna

greatly affect the environmental conditions, the arrangement is very health-minded environment affect the health of society as well as the industry creates its own color to life in Batam, especially in employment and the high mobilization of immigrants to get jobs in order to survival. This brings the impact on the emergence of environmental problems with buildings that do not correspond law No. 2 of 2004 on Spatial Planning of Batam in the region 2004-2014.

kelangsungan hidup.

Hal ini membawa

dampak pada permasalahan lingkungan dengan munculnya bangunan yang tidak sesuai Perda Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kota Batam tahun 2004-2014. Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengembangan Kawasan Industri Kota

Batam

City

Government

and

Batam bekerjasama melakukan upaya untuk mengatasi masalah pemukiman dengan membangun hunian yang layak dan

Industrial Zone Development Agency in cooperation Batam to handle efforts to build residential housing problems are feasible and financially affordable by the community as flats located around the industrial area in the hope of realizing a healthy housing for people of Batam, because the environment will create a healthy mental and physical health that

terjangkau secara financial oleh masyarakat seperti rumah susun yang berada disekitar kawasan industri dengan harapan dapat mewujudkan pemukiman yang sehat bagi masyarakat Kota Batam, karena lingkungan yang sehat akan menciptakan jiwa dan fisik
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

23

yang sehat yang nantinya akan berujung pada Batam. Gambaran lingkungan Kota Batam dapat juga dilihat dari persentase rumah sehat, rumah tangga dengan akses air bersih, sanitasi dasar (saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah) dan rumah bebas jentik. Berdasarkan hasil survey rumah sehat yang dilakukan tahun 2011, dari 382.493 rumah yang ada, dan sebanyak 26.715 (7%) rumah yang diperiksa sebagai sampel didapatkan rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 74.9%, dan tidak memenuhi syarat kesehatan 25.1%. kesejahteraan masyarakat Kota

that would culminate in the welfare of the people of Batam.

Batam which environment can also be seen from the percentage of healthy homes, households with access to clean water, basic sanitation (sewage waste water, waste disposal) and the larva-free home. Based on the results of the home health survey conducted in 2011, of the 382 493 existing homes, and as many as 26 715 (7%) of the samples obtained were

examined as a qualified home health as much as 74.9%, and 25.1% meet the health requirements. Healthy home assessment visits of several of the components, physical the

Penilaian rumah sehat dilihat dari beberapa komponen, yakni komponen rumah secara fisik termasuk ventilasi, luas bangunan dan lain-lain sebesar 31%, ,komponen sanitasi meliputi sanitasi dasar dengan proporsi 25% dan komponen perilaku sebesar 44%.

components

houses,

including ventilation, building area and the other 31%,, sanitation component includes basic sanitation by 25% and the proportion of the behavior of components by 44%.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

24

Gambar 2.8.

PERSENTASE RUMAH SEHAT

DI KOTA BATAM TAHUN 2011

25.1%

74.9%

SEHAT Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Kebutuhan manusia terhadap air sangat tinggi, terutama untuk minum dan keperluan rumah tangga lainnya, untuk itu ketersediaan dan jangkauan terhadap air bersih merupakan salah satu indikator dari lingkungan yang dapat mempengaruhi

Human need for water is very high, especially for drinking and other domestic purposes, to the availability and scope of clean water is one indicator of the environment that may affect public health.

kesehatan masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

25

Gambar 2.9.

PERSENTASE KELUARGA DENGAN AKSES AIR BERSIH DI KOTA BATAM TAHUN 2011
79.8%

021%

0.56%

7.87%
KEMASAN LEDENG

5.98% SPT SGL PAH

5.59% LAINNYA

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Hasil survey ssaitasi yang dilakukan terhadap akses air bersih pada 37.124 keluarga didapatkan sebahagian besar

The results of sanitary surveys conducted on access to clean water in the family gained sebahagian 37 124 families in the city of Batam has been accessible to the type of tap water at 79.8%. Viewed from the environmental health aspects of ownership that consists of basic sanitary latrine ownership, landfills and Wastewater Line (SPAL). Ideally, every household has sanitation facilities for household waste management in its various forms, so as not to pollute the environment that may affect the health of the family itself or the surrounding communities. Basic sanitation is one aspect in the assessment of a healthy home.

keluarga di Kota Batam telah terakses air bersih dengan jenis ledeng sebesar 79.8%. Kesehatan lingkungan dilihat dari aspek kepemilikan sanitasi dasar yang terdiri dari kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah dan Saluran

Pengelolaan Air Limbah (SPAL). Idealnya setiap rumah tangga mempunyai sarana sanitasi untuk pengelolaan limbah rumah tangga dengan berbagai bentuknya,

sehingga tidak mencemari lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga itu sendiri atau masyarakat sekitarnya.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

26

Sanitasi dasar merupakan salah satu aspek dalam penilaian rumah sehat. Gambar 2.10. PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SANITASI DASAR DI KOTA BATAM TAHUN 2011

30,000 25,000

15,000 10,000 5,000 0 JAMBAN

94.3%

20,000

TEMPAT SAMPAH MEMILIKI

73.05%

SPAL SEHAT

DIPERIKSA

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Hasil survei sanitasi dasar yang dilakukan pada tahun 2011, menunjukkan 94.3% jamban keluarga telah memenuhi syarat kesehatan, 73.05% keluarga telah memilki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan 75.7% keluarga telah memiliki saluran pembuang air limbah (SPAL) yang sehat.

The results of sanitation survey conducted in 2011, showed 94.3% of families have latrines to meet the health requirements, 73.05% of families already have the place garbage waste that meets the requirements of health and 75.7% of families have wastewater discharge channel (SPAL) is healthy.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

75.75%

27

Gambar 2.11.

PERSENTASE RUMAH BEBAS JENTIK BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

BULANG GALANG B. PERMAI SEKUPANG BEL. PADANG LUBUK BAJA SAMBAU SEI PANAS

73.00 75.87 87.54 87.90 92.85 93.42 94.24 94.78 95.00 95.58 96.22 96.51 97.51
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

T. SENGKUANG
SEI PANCUR BATU AJI KABIL BOTANIA SEI LEKOP

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Kondisi lingkungan dapat dilihat dari berbagai aspek lainnya seperti rumah bebas jentik yang lazim disebut Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai upaya dalam pengendalian penyakit DBD yang

Environmental conditions can be viewed from various aspects such as homefree larvae, commonly called larva-free rate (ABJ) as an effort to control dengue disease is a disease-based environment. Larva-free rate obtained from periodic observation by the Savior Monitoring larvae (jumantik) environment of the building on the findings agypty aedes mosquito larvae. Results of monitoring conducted in 17 627 homes, with the result as much as 83.21% of homes are not found mosquito larvae (ABJ 83.21%). Here's a larva-free rate per district in Batam Year 2011

merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Angka bebas jentik didapatkan dari observasi berkala oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dilingkungan bangunan terhadap temuan jentik nyamuk aedes agypty. Hasil pemantauan yang dilakukan pada 17.627 rumah, dengan hasil sebanyak 83.21% rumah tidak ditemukan jentik nyamuk (ABJ 83.21%). Berikut gambaran Angka Bebas Jentik per kecamatan di Kota Batam Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

28

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan suatu daerah dillihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat. masyarakat merupakan pembangunan berkesinambungan. Situasi Kota derajat Batam hasil kesehatan 2011

CHAPTER III DEGREES OF HEALTH SITUATION Health status of a region be viewed from the death rate (mortality), morbidity (morbidity) and the nutritional status of the community. Public health situation of Batam in 2011 is the result of the implementation of a sustainable health development. As for the health of the people of Batam are presented in several indicators below.

tahun

pelaksanaan yang derajat

kesehatan Adapun

kesehatan masyarakat Kota Batam disajikan dalam beberapa indikator dibawah ini. 3.1. Angka Kematian (Mortalitas) Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu sebagai akibat dari keadaan

3.1. Mortality (Mortality) Mortality is mortality that occurs in a certain period of time and place as a result of certain circumstances. Mortality

tertentu. Indikator mortalitas seperti angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan dan gambaran tingkat kesejahteraan kegiatan suatu Audit bangsa. Maternal

indicators like maternal mortality and infant mortality continue to be the indicator of the success of health development and an overview of the level of prosperity of a nation. Based on the activities of Maternal Perinatal Audit (AMP) following description Figures Born Dead, Infant Mortality,

Berdasarkan

Perinatal (AMP) berikut uraian Angka Lahir Mati, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak Balita, Angka Kematian Ibu, dan angka kematian akibat penyakit tertentu (case fatality rate).

Childhood mortality, maternal mortality, and mortality from certain diseases (case fatality rate).

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

29

3.1.1. Angka Lahir Mati


Angka kelahiran mati adalah

3.1.1 Figures of Birth the Dead Birth rate die is a discharge of the products of conception of age> 20 weeks of who showed no signs of life per 1000 births (live and die). This figure illustrates' inability a mother pregnant maintain the pragnancy for the be able born alive, which influenced many things, among others condition of mother mainly mothers with risk of high and quality of health services in pregnant pregnant. In 2011 the number of stillborn babies is born with the numbers 69 people died 02/02/1000 born as the following figure.

keluarnya hasil konsepsi usia > 20 minggu yang tidak menunjukkan tanda-tanda

kehidupan per 1000 kelahiran (hidup dan mati). Angka ini menggambarkan ketidak mampuan seorang buah ibu hamil

mempertahankan

kehamilannya

untuk dapat lahir hidup, yang dipengaruhi banyak hal, antara lain kondisi ibu terutama ibu dengan risiko tinggi dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Tahun 2011 jumlah bayi lahir mati adalah 69 orang dengan angka lahir mati 2.2/1000 kelahiran sebagaimana gambar berikut ini. Gambar 3.1.

JUMLAH LAHIR MATI VERSUS LAHIR MATI

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011


16,786 15,032

18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0

LAKI-LAKI PEREMPUAN

34

35

LAHIR HIDUP

LAHIR MATI

Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

30

3.1.2. Angka Kematian Bayi (AKB)


Salah satu target yang mendasar dalam kesepakatan MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Bayi adalah kematian sebelum mencapai tepat umur 1 tahun. per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2011 jumlah bayi yang meninggal adalah sebanyak 122 orang dari 31.818 kelahiran hidup dengan Angka Kematian Bayi 3.8 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan penurunan yang cukup menggembirakan, karena

3.1.2. Infant Mortality Rate (IMR) One of the fundamental goals in the MDGs agreement is to reduce infant mortality to 23/1000 live births in 2015. Infant Mortality is death before reaching exactly age 1 year. per 1000 live births.

In 2011 the number of babies who died were as many as 122 people from 31 818 live births Infant mortality rate 3.8 per 1,000 live births. This figure shows the decline was encouraging, because there is a decrease by 25%. Here's an overview AKB Batam in the last three years.

terjadi penurunan sebanyak 25%. Berikut gambaran AKB Kota Batam pada tiga tahun terakhir. Gambar 3.2.
8 7 6 5 4 3 2
1 0 3.8

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) DI KOTA BATAM TAHUN 2009 s/d 2011

7.1
6.3

2009

2010

2011

Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

31

Adapun gambaran kematian bayi berdasarkan klasifikasi umur adalah sebagai berikut :

The picture of infant mortality based on age classification is as follows:

Gambar 3.3.

PERSENTASE KEMATIAN BAYI BERDASARKAN KLASIFIKASI UMUR DI KOTA BATAM TAHUN 2011

71%

11%

17%

0%

20% 0-6 hari

40% 7-28 hari

60%

80%

100%

29 hari - < 1 tahun

Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Kematian

neonatal

dini

secara

Early neonatal mortality are intrinsically more closely related to maternal health before, during and after childbirth. The proportion of infant deaths in Batam in 2011, dominated the early neonatal age group (0-6 days) that are caused by low birth weight (40,23%). Low Birth Weight case illustrates still a lack of prenatal care, especially maternal nutritional problems that accompany illness the mother during pregnancy.

instrinsik lebih erat kaitannya dengan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah persalinan. Proporsi kematian bayi di Kota Batam tahun 2011, didominasi kelompok umur neonatal dini (0-6 hari) yang banyak disebabkan oleh BBLR (40,23%).Kasus Berat Badan Lahir Rendah menggambarkan masih kurangnya perawatan masa prenatal

terutama masalah gizi ibu hamil penyakit yang menyertai ibu selama kehamilan.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

32

Adapun

penyebab

kematian

The other causes of early neonatal deaths are caused by aspeksia, infectious disease and others caused the deaths include congenital abnormalities and

neonatal dini lainnya disebabkan oleh aspeksia, penyakit infeksi dan lain-lain yakni kematian yang disebabkan antara lain adalah kelainan kongenital dan cedera. Angka kematian ini dapat ditekan dengan meningkatkan kesehatan ibu sebelum,

injuries. This mortality could be reduced by improving the health of the mother before, during and after childbirth and to improve the quality of services, including facilities and infrastructure in heandling neonatal complications. More detail can be seen in the picture below.

selama dan setelah persalinan dan dengan meningkatkan kualitas pelayanan termasuk sarana dan prasarana dalam penanganan komplikasi neonatus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 3.4.

PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN BAYI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DI KOTA BATAM TAHUN 2011
100% 90%

80%
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

44.83 71.43 3.45 11.49 95.24 LAIN-LAIN DIARE INFEKSI 7.14 21.43 4.76 0-6 HARI 7-28 HARI 29 HARI - 1 TAHUN ASPEKSIA BBLR

40.23

Sumber : BidangKesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

3.1.3. Angka
(AKABA) Kematian anak

Kematian

Anak

Balita

3.1.3.

Childhood

Mortality

(Akaba)

Balita

adalah

jumlah

Toddlers of child mortality is the number of deaths of children aged 1 - <5 years per 1000 live births. In Batam in 2011 the

kematian anak usia 1 - < 5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Di Kota Batam Tahun 2011 angka kematian anak balita adalah 0.41 per
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

33

1000 kelahiran hidup, dibanding tahun 2010 (0.68 per 1000 kelahiran hidup) terjadi penurunan yang cukup berarti. Angka kematian Balita merupakan salah satu indikator percepatan pembangunan yang di deklarasikan dalam MDGs pada point 4 dengan target yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 23 per 1000 kelahiran hidup. Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan Kota Batam

mortality rate among children under five is 0:41 per 1000 live births,compared to the year 2010 (0.68 per 1000 live births) decreased significantly. Toddler death rate is one indicator of the acceleration of development are declared in the MDGs at point 4 with a target to be achieved in 2015 was 23 per 1000 live births. Batam City Government through Batam City Health Department and its partners are always working to reduce the number of vulnerable groups so as to optimally achieve the target set nationally.

dengan mitranya selalu berupaya untuk menekan angka pada kelompok rentan secara optimal sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan secara

nasional. Dari jumlah kematian anak balita (14 orang) disebabkan oleh pneumonia 7.14%, diare 14.29%, DBD 14.29 % dan lain-lain 64.29 % sebagaimana gambar dibawah ini. Gambar 3.5.

Of the number of deaths of children under five (14 men) 7:14% are caused by pneumonia, diarrhea 14:29%, 14:29% DHF and others 64.29% as shown below.

PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2011

9
9

8
7 6 5 4 3 2

2 1

1
0 PNEUMONIA DIARE DBD LAIN-LAIN

Sumber : BidangKesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

34

3.1.4. Angka Kematian Balita (AKBA)


Angka Kematian Balita (AKBA) adalah jumlah kematian anak sebelum mencapai tepat umur 5 tahun dibagi per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah balita

3.1.4.

Five

mortality

rate

(AKBA)

Five mortality rate (AKBA) is the number of deaths of children before they reach the appropriate age 5 per 1,000 live births divided. Number of children under five died in Batam in 2011 was 135 with under-five mortality by 4:24 per 1000 live births, while in 2010 was 6.98 per 1000 live births. In order to accelerate the development of the Government has set a target of under-five mortality rate for 2015 was 32 per 1000 live births.

meninggal

di Kota Batam tahun 2011

adalah 135 dengan angka kematian balita sebesar 4.24 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2010 adalah 6.98 per 1000 kelahiran hidup. Dalam rangka percepatan pembangunan Pemerintah telah

menetapkan target angka kematian balita untuk tahun 2015 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Jika dilihat angka kematian balita di Kota Batam sudah memenuhi target

If seen in child mortality in Batam already meet national targets, however this does not make us stop, but still trying to suppress optimally under-five mortality

nasional, namun demikian hal ini tidak membuat kita berhenti, akan tetapi tetap berupaya menekan angka kematian balita seoptimal mungkin

3.1.5. Angka Kematian Ibu (AKI)


Kematian Ibu adalah wanita yang meninggal akibat proses kehamilan,

3.1.5. Maternal Mortality Rate (MMR) Mother's death is a woman who died from the process of pregnancy, childbirth and postpartum caused by

persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinanya bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu didapatkan dari perhitungan jumlah kematian ibu per 100. 000 kelahiran hidup. Tahun 2011 sebanyak 25 orang ibu meninggal dengan angka kematian ibu sebesar 78.6 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan angka kematian ibu
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

pregnancy and childbirth not accidental. Maternal Mortality Rate obtained by a counting number of maternal deaths per 100.000 live births. In 2011 as many as 25 people died with the mother's maternal mortality rate of 78.6 per 100,000 live births. Compared with the maternal mortality rate
Menuju MDGs 2015
35

pada tahun 2010 (113.8 per 100.000 kelahiran hidup), terjadi penurunan yang cukup signifikan. Dari Kematian ibu tersebut terjadi pada masa kehamilan sebanyak 2 orang, masa persalinan sebanyak 8 orang dan 15 ibu meninggal pada masa nifas (42 hari pasca persalinan) dan jika dilihat dari penyebab kematian ibu, seperti pada gambar berikut ini :

in 2010 (113.8 per 100,000 live births), there was a significant decline. Of maternal deaths occur during pregnancy as much as 2 people, the labor as much as 8 people and 15 mothers die during childbirth (42 days post partum) and when viewed from the causes of maternal death, as shown below:

Gambar 3.6.

PERSENTASE PENYEBAB KEMATIAN IBU

DI KOTA BATAM TAHUN 2011

20%

36%

PERDARAHAN EKLAMSIA

44%

LAIN-LIAN

Sumber : Bidang Kesga & Promkes Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Penyebab kematian ibu dibedakan atas 2 hal yaitu penyebab kematian langsung dan tidak langsung. . Penyebab langsung kematian ibu terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas, sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah akibat adanya penyakit tertentu serta karena penangganan yang tidak kompeten.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Causes of maternal deaths divided into two terms, namely the cause of death directly and indirectly. Direct causes of maternal deaths related to pregnancy, childbirth and postpartum, whereas the indirect cause of maternal death is the result of certain diseases as well as incompetent.

Menuju MDGs 2015

36

Penyebab ibu meninggal karena perdarahan sebanyak 9 orang, karena eklamsia 5 orang dan 11 orang meninggal karena penyebab lainnya seperti adanya penyakit yang menyertai pada masa

Cause of maternal death due to bleeding as much as nine people, because eclampsia 5 people and 11 people died from other causes such as the presence of accompanying diseases during pregnancy, childbirth and the puerperium. As the description above, efforts are being made on the principle refers to the activities of maternal perinatal audit (AMP) through the assessment of cases at health facilities, followed by learning in an effort to improve the ability of officers in cases of maternal and child heandling.

kehamilan, persalinan dan masa nifas. Seperti uraian diatas, upaya yang dilakukan pada prinsip mengacu pada kegiatan audit maternal perinatal (AMP) melalui kesehatan pembelajaran pengkajian dan kasus di sarana dengan untuk

dilanjutkan upaya

sebagai

meningkatkan kemampuan petugas dalam penanganan kasus ibu dan anak.

3.1.6. CASE FATALITY RATE (CFR)


Case Fatality Rate merupakan proporsi kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu, hal ini menunjukkan tingkat keganasan suatu penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan

3.1.6. Case Fatality Rate (CFR) Case Fatality Rate is the proportion of deaths caused by certain diseases, it demonstrates the level of malignancy of a disease that can cause death and described the quality of health care or lack of knowledge about the disease so late in getting help that can be fatal. In Batam in 2011 there are some diseases that were observed activities particularly continuously for disease in surveillance efforts, Some

menggambarkan

kualitas

pelayanan

kesehatan atau kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga tentang terlambat penyakit dalam tersebut mendapat

pertolongan yang dapat berakibat fatal. Di Kota Batam tahun 2011 ada beberapa penyakit yang diamati secara terus menerus dalam kegiatan surveilens sebagai upaya pengendalian penyakit, terutama penyakit menular. Beberapa kematian akibat

control diseases.

infectious

deaths from diseases such as Dengue Fever such as, Diarrhea, Pneomonia in infants.

penyakit tertentu seperti Demam

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

37

Berdarah Dengue, Diare, Pneomonia pada balita. 3.1.6.1 CFR Dengue Hemorrhagic Fever 3.1.6.1. CFR DEMAM BERDARAH Fatallity Case Rate (CFR) of DHF has decreased from 1:32% (759 cases) in 2010 to 0.31%, with the number of dengue cases in the year 2011 as many as 636 people. Case fatality rate nationally targeted <1%, then for this year, CFR DBD Batam can reduce the number of deaths from dengue in accordance with the targets set DENGUE Case Fatallity Rate (CFR) DBD mengalami penurunan dari 1.32% (759 kasus) ditahun 2010 menjadi 0.31%, dengan jumlah kasus DBD sebanyak 636 orang ditahun 2011. Case fatality Rate secara nasional ditargetkan < 1%, maka untuk tahun ini, CFR DBD Kota Batam dapat menekan angka kematian akibat DBD sesuai dengan target yang telah ditetapkan secara nasional. Terlihat pada gambar dibawah ini, fluktuasi CFR DBD pada 3 tahun terakhir

nationally. Seen in the picture below, CFR DBD fluctuations in the last 3 years.

Gambar 3.7.

CASE FATALITY RATE DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BATAM TAHUN 2009 - 2011

1.4 1.2

1.32

0.98
1 0.8 0.6
TARGET NASIONAL < 1 %

0.4
0.2 0 TAHUN 2009 TAHUN 2010

0.31

TAHUN 2011

`Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

38

3.1.6.2.

CFR PNEUMONIA

3.1.6.2. CFR PNEUMONIA Cases of pneumonia is one cause of death in infants in Indonesia. In 2011 from the Maternal Perinatal Audit report found the number of under-five mortality due to pneumonia as a person, so Case Fatality Rate is 0.36%. 3.1.6.3. CFR AIDS

Kasus pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada balita di

Indonesia. Pada tahun 2011 dari laporan Audit Maternal Perinatal didapatkan jumlah kematian balita akibat pneumonia sebanyak 1 orang, dengan demikian Case Fatality Rate adalah 0.36%. 3.1.6.3. CFR AIDS AIDS adalah penyakit yang

AIDS diseases caused by viruses that attack the body's defense system as a continuation of HIV is characterized by the number of CD 4 <500 and or people with HIV disease are accompanied by secondary infections. On the condition of a person declared AIDS a healthy immune system is weak and more vulnerable to other

disebabkan virus yang menyerang sistem pertahanan tubuh sebagai kelanjutan dari HIV yang ditandai dengan jumlah CD 4 < 500 dan atau penderita HIV yang disertai penyakit infeksi sekunder. Pada kondisi seseorang dinyatakan AIDS sistem

pertahanan tubuh sangat lemah dan lebih mudah diserang penyakit infeksi lainnya yang berujung pada kematian, tahun ini Case Fatality Rate HIV/AIDS adalah 37.34% dari 158 penderita AIDS, dengan klasifikasi kelompok umur yang meninggal adalah sebagai berikut.

infectious diseases that lead to death, this year's Case Fatality Rate of HIV / AIDS is 37.34% of 158 patients with AIDS, by age group who died of classification is as follows.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

39

Gambar 3.8.

JUMLAH KEMATIAN AIDS DAN CFR AIDS JENIS KELAMIN KOTA BATAM TAHUN 1779-2011

70 60 jumlah kematian 50 40 50 30 20 10 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 11 40 38 27 24 17 14 19 100

120 100

80
60 40 CFR

12

20 0

MENINGGAL

CFR

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

3.2.

ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Angka kesakitan merupakan salah

3.2.

Morbidity

(morbidity)

Morbidity is one indicator of community health status, morbidity can be described by the number of people who went to visit health facilities both public and private, at the level of basic services as well as advanced disease with 10 votes.

satu

indikator angka

derajat

kesehatan dapat

masyarakat,

kesakitan

digambarkan dengan jumlah kunjungan masyarakat yang berobat ke sarana

kesehatan baik pemerintah maupun swasta, pada tingkat pelayanan dasar maupun lanjutan dengan 10 penyakit terbanyak.

3.2.1. Sepuluh Penyakit Terbesar


Sepuluh penyakit terbesar dari kunjungan pasien yang mendapat

3.2.1.

Ten

Greatest

Disease

Ten of the largest disease patients who received treatment visits / treatment of disease patterns can be seen that there are sector in the region, By knowing the pattern of disease may be a reference in a health plan, such as the provision of infrastructure,

pengobatan/perawatan dapat dilihat pola penyakit yang ada disuatu wilayah, Dengan mengetahui pola penyakit dapat menjadi

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

40

acuan

dalam

perencanaan

kesehatan,

provision of medicines, health and wellness programs and other strategies . 10

seperti penyediaan sarana dan prasarana, penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan dan strategi program kesehatan dan

following description of Batam city's largest disease in 2011.

lainnya. Berikut uraian 10 Penyakit terbesar di kota Batam tahun 2011. Berdasarkan laporan SP2TP dari Puskesmas se-Kota Batam sepanjang tahun 2011, dari 10 penyakit terbesar tercermin pola penyakit masyarakat yang Based on reports from health centers SP2TP Batam as the year 2011, the largest of the 10 diseases in disease patterns reflected by people who use basic services facilities as shown below.

memanfaatkan sarana pelayanan dasar seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3.9.

SEPULUH PENYAKIT TERBESAR KUNJUNGAN PASIEN DI PUSKESMAS SE-KOTA BATAM TAHUN 2011
1107 2660 3375

Penyakit sistem kemih & kelamin


Penyakit Endokrin Gizi & metabolik Penyakit telinga & Prosesus Penyakit mata & adneksia Penyakit esofagus, lambung, Duodenum Penyakit infeksi parasit tertentu Penyakit sistem muskuloskletal & jaringan Penyakit kulit & jaringan sub kutan Penyakit sistem pencernaan Penyakit sistem pernafasan
0

5180
9630 13980 14165 23708 30527 101595 50000 100000 150000

Sumber : Bidang Yankes & Farmimin Dinkes Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

41

Gambaran

diatas

menunjukkan

Picture above shows the Acute Respiratory Infections (ARI) is a disease most common in the population as the same as Batam in 2010. 3.2.2. Rate Flacyd Acute Paralysis (AFP Rate) Flacyd Acute Paralysis (paralyzed paralyzed suddenly) not because of forced Ruda, a disease that strikes children aged <15 years are still being targeted in the acute control surveillance and eradication of communicable diseases. The number of cases is estimated to 2 per 100,000 children aged <15 years. In Batam children aged <15 years amounted to 260 984, it is estimated that 5 cases of a target in the year 2011. The results of surveillance carried out in 2011 found 1.96/100.000 AFP rate of children aged <15 years. This figure has reached the national target (> 2/100.000 children aged <15 years).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyakit yang paling banyak menyerang penduduk Kota Batam sama seperti tahun 2010.

3.2.2. Acute Flacyd Paralysis Rate (AFP


Rate) Acute Flacyd Paralysis (lumpuh layuh mendadak) bukan karena ruda paksa, merupakan penyakit yang menyerang anak usia <15 tahun secara acute masih menjadi sasaran dalam surveilens pengendalian dan pemberantasan penyakit menular. Jumlah kasus diperkirakan 2 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Di Kota Batam anak usia < 15 tahun berjumlah 260.984, sehingga diperkirakan 5 kasus menjadi target ditahun 2011. Hasil surveilens yang dilakukan tahun 2011 didapatkan AFP rate sebesar 1.96/100.000 anak usia < 15 tahun. Angka ini telah mencapai target nasional (>2/100.000 anak usia <15 tahun).

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

42

Gambar 3.10.

CAKUPAN ACUTE FLACID PARALYSIS RATE DI KOTA BATAM TAHUN 2009-2011

7
6 5 4

6.18

2.96 3 2 1 0 2008 2009

2.74
1.92

-Target nasional >2/100.000 penduduk usia < 15 tahun-

2010

2011

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

3.2.3. ANGKA KESAKITAN TB. PARU


Salah satu kegiatan pengendalian Penyakit penderita menjaring TB. Paru TB. adalah Paru TB. penemuan bertujuan Paru agar

3.2.3. TB MORBIDITY. LUNG One of TB disease control activities. Pulmonary TB was the discovery of new patients. Aims to capture people with pulmonary TB. Lung in order to receive treatment and supervision so as to reduce morbidity and prevent transmission to others. Here's a discovery of TB patients. Lung (+) in Batam in 2011.

baru

penderita

mendapat pengobatan dan pengawasan sehingga dapat menurunkan angka

kesakitan dan pencegahan penularan ke orang lain. Berikut gambaran penemuan penderita TB. Paru (+) di Kota Batam tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

43

Gambar 3.11.

CAKUPAN PENEMUAN TB. PARU (+) PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

80 70 60 JUMLAH KASUS 36.53 50 40 30 20 10 0 SEKUPANG 10.65 7.79

52.50 TARGET NASIONAL 70% 44.00 26.65 21.65 18.62 12.38 8.51

60 50

40
30 15.63 20 10 0.00 0 % CAKUPAN

25.29

11.41
BULANG

SEI PANAS

B. PERMAI

BOTANIA

T. SENGK

SAMBAU

L. BAJA

KABIL

GALANG

B. PADANG

SEI PANCUR

KASUS LAKI-LAKI

KASUS PEREMPUAN

CDR

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Indikator ini merupakan salah satu target dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan dengan target 70%. Tahun 2011 pelaksanaan program dalam penemuan kasus baru CDR) 24.36%, angka ini belum mencapai target yang diharapkan. Perlu kerjasama dan kemitraan yang lebih luas sebagai strategi untuk penemuan penderita, mengingat penyakit ini sangat mudah menular.

This indicator is one of the target in minimum service standards in health with a target of 70%. In 2011 the implementation of the program in the discovery of new cases CDR) 24.36%, this figure has not reached the expected target. Need the cooperation and partnership as a broader strategy for the discovery of the patient, considering the disease is highly contagious.

3.2.4. ANGKA KESAKITAN PNEUMONIA


PADA BALITA Pneumonia menjadi salah pada balita masih

3.2.4. PNEUMONIA IN CHILDREN morbidity Pneumonia in young children

remains one of the communicable disease pusat perhatian control center of attention, because the disease if not treated properly, will increase the number of deaths in children under five.

satu

pengendalian penyakit menular, karena penyakit ini jika tidak ditangani dengan baik,

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

BATU AJI

44

akan menambah angka kematian pada balita. Kegiatan pengendalian penyakit ini mulai dari deteksi dini hingga pengobatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian akibat pneumonia pada balita. Diperkirakan 10% balita terserang Disease control activities ranging from early detection to treatment which aims to reduce mortality due to pneumonia in infants. An estimated 10% of children stricken with pneumonia, in 2011 the number of pneumonia cases are handled amounted to 278 cases or 3.3% of estimated cases (1804 cases). This figure is still very low, for it requires greater cooperation, especially optimal health care facilities both public and private in early detection and reporting systems so that efforts are being made to the maximum.

pneumonia, pada tahun 2011 jumlah kasus pneumonia yang ditangani berjumlah 278 kasus atau 3.3% dari perkiraan kasus (1804 kasus). Angka ini masih sangat rendah, untuk itu membutuhkan kerjasama yang lebih optimal terutama sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam pendeteksian dini dan sistem

pelaporan sehingga upaya yang dilakukan menjadi maksimal. Gambar 3.12. KASUS PNEUMONIA PADA BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2009 - 2011
500 450 400 350 300 250 278 433

200
150 100 50 0 2009

120

2010

2011

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

45

3.2.5. HIV/AIDS
Penyakit prioritas penyakit utama HIV/AIDS dalam merupakan pengendalian

3.2.5. HIV / AIDS HIV / AIDS a top priority in disease control that are part of the commitment to the MDGs. Fairly rapid progression of the disease that requires attention and cooperation of all parties in efforts to control this disease. In Batam in 2011 HIV / AIDS seen in the picture below.

yang menjadi bagian dalam

komitmen MDGs. Perkembangan penyakit ini cukup pesat yang membutuhkan

perhatian dan kerjasama semua pihak dalam upaya pengendalian penyakit ini. Di Kota Batam tahun 2011 penyakit HIV/AIDS terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 3.13.

KASUS HIV/AIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

500
400

LAKI-LAKI PEREMPUAN 222

300
200

100
0 HIV

188

59 99

AIDS

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Dari gambar diatas tidak nampak perbedaan jenis kelamin pada kasus HIV, sementara pada kasus AIDS laki-laki lebih banyak dari perempuan. Hal ini

From the above picture does not appear significant gender differences in HIV cases, AIDS cases while the men more than women. This suggests that men are quicker to fall into the AIDS stage.

menunjukkan bahwa laki-laki lebih cepat jatuh ke stadium AIDS.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

46

3.2.6. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)


IMS merupakan penyakit menular seksual yang menunjukkan perilaku

3.2.6

Sexually Transmitted Infections (STI)

STI is a sexually transmitted disease that shows health behaviors are closely related to sexual behavior and also the entry gate of HIV / AIDS. Cases of sexually transmitted infections are encountered by the results of laboratory examinations carried out in 2 (two) STI clinics in the city of Batam. Here's a 5 (five) types of disease most sexually transmitted infections in Batam Year 2011

kesehatan yang erat kaitannya dengan perilaku seksual dan juga merupakan pintu gerbang masuknya virus HIV/AIDS. Kasus Infeksi Menular Seksual yang ditemui berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan di 2 (dua) klinik IMS yang ada di Kota Batam. Berikut gambaran 5 (lima) jenis penyakit Infeksi Menular Seksual terbanyak di Kota Batam Tahun 2011.. Gambar 3.14.

PROPORSI JENIS PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA BATAM TAHUN 2011

SERVISITIS/PROCTITIS 42%

BV, BOBU KONDILOMA.LGV 37%

GONORE 4%

SIFILIS 6%

KANDIDIASIS 11%

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Gambar

diatas

mencerminkan

bahwa

The figure reflects that the disease cervicitis / proctitis more (42%) between IMS disease is found, then BV, Bobu condyloma (37%).

penyakit servisitis/proctitis lebih banyak (42%) diantara penyakit IMS yang

ditemukan, kemudian BV, Bobu Kondiloma (37%).

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

47

Gambar 3.15.

KASUS INFEKSI MENULAR SEKSUAL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 58 0 LAKI-LAKI

3,134

PEREMPUAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Dari gambar diatas terlihat bahwa lebih banyak perempuan yang menderita penyakit menular seksual dibanding dengan laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa, perempuan 54 kali lebih banyak menderita IMS dibanding dengan laki-laki perbedaan ini erat kaitannya dengan anatomi sistem reproduksi wanita yang lebih rentan

From the figure above shows that more women who suffer from sexually transmitted diseases than men, this shows that, 54 times as many women suffer from STDs than men this difference is closely related to the anatomy of the female reproductive system is more vulnerable to show symptoms against infection in the female reproductive system and objects in the world of prostitution. .

menunjukkan gejala terhadap infeksi pada sistem reproduksi dan wanita merupakan objek dalam dunia prostitusi.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

48

3.2.7. ANGKA KESAKITAN DIARE


Penyakit diare merupakan penyakit menular langsung yang hingga saat ini masih menjadi salah satu pusat perhatian program pengendalian penyakit menular di Indonesia Diperkirakan kasus diare terjadi 411 per 1000 penduduk, tahun 2011 angka kesakitan diare di Kota Batam 35.16% dari jumlah kasus yang diperkirakan 43.430 kasus.

3.2.7. Diarrhea morbidity Diarrheal disease is directly

transmitted diseases, which until now remains one of the limelight of

communicable disease control program in Indonesia is estimated that 411 cases of diarrhea occur per 1000 population, by 2011 morbidity of diarrhea in Batam 35.16% of total cases estimated 43 430 cases.

Gambar 3.16.

PROPORSI KASUS DIARE DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2011

7,075

PERKIRAAN KASUS 43,430

DIARE DITANGANI 8,197

PERKIRAAN KASUS

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

49

3.2.8. ANGKA KESAKITAN KUSTA


Penyakit Kusta merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh Mikro bacterium Kusta. Penyakit kusta ini

3.2.8

Morbidity LEPROSY Leprosy is a chronic disease disease

caused by bacterium Micro Leprosy. Leprosy attacks the nervous system and other tissue banks. The results of lepers existing data collection does not come from residents living but other areas of migration and when viewed from the target, which is far from prevalancy national targets <1 per 10,000 population, since 2009 there is no addition of new cases and the number of registered leprosy patients and 15 people still undergoing treatment in hospitals Embung Fatimah Batam and RS. Batam Authority, while the picture is seen in the picture below.

menyerang susunan syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Hasil pendataan penderita kusta yang ada bukan berasal dari

penduduk menetap tetapi migrasi daerah lain dan bila ditinjau dari target, dimana prevalensinya sudah jauh dari target

nasional <1 per 10.000 penduduk, sejak tahun 2009 tidak ada penambahan kasus baru dan jumlah penderita kusta tercatat 15 orang dan masih menjalani pengobatan di RSUD Embung Fatimah Kota Batam dan RS. Otorita Kota Batam, adapun gambarannya terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.17.

PROPORSI PENDERITA KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

10

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

50

3.2.9. PENYAKIT CAMPAK

3.2.9

Measles Disease

Gambar 3.18.

JUMLAH KASUS CAMPAK PER PUSKESMAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

140 120 100 80 60 40 20 0 SEKUPANG GALANG 23 49 31

123

39 23 4 BOTANIA S. PANCUR SEI PANAS B. PERMAI SEI LEKOP 18

44

13 2
SAMBAU B. PADANG T. SENGK

2
BULANG

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Penyakit

campak

merupakan

Measles is an infectious disease caused by measles virus, which generally affects children aged <15 years. This disease begins with an increase in body temperature, and then caused the red spots / rash. The disease is highly contagious, so including one based disease surveillance of individual / CBS (Base Case Surveillance). In Batam in 2011 found as many as 371 clinical cases. Measles should receive serious handling considering the many

penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus measles, yang pada umumnya menyerang anak-anak usia < 15 tahun. Penyakit ini di awali dengan peningkatan suhu badan dan kemudian merah/ruam. menimbulkan bercak

Penyakit ini sangat mudah

menular sehingga termasuk salah satu penyakit yang surveilens yang berbasis individu/CBS (Case Base Surveilens). Di Kota Batam pada tahun 2011 ditemui sebanyak

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BATU AJI

KABIL

L. BAJA

51

371 kasus klinis. Penyakit campak harus mendapat penanganan yang serius

complications that can arise such as diarrhea, bronchopneumonia, etc. and even blindness, measles deaths are generally caused by complications of existing

mengingat banyaknya komplikasi yang bisa timbul seperti Diare, bronchopneumonia dan lain-lain bahkan kebutaan, kematian penderita campak pada umumnya

disebabkan karena komplikasi yang ada

3.2.10. ANGKA

KESAKITAN

DEMAM

3.2.10 Morbidity Dengue Fever (DHF)

BERDARAH (DBD) Demam Berdarah yang dikenal dengan DBD merupakan penyakit yang sudah endemis hampir diseluruh wilayah Indonesia termasuk Kota Batam. Angka kesakitan Demam Berdarah atau Incident Rate DBD adalah jumlah penderita DBD dengan level kasus confirm per 100.000 penduduk dalam kurun waktu 1 tahun . Pada dua tahun terakhir di Kota Batam terjadi penurunan angka kesakitan DBD seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Dengue Fever known as dengue is a disease that is endemic in nearly all parts of Indonesia including the city of Batam. Incidences of Dengue Fever Dengue or Incident Rate is the number of DHF patients with confirmed case level per 100,000 population in the period of 1 year. In the last two years in Batam decrease morbidity DBD as shown in the image below.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

52

Gambar 3.19.

ANGKA KESAKITAN/INCIDENT RATE DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BATAM TAHUN 2009-2011

140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00

122.99

76.78 60.19

2009

2010

2011

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Dilihat dari Incident Rate (IR) DBD pada tiga tahun terakhir terjadi penurunan yang mana tahun 2011 IR DBD adalah 60.19 per 100.000 penduduk, tahun 2010 adalah 76.78/100.000 penduduk, jika dibandingkan dengan tahun 2009 (IR 122.99/100.000 penduduk) terjadi penurunan. Berikut

Judging from the Incident Rate (IR) of DHF in the past three years occurred in 2011 which decreased the IR DHF is 60.19 per 100,000 population in 2010 was 76.78/100.000 population, when compared with the year 2009 (IR 122.99/100.000 population) decreased. Here's an overview Incident Rate and Case Fatality Rate of DHF in the past three years. 3.2.11. MALARIA MORBIDITY Malaria morbidity is the number of malaria cases with confirmed cases based on the level of peripheral blood examination in the laboratory Per 1000 population at a particular period or the so-called Annual Paracite Incident (API). In 2011 Batam API is 0.8 per 1000 population, a decline in malaria cases as shown below.

gambaran Incident Rate dan Case Fatality Rate DBD pada tiga tahun terakhir.

3.2.11. ANGKA KESAKITAN MALARIA


Angka kesakitan malaria adalah jumlah kasus malaria dengan level kasus konfirmasi berdasarkan hasil pemeriksaan darah tepi di laboratorium Per 1000 penduduk pada periode tertentu atau yang disebut dengan Annual Paracite Incident (API). Tahun 2011 API Kota Batam adalah 0.8 per 1000 penduduk, terjadi penurunan kasus malaria seperti gambar dibawah ini.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

53

Gambar 3.20.

ANNUAL PARACITE INCIDENT (API) DIKOTA BATAM TAHUN 2007 2011

1.2
1.0 0.9
TARGET NASIONAL < 1

1.1 0.8

0.8
0.6 0.4 0.2 0.0 2007

0.7

0.7

2008

2009

2010

2011

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

3.2.12. ANGKA KESAKITAN FILARIASIS


Penyakit filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor yang menyerang saluran kelenjar getah bening dengan manifestasi pembengkakan pada tangan, kaki, glandulla mammae, serta scrotum sehingga menimbulkan kecacatan seumur hidup/permanen bagi penderitanya. Sejarah penyakit filariasis di Kota Batam ditemui awalnya pada tahun 2002 di Kecamatan Galang dan pengobatan massal dilaksanakan pada tahun 2004 di seluruh wilayah Kecamatan Galang dengan program pengobatan lima tahun yang berakhir pada 2008. Tahun 2008 ditemukan 1 kasus baru di Kecamatan Bulang dan dilakukan

3.2.12 Filariasis morbidity Diseases filariasis is caused by a worms filaria which is transmitted through the bite of mosquito as vectors who attacking channel lymph nodes with

manifestation swelling of on the hands, the feet, glandulla mammae, as well as the scrotum so that cause disability for life / permanent for the sufferer.

History of filariasis in Batam found originally in 2002 in the District of Galang and mass treatment carried out in 2004 throughout the District Galang with a fiveyear treatment program ended in 2008. Year 2008 were found 1 new cases in Kecamatan Bulang and carried out mass treatment in the year such as an control efforts of disease filarisis
Menuju MDGs 2015
54

pengobatan massal pada tahun tersebut sebagai upaya pengendalian penyakit


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

filarisis yang akan berakhir pada tahun 2012. Hingga kini tidak ada ditemui kasus baru filariasis, namun surveilens terhadap penyakit filariasis tetap dilakukan sebagai upaya pengendalian. 3.1. STATUS GIZI Status gizi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat yang terkait dengan sistem pangan dan gizi menggambarkan ketersediaan pangan

which akan expire in 2012. Until now, no new cases of filariasis found, but

surveillance of filariasis, remain to be done as an effort to control. 3.1. NUTRITIONAL STATUS Nutritional status is one indicator of public health related to food and nutrition system describes the availability of food for survival. Toddler age group, nursing

mothers, pregnant women are the primary target of nutritional program and a measure of nutrition activities in the area due to lack or excess of nutrients during this period greatly affect maternal health, child growth and development process so that it becomes extremely susceptible to

untuk kelangsungan hidup. Kelompok umur balita, ibu menyusui ,ibu hamil merupakan sasaran utama program gizi dan menjadi tolok ukur kegiatan gizi di suatu daerah karena kekurangan maupun kelebihan zat gizi pada masa ini sangat mempengaruhi kesehatan ibu, proses pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga menjadi

nutritional disorders.

sangat rentan mengalami gangguan gizi. Upaya menentukan yang status dilakukan gizi balita untuk adalah Efforts are made to determine the

nutritional status of children is to use anthropometry technique by measuring weight and height, and upper arm

dengan menggunakan teknik Antropometri dengan melakukan pengukuran berat

badan badan dan tinggi badan, serta pengukuran lingkar lengan atas untuk melihat status gizi pada ibu hamil.

circumference measurement for nutritional status in pregnant women. Some indicators of nutrition programs, among others, weighing a toddler, the provision of Vitamin A capsules, tablets FE provision, provision of exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months, with a visible indicator of the scope of program success. number of cases of malnutrition and bad (very thin) and
Menuju MDGs 2015
55

Beberapa indikator program gizi antara lain penimbangan balita, pemberian kapsul Vitamin A , pemberian tablet FE, pemberian Asi Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan, dengan indikator keberhasilannya terlihat dari

cakupan program. jumlah kasus gizi kurang


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

dan buruk (sangat kurus) dan ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil pemantauan status gizi pada balita tahun 2011 dengan jumlah balita 84.067 orang dan yang ditimbang sebanyak 76.717 orang dengan status gizi seperti terlihat pada gamabr dibawah ini.

pregnant women who have Chronic Energy Deficiency (CED). Results of monitoring the nutritional status of children under five in 2011 to 84 067 people and the number of infants who weighed as much as 76 717 people with nutritional status as seen in the picture below

Gambar 3.21. PERSENTASE STATUS GIZI BALITA DI KOTA BATAM TAHUN 2011

GIZI BURUK, 0.46

GIZI BAIK, 95.5 8


GIZI KURANG, 2. 57

GIZI LEBIH, 1.63

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Penanganan kasus gizi buruk merupakan salah satu indikator standar pelayanan minimal kesehatan yang pada tahun 2011 ditemui sebanyak 352 balita (0.46%)

Handling cases of severe malnutrition is one indicator of minimal standards of health care in 2011 found as many as 352 children (0.46%) had severe malnutrition (very thin). SPM targeted areas of health all cases (100%) of malnutrition have been handled according to standards. The results of epidemiological investigations conducted in cases of malnutrition, it can be concluded that the interference of

mengalami gizi buruk (sangat kurus) . Sesuai target SPM bidang kesehatan seluruh kasus (100%) gizi buruk telah ditangani sesuai standar. Hasil penyelidikan epidemiologi

yang dilakukan pada kasus gizi buruk, dapat

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

56

disimpulkan bahwa gangguan gizi buruk (sangat kurus) yang terjadi bukan karena kurangnya ketersediaan pangan, akan tetapi lebih banyak disebabkan penyakit tertentu seperti TBC pada anak, Jantung bawaan, HIV-AIDS dll yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan sehingga balita kehilangan berat badan normal. Program gizi sangat terkait dengan program kesehatan ibu dan anak, kejadian Bayi Lahir Rendah dengan Berat Badan Lahir atau < 2.500 gram

malnutrition (very thin), which is not due to lack of availability of food, but more due to certain diseases such as tuberculosis in children, congenital heart, HIV-AIDS etc. The resulting lack of food intake so that the children of normal weight loss.

Nutrition

programs

is

strongly

associated with maternal and child health programs, events Babies Born with Low Birth Weight (LBW) or <2500 grams of a picture of maternal nutritional status during pregnancy. Lack of nutrition during

(BBLR)

merupakan gambaran status gizi ibu pada masa kehamilan. Kurangnya asupan gizi pada masa hamil akan mempengaruhi pertumbuhan memungkinkan janin menjadi sehingga salah satu

pregnancy may affect fetal growth thus allowing to be one cause of infant birth weight <2,500 grams. Based on the report Maternal Perinatal Audit (AMP) the

penyebab bayi lahir dengan berat badan < 2.500 gram. Berdasarkan laporan Audit

incidence of LBW in 2011 was 377 cases of which weighed 31 744 live births (1.19%), the case was dropped in 2010 compared to 3.2%.

Maternal Perinatal (AMP) jumlah kejadian BBLR tahun 2011 adalah 377 kasus dari 31744 kelahiran hidup yang ditimbang (1.19%), kasus ini menurun dibanding tahun 2010 sebesar 3.2%.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

57

Gambar 3.22. PERSENTASE KASUS BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KOTA BATAM TAHUN 2011

197
BBL NORMAL 31367 BBLR

180

BBL NORMAL

LK

PR

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Penyebab Kejadian BBLR dapat terjadi karena multi faktor, antara lain kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi ibu hamil, faktor ekonomi menyangkut daya

The cause of LBW events can occur due to multiple factors, including lack of knowledge of mothers about nutrition of pregnant women, the economic factors related to purchasing power, so that pregnant women can not meet the

beli, sehingga ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan dan kemungkinan adanya

nutritional needs during pregnancy and the possibility of diseases that accompany the mother during pregnancy so that the intake for the fetus to grow and develop are not met.

penyakit yang menyertai ibu ketika hamil sehingga asupan bagi janin untuk tumbuh dan berkembang tidak terpenuhi.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

58

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Visi pembangunan kesehatan Kota Batam adalah untuk mewujudkan realize

CHAPTER IV EFFORTS TO HEALTH SITUATION

Vision of health development is to Batam society healthy and

masyarakat Kota Batam hidup sehat dan mandiri serta berkeadilan, untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan diselengggarakan secara berkesinambungan dan bertahap. Upaya pembangunan yang

independent life and justice, to achieve the goal of health development was conducted on an ongoing basis and gradually.

Development efforts undertaken by various health programs conformed to the situation and condition in Batam, the following description of the efforts of health programs that have been carried out in 2011

dilaksanakan dengan berbagai program kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi Kota Batam, berikut uraian upaya program kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 1.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan kesehatan dasar menjadi bagian dari kewajiban bagi Pemerintah

1.1. BASIC HEALTH CARE Basic health services to be part of the obligation for Local Government in fulfilling the rights of every citizen in the health sector. Health Center as a technical implementation unit based work areas which provide basic public services, leading the way are expected to meet community needs in health.

Daerah dalam memenuhi hak setiap warga negara di bidang kesehatan. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yang berbasis wilayah kerja yang merupakan sarana pelayanan publik yang mendasar, terdepan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan.

1.1.1. 1.1.1. PROGRAM KESEHATAN KELUARGA Program kesehatan keluarga

FAMILY

HEALTH

PROGRAM

Family Health Program is a program that is very dominant in the indicators of Minimum Service Standards (MSS) in the areas of health, such as maternal and child health program, nutrition program
Menuju MDGs 2015
59

merupakan program yang sangat dominan dalam indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan, seperti program
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

kesehatan ibu dan anak, program gizi. Upaya ini membutuhkan kerja keras semua pihak untuk mensukseskan komitmen

This effort requires the hard work of all parties to succeed in many countries, including Indonesia's commitment in the declaration of the Millennium Development Goals (MDGs). The following description of the family health program in Batam in 2011.

banyak negara termasuk Indonesia dalam deklarasi Millenium Development Goals (MDGs). Berikut uraian program kesehatan keluarga di Kota Batam tahun 2011.

1.1.1.1.

PROGRAM KESEHATAN IBU Kesehatan ibu merupakan ujung

1.1.1.1. MATERNAL HEALTH PROGRAM Maternal health is the spearhead for the next generation realize a healthy and intelligent, because healthy children born to healthy mothers. Maternal health programs aimed at reducing maternal mortality, one of the MDGs indicators point to the five that demands hard work of Indonesia in suppressing the maternal mortality from 228 per 100,000 live births (in 2007) to 102 per 100,000 live births in 2015.

tombak untuk mewujudkan

generasi

penerus bangsa yang sehat dan cerdas, karena anak-anak yang sehat terlahir dari ibu yang sehat. Program kesehatan ibu bertujuan untuk menurunkan angka

kematian ibu, menjadi salah satu indikator MDGs point ke lima yang menuntut kerja keras bangsa Indonesia dalam menekan angka kematian ibu dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Berikut gambaran upaya kesehatan ibu yang telah dicapai Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan Kota Batam secara bertahap dan berkesinambungan dalam beberapa indikator . 1.1.1.1.1. Cakupan Hamil Pada sebagian ibu hamil, karena Kunjungan Ibu

Here's a picture of maternal health efforts that have been achieved through the City of Batam Batam City Health

Department is gradually and continuously in several indicators. 1.1.1.1.1. Coverage of Pregnant Women Visits In most pregnant women, due to several factors such as age, parity,

beberapa faktor seperti umur, paritas, jarak kehamilan yang terlalu dekat, faktor gizi, faktor penyakit dan lainnya, sehingga
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

pregnancy spacing is too close, nutritional factors, diseases and other

Menuju MDGs 2015

60

kehamilannya menjadi berisiko tinggi bagi ibu dan janin dalam kandungannya, jika tidak ditangani dengan baik dan tepat akan berakibat fatal baik bagi ibu dan janinnya. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil yang merupakan langkah awal untuk menurunkan angka kematian ibu melalui penjaringan ibu hamil dengan risiko tinggi. Dengan harapan jika ditemui ibu hamil risiko tinggi dapat ditangani secara dini sehingga ibu dapat menjalani proses kehamilan, persalinan dan nifas dengan aman dan membawa keselamatan ibu dan pada bayinya. Kunjungan ibu hamil adalah

factors, the pregnancies were high risk for both mother and fetus in the womb, if not handled properly and whether the right would be fatal for both mother and fetus. Efforts made one of them is to increase coverage of pregnant women who visit is the first step to reduce maternal mortality through the netting of pregnant women with high risk. With hope if found pregnant women at high risk can be dealt with early so she can undergo the process of pregnancy, childbirth and postpartum safely and bring salvation to the mother and baby.

Visit is a visit pregnant women pregnant women to health services Ante Natal Care (ANC) according to the standard includes 10 T, ie, 1). Weigh the weight and height measurement. 2). Blood pressure. 3). Value of nutritional status (measured Lila). 4. Measure the height of fundus uteri. 5). Determine fetal presentation and DJJ. 6). Tetanus toxoid immunization status

kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar mencakup 10 T, yakni 1). Timbang berat badan & ukur tinggi badan. 2). Tekanan darah. 3). Nilai status gizi (ukur Lila). 4. Ukur tinggi fundus uteri. 5). Tentukan presentasi janin dan DJJ. 6). Skrining status imunisasi Tetanus toxoid dan berikan imunisasi TT bila diperlukan, Tinggi fundus, 7). Pemberian tablet FE minimal 90 tablet selama kehamilan, 8). Tes

screening and provide TT immunization when necessary, fundus Height, 7). Gift FE tablet at least 90 tablets during pregnancy, 8). Laboratory tests (routine and special) 9). Administration of cases and 10). Colloquium (counseling), including P4 K and KB after the copy.

laboratorium (rutin dan khusus) 9). Tata laksana kasus dan 10). Temu wicara

(konseling) termasuk P4 K serta KB pasca salin. Indikator ketersediaan sarana dan prasarana serta keterjangkauan pelayanan
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Indicator of the availability of infrastructure

Menuju MDGs 2015

61

kesehatan ibu hamil atau Ante Natal Care (ANC) dilihat dari cakupan K1 yaitu

and affordability of health care of pregnant women or Ante Natal Care (ANC) visits from the scope of K1 is the mother's visit was first trimester of pregnancy and I got the standard health care treatment. For

kunjungan ibu pertama kali pada kehamilan trisemester I dan mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar. Untuk indikator keberhasilan program dilihat dari cakupan kunjungan K4, yakni kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC sesuai standar, minimal 4 kali dengan ketentuan minimal pada trisemester pertama 1 kali, trisemester kedua 1 kali dan trisemester ketiga 2 kali.

indicators of program success viewed from the scope of K4 visits, ie visits of pregnant women who received ANC services by default, at least 4 times the minimum requirement one time during the first trimester, second trimester and third

trimester 1 time 2 times. K4 coverage in Batam in 2011 has reached 83.12%, the following picture of the scope of K4 in Batam in the last three years.

Cakupan K4 di Kota Batam tahun 2011 telah mencapai 83.12%, berikut gambaran cakupan K4 di Kota Batam pada tiga tahun terakhir . GAMBAR 4.1.
120 100 83.12 80 60 40 20 0 2009 2010 2011 2012 75.56 75.96 79.47

PERSENTASE CAKUPAN DAN TARGET K4 IBU HAMIL DI KOTA BATAM TAHUN 2009-2015

95

2013 % TARGET

2014

2015

% CAKUPAN K4

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

62

Melihat gambar diatas, dapat dilihat bahwa cakupan K4 telah mencapai target yang ditetapkan, namun demikian masih terdapat kematian ibu, hal ini kemungkinan disebabkan karena dilihat dari estimasi sasaran tahun 2011 dengan cakupan K4, diperkirakan 4825 ibu hamil belum

Looking at the picture above, can be seen that the scope of K4 has achieved the target set, however, maternal mortality is still there, this is probably due to visits from the estimated target of 2011 with coverage of K4, an estimated 4825 pregnant women have not got a standard ANC services.

mendapat pelayanan ANC sesuai standar. Upaya yang dilakukan untuk

masalah ini adalah dengan meningkatkan jangkauan pelayanan ibu hamil dengan melibatkan lintas sektor di tingkat

Efforts are made to this problem is to increase coverage of pregnant women to engage in cross-cutting sub-district level and range as well as enable cadres of health by optimizing the distribution and use of books in addition to the KIA area there are traditional birth attendants, midwives and healers do partnerships. Another effort is also important to enhance partnerships with all health care facilities such as hospitals, maternity hospitals, midwives in private practice by holding regular meetings in the working area of health centers in the city of Batam. The K4 scope of work in accordance with the health center, as shown in the chart below.

kelurahan dan jajaran serta mengaktifkan kader kesehatan melalui optimalisasi

distribusi dan penggunaan buku KIA selain itu pada daerah yang masih terdapat dukun bayi, dilakukan kemitraan bidan dan dukun. Upaya lain yang tak kalah penting adalah meningkatkan kemitraan dengan semua sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin, bidan praktek swasta dengan mengadakan pertemuan secara berkala dalam wilayah kerja Puskesmas di Kota Batam. Adapun cakupan K4 sesuai dengan wilayah kerja Puskesmas, sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

63

GAMBAR 4.2.
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

PERSENTASE CAKUPAN K4 IBU HAMIL PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011
89.28 90.21 89.02 89.07 89.22 89.54

100
78.57

74.70
84.12 73.19 71.98 67.16 64.06

80

67.90

60

40

20

0 T. SENGKUANG SAMBAU BOTANIA SEI PANCUR BATU AJI LUBUK BAJA B. PADANG SEKUPANG SEI PANAS SEI LEKOP B. PERMAI GALANG KABIL BULANG

SASARAN

REALISASI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

1.1.1.1.2.

Cakupan

Komplikasi

1.1.1.1.2

The

Obstetric

Complications

Obstetri Yang Ditangani. Komplikasi obstetri adalah

Treated coverage. Obstetric complications are the problems / disorders that occur in the mother during pregnancy, labor and

masalah/gangguan yang terjadi pada ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, hal ini bisa saja terjadi pada setiap ibu hamil terutama pada ibu hamil dengan risko tinggi. Diperkirakan 20% komplikasi obstetri terjadi pada ibu hamil. Apabila komplikasi obstetri tidak ditangani tepat dapat

childbirth, it can happen to any pregnant women, especially in pregnant women with high risks of. An estimated 20% of obstetric complications in pregnant women. Obstetric complications if not treated properly can result in death of mother and fetus, which would increase the MMR and IMR. Given these complications in obstetric heandling be one
Menuju MDGs 2015
64

berakibat pada kematian ibu dan janinnya, yang tentunya akan menambah AKI dan AKB. Mengingat hal ini penanganan

komplikasi pada obstetri menjadi salah satu

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

strategi

untuk

mengukur program

kemampuan KIA dalam

strategy to measure the MCH program management skills in organizing health services in a professional manner to the mother during pregnancy, childbirth and postpartum complications in an effort to reduce maternal and infant mortality.

manajemen

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu dalam masa hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Gambar 4.2.

PERSENTASE CAKUPAN DAN TARGET KOMPLIKASI OBSTETRI YANG DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2011

100 89.34 80 58.82 60 54.98 40 20 13.5 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 % TARGET 2015 80.00

% CAKUPAN KOMPLIKASI OBSTETRI DITANGANI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Menuju komitment MDGs tahun 2015 dengan target 80% komplikasi

Commitment towards the MDGs by 2015 with a target of 80% is handled according complications, to standard Batam City obstetric Health

obstetrik ditangani sesuai standar, Dinas Kesehatan Kota Batam senantiasa berupaya mencapai target secara bertahap dan pada tahun 2011 telah ditetapkan 54.98%, dengan cakupan tahun 2011 sebanyak 58.82%. jika dilihat cakupan penangganan
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Department strives to achieve targets in stages and in 2011 set 54.98%, with coverage in 2011 as much as 58.82%. if coverage complications seen in 2011,
Menuju MDGs 2015
65

komplikasi tahun 2011, terjadi penurunan dari tahun 2010, namun angka ini masih diatas target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehaan Kota Batam. Kondisi ini kemungkinan dipengaruhi oleh pemahaman petugas tentang definisi operasional yang belum maksimal dan keadaan ini

a decline from 2010, but this rate is still above the targets set by the Office of the City Kesehaan Batam. This condition is likely influenced by an understanding of the operational definition officer who is not maximized and the situation is exacerbated by the frequent occurrence of mutations as responsible health care workers who have an impact on the recording and reporting system. Of the few cases found in the guidance in the field, it acts obstetric complications have been done, but not documented so it is not reported. For the partnership and proactive from related parties are expected to be realized and health information management systems are valid and realible.

diperburuk oleh seringnya terjadi mutasi petugas kesehatan sebagai penanggung jawab yang berdampak pada sistem

pencatatan dan pelaporan. Dari beberapa kasus yang ditemui pada pembinaan di lapangan, ternyata tindakan komplikasi obstetrik sudah dilakukan, akan tetapi tidak didokumentasikan dilaporkan. proaktif Untuk dari sehingga itu kemitraan terkait tidak dan

pihak

sangat

diharapkan sehingga dapat terwujud sistem manajemen dan informasi kesehatan yang valid dan realibel. Ibu hamil yang mengalami Pregnant women who experience complications estimated as many as 5347 people scattered in the area of employment centers, the following picture of the coverage under a health center working area of Batam in 2011

komplikasi diperkirakan sebanyak 5347 orang yang tersebar dalam wilayah kerja Puskesmas, berikut gambaran cakupan berdasarkan wilayah kerja Puskesmas seKota Batam pada tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

66

Gambar 4.4.

PROPORSI KOMPLIKASI OBSTETRI YANG DITANGANI BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS SE-KOTA BATAM TAHUN 2011

900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 B. PADANG SEKUPANG BOTANIA BATU AJI T. SENGKUANG B. PERMAI SEI PANCUR SEI LEKOP 55 45 61 47 42 35 11 37 100 77 58 114

159

180 160 140 120 100 80 60 40 20 0

SASARAN RESTI

LUBUK BAJA

SEI PANAS

% RESTI DITANGANI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

1.1.1.1.3.

Cakupan Persalinan

Pertolongan Oleh Tenaga

1.1.1.1.3

SAMBAU

Maternity Aid Coverage by

Health Workers Who Have Midwifery Competence.

Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan. Persalinan merupakan proses alami yang membutuhkan yang tenaga kesehatan

Childbirth is a natural process that requires a competent health worker with midwifery clinical skills according to the standard SPM which is an indicator of health in an effort to reduce maternal mortality by the target of 90% of mothers giving birth by health professionals.

kompeten klinis

memiliki kemampuan sesuai standar SPM upaya yang bidang untuk

kebidanan

merupakan kesehatan

indikator sebagai

menurunkan angka kematian ibu dengan target 90% ibu melahirkan dengan tenaga kesehatan. Salah satu indikator proses yang penting dalam program safe motherhood
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

One important indicator of the safe motherhood program


Menuju MDGs 2015
67

BULANG

KABIL

(perlindungan memperhatikan

terhadap

ibu)

adalah banyak

(protection of the mother) is of how much labor can be handled by health worker. Delivery by health workers in Batam, although showing a significant increase, but coverage is still low and still the result of births attended by skilled health non catalyst for maternal mortality.

seberapa

persalinan yang dapat ditangani oleh tenaga kesehatan. kesehatan Persalinan di Kota oleh tenaga walaupun

Batam

menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun jangkauannya masih rendah dan akibat dari masih adanya persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan

menjadi pemicu terjadinya kematian ibu. Sehubungan dengan hal diatas, Pemerintah Kota Batam tahun 2011 In connection with the above, Batam City Government in 2011 has a target of 75.61%, with the realization of as much as 99.77% (31 813) delivery of all births. At this year by 74 (0.23%) deliveries still help by the shaman, this is probably still a lack of knowledge level of mothers and high confidence in the TBA, especially in the hinterland

mempunyai target 75.61%, dengan realisasi sebanyak 99.77% (31813) persalinan dari seluruh kelahiran. Pada tahun ini sebanyak 74 (0.23%) persalinan masih di tolong oleh dukun, hal ini kemungkinan masih

kurangnya tingkat pengetahuan ibu dan masih dukun tingginya kepercayaan beranak terutama di terhadap daerah

hinterland.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

68

Gambar 4.5.

CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN YANG

MEMILIKI KOMPETENSI KEBIDANAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011


4000 PERKIRAANIBU BERSALIN 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 SEKUPANG BOTANIA SAMBAU SEI PANCUR T. SENGK BATU AJI LUBUK BAJA B. PADANG SEI PANAS SEI LEKOP B. PERMAI GALANG KABIL BULANG
119 126 119 120 112 139 162 139 141 106.8 94

180 160 120 100 % CAKUPAN LINAKES 140


105 93 101

80
60 40 20 0

PERKIRAAN BULIN

% CAKUPAN LINAKES

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Jika dilihat pada gambar diatas, hampir seluruh Puskesmas dengan cakupan diatas 100%, hal ini disebabkan karena dalam penentuan angka kelahiran kasar untuk menentukan perkiraan sasaran ibu hamil yang terlalu rendah (underestimate)

If seen in the picture above, almost all health centers with coverage above 100%, this is because the determination of crude birth rate to determine the

approximate target pregnant women who are too low (underestimate) that

sehingga perkiraan sasaran menjadi lebih rendah dari yang ada. 1.1.1.1.4. Pelayanan Cakupan pelayanan nifas. nifas adalah pelayanan

approximate the target will be lower than they are. 1.1.1.1.4. Partum care coverage.

Partum health care standards conformity to the mother from 6 hours to 42 days post partum health care by force, care during childbirth is needed regards

kesehatan sesuia standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan, asuhan masa nifas diperlukan salam periode ini karena

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

69

merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi pada masa nifas dan 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama. Pelayanan nifas atau lebih dikenal dengan KF adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu setelah bersalin hingga 42 hari setelah pelayanan melahirkan dengan minimal ketentuan 3 1 kali kali

this period as a time of crisis both mother and baby. It is estimated that 60% of maternal deaths occur during childbirth and 50% of maternal deaths during childbirth occur in the first 24 hours. Postpartum services, or better known as KF is a service provided to the mother after birth until 42 days after giving birth to at least 3 times 1 time service with the provision of service 6 hours after birth (KF 1), 1 to 3 times a day until the second week (KF 2) until after the second week to 42 days postpartum (KF 3). Childbirth services aimed at early detection of complications that may occur during childbirth and tackle problems and improve maternal health services in the duration of breastfeeding and family

pelayanan 6 jam setelah persalinan (KF 1), 1 kali hari ke 3 sampai minggu kedua (KF 2) sampai dengan setelah minggu kedua hingga 42 hari pasca persalinan (KF 3). Pelayanan nifas bertujuan untuk

mendeteksi dini komplikasi yang mungkin saja terjadi dan menanggani masalah masa nifas serta meningkatkan pelayanan

planning counseling, including provision of vitamin A doses.

kesehatan ibu dalam masa menyusui dan konseling program keluarga berencana termasuk pemberian vitamin A dosis tinggi. Cakupan tahun 2011 pelayanan adalah nifas pada terjadi

Postnatal care coverage in 2011 was 66.38%, an increase compared to the year 2010 (57.36%).

66.38%,

peningkatan dibanding pada tahun 2010 (57.36%,).

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

70

Gambar 4.6.

CAKUPAN PELAYANAN NIFAS PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

4000 3500 3000 PERKIRAAN IBU NIFAS 2500 2000 1500 1000 33.3 500 0 LUBUK BAJA SEKUPANG BOTANIA SAMBAU BATU AJI SEI PANCUR SEI LEKOP B. PADANG SEI PANAS T. SENGK B. PERMAI GALANG BULANG KABIL 55.9 50.3 52.8 54.3 29.7 62.7 83.6 63.0 98.8 79.0 66.4

120 100 75.4 80 60 40 20 0

PERKIRAAN BUFAS

% CAKUPAN PELAYANAN NIFAS

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Berikut

kesimpulan

indikator

Following

the

conclusion

% CAKUPAN PELAYANNI NIFAS

88.1

of

kesehatan ibu yang telah dilakukan dengan hasil cakupan sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.

maternal health indicators that have been done with the scope as shown in the image below.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

71

Gambar 4.7.

CAKUPAN INDIKATOR KESEHATAN IBU DI KOTA BATAM TAHUN 2011

35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0

124.7 95.4
95.0

83.1
79.5

77.5

77.3

58.8 66.4
55.0

K1 SASARAN CAKUPAN % TARGET 26735 25,503 95.0 95.4

K4 26735 22,221 79.5 83.1

LINAKES 25519 31,813 77.3 124.7

KF LENGKAP 25519 16,940 77.5 66.4

140.0 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0

KOD 5347 3145 55.0 58.8

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Dari grafik diatas, pada umumnya indikator kesehatan ibu sudah mencapai

From the chart above, in general, maternal health indicators have reached their intended target, such as pregnant women visit first (K1), visit K4 pregnant women, health personnel and helped Labor Obstetrics Complications handled (cod). Good coverage and will increasingly impact on reducing maternal mortality.

target yang diharapkan, seperti Kunjungan ibu hamil pertama (K1), Kunjungan bumil K4, Persalinan ditolong tenaga kesehatan dan Komplikasi Obstetri ditangani (KOD). Cakupan yang baik dan semakin meningkat akan berdampak pada penurunan angka kematian ibu. 1.1.1.2. PROGRAM KESEHATAN ANAK Kesehatan anak dimulai dari

1.1.1.2. CHILD HEALTH PROGRAM Child's health begins from birth to age five years aimed at reduce mortality of infants and toddlers in general. Basically the health of children has been carried in the womb due to maternal health with

kelahiran hingga usia lima tahun yang bertujuan untuk menurunkan angka

kematian bayi dan balita pada umumnya. Pada dasarnya kesehatan anak telah

dilakukan sejak dalam kandungan seiring dengan kesehatan upaya ibu dengan dan

emphasis on promotive and preventive efforts such as monitoring the growth and development, immunization and health education to mothers who have young children.

mengutamakan

promotif

preventif seperti pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, imunisasi serta penyuluhan kesehatan pada ibu yang
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

72

mempunyai balita. Berdasarkan RPJMN Kemenkes tahun 2010 2014 disepakati indikator program kesehatan anak sbb yaitu : 1) cakupan neonatal 1 (KN 1)

Based on the Ministry of Health RPJMN years 2010 - 2014 agreed indicators of child health programs as follows: 1) coverage of neonatal 1 (KN 1), 2) complete coverage of neonatal and 3) the scope of neonatal complications are treated, 4) coverage of baby visits; 5) coverage of children visit toddlers.

;2) cakupan neonatal lengkap; 3) cakupan komplikasi neonatus yang ditangani; 4) cakupan kunjungan bayi ; 5) cakupan kunjungan anak balita. 1.1.1.2.1. Cakupan Neonatus Kunjungan

1.1.1.2.1. Coverage of visits Neonates Visits Nenonatus (KN) is a standard health care treatment provided by a qualified healthcare professional for at least 2 times during the neonatal period 0 to 28 days after birth, both in health facilities such as health centers, midwives, village health clinic or through home visits, which objective for early detection of growth and development of newborns and cord treatment and health promotion to improve maternal knowledge of newborn care.

Kunjungan

Nenonatus

(KN)

adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 2 kali selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas-fasilitas kesehatan

seperti puskesmas, bidan desa, polindes maupun melalui kunjungan rumah, yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi baru lahir dan melakukan perawatan tali pusat serta promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru lahir. Indikator Kunjungan
Neonates Visits indicator seen from a complete visit of neonates (KN3) that in the year 2011 in Batam city is 64.59% of the estimated number of target infants, whereas in 2010 only reached 49.4% of total live births
Menuju MDGs 2015
73

Neonatus dilihat dari kunjungan neonates lengkap (KN3) yang pada tahun 2011 di Kota Batam adalah 64.59% dari jumlah perkiraan sasaran bayi, sedangkan pada
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

tahun 2010 baru mencapai 49.4% dari jumlah kelahiran hidup. Angka ini masih belum mencapai target nasional yaitu 80%. Hal ini menggambarkan belum optimalnya tingkat perlindungan bayi baru lahir dan juga menggambarkan kemajuan

This figure is still not achieved the national target of 80%. This illustrates yet optimal level of protection of newborns and also describe the progress or continuity program management KIA. Here's a

complete coverage of KN in the working area health center.

manajemen atau kelangsungan program KIA. Berikut gambaran cakupan KN

lengkap dalam wilayah kerja Puskesmas. Gambar 4.8. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS LENGKAP BERDASARKAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011
3,000 CAKUPAN KN LENGKAP 2,500 2,000 50 1,500 32 1,000 500 0 SEKUPANG B. PADANG BULANG T. SENGK SAMBAU GALANG KABIL BOTANIA S. PANCUR B. PERMAI SEI PANAS SEI LEKOP BATU AJI L. BAJA 26 92 89 77 65 59 81 67 62 55 66 64 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 %CAKUPAN KN LENGKAP

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

1.1.1.2.2.

Cakupan

Komplikasi

1.1.1.2.2.

The

scope

of

Neonatal

Neonatus Yang Ditangani Pelayanan Neonatus dengan

Complications Treated Neonatal care is the treatment of neonates with complications with diseases and disorders that can cause pain, disability and death

komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

74

kematian

oleh

dokter/bidan/perawat

by a doctor / midwife / nurse trained in the village health clinic, health center, clinic PONED, maternity homes and hospitals are public / private. Estimated that

terlatih di Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta. Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Komplikasi pada neonatus adalah penyakit dan kelainan yang dapat

approximately 15% of infants born alive will experience neonatal complications. Complications in neonates and

disorders are diseases that can cause pain, disability and death as: asphyxia, jaundice, hypothermia, tetanus neonaturum, infection / sepsis. Trauma of the birth, low birth weight, respiratory distress syndrome and congenital abnormalities that occur in children aged 0-28 days.

menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian seperti tetanus : asfiksia, neonaturum,

ikterus,hipotermi,

infeksi/sepsis. Trauma jalan lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan

kelainan congenital yang terjadi pada anak usia 0-28 hari. Komplikasi neonatus diperkirakan sebanyak 15% dari jumlah bayi baru lahir, di Kota Batam cakupan komplikasi neonatus yang ditangani pada tahun 2011 adalah (32.87%),angka ini masih jauh dari yang diharapkan. dari sasaran yang diperkirakan (3411 BBL). Angka ini masih belum

Neonatal

complications

was

estimated at 15% of the newborn, in Batam coverage of neonatal complications are dealt with in 2011 are (32.87%), this figure is still far from expected. of the expected target (BBL 3411). This figure is still not achieved the national target of 80% in 2011. This situation provides an evaluation of materials for all of us, in the year to the next can be reached as expected. The following picture of the scope of neonatal

mencapai target nasional yaitu 80% pada tahun 2011. Keadaan ini memberikan bahan evaluasi bagi kita semua, agar ditahun berikutnya dapat mencapai seperti yang diharapkan. Berikut gambaran cakupan komplikasi neonatus yang ditangani tahun 2011.

complications are dealt with in 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

75

Gambar 4.9.

CAKUPAN KOMPLIKASI NEONATUS YANG DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2011

120 100 JUMLAH CAKUPAN 80 60 40 15.4 20 19.3 25.1 26.2 30.4 22.1 15.1 5.4 11.7 15.6 6.5 3.3 BOTANIA SEI LEKOP BATU AJI 63.8

100 90 80 60 39.4 50 40 30 20 10 % CAKUPAN 70

0
SEKUPANG SAMBAU B. PADANG S. PANCUR T. SENGK GALANG BULANG SEI PANAS KABIL B. PERMAI L. BAJA

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

1.1.1.2.3.

Kunjungan Bayi

1.1.1.2.3. Baby visits Visit the baby is a baby post natal coverage of health services according to standards by doctors, midwives and nurses who have clinical konpetensi health, Health Services include the provision of basic immunizations (BCG, DPT / HB1-3, 1-4 Polio, Measles), stimulation development of the detection of early intervention (SDIDTK) infant and child health care education at least 4 times the one time at the age of 29 days-3 months, 1 time at the age of 3-6 months, the first time at age 6-9 months, and 1 times the ages 911 months working on one area at a certain time.

Kunjungan bayi adalah cakupan bayi post natal yang memperoleh pelayanan oleh dokter, yang memiliki

kesehatan sesuai standar bidan dan perawat

konpetensi klinis kesehatan, Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan

penyuluhan perawatan kesehatan bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

76

Kunjungan bayi merupakan salah satu indikator SPM sebagai bahan evaluasi dalam percepatan pembangunan yang

Visit the baby is one indicator of SPM evaluation materials in the accelerated development commitments enshrined in the MDGs set targets since 2010 is 90%. Here's coverage of the baby's visit in 2011 in the city of Batam .

tertuang dalam komitmen MDGs dengan target yang telah ditetapkan sejak tahun 2010 adalah 90%. Berikut cakupan

kunjungan bayi tahun 2011 di kota Batam.

Gambar 4.10

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

3,500

3,000 2,500
JUMLAH BAYI 57.4

92.8 90.3 82.0 69.9 68.3 57.7

100 83.9 71.4 53.3 44.1 30.3 40 20 0 84.6 80.5 80 60 % CAKUPAN

2,000
1,500 1,000 500 0 SEKUPANG

GALANG

BOTANIA

SAMBAU

S. PANCUR

B. PADANG

SEI PANAS

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Distribusi Cakupan kunjungan bayi tahun 2011 di Kota Batam mencapai 71.28%, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu 90% dan belum merata di semua Puskesmas dimana masih di dapatkan 2 Puskesmas cakupan

Distribution Coverage of the visit the baby in 2011 in Batam reached 71.28%, this figure is still below the set target of 90% and has not been evenly distributed across all centers where still get 2 clinic visits baby coverage is still below 50% ie health centers and health centers Sei Pancur Galang.

kunjungan bayinya masih dibawah 50 % yaitu Puskesmas Sei Pancur dan Puskesmas
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

B. PERMAI

% CAKUPAN

SEI LEKOP

T. SENGK

BATU AJI

BULANG

KABIL

L. BAJA

77

Galang. Hal ini disebabkan masih banyak tenaga kesehatan di puskesmas yang kurang mengerti tentang dengan kunjungan definisi bayi

This is due to many health workers at health centers who do not understand the

definition operasiobal about baby's visit, despite being in the socialization of

operasiobal

walaupun sudah di sosialisasi disetiap pertemuan bidan koordinator dan juga masih minimnya tenaga kesehatan yang terlatih tentang SDIDTK yang merupakan salah satu indikator kunjungan bayi. 1.1.1.2.4. Cakupan Kunjungan Anak Balita Pelayanan pemantauan

midwives coordinator at each meeting and also still a lack of trained health personnel about SDIDTK which is one indicator of infant visits. 1.1.1.2.4. Coverage of Childhood Visits

Growth

and

development

pertumbuhan dan perkembangan yang diberikan pada anak usia 1259 bulan sesuai standar. Pelayanan ini bertujuan untuk menjaring anak balita terhadap gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan untuk melindungi anak balita sehingga anak dapat tumbuh dan kembang dengan normal. Pelayanan anak balita meliputi

monitoring services provided to children aged 12-59 months according to the standard. This service aims to attract children under five years of growth and developmental disorders and to protect young children so that children can grow and develop normally.

Children under five years of service includes the provision of high-dose vitamin A 2 times a year, monitoring the growth of 8 times, monitoring of progress (SDITK) at least 2 times a year by a health care carried out in accordance competency Coverage of children under five visits in 2011 was 51.2% of 124 902 children under five. Increased coverage in 2011 than in 2010 (43.2%), although still below the national target (90%)

pemberian vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun, pemantauan pertumbuhan 8 kali, pemantauan minimal 2 perkembangan kali dalam setahun (SDITK) yang

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensinya Cakupan kunjungan anak balita tahun 2011 adalah 51.2% dari 124.902 anak balita. Cakupan tahun 2011 meningkat dibanding tahun 2010 (43,2%),walaupun masih berada dibawah target nasional (90%).
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

78

Gambar 4.11

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

16000 14000 JUMLAH ANAK BALITA 12000 10000 62.9 79.4

89.7 82.8 64.3 45.7 46.8 49.5 41.0 36.2 19.4 70.5 53.6 75.9

100 80 60 40 20 0 GALANG % CAKUPAN

8000
6000 4000 2000 0 SEKUPANG

BOTANIA

SAMBAU

BULANG

S. PANCUR

S. PANAS

T. SENGK

SASARAN

CAKUPAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Rendahnya pencapaian kunjungan bayi dan kunjungan anak balita, disebabkan karena tatalaksana kesehatan bayi dan anak balita sesuai standar belum optimal. Untuk itu upaya yang telah dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan dengan peningkatan sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan bayi melalui pelatihan, supervisi dapat

The low achievement of the visit of infants and toddlers visit, due to health management of infants and toddlers have not been optimal standards. For that effort has been made to improve the quality of care by increasing human resources in providing child health services through training, supervision can improve coverage in the future so as to achieve the targets set.

meningkatkan cakupan pada masa yang akan datang sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan.. Kesimpulan program kesehatan Conclusion child health program can be seen in the chart below

anak dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

B. PERMAI

S. LEKOP

B. PAD

KABIL

L. BAJA

B. AJI

79

Gambar 4.12

CAKUPAN INDIKATOR KESEHATAN ANAK DI KOTA BATAM TAHUN 2011

140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 64.6

90 80

90

90

100 80

71.3

51.2

60 40

14.4

20 0

KN3 SASARAN CAKUPAN % TARGET % CAKUPAN 24304 15699

KND 4773 688

KUNJ BAYI 24304 17325

KUNJ ANAK BALITA 124902 63948

90
64.6

80
14.4

90
71.3

90
51.2

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Dari gambar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa indikator kesehatan anak pada umumnya belum mencapai target yang diharapkan, terutama (KND)

From the picture above, it can be concluded that the indicators of child health in general have not reached their intended target, especially Complitation Neonates Treated (KND) coverage is still very low. This is because the system is still not optimal recording and reporting as well as workers still lack understanding of child health programs, and many officers are not trained and skilled in implementing child health programs.

Komplikasi

Neonatus

Ditangani

cakupannya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena masih belum optimalnya sistem pencatatan dan pelaporan serta masih kurangnya pemahaman petugas

tentang program kesehatan anak dan banyak petugas yang belum terlatih dan terampil dalam melaksanakan program

kesehatan anak.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

80

4.1.3. PROGRAM KELUARGA BERENCANA Program merupakan meningkatkan melalui Bahagia motto salah keluarga satu berencana upaya untuk keluarga Kecil yang

4.1.3.

FAMILY

PLANNING

PROGRAM

Family planning is an effort to improve the welfare of families through the motto Small Happy Prosperous Family Norm (NKKBS) which implies a small family consisting of father, mother and two children quite capable to make family welfare. The other objectives of family planning is to set the spacing of pregnancy in the hope of the mother is physically and mentally capable of undergoing the process of pregnancy and childbirth with the optimal so as to give birth to healthy children optimal.

kesejahteraan Norma

Keluarga (NKKBS)

Sejahtera

mengandung makna dengan keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan cukup dua anak mampu mewujudkan kesejahteraan keluarga. Adapun tujuan lain dari Keluarga Berencana adalah untuk mengatur jarak kehamilan dengan harapan ibu secara fisik dan mental mampu menjalani proses kehamilan dan persalinan dengan optimal sehingga dapat melahirkan anak yang sehat optimal. Tingkat pemanfaatan kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur (PUS) dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif, hal ini juga menunjukkan salah satu perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Gambar 4.13.

The

utilization

rate

of

contraceptives by couples Fertile Age (EFA) can be seen from the coverage of active family planning participants, it also shows one of the behavioral health community.

CAKUPAN PESERTA KB AKTIF PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

20,000 JUMLAH PUS 15,000 10,000 5,000 0 KABIL 59 67 64 71

48

53

60 40 20 0

GALANG

SEKUPANG

S. PANCUR

SEI PANAS

BOTANIA

BULANG

SAMBAU

B. PERMAI

B. PADANG

AKSEPTOR LAMA

AKSEPTOR BARU

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

T. SENGK

BATU AJI

L. BAJA

% CAKUPAN

64

69

78 64

78

74 62

84

100 80

81

Upaya pelayanan program KB yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap

Family planning program service efforts undertaken in 2011 to 173 388 to fruition because of coverage of EFA family planning acceptors increased by 3.3% compared to the year 2010 (64.32%). Coverage of family planning acceptors in 2011 in Batam reached 67.6%, although coverage is available for less than the national target is 70%. Increase in the active planning participants per district shown in the figure below. The picture of the results do look at the proportion of new acceptors and long acceptors below.

173.388 PUS membuahkan hasil karena cakupan akseptor KB meningkat sebanyak 3.3% dibanding tahun 2010 (64.32%). Cakupan akseptor KB tahun 2011 di Kota Batam mencapai 67.6%, walaupun cakupan yang didapatkan kurang dari target nasional adalah 70%. Peningkatan peserta KB aktif per kecamatan terlihat pada gambar

dibawah ini. Adapun gambaran hasil yang dilakukan terlihat pada proporsi akseptor baru dan akseptor lama berikut ini.

Gambar 4.14.

JUMLAH AKSEPTOR BARU DAN AKSEPTOR LAMA PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011
98.10

1.90

AKSEPTOR LAMA

AKSEPTOR BARU

Sumber : Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota Batam, Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

82

Banyak digunakan berencana,

metode

yang

dapat keluarga metode

Many methods can be used in family planning program, the following picture of the contraceptive methods used by an active family planning participants. Long-term methods of contraception (MKJP) 4.68% and the majority use needles (48.75%), pills (38.04%), condom 8:53%.

dalam berikut

program gambaran

kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif. Metode kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 4.68% dan sebagian besar

menggunakan suntik (48.75%), pil (38.04%), kondom 8.53%.

Gambar 4.15.

PROPORSI PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA BATAM TAHUN 2011

PIL, 38.04 KON DOM , 8.53

IMPLAN, 1.66

MOW, 0.22

MKJP

IUD, 2.80 SUNTIK, 48.75

Sumber : Kantor Pemberdayaan Perempuan Kota Batam, Tahun 2011.

4.2.

PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN Dalam rangka pemerataan untuk

4.2. POOR HEALTH SERVICE

In order equale health services, especially for the poor, has carried out health care insurance program to meet the rights of all people in the field of health as an effort to improve financial access to health services.

pelayanan masyarakat

kesehatan miskin,

terutama telah

dilaksanakan

program jaminan pemeliharaan kesehatan guna memenuhi hak semua orang dibidang kesehatan sebagai upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara financial.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

83

Oleh

karena

itu

pelayanan

Therefore, basic health services and poor referral to be part of a minimum service standard of health as an effort to accelerate health development.

kesehatan dasar dan rujukan masyarakat miskin menjadi bagian dari standar sebagai

pelayanan

minimal

kesehatan

upaya percepatan pembangunan di bidang kesehatan. 4.2.1. Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Pelayanan masyarakat miskin kesehatan adalah dasar pelayanan 4.2.1. Poor basic health services

Poor basic health care is health care provided by primary health care facilities to the poor. Batam City Government since 2007 has provided health services in primary health care facilities without cost. This is the government's efforts to meet the Batam City right of all people including the poor. In 2011 in Batam, of which 127 732 people netted in Jamkesmas program, as much as 38.43% have basic health services. The poor distirbusi based health centers work areas that receive basic health services is reflected in the chart below.

kesehatan yang diberikan oleh sarana kesehatan dasar kepada masyarakat miskin. Pemerintah Kota Batam sejak tahun 2007 telah memberikan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan dasar tanpa pemungutan biaya. Hal ini merupakan upaya pemerintah Kota Batam untuk memenuhi hak semua orang termasuk masyarakat miskin. Tahun 2011 di Kota Batam, dari 127.732 jiwa yang terjaring sebanyak pelayanan dalam program telah dasar. Jamkesmas, mendapat Adapun

38.43% kesehatan

distirbusi penduduk miskin berdasarkan wilayah kerja Puskesmas yang mendapat pelayanan kesehatan dasar tergambar pada grafik berikut ini.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

84

Gambar. 4.16. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR MASYARAKAT MISKIN PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011
12000 10000 JUMLAH GAKIN 8000 6000 4000 2000 0 SEKUPANG B. PADANG BULANG T. SENGK 37.2 15.7 34.0 13.3 95.3 100.1 100 67.9 66.6 54.5 32.9 13.4 2.5 0 36.8 80 60 40 20 120

18.8

GALANG

KABIL

S. PANCUR

B. PERMAI

YANKES DASAR GAKIN

% CAKUPAN YANKES DASAR GAKIN

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin Dinas Keeehatan Kota Batam, Tahun 2011.

4.2.2. Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin Pelayanan masyarakat miskin kesehatan adalah rujukan pelayanan

4.2.2. Referral Service of the Poor Health Poor referral health services are health services provided to the poor at the level of service after service basis, meaning that in certain cases of health problems encountered can not be resolved on the basis of health services with limited facilities and infrastructure that require health care at the referral level higher, such as hospitals. This figure represents the

kesehatan yang diberikan pada masyarakat miskin pada tingkat pelayanan pelayanan setelah pelayanan dasar, artinya pada kasus-kasus tertentu masalah kesehatan yang dihadapi tidak bisa dituntaskan pada pelayanan keterbatasan kesehatan sarana dasar dan dengan prasarana

proportion of poor people

sehingga memerlukan pelayanan kesehatan rujukan pada level yang lebih tinggi seperti rumah sakit. Angka ini merupakan proporsi masyarakat pelayanan miskin yang mendapatkan rujukan dan

kesehatan

menggambarkan besaran masalah

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BOTANIA

SAMBAU

L. BAJA

S. PANAS

S. LEKOP

B. AJI

% CAKUPAN

85

kesehatan yang terjadi pada kelompok masyarakat miskin sehingga memerlukan pelayanan kesehatan rujukan dan miskin kesehatan

who get health care referral and describe the magnitude of health problems that occur in poor communities that require referral and affordability of health care of the poor to health service referrals.

keterjangkauan terhadap rujukan. sarana

masyarakat pelayanan

Gambar. 4.16. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN MASYARAKAT MISKIN PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011
12000 100 76 69 50 6000 4000 2000 0 23 13 1 4 0 GALANG BOTANIA S. PANCUR S. PANAS B. PERMAI S. LEKOP L. BAJA B. AJI 24 24 26 31 32 26 40 20 100 80 60 % CAKUPAN

10000
JUMLAH GAKIN 8000

SEKUPANG

SAMBAU

B. PADANG

T. SENGK

YANKES DASAR GAKIN

BULANG

KABIL

% YANKES RUJUKAN GAKIN

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin Dinas Keeehatan Kota Batam, Tahun 2011.

Tahun

2011

sebanyak

10.676

In 2011 as many as 10 676 people (8.36%) of the total poor has got a health care referral, if it views the proportion of poor people who receive referral services from the number of poor people who receive basic health services was 20.2%

jiwa(8,36%) dari total masyarakat miskin telah mendapat pelayanan kesehatan

rujukan, jika dilihat proporsi masyarakat miskin yang mendapat pelayanan rujukan dari jumlah masyarakat miskin yang dasar

mendapat

pelayanan

kesehatan

adalah 20.2%

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

86

4.2.3. Indikator Pelayanan Kesehatan rumah Sakit Indikator kualitas pelayanan

4.2.3. Indicators of Health Services Hospital Indicators of quality of health care in hospitals is reflected in the level of service efficiency that can be seen from the utilization of quantitative bed (Bed

kesehatan di rumah sakit tergambar dari tingkat efisiensi pelayanan yang secara kuantitaif dapat dilihat dari pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupation Rate/BOR), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI).

Occupation Rate / BOR), the average interval of bed usage (Turn of Interval / TOI).

Gambar 4.17.

CAKUPAN BOR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT SE-KOTA BATAM TAHUN 2011

40 35 30 25 20 15 10 5 0 2.7 2009 3.2 2010 2011 4.86 6 5.3 3.2 35.8 34.8 BOR LOS TOI 37.6

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin Dinas Kesehatan Kota Batam , Tahun 2011.

Dari laporan rumah sakit yang masuk ke Dinas Kesehatan Kota Batam sebanyak 7 rumah sakit didapatkan tingkat pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupation Rate/BOR) 37.6% dan rata-rata selang pemakaian tempat tidur (TOI) 5.3 dan ratarata hari perawatan (Length of Stay/LOS) 3.2 %.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Of the hospitals that report into Batam City Health Department were 7 hospital bed utilization rate is obtained (B Occupation Rate / BOR) 37.6% and an average interval of bed usage (TOI) 5.3 and the average days of care (Length of stay / LOS) 3.2%.

Menuju MDGs 2015

87

Gambar 4.18.

CAKUPAN GDR DAN NDR RUMAH SAKIT SE-KOTA BATAM TAHUN 2011

5.0 2.2 4.0 3.0 PEREMPUAN 2.0 1.0 GDR NDR 0.8 LAKI-LAKI

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin Dinas Kesehatan Kota Batam , Tahun 2011.

Jika di lihat dari persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death

If in view of the percentage of patients who died out (Gross Death Rate / GDR) and the percentage of patients who died out> 48 hours of treatment (Net Death Rate / NDR). These figures represent the severity of health problems faced today and thus require longer treatment and condition severe enough to result in increased mortality, it is also strongly influenced by the quality of existing hospital services.

Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). Angka ini merupakan gambaran beratnya masalah kesehatan yang dihadapi sehingga membutuhkan hari perawatan lebih lama dan kondisi yang cukup parah sehingga mengakibatkan

meningkatnya angka kematian, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan rumah sakit yang ada. Jumlah pasien keluar meninggal 2.2%, sedangkan pasien meninggal keluar > 48 jam ditahun 2011 adalah 0.8%.

The number of out patient died 2.2%, while patients died out> 48 hours in the year 2011 is 0.8%.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

88

4.3.

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT Program Penanggulangan dan

4.3.

PREVENTION AND ERADICATION OF DISEASE Prevention and Disease Control

Pengendalian Penyakit (P2P), merupakan upaya untuk menanggulangi penyakit baik dan

Program (P2P), is an attempt to cope with both illness and communicable disease control and non-communicable diseases are a public health problem. The program consists of:

mengendalikan

penyakit

menular maupun penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Program ini terdiri dari : 4.3.1. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MALARIA Penyakit malaria yang merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan dengan kondisi geografis Kota Batam yang merupakan daerah kepulauan yang

4.3.1. DISEASE PREVENTION AND CONTROL OF MALARIA That malaria is a disease-based environmental and geographical conditions Batam island which is an area surrounded by mangrove swamps and the waters of the impact of the development of Batam is growing rapidly and have strong

dikelilingi perairan

dengan rawa bakau

serta dampak dari pembangunan Kota Batam yang semakin berkembang pesat serta belum kuatnya komitmen tentang pembangunan yang berwawasan kesehatan dari pihak terkait yang memperparah lingkungan sehingga mendukung nyamuk anopheles sebagai vektor untuk terus berkembang biak sehingga populasinya bertambah hinterland. banyak Banyak terutama faktor didaerah yang

commitment to sound development of the associated health of the environment exacerbates thus supporting the Anopheles mosquito as a vector to continue to breed so many areas, especially the population is growing hinterland. Many factors influence the disease malaria, begins with a brood of mosquitoes, such as in District Galang is partly due to natural conditions is still untapped environmental management of mosquito breeding and allows media

mempengaruhi penyakit malaria, diawali dengan perindukan nyamuk, seperti di

Kecamatan Galang karena kondisi alam yang sebagian masih belum tersentuh penataan lingkungan memungkinkan media perkembangbiakan nyamuk dan yang paling
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

89

besar terjadi karena faktor kesalahan manusia itu sendiri, kurangnya kepedulian masyarakat dalam menjaga lingkungan yang berwawasan kesehatan seperti di

greatest mistake be due to the man himself, the lack of public participation in

environmental keeping health such as in sub Nongsa.

kecamatan Nongsa. Pada tahun 2011 kasus malaria Di Kota Batam secara umum terjadi penurunan baik kasus klinis maupun kasus dengan pemeriksaan sediaan darah. Kasus malaria klinis atau kasus tanpa pemeriksaan 2489 kasus In 2011 cases of malaria in Batam is generally a decline in both clinical and case by case examination of blood preparations. Clinical malaria cases or cases without laboratory tests as compared to 2489 cases in 2010 (4611 cases) there is a decrease of almost 50%. At the level of confirmed cases or cases with sample of blood examination of 848 cases with positive results, there is a decrease compared to the year 2010 (1050 cases) and malaria morbidity 0.8%. The spread of malaria per district can be seen in the picture below.

laboratorium

sebanyak

dibanding tahun 2010 (4611 kasus) terjadi penurunan hampir 50%. Pada level kasus confirm atau kasus dengan pemeriksaan sedimen darah dengan hasil positif 848 kasus, terjadi penurunan dibanding tahun 2010 (1050 kasus) dengan angka kesakitan malaria 0.8%. Adapun penyebaran penyakit malaria per kecamatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. GAMBAR 4.19.

JUMLAH KASUS MALARIA POSITIF PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

800

713

700
600 500 400 300 200 100 0 SEKUPANG BULANG S. APNCUR . PADANG
35 76 1 0 6 1 0 5 1 5 1 4 0

SAMBAU

T. SENGK

GALANG

KABIL

BOTANIA

B. PERMAI

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH KASUS

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

SEI PANAS

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

BATU AJI

L. BAJA

90

Pada gambar di atas terlihat bahwa di Kecamatan Galang didapatkan kasus terbanyak dibanding kecamatan lainnya yaitu sebanyak 713 kasus, , kemudian Kecamatan Nongsa khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sambau sebanyak 76 kasus dan Kecamatan Belakang Padang 35 kasus. Dan wilayah kerja Puskesmas lainnya berkisar 1-6 kasus. Hal ini menunjukkkan penyebaran kasus yang tidak merata, tentunya banyak yang perlu di lakukan kajian tentang penyakit malaria di Kota Batam. 4.3.2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Upaya penanggulangan dan pengendalian penyakit demam berdarah (DBD) pada 2 tahun terkahir membuahkan hasil yang cukup berarti, yang mana terjadi penurunan kasus dengan incident rate tahun 2010 76.78 menjadi 60.19 per100.000 penduduk (636 kasus) dengan case fatality rate 0.31%. Secara nasional target Incident Rate DBD ditekan hingga < 100/ 100.000 penduduk dengan case fatality rate < 1%. Walaupun demikian terutama kita harus tetap waspada, dengan

In the picture above shows that in most cases obtained Galang District than other districts as many as 713 cases, then Nongsa district health centers, especially in the working area Sambau as many as 76 cases and 35 cases of Padang District Rear. And other health centers around the work area 1-6 cases. This is indicating an uneven spread of cases, of course, much needs to be done in the study of malaria in the city of Batam.

4.3.2. PREVENTION AND CONTROL dengue hemorrhagic fever (DHF)

The mitigation and control of dengue fever (DHF) in the last 2 years yielded significant results, which is a decrease in the case with the 2010 incident rate 76.78 to 60.19 per 100,000 population (636 cases) with a case fatality rate of 0.31%. Nationally, the target Incident Rate DBD suppressed to <100/100 000 inhabitants with a case fatality rate <1%. Yet we must remain vigilant, by

masalah

lingkungan

particularly

environmental

issues

melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) seperti menguras, mengubur,

conducting mosquito eradication nest (PSN) such as drain, bury, cover and brood coupled with monitoring the aedes

menutup dan ditambah dengan memantau perindukan nyamuk aedes plus mencegah gigitan nyamuk dengan berbagai cara.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

mosquitoes to prevent mosquito bites plus a variety of ways.

Menuju MDGs 2015

91

Nyamuk

Aedes

agypty

dan

Aedes

albopoictus merupakan vektor penularan virus dengue yang dapat hidup dan berkembang biak dengan ketinggian <1000 meter diatas permukaan laut serta

Aedes mosquito Aedes albopoictus agypty and a vector of dengue virus infection that can live and breed with altitude <1000 meters above sea level and is influenced by the seasons. The following description is based on the incidence of dengue fever in the last 2 years.

dipengaruhi oleh musim. Berikut gambaran kejadian DBD berdasarkan waktu dalam 2 tahun terakhir.

Gambar 4.20.

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PERBULAN DI KOTA BATAM TAHUN 2010 & 2011

140 117 120 97 100 94

80
60 40 20 0 JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES 47 39 33 26 20 37 53 46

27

TAHUN 2010

TAHUN 2011

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Melihat kejadian kasus DBD setiap bulannya pada tahun 2010 dan 2011 terdapat perbedaan pola musim penularan akan tetapi terdapat persamaan puncak kasus yang terjadi pada bulan Desember,

Looking at the incidence of dengue cases per month in 2010 and 2011 seasons there are different patterns of transmission but there are similarities which case the peak occurred in December, knowing the top of the case can be used as guidelines in
Menuju MDGs 2015
92

diketahuinya puncak kasus dapat dijadikan


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

pedoman dalam perencanaan pengendalian penyakit DBD terutama aksi promotif dan preventif pada tahun berikutnya. Di era pemanasan global, faktor musim sulit untuk dipedomani, akan tetapi dengan komitmen berbagai pihak untuk menjaga lingkungan yang bebas dari perindukan nyamuk serta umpan balik kegiatan surveilens penyakit DBD melalui rangkaian epidemiologi kegiatan dapat

planning disease control dengue mainly promotive and preventive action in the following year. In this era of global warming, seasonal factors are difficult to be guided, but with the commitment of various parties to keep environment free from the brood of mosquitoes as well as feedback dengue through disease a surveillance of activities

series

epidemiological

penyelidikan

investigations can reduce the incidence of dengue disease. Dengue fever affects nearly all areas of the city of Batam, including the hinterland. The spread of dengue cases the distribution of health center work can be seen in the picture below.

menurunkan kejadian penyakit DBD. Penyakit DBD menyerang hampir seluruh wilayah di Kota Batam termasuk daerah hinterland. Distribusi Penyebaran kasus DBD wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.21.

DISTRIBUSI KASUS DEMAM BERDARAH PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011

140 120 100 80 60 40 20 11 42

130

63

71

67

76 63 27

69

12

3 KABIL

0 S. PANCUR BULANG L. BAJA

2 GALANG BOTANIA SEI PANAS B. PERMAI SEI LEKOP BATU AJI

0
B. PADANG SEKUPANG T. SENGK

LAKI-LAKI

SAMBAU

PEREMPUAN

JUMLAH KASUS

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

93

Kejadian DBD banyak terjadi di Daerah Kecamatan Sekupang dengan

Many DHF incidence occurred in the proportion of the Regional District of Sekupang with about 20% of the incidence of dengue in the city of Batam Year 2011. On the other located in Batam Island DHF incidence ranges from 40-70 cases and even the Bulang no dengue cases.

proporsi sekitar 20% dari kejadian DBD di Kota Batam Tahun 2011. Pada daerah lainnya yang berada di Pulau Batam kejadian DBD berkisar 40 70 kasus dan bahkan daerah Bulang tidak terdapat kasus DBD. 4.3.3. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TB. PARU Penyakit TB. Paru masih menjadi prioritas pemberantasan dan pengendalian penyakit menular bahkan menjadi salah satu indikator dalam percepatan

4.3.3. PREVENTION AND CONTROL TB. LUNG TB disease. Lung remains a priority to eradicate and control of infectious diseases even become one of the indicators in the acceleration of development. TB in Indonesia. Lung claimed about 100,000 lives each year and is a disease that has a fairly high rate of transmission because it can spread directly from person to person through saliva splashes (droplet) TB

pembangunan. Di Indonesia TB. Paru menelan korban sekitar 100.000 jiwa setiap tahunnya dan merupakan penyakit yang mempunyai tingkat penularan yang cukup tinggi karena dapat menular secara

langsung dari orang ke orang melalui percikan air ludah (droplet) penderita TB. Paru sehingga kuman TBC lepas ke udara yang dapat dihirup oleh orang lain.

patients. Lungs so that the TB germs are released into the air can be inhaled by others. An estimated 1 people with TB. 1015 Pulmonary infectious to others. On the island of Sumatra, including Batam

Diperkirakan 1 orang penderita TB. Paru dapat menularkan 10-15 ke orang lain. Pada kawasan pulau Sumatera termasuk Kota Batam diperkirakan prevalensi TB. Paru berkisar 160 per 100.000 penduduk. Upaya pencegahan penyakit TB. Paru, sudah dimulai sejak dini dengan promosi kesehatan tentang Penyakit TBC. Upaya pengendalian penyakit dilakukan
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

estimated prevalence of TB. Lung 160 per 100,000 population range.

Efforts to prevent TB disease. Lung, was started early with the health promotion of TB disease.
Menuju MDGs 2015
94

dengan penemuan kasus TB. Paru dengan BTA (+) dan diberi pengobatan yang telah disediakan pengobatan pemerintah jangka dengan (6 masa bulan)

Control efforts of disease done by the discovery cases of TB. Pulmonary smear (+) and given a treatment that has provided the government with the short-term treatment (6 months) with the direct supervision of the so-called DOTS (Directly Observed

pendek

dengan pengawasan langsung yang disebut dengan DOTs (Directly-Observed Treatment Short). Strategi pengendalian penyakit TB. Paru di Kota Batam pada tahun 2011 Dinas Kesehatan dan jajaran telah

Treatment-Short). TB disease control strategies. Lung in Batam in 2011 and the Health

Department has been expanding the ranks of networking for the discovery and treatment of TB patients. Lung involving hospitals in the city of Batam. The results obtained with an increase in case finding Case Detection Rate (CDR) of 23.14% in 2010 to 24.36% in 2011. This figure is still not achieved the national target (70%), this is a challenge for us all to be able to control the TB disease. Lung in Batam as optimal as possible.

memperluaskan jejaring untuk penemuan dan pengobatan penderita TB. Paru dengan melibatkan rumah sakit yang ada di Kota Batam. Hasil yang didapat terjadi

peningkatan penemuan kasus dengan Case Detection Rate (CDR) dari 23,14% tahun 2010 menjadi 24.36% tahun 2011. Angka ini masih belum mencapai target nasional (70%), hal ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk dapat mengendalikan

penyakit TB. Paru di Kota Batam seoptimal mungkin. Indikator keberhasilan program Indicators the success of program eradication and control of TB. Lung can be seen from the cure rate of TB disease treatment. Lung. In Batam in 2011

pemberantasan dan pengendalian TB. Paru dapat dilihat dari angka kesembuhan pengobatan penyakit TB. Paru. Di Kota Batam tahun 2011 terjadi peningkatan angka kesembuhan pada yang tahun cukup 2010

increased the cure rate is quite encouraging, in 2010 the percentage of cure is only 14:21% and 42.22% in 2011 to be in, as shown below.

menggembirakan,

persentase kesembuhan hanya 14.21% dan tahun 2011 menjadi 42.22% di sebagaimana gambar dibawah ini.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

95

Gambar 4.22.

PERSENTASE ANGKA KESEMBUHAN PROGRAM DOTs TB. PARU DI KOTA BATAM TAHUN 2011.
42.22%

SEMBUH

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Angka kesembuhan ini sangat dipengaruhi oleh komitmen Tim DOT TB di Fasilitas

The cure rate is strongly influenced by the commitment of TB DOT Team Health Care Facilities in addition to TB awareness and discipline. Lung following the DOTS program in medicine, to the need for a treatment that can be controlled directly by the family, or even a cadre of health workers.

Pelayanan Kesehatan disamping kesadaran dan disiplin penderita TB. Paru yang mengikuti program DOTs dalam minum obat, untuk itu perlu adanya pengawas menelan obat yang dapat diawasi langsung oleh keluarga, kader atau bahkan tenaga kesehatan. 4.3.4. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS menduduki prioritas utama dalam enam penyakit menular berbahaya yang tertuang dalam komitmen MDGs, HIV/AIDS karena di perkembangan sendiri kasus sudah

4.3.4. DISEASE PREVENTION AND CONTROL OF HIV / AIDS HIV / AIDS a top priority in occupying the six major communicable diseases as stipulated in the MDGs

commitments, due to the development of HIV / AIDS in Indonesia itself is worrying. Based on data from the DG P2 & PL Strathmore University, the number of people living with HIV / AIDS are included in the

Indonesia

mengkawatirkan. Berdasarkan data dari Ditjen P2 & PL Kemenkes RI, jumlah penderita HIV/AIDS yang masuk dalam

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

96

laporan sejak April 1987 hingga Desember 2011 penderita HIV sebanyak 76.879 orang, yang sudah jatuh pada stadium AIDS sebanyak 29.879 orang dan yang telah meninggal dunia sebanyak 5.430 orang. Meskipun data ini merupakan data resmi dari pemerintah, namun data sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya, karena HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, apa yang terlihat hanyalah puncak yang muncul di permukaan tanpa diketahui seberapa dalam dan besar kasus yang sebenarnya terjadi. Penyakit HIV/AIDS disebabkan oleh virus Acquired Immunode Deficiency

report since April 1987 until December 2011 as many as 76 879 people with HIV, who had fallen on the stage of AIDS and as many as 29 879 people who have died as many as 5430 people. Although these data are official data from governments, but the data actually no one knows how many exactly, because HIV / AIDS as a

phenomenon of the iceberg, what you see is the peak that appears at the surface without the knowledge of how deep and big the case is actually happening.

HIV / AIDS is caused by a virus Acquired Immunode syndroma Deficiency (AIDS) which attacks the immune system. Transmission of HIV / AIDS virus is not as easy as others, because of transmission only through unprotected intercourse and use of unsafe needles or contaminated fluids / blood from patients with HIV / AIDS. In general, this disease attacks the risk groups, namely prostitutes (WTS), injecting drug users, men with men (MSM), youth, men at risk (customer / client), a couple of customers, transvestites, people built

Syndroma (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penularan virus HIV/AIDS tidak semudah virus lainnya, karena

penularan hanya melalui hubungan seksual tanpa pelindung dan penggunaan jarum suntik yang tidak aman atau terkontaminasi cairan/darah dari penderita HIV/AIDS. Pada umumnya penyakit ini menyerang

kelompok berisiko, yakni wanita tuna susila (WTS), pengguna narkotika suntik, lelaki suka lelaki (LSL), remaja, pria berisiko (pelanggan/klien), pasangan pelanggan,

Correctional and pregnant women at risk.

waria, warga binaan permasyarakatan dan ibu hamil berisiko.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

97

Gambar 4.23.

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BATAM TAHUN 1992 s/d TAHUN 2011

2500
2,066

2000
1656

1500
1066

1339

1000
594 401 34 39 1 5 56 8 70 9

835 733 575 177 287 364 441

500
99
125 14 174 22

253 42 64 123

0 1997

2005

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2006

2007

2008

2009

2010

Kumulatif HIV

Kumulatif AIDS

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV terus bertambah, jumlah kasus baru tahun 2011 di Kota Batam sebanyak 410 kasus dan kumulatif sejak tahun1992 tercatat sebanyak 2.066 kasus. Sementara kasus AIDS tahun 2011 bertambah 158 kasus dengan kumulatif sejak tahun 1997 hingga tahun 2011 menjadi 733 kasus. Cara Penularan HIV/AIDS di Kota Batam banyak terjadi melalui hubungan seksual, hal ini sangat dipengaruhi dengan keberadaan lokasi yang sangat mungkin

From year to year the number of HIV cases continues to increase, the number of new cases in 2011 in Batam and the cumulative total of 410 cases since 1992, there were 2066 cases. While AIDS cases in 2011 increased by a cumulative 158 cases from 1997 to 2011 to 733 cases.

Modes of Transmission of HIV / AIDS in Batam many occur through sexual

intercourse, it is strongly influenced by the presence of a great location might be a place of HIV transmission such as

menjadi tempat penularan HIV seperti lokalisasi dan tempat hiburan. Diperkirakan sekitar 3000 orang pekerja seks ada di Batam baik PSK langsung (dilokalisasi), tidak

localization and entertainment venues. It is estimated about 3000 sex workers in Batam either direct PSK (localized),

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

2011

98

langsung (di tempat hiburan,salon,panti pijat) maupun yang freelance (wanita simpanan, di kost-an) , Gay (2641) ,waria (50) dan LSL (20). Dan letak geografis Kota Batam yang strategis sering menjadi tempat transit yang sangat rawan terhadap

indirect (in places of entertainment, salon, massage parlor) and a freelance (a mistress, in boarding-an), Gay (2641), transvestites (50) and MSM (20). And the geographical location of Batam which is often a strategic transit point for being particularly

transaksi narkoba Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia berada pada tingkat II yaitu masih

vulnerable to drug deal

The spread of HIV / AIDS in Indonesia is at a level II is still concentrated in risk groups (concentrade level of the epidemic), although in some areas such as Papua began to show a tendency spread to the general population (level of generalized epidemic). In Batam spread of HIV / AIDS began to show the likelihood of

terkonsentrasi

pada kelompok berisiko

(concentrade level of epidemic), walaupun pada beberapa daerah seperti Papua mulai menunjukkan kecendrungan menular ke populasi umum (generalized level of

epidemic). Di Kota Batam penyebaran HIV/AIDS mulai menunjukkan kecendrungan penularan ke populasi umum. Berdasarkan laporan dari salah satu rumah sakit di Kota Batam yang sudah melaksanakan prosedur tetap pelayanan ibu hamil, yang mana setiap ibu hamil yang berkunjung untuk pertama kali dilakukan tes terhadap

transmission to the general population. Based on reports from one hospital in Batam is already implementing procedures pregnant women still care, that every pregnant women who visited for the first time carried out tests on HIV / AIDS. The results obtained during the year 2011 from 3034 pregnant women be tested for HIV / AIDS there are 28 pregnant women with positive HIV / AIDS. This condition illustrates that the HIV / AIDS in Batam is very alarming that need concern us all good government, and society at large.

HIV/AIDS. Hasil yang didapatkan sepanjang tahun 2011 dari 3.034 ibu hamil yang dilakukan tes HIV/AIDS terdapat 28 ibu hamil yang positif HIV/AIDS. Kondisi ini menggambarkan bahwa HIV/AIDS DI Kota Batam sudah sangat memprihatinkan yang perlu kepedulian kita semua baik

pemerintah, dan masyarakat luas.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

99

Hingga saat ini belum ditemukan obat penyakit HIV yang dapat dilakukan pada penderita adalah menghambat

Until now there has been discovered that can cure HIV in patients is to inhibit the growth of virus in the patient's body with the provision of anti retro viral (ARV). On the condition of the body's defenses weakened HIV that go on the stage of AIDS patients demonstrated decreased antibody known as CD4, AIDS sufferers will be prone to other infections or who are called primarily to secondary infections (infections oppurtunistik) such as TB. Aggravate lung condition of the patient. AIDS deaths in 2011 totaled 59 people and recorded deaths from the disease from 1997 until this year as many as 294 people. Here's an overview of HIV deaths since been found in Batam in 1997.

perkembangan virus dalam tubuh penderita dengan pemberian anti retro virus (ARV). Pada kondisi pertahanan tubuh penderita HIV semakin lemah sehingga masuk pada stadium AIDS yang ditunjukkan semakin berkurang antibodi penderita yang dikenal dengan CD4, penderita AIDS akan mudah mengalami infeksi lainnya atau yang disebut denan infeksi sekunder TB. Paru (Infeksi yang

oppurtunistik)

seperti

memperparah kondisi penderita. Kematian akibat penyakit AIDS tahun 2011 berjumlah 59 orang dan tercatat kematian akibat penyakit ini dari tahun 1997 hingga tahun ini sebanyak 294 orang. Berikut gambaran kematian HIV sejak ditemukan di Kota Batam pada tahun 1997. Gambar 4.24.

JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS DAN CFR AIDS DI KOTA BATAM TAHUN 1997 s/d TAHUN 2011

60

100

40 50 40 37.5 20 11 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 27 24 17 19 12 8 8 7 8

14

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

JUMLAH KEMATIAN

MENINGGAL

CFR

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

CFR

100

Secara nasional ahli epidemiologi dalam kajiannya memproyeksikan bila tidak ada peningkatan upaya penanggulangan, maka pada 2010 jumlah kasus AIDS akan menjadi 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang pada 2015 menjadi

Nationwide studies epidemiologists in the project when there is no increase in the response, then in 2010 the number of AIDS cases would be the death of 400,000 people with 100,000 people in 2015 to 1,000,000 people by the death of 350,000 people. While transmission from mother to child will reach 38 500 cases.

1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Sedangkan penularan dari ibu ke anak akan mencapai 38.500 kasus. Penyakit HIV/AIDS dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang jenis kelamin. Jika dilihat dari jenis kelamin kemungkinan simpulkan dari ada yang dapat yang kita sangat

HIV / AIDS can happen to all people regardless of sex. If the views of sex there is the possibility that we can derive from this frightening disease.

penyakit

menakutkan ini.

Gambar 4.25.

JUMLAH PENDERITA BARU HIV/AIDS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI KOTA BATAM TAHUN TAHUN 2011

450 400 350 300 250 200 150 222 PEREMPUAN LAKI-LAKI

100
50 0

188 29 30 HIV AIDS

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

101

Kesimpulan yang dapat diambil dari gambar diatas adalah kasus HIV lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki, sementara kasus AIDS lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, hal ini menunjukkan sistem pertahanan

The conclusion to be drawn from the above picture is more HIV cases in women than in men, while more AIDS cases in men than in women, it demonstrates women's defense system against HIV

disease is stronger than men so the case fewer AIDS in women. The number of deaths from AIDS in 2011 there was no gender difference of 59 AIDS deaths.

perempuan terhadap penyakit HIV lebih kuat daripada laki-laki sehingga kasus AIDS lebih sedikit pada perempuan. Jumlah kematian akibat AIDS tahun 2011 tidak ada perbedaan jenis kelamin dari 59 kematian AIDS. Gambar 4.26.

JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DI KOTA BATAM TAHUN TAHUN 2011
350 300 UMUR DALAM TAHUN 250 200 150 100 56 50 128 HIV AIDS

319

7 4
0 <4

2 0 5-14

10

15

16 11 25-49 > 50

15-19

20-24

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

102

Kejadian HIV/AIDS dilihat dari kelompok umur lebih banyak terjadi pada kelompok usia 25-49 tahun dibanding dengan

Incidence of HIV / AIDS is viewed from the age group are more prevalent in the age group 25-49 years compared with other age groups. Transmission of HIV / AIDS in Batam is more often caused due to unsafe sexual relations, and this is one of the risky behavior that is generally carried out by the 25-49 year age group. Second occurred in the age group 20-24 years, even the most tragic cases of HIV / AIDS in Batam had attacked aged <4 years as many as 11 people.

kelompok umur lainnya. Penularan penyakit HIV/AIDS di Kota Batam lebih banyak disebabkan karena hubungan seksual yang tidak aman, dan ini merupakan salah satu perilaku berisiko yang pada umumnya

dilakukan oleh kelompok umur 25-49 tahun. Urutan kedua terjadi pada kelompok umur 20-24 tahun, bahkan yang paling tragis, kasus HIV/AIDS di Kota Batam telah menyerang usia < 4 tahun sebanyak 11 orang. Dinas Kesehatan Kota Batam

City Health Department and their staff KPAD Batam Batam and NGOs concerned with HIV / AIDS continue to make efforts to control and control of HIV / AIDS, ranging from primary prevention efforts such as the promotion of good health among high-risk as well as among the general public, with monitoring the location of the risk height of the transmission. Batam currently have two STI clinics located in Baja and the Gulf Lubuk Pandan which is to improve access netting / screening for HIV / AIDS high risk groups, VCT Clinic in Batam City Hospital. RS. St. VCT and PMTCT plus Elizabeth Hospital. Budi Glory Batam with counseling services, provision of Anti Retro Virus (ARV) for people with HIV / AIDS,

beserta jajarannya dan KPAD Kota Batam serta LSM peduli HIV/AIDS terus melakukan upaya penanggulangan dan pengendalian HIV/AIDS, mulai dari upaya pencegahan primer seperti promosi kesehatan baik di kalangan risiko tinggi maupun dikalangan masyarakat umum, serta pemantauan ke lokasi yang berisiko tinggi terhadap

penularan. Saat ini Kota Batam telah memiliki dua klinik IMS yang terdapat di Lubuk Baja dan akses Teluk untuk Pandan yang

merupakan

meningkatkan kasus

penjaringan/skrining

terhadap

HIV/AIDS bagi kelompok risiko tinggi, Klinik VCT di RSUD Kota Batam. RS. St. Elizabeth dan VCT plus PMTCT di RS. Budi Kemuliaan Batam dengan layanan konseling,

pemberian Anti Retro Virus (ARV) bagi


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

103

penderita HIV/AIDS, program pencegahan sedini mungkin penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV terhadap bayinya. Upaya penanggulangan HIV/AIDS selain meningkatkan dalam HIV/AIDS akses pelayanan penjaringan semua jenis

prevention programs as early as possible the transmission of HIV from pregnant women with HIV to her baby. HIV / AIDS in addition to improving access to health services in order to crawl the HIV / AIDS in all of its services, promotive is a very vital role for prevention through Information, Education and

kesehatan penyakit

rangka pada

pelayanan, upaya promotif merupakan peranan yang sangat vital untuk

Communication (IEC) either directly or indirectly in the form of direct counseling, the spread thrue information in print, electronic and other woods.

pencegahan melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) baik secara langsung maupun tidak langsung berupa penyuluhan langsung, penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik dan lainnnya. Informasi perkembangan HIV/AIDS diatas, semoga menjadi perhatian kita semua untuk ikut proaktif membantu dalam memerangi HIV/AIDS dengan menciptakan lingkungan yang kondusif mulai dari diri sendiri, orang-orang terdekat dan

Information on the progress of HIV / AIDS above, may be a concern all of us to participate proactively assist in the fight against HIV / AIDS by creating a conducive environment starts with yourself, loved ones and the people of Batam in general so that press prevalence of HIV / AIDS as optimal as possible . Let us make joint efforts to prevent and control the increasing cases of HIV / AIDS which is a bet that must be implemented to save generations of

masyarakat Kota Batam pada umumnya sehingga HIV/AIDS dapat menekan mungkin. prevalensi Mari

seoptimal

bersama kita melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan peningkatan kasus HIV/AIDS yang merupakan taruhan yang harus dilaksanakan untuk menyelamatkan generasi bangsa Indonesia dari keadaan yang buruk yang bisa menyebabkan

Indonesia from a bad situation that could cause the loss of a reliable next generation.

kehilangan generasi penerus yang handal.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

104

4.3.5. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PNEUMONIA Penyakit pneumonia pada balita merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada balita di Indonesia. Strategi penemuan upaya dan kesehatan penanganan dengan kasus

4.3.5. PREVENTION AND CONTROL OF PNEUMONIA Pneumococcal disease in infants is one of the causes of high mortality in infants in Indonesia. Strategies and health improvement with the discovery of cases of pneumonia in infants heandling is one indicator of Minimum Service Standards (MSS) in health. An estimated 10% of children in Indonesia who were targeted and heandling infants with pneumonia with a target of 100%. Efforts made in Batam in 2011 can be seen in the picture below.

pneumonia pada balita merupakan salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Diperkirakan 10% balita di Indonesia yang menjadi sasaran dan penanganan balita dengan pneumonia dengan target 100%. Upaya yang dilakukan di Kota Batam tahun 2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

GAMBAR 4.27. CAKUPAN PENEMUAN PENANGGANAN BALITA PNEUMONIA DI KOTA BATAM TAHUN 2011
180 BALITA PNEUMONIA DITANGANI 160 140 155 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 27 4 1 SEKUPANG T. SENGK B. PADANG 5 4 1 S. PANCUR GALANG SEI PANAS 35 31 2 B. PERMAI 2 BOTANIA 400 TARGET

120 100
80 60 40 20 0

5
SEI LEKOP

6 BATU AJI

200 0

BULANG

PEREMPUAN

SAMBAU

L. BAJA

KABIL

LAKI-LAKI

TARGET

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

105

Dari

estimasi

balita

dengan

Of the estimated 8407 children with pneumonia and based on reports from health centers coming into the Batam City Health Department found only 278 cases of pneumonia in infants (3.3%), the rate is still very far from the target 100%. Improvement is always sought from various aspects, particularly health workers in identifying cases of pneumonia in young children early and take action so that these cases are not fatal. AMP report found as many as 1 in 2011 people died with pneumonia in children under five Case Fatality Rate (CFR) is 0.36%.

pneumonia 8.407 dan berdasarkan laporan dari Puskesmas yang masuk ke Dinas Kesehatan Kota Batam hanya ditemukan 278 kasus pneumonia pada balita (3,3%), angka ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan 100%. Peningkatan selalu

diupayakan dari berbagai aspek, terutama tenaga kesehatan dalam mengenal kasus pneumonia pada balita secara dini dan melakukan tindakan agar kasus ini tidak berakibat fatal. Laporan AMP tahun 2011 didapatkan sebanyak 1 orang balita

meninggal dengan pneumonia dengan Case Fatality Rate (CFR) 0.36%. 4.3.6. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIARE Penyakit diare hingga kini masih menjadi masyarakat ditangani dilema karena dengan dalam jika kesehatan kasus tidak dapat

4.3.6. PREVENTION AND CONTROL OF DIARRHEA Diarrheal disease is still a dilemma in public health because if the case is not dealt with promptly can lead to

segera

dehydration, especially in infants that result in death. In Batam in 2011 as many as three people under five die from diarrhea (CFR 8.5%). Many factors can influence the incidence of diarrhea in the community, among other unhealthy environments and lack of awareness of society to behave in a clean and healthy living. The following picture of the incidence of diarrheal disease in Batam in 2011.

menyebabkan dehidrasi terutama pada balita yang berakibat pada kematian. Di Kota Batam tahun 2011 sebanyak 3 orang balita meninggal karena diare (CFR 8.5%). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare dimasyarakat, antara lain lingkungan yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Berikut gambaran kejadian penyakit diare di Kota Batam tahun 2011.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

106

GAMBAR 4.28. PERKIRAAN DAN JUMLAH KASUS DIARE DITANGANI DI KOTA BATAM TAHUN 2011
203 200 % CAKUPAN DIARE DITEMUI & DITANGANI 3,000 2,500 2,000 1,500 89 1,000 500 0 SEI PANAS SEKUPANG B. PADANG S. PANCUR B. PERMAI SEI LEKOP BOTANIA T. SENGK 33 20 23 26 22 19 40 32 50 118 120 93 150 250

JUMLAH PENDERITA DIARE

100

SAMBAU

KASUS DITEMUI & DITANGANI LAKI-LAKI

KASUS DITANGANI PEREMPUAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Kejadian diare terbanyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Sei Lekop sebanyak 2250 kasus dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Botania sebanyak 304 kasus, sementara cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi di

Highest incidence of diarrhea was found in the work area Sei Lekop Health Center and the lowest total of 2250 cases in the work area as much as 304 cases Botania health center, while the scope of the invention and diarrhea heandling Galang highest in the health center were 203% of target. Controlling strategy diarrheal

Puskesmas Galang yakni 203% dari target. Strategi pengendalian penyakit

diare dilakukan dengan melibatkan kader kesehatan. Berbekal ilmu tentang

diseases carried out with the involvement of health cadre. Armed with knowledge about prevention and the prevention of diarrheal diseases and the availability of ORS in the cadre really help reduce cases of diarrhea in the community. Of the 15 272 cases of diarrhea were found in 2011 has done well heandling 100% by health personnel and health cadres.

penanggulangan dan pencegahan penyakit diare dan ketersediaan oralit pada kader sangat membantu menekan kasus diare dimasyarakat. Dari 15272 kasus diare yang ditemukan pada tahun 2011 telah dilakukan penanganan 100% baik oleh tenaga

kesehatan maupun kader kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BATU AJI

GALANG

BULANG

KABIL

L. BAJA

107

4.3.6. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KUSTA Program penanggulangan dan

4.3.6. PREVENTION AND CONTROL OF LEPROSY Control programs and control of leprosy in the city of Batam in the form of monitoring of leprosy patients undergoing treatment at health facilities and as many as 15 people in 2011 found no new cases. Efforts are being made now than continue to observe also conducted monitoring of new cases and monitoring treatment program for patients who reported regularly.

pengendalian penyakit kusta di Kota Batam berupa pemantauan penderita kusta yang menjalani pengobatan di sarana kesehatan sebanyak 15 orang dan pada tahun 2011 tidak ditemukan kasus baru. Upaya yang dilakukan saat ini selain terus mengamati terhadap kasus dan baru juga dilakukan program yang

pemantauan pengobatan

monitoring

terhadap

penderita

dilaporkan secara berkala. 4.4. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Program gizi masyarakat dilakukan secara komprehensif melalui upaya

4.4.

COMMUNITY

NUTRITION

IMPROVEMENT Community nutrition programs carried out in a comprehensive efforts manner in the through form of and

promotif dalam bentuk penyuluhan gizi, pembinaan dan pelatihan petugas maupun kader posyandu , upaya preventif dengan pemberian paket pertolongan gizi seperti pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, Pemantauan Pertumbuhan serta PMT

promotional nutritional

counseling,

coaching

training of officers and cadres posyandu, preventive efforts by providing nutritional aid package as giving high-dose vitamin A capsules, iron tablets delivery in pregnant women, Growth Monitoring and Recovery PMT; Curative and rehabilitative efforts to provide nutrition counseling and treatment in health centers and hospitals. program

Pemulihan; Upaya Kuratif dan rehabilitatif dengan memberikan konseling gizi serta perawatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Hasil pencapaian program gizi yang

Achievement

nutrition

dilaksanakan pada tahun 2011 dapat dillihat pada beberapa indikator seperti uraian berikut ini.

implemented in 2011 can be viewed on several indicators such as the following description.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

108

4.4.1. Pemantauan

pertumbuhan

4.4.1.

Growth

monitoring

and

early

dan perkembangan balita Balita merupakan aset bangsa,

childhood development Toddlers are assets of the nation, they continued in the hands of our beloved nation and country are at stake, for it is government policy, the role of private and all elements of society especially the attention of parents to nutrition and health care are needed. The toddler years are the golden period of human growth, at this time of rapid growth and development take place, for the monitoring of growth and

ditangan merekalah kelangsungan bangsa dan negara tercinta ini akan dipertaruhkan, untuk itu kebijakan pemerintah, peran swasta maupun seluruh elemen masyarakat khususnya perhatian orang tua terhadap gizi dan asuhan kesehatan sangat

diperlukan. Masa balita adalah masa emas pertumbuhan manusia, pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan

berlangsung pesat, untuk itu pemantauan tumbuh kembang balita menjadi pusat perhatian terutama program gizi. Upaya pemantauan yang tumbuh dilakukan kembang dalam balita

development of children into the limelight, especially nutrition program.

Efforts in monitoring the growth and development through activities IHC for baby that has spread all over the country. One of the IHC is doing the weighing of infants with Card Towards Healthy (KMS) as a means of recording and monitoring growth and development of children by age and weight. Here's an overview of activities in the toddler's growth posyandu

melalui kegiatan posyandu yang telah tersebar di seluruh pelosok negeri. Salah satu kegiatan Posyandu adalah melakukan penimbangan terhadap balita dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai alat pencatatan dan monitoring tumbuh kembang balita berdasarkan umur dan berat badan. Berikut kembang gambaran balita di

kegiatan posyandu

tumbuh

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

109

Gambar 4.29.

SKDN DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

140
120 100

124.902

90.046 63.994 56.779

80
60 40

20
0 S K D N

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Jumlah Balita di Kota Batam selama tahun 2011 diperkirakan sebesar 124.902 balita, sebanyak 90.046 (72,1%) telah terdaftar di Posyandu dan KMS. Dalam program mempunyai pemantauan

Number of Toddlers in Batam during the year 2011 is estimated at 124 902 children under five, as many as 90 046 (72.1%) were enrolled in integrated health and have a KMS. In infant growth monitoring program in integrated health indicator known as K / S. "K" is the number of registered and have a toddler who Towards Healthy cards while the "S" is the number of existing toddler which means that access to children in growth monitoring reached 72.1%. Of the 90 046 children under five are as much as 51.2% has been doing the weighing at least 8 times a year (D). 70.55% of infants who weighed as much as 94.96% gained weight (N).

pertumbuhan balita di Posyandu dikenal dengan indikator K/S. K merupakan Jumlah Balita yang terdaftar dan memiliki Kartu Menuju Sehat sedangkan S adalah jumlah Balita yang ada yang berarti bahwa akses balita dalam pemantauan

pertumbuhan mencapai 72,1 %. Dari 90.046 balita tersebut sebanyak 51,2% telah

melakukan penimbangan minimal 8 kali dalam setahun (D). Dari 70.55% balita yang ditimbang, sebanyak 94.96% mengalami peningkatan berat badan (N).

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

110

Dari gambaran diatas, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat terhadap kegiatan penimbangan balita di Posyandu sebesar 51,2 % .Disamping kerja keras petugas kesehatan, keaktifan kader, peran serta tokoh masyarakat maupun instansi terkait sangat penting guna mendorong orang tua balita agar selalu membawa

From the description above, it can be seen that the participation of children in integrated health activity by the weighing of 51.2%. In addition to the hard work of health workers, active cadre, the role of community leaders and agencies is essential in order to encourage parents to take with her toddler to the IHC .

anaknya ke Posyandu. 4.4.2. Pemberian MP. ASI pada anak usia miskin Pemberian MP. ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin merupakan upaya preventif yang bertujuan agar anak tetap mendapat asupan makanan yang mencukupi sesuai dengan kebutuhannya. Usia 6-24 bulan merupakan masa 6-24 bulan keluarga

4.4.2. The provision of MP. Breastfeeding in children aged 6-24 months of poor families The provision of MP. Breastfeeding in children aged 6-24 months in poor families are preventive measures that aim to keep the child gets an adequate intake of food according to his needs. 6-24 months of age is an important period of growth in one's life and at this time of increased need for nutritional intake and dietary changes, which if not offset by complementary feeding can affect the growth and

pertumbuhan yang penting dalam hidup seseorang dan pada masa ini kebutuhan asupan gizi meningkat serta terjadinya perubahan pola makan, yang apabila tidak diimbangi dengan makanan pendamping ASI dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya pemberian MP. ASI pada Balita usia 6-24 bulan dari keluarga miskin di tahun 2011 adalah (318 orang) 21,6%, terjadi peningkatan yang cukup tajam walaupun angka ini masih belum mencapai target. Makanan tambahan yang diberikan berupa roti biskuit yang didapatkan dari
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

development.

Efforts to provide MP. Toddler milk at age 6-24 months from a poor family in the year 2011 is (318 people) 21.6%, an increase is quite sharp, although this figure has yet to reach the target. Food additives are given in the form of bread biscuit derived from the

Menuju MDGs 2015

111

Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau dengan sumber dana APBD I Berikut gambaran distribusi

Riau Islands Provincial Health Office with a source of state funds from APBD I. The following picture of the

makanan pendamping ASI bagi anak usia 624 bulan dari keluarga miskin di Kota batam Tahun 2011.

distribution of complementary feeding for children aged 6-24 months from a poor family in the city of Batam Year 2011.

Gambar 4.30.

PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN MP. ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN KELUARGA MISKIN DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

140 120 100

90.38

100 90 80

PEMBERIAN MP. ASI GAKIN

70 60 50 40 37.29 29.41 30 20 14.61 2.53 2.45 7.03 2.70 2.96 3.47 3.72 10 0 KABIL SEKUPANG BULANG B. PADANG SAMBAU GALANG SEI PANAS B. PERMAI BOTANIA S. PANCUR SEI LEKOP T. SENGK L. BAJA BATU AJI

80 41.64 60 40 20 0 31.54

CAKUPAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

4.4.3. Perawatan balita gizi buruk Pada sebanyak356 tahun balita 2011 atau0.46% ditemui balita

4.4.3. Nursing toddler malnutrition In 2011 found as many as 356 children under five, or 0.46% had severe malnutrition (very thin) and all cases (100%) were treated according to standards. The results of epidemiological investigations is known that infants who experience

mengalami gizi buruk (kurus sekali) dan semua kasus (100%) telah ditangani sesuai standar. Hasil penyelidikan epidemiologi diketahui bahwa balita yang mengalami gizi Buruk / kurus sekali tidak sepenuhnya

nutritional Poor / very thin,

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

% CAKUPAN

57.50

112

karena

kurang

ketersediaan

makanan,

not entirely because of lack of availability of food, but more a result of a chronic disease that affects that affect food intake resulting in weight loss normal. Baby toddler malnutrition with clinical disorders have been taken care intensively at the Hospital and Toddlers do not have a clinical disorder outpatient clinic or monitoring by the officers.

tetapi lebih merupakan akibat dari penyakit kronis yang diderita asupan sehingga yang

mempengaruhi

makanan

berakibat balita kehilangan berat badan normal. Balita gizi buruk dengan gangguan klinis telah dilakukan perawatan secara intensif di Rumah Sakit dan Balita yang tidak mengalami gangguan klinis dilakukan rawat jalan atau pemantauan oleh petugas

puskesmas. Gambar 4.31. CAKUPAN PERAWATAN BALITA GIZI BURUK PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011.
120

107 93

100

80

68

60

44
40

20

5
0 B. PADANG

10 1
SEKUPANG T. SENGK

0
BULANG KABIL SAMBAU

3
L. BAJA S. PANCUR

9 1
GALANG

2
B. PERMAI
SEI PANAS

1
BOTANIA SEI LEKOP BATU AJI

GIZI BURUK LAKI-LAKI

GIZI BURUK PEREMPUAN

DITANGANI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

4.4.4. Cakupan Ekslusif

Pemberian

ASI

4.4.4. Coverage Exclusive Breastfeeding Exclusive breastfeeding is breastfeeding in infants aged 0-6 months without any other foods. The program aims to capitalize on optimal breastfeeding in addition to other benefits such
Menuju MDGs 2015
113

ASI ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan tanpa ada makanan pendamping lainnya. Program ini bertujuan untuk memanfaatkan ASI secara
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

optimal disamping keuntungan ASI lainnya seperti komposisi ASI yang sangat sesuai untuk bayi. Mudah dan murah. Cakupan ASI Ekslusif di Kota Batam masih cukup rendah (16.9 %) dibanding dengan target nasional (80%). Rendahnya cakupan ASI ekslusif, dimungkinkan karena masih rendahnya pengetahuan ibu-ibu

as the composition of breast milk breast milk is very suitable for babies. Easy and cheap. Coverage Exclusive breastfeeding in Batam is still quite low (16.9%) compared with the national target (80%). Low coverage of exclusive breastfeeding,

possible due to the low knowledge of mothers on the importance of breastfeeding toddlers in addition to the number of women workers in Batam are quite large, so has the potential of exclusive breastfeeding until the baby is not reached the age of 6 months. This number is calling us all good health, posyandu cadres, non-governmental organizations and all other components of society encourage increased use of breast milk for infants and strive for optimal health care facilities such as hospitals, health centers, maternity hospital and private practice midwives provide care baby to improve the program of Early Initiation of Breastfeeding.

balita akan pentingnya ASI disamping jumlah tenaga kerja wanita di Kota Batam yang cukup besar, sehingga mempunyai potensi pemberian ASI ekslusif tidak

mencapai usia bayi sampai 6 bulan. Angka ini menghimbau kita semua baik petugas kesehatan, swadaya kader posyandu, dan lembaga seluruh

masyarakat

komponen masyarakat lainnya mendorong peningkatan penggunaan ASI bagi bayi

secara optimal dan mengupayakan agar sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Rumah Bersalin dan Bidan Praktek Swasta memberikan pelayanan sayang bayi dengan meningkatkan program Inisiasi Menyusu Dini.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

114

Gambar 4.32.
900 BAYI DENGAN ASI EKSLUSFI 800 700 600 500 400 300 200 100 0 SEKUPANG 5.19 27.59

CAKUPAN ASI EKSLUSIF DI KOTA BATAM TAHUN 2011.


100 90 80 70 60 50 34.92 35.81 40 30 8.55 11.11 4.16 8.06 20 5.03 10 0 S. PANCUR B. PERMAI BOTANIA % CAKUPAN

19.37 11.14 9.49 9.86

18.56

BULANG

T. SENGK

SAMBAU

L. BAJA

KABIL

GALANG

B. PADANG

SEI PANAS

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Dari gambar diatas terlihat bahwa hanya Puskesmas Galang yang mencapai cakupan 80.8%, dan terendah di Puskesmas Sambau (0.6%). 4.4.5. Pemberian vitamin A dosis tinggi Pemberian vitamin A dosis tinggi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit rabun senja yang dapat berakhir pada kebutaan. Pemberian Vitamin A dosis tinggi dilakukan 2 kali dalan setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran utama adalah anak usia >6 bulan -5 tahun,pentingnya program ini karena

From the figure above shows that the only health center that Galang achievement

80.8%, and lowest in Sambau health centers (0.6%). 4.4.5 Giving high doses of vitamin A Giving high doses of vitamin A is the prevention of night blindness disease that may lead to blindness. Giving high doses of Vitamin A performed two times a role in a year ie in February and August with the main target is children aged> 6 months -5 years, the importance of this program because the estimated requirement for vitamin at this age are not being met only from the food you eat, for it suplement

diperkirakan kebutuhan akan vitamin pada usia ini tidak terpenuhi hanya dari makanan yang dimakan, untuk itu perlu diberikan
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

BATU AJI

115

suplemen vitamin A secara berkala hingga anak usia 5 tahun. Indikator keberhasilan program ini dilihat dari cakupan pemberian vitamin A sebanyak 2 kali pada anak balita. Di Kota Batam cakupan pemberian vitamin A 2 kali adalah 66.68%. Gambar 4.33.

vitamin

should

be

given

periodically to children aged 5 years. Indicators of program success is seen in the coverage of vitamin A 2 times in children under five. In Batam coverage of vitamin A 2 times is 66.68%.

PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

14,000 12,000

100 90

BALITA MENDAPAT VIT. A DOSIS TINGGI

80 10,000 8,000 6,000 28.82 4,000 2,000 10 0 SEKUPANG S. PANCUR B.PADANG B. PERMAI BOTANIA T.SENGK KABIL BULANG SAMBAU L. BAJA GALANG SEI PANAS SEI LEKOP BATU AJI 0 21.67 30 20 66.01 52.86 55.32 59.81 49.46 39.08 68.93 62.73 57.14 49.61 52.17 68.15 % C AKUPAN 70 60 50

40

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

% CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Dibanding target yang diharapkan (80%), cakupan tahun 2011 belum

Compared to the expected target (80%), coverage by 2011 has not achieved as expected. Increase efforts is on health promotion and program administration of high doses of vitamin A in infants and improve the performance of integrated health cadres.

mencapai seperti yang diharapkan. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan

promosi kesehatan dan tentang program pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita dan meningkatkan kinerja kader Posyandu.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

116

4.4.6. Pemberian tablet FE Tablet Fe atau tablet zat besi diperlukan pada setiap orang terutama ibu hamil, karena proses kehamilan akan menyebabkan perubahan fisiologis maupun metabolisme tubuh yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap ferum. Untuk itu pemberian tablet FE bertujuan mencegah kejadian anemia pada ibu hamil agar ibu dapat menjalani proses kehamilan persalinan dan nifas dengan baik dan melahirkan anak yang sehat. Pemberian tablet FE pada ibu hamil dianjurkan minimal 90 tablet selama kehamilan dan ini menjadi indikator keberhasilan program pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Pada gambar dibawah terlihat

4.4.6. Giving tablets FE Iron tablets or iron tablets required for everyone, especially pregnant women, because of the pregnancy would cause physiological and metabolic changes that impact on the growing need for ferum. For the tablet FE provision aimed at preventing the incidence of anemia in pregnant women so that women can undergo the process of pregnancy and childbirth well and gave birth to healthy children. FE provision tablets in pregnant women is recommended at least 90 tablets during pregnancy and is a indicator of success in a program providing iron tablets for pregnant women.

Visible in the image below target, the range of FE 1 (30 tablets) and the coverage of Fe 3 tablets (90 tablets).

sasaran, cakupan FE 1 (30 tablet ) dan cakupan tablet Fe 3 (90 tablet).

Gambar 4.34.

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET FE PADA IBU HAMIL DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

4500 4000 3500 PEMEBRIAN FE 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 B. PADANG 61.55

89.22 90.21

87.65 74.70 64.06

89.07

89.02 73.19
76.49 82.51

89.28

100

84.12

90 80 60 % CAKUPAN 70

45.13

50 40 30 20 10 0

SEKUPAN G

BULANG

S. PANCUR

SEI PANAS B. PERMAI

KABIL

GALANG

BOTANIA

T. SENGK

SAMBAU

L. BAJA

SEI LEKOP

FE 1

FE 3

% FE 3

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

BATU AJI

117

4.5.

PROGRAM IMUNISASI Program imunisasi hingga saat ini

4.5.

IMMUNIZATION PROGRAM The immunization program is still be

masih

menjadi

program

primadona

the belle of the health program. This program is a preventive program to control diseases that are such pertussis, preventable as by

kesehatan. Progam ini merupakan program preventif untuk mengendalikan penyakitpenyakit yang yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tuberculosis, difteri,

immunization diphtheria,

tuberculosis, polio,

tetanus,

pertusis, tetanus, polio, hepatitis B dan campak. Beberapa indikator keberhasilan imunisasi dapat dilihat dari cakupan

hepatitis B and measles. Some indicators of success can be seen from the immunization coverage of immunization and

imunisasi berdasarkan jenis imunisasi dan sasarannya, seperti uraian dibawah ini.

immunization base on target species, such as the description below.

4.5.1. Cakupan Imunisasi Dasar

4.5.1. Basic Immunization Coverage

Gambar 4.35.

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 83.86

106

108 92 69

120 100 80 60 40 20 0

BCG

DPT1+HB1
LAKI-LAKI

DPT3+HB3
PEREMPUAN

POLIO 3

CAMPAK

% CAKUPAN

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Cakupan

imunisasi

dasar

pada

Basic immunization coverage in general has reached the target, even of 100%, can be said that the goal of immunization is taken based on the estimated number of infants from the population,
Menuju MDGs 2015
118

umumnya telah mencapai target, bahkan telah dari 100%, dapat disampaikan bahwa sasaran imunisasi diambil berdasarkan

estimasi jumlah bayi dari jumlah penduduk,


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

dan pada kenyataannya angka kelahiran atau jumlah bayi lebih dari yang

and in fact the birth rate or the number of babies more than expected so that the basic immunization coverage over the target. Basic immunization in 2011, an increase from the previous year. This illustrates the awareness and behavior of society to protect children from diseases preventable by immunization.

diperkirakan sehingga cakupan imunisasi dasar melebihi target. Pemberian imunisasi dasar pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan kesadaran dan perilaku masyarakat untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4.5.2. CAKUPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID Imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah penyakit tetanus yang dapat menyerang semua orang, terutama ibu dalam proses persalinan dan nifas akibat terkontaminasi oleh kuman tetanus. Upaya pencegahan yang dilakukan salah satu nya adalah dengan memberikan imunisasi TT pada ibu hamil dan Wanita Usia Subur.

4.5.2. IMMUNIZATION COVERAGE TETANUS TOXIUS Tetanus Toxoid immunization to prevent tetanus disease that can affect all people, especially mothers in labor and childbirth due to contamination by tetanus bacteria. Prevention efforts by one of them is by providing TT immunization to pregnant women and women of childbearing age.

Gambar 4.36.

CAKUPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID BUMIL DI KOTA BATAM TAHUN 2011.


20,000 100 80 62 57 60 40 5,000 7 0 TT 1 TT 2 TT 3 CAKUPAN TT 4 TT 5 5 5 20 0

15,000

10,000

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

119

Imunisasi Tetanus Toxoid dapat diberikan pada ibu hamil selama kehamilan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 4 minggu. Pada tahun 2011 persentase ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT 1 sebanyak 43.5% dan yang mendapat TT2 36.1%. Imunisasi TT dapat diteruskan menjadi TT3 setelah 6 bulan berikutnya dan TT4, TT5 dengan interval masing-masing 1 tahun demikian juga pada wanita usia subur, apabila telah lengkap sebanyak 5 kali dengan booster yang dapat ditetapkan maka kekebalan terhadap tetanus dapat dipatenkan seumur hidup. Sementara cakupan TT pada WUS masih sangat kecil, kemungkinan sosialisasi tentang imunisasi TT pada WUS masih kurang, sehingga rendahnya akses WUS untuk mendapat imuniasi TT. Hal ini menjadi tugas kita, terutama dalam still

Tetanus Toxoid immunization can be given to pregnant women during pregnancy as much as 2 times with a minimum interval of 4 weeks. In 2011 the percentage of pregnant women who had received TT immunization a total of 43.5% and 36.1% who received TT2. TT

immunization can be forwarded after the next 6 months TT3 and TT4, TT5 with intervals of one year each as well as in women of childbearing age, when it is complete as much as 5 times with a booster that can set the immunity against tetanus can be patented for life. While the coverage of TT on WUS is very small, the possibility of

dissemination of TT immunization in WUS is still lacking, so the low access to get imuniasi TT WUS. It is our duty, especially in improving the knowledge of WUS through health promotion. 4.5.3. SCHOOL CHILD IMMUNIZATION

meningkatkan pengetahuan WUS melalui promosi kesehatan. 4.5.3. CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH Anak pada usia sekolah masih menjadi target dan sasaran program

COVERAGE Children at school age are still targeted and targeted immunization

imunisasi dengan jenis imunisasi Difteri Tetanus (DT) dan campak pada anak kelas 1 SD, Tetanus Difteri (Td) pada anak kelas 2 dan 3 SD dengan harapan generasi penerus bangsa ini mempunyai benteng pertahanan tubuh yang optimal menghadapi penyakit tersebut.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

program with the type of diphtheria tetanus immunization (DT) and measles in children 1st grade, Tetanus Diphtheria (Td) in grades 2 and 3 SD in the hope of the future generation has a body defenses optimal face of the disease.

Menuju MDGs 2015

120

Program

imunisasi

di

sekolah

Immunization program at the school known as BIAS School Children Immunization Month in the primary school level with measles immunization program in first grade elementary school children. The results obtained from immunization

dikenal dengan BIAS yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah pada tingkat sekolah dasar dengan program pemberian imunisasi

campak pada anak kelas I SD. Hasil yang dicapai dari kegiatan program imunisasi dengan sasaran anak sekolah di Kota Batam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

activities targeting school children in Batam can be seen in the picture below.

Gambar 4.37. PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DT, Td & CAMPAK ANAK SEKOLAH DI KOTA BATAM TAHUN 2011

100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 DT KELAS I CAMPAK KELAS I Td KELAS 2 Td KELAS 3 90.4 87.2 87.7 89.8

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) jumlah sasaran anak kelas I sebanyak 21.005 siswa, kelas II berjumlah 19.99 siswa dan 17.417 siswa kelas III. Dari gambar diatas

School

Children

Immunization

Month (BIAS) was undertaken in October 2011 with the target number of children as much as 21 005 students class I, class II amounted to 19.99 students and 17 417 students in grade III. From the figure above compares with the target, BIAS has not reached the target coverage (98%), this is due to lack of participation of parents, parents do not allow their children to be immunized, especially at private schools.
Menuju MDGs 2015
121

membandingkan dengan target, cakupan BIAS belum mencapai target (98%), hal ini disebabkan kurangnya partisipasi orangtua, orangtua murid tidak mengizinkan anaknya untuk diberi imunisasi, terutama di sekolahsekolah swasta.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

4.5.4. CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari

4.5.4. SCOPE OF THE VILLAGE / WARD UCI One indicator of the success of the immunization program can be seen from the coverage of rural / village Universal Child Immunization (UCI) with a percentage of basic immunization coverage of at least 85%. The year 2011 target is 80% rural / village UCI and in the year 2015 is expected to 100% villages / village Batam in 2011 reached 51.56% and urban neighborhoods to achieve UCI, this figure requires us all to work hard to improve the coverage of the plenary administrative UCI in 2014 as an effort in realizing the commitments in the MDGs.

cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan persentase cakupan imunisasi dasar minimal 85%. Adapun target yang tahun 2011 adalah 80% desa/kelurahan UCI dan ditahun 2015 diharapkan 100% desa/kelurahan Tahun 2011 Kota Batam baru mencapai 51.56% kelurahan yang mencapai UCI, angka ini menuntut kerja keras kita semua untuk dapat meningkatkan cakupan kelurahan UCI secara paripurna di tahun 2014 sebagai upaya dalam mewujudkan komitmen dalam MDGs. Melihat cakupan UCI tahun 2009 adalah 85%, angka ini tidak dapat dijadikan bahan perbandingan karena tahun 2011 terjadi perubahan definisi desa/kelurahan UCi dalam cakupan dan kriteria imunisasi.

Given the scope UCI in 2009 was 85%, this figure can not be used as a comparison because of 2011 changes the definition of rural / village UCI in

immunization coverage and criteria.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

122

Gambar 4.38.

CAKUPAN KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION DI KOTA BATAM TAHUN 2011.


% CAKUPAN KELURAHAN UCI

10 JUMLAH KELURAHAN 8 6 4 2 0
67

100 86

100 100 83 80 75

100 100 100 83

100

100 80 60

25

40 20 0

SEKUPANG

BULANG

B. PERMAI

T. SENGK

S. PANAS

BOTANIA

SAMBAU

S. LEKOP

GALANG

KABIL

JUMLAH KELURAHAN

S. PANCUR

L. BAJA

B. PAD

KELURAHAN UCI

Sumber : Bidang P2P & PL Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

4.6.

USAHA KESEHATAN SEKOLAH Pelayanan kesehatan sekolah

4.6

BUSINESS SCHOOL HEALTH School health services are health

adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan di sekolah dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif untuk masyarakat sekolah dan lingkungannya baik mandiri maupun kegiatan lintas sektor. Beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari usaha kesehatan sekolah adalah penjaringan kesehatan bagi anak kelas 1 SD dan setingkat, yang bertujuan untuk

services that are performed in schools by giving priority to promotive and preventive health measures for the school community and the environment both independently and cross-sector activities. Some activities that are part of the business school health care for children is netting the 1st grade and level, which aims to recruit children who have health problems, both general health, personal hygiene and dental health through oral health screening and health promotion . This program is one indicator of health in the minimum service standards of primary health care with

menjaring anak-anak yang

mempunyai

masalah kesehatan, baik kesehatan secara umum, personal hygiene dan kesehatan gigi mulut melalui pemeriksaan kesehatan dan melakukan promosi kesehatan. Program ini merupakan salah satu indikator standar Pelayanan Minimal Kesehatan dalam

pelayanan kesehatan dasar dengan target

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

B. AJI

123

100% anak kelas 1 SD dan setingkat mendapat pelayanan kesehatan

a target of 100% of children in 1st grade and level of health services as intended.

sebagaimana dimaksud. Kegiatan upaya penjaringan Activities for child health efforts to crawl the 1st grade and the level of 2011 in Batam is 92.7%, with the distribution of coverage by health center working area as shown below

kesehatan bagi anak kelas 1 SD dan setingkat tahun 2011 di Kota Batam adalah 92.7%, dengan distribusi cakupan menurut wilayah kerja Puskesmas seperti gambar dibawah ini. Gambar 4.39.

PERSENTASE PENJARINGAN SISWA SD & SETINGKAT PER PUSKESMAS DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

100

3,500 3,000 JUMLAH MURID 2,500 2,000


89.94

96.65

100 98.18

97.05 94.86

100

98.36 81.07 89.84 91.12

98.15

91.07

1,500
1,000 500 0 KABIL SEKUPANG B.PADANG

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 BATU AJI

S.PANCUR

SAMBAU

GALANG

B. PERMAI

BOTANIA

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

SEI PANAS

%CAKUPAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Adapun pelayanan

cakupan sekolah

kegiatan lainnya

The scope of activities of other school health services as nutritional Activities Business School (UKGS) in more detail, can be seen in the chart below

kesehatan

seperti Usaha Kegiatan Gizi Sekolah (UKGS) lebih rinci, dapat dilihat pada grafik berikut ini

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

T. SENGK

BULANG

L. BAJA

% CAKUPAN

124

Gambar 4.40.

CAKUPAN KEGIATAN UKGS DI SD/MI DI KOTA BATAM TAHUN 2011.

80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0

72701

31098 17267 6850

PEREMPUAN LAKI-LAKI

JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA

PERLU PERAWATAN

MENDAPAT PERAWATAN

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

4.7.

UPAYA

KESEHATAN

BERBASIS

4.7

COMMUNITY-BASED HEALTH EFFORTS (UKBM)

MASYARAKAT (UKBM) Upaya Masyarakat pembangunan memanfaatkan Kesehatan merupakan kesehatan Berbasis strategi dengan are

Community-Based Health Efforts health development strategy by

potensi yang ada di

exploiting the potential that exists in society ranging from individuals, families, groups and communities. Community-based health improvement is a form of advocacy by utilizing existing resources in both public facilities and human resources. Some community-based health efforts have been made in Batam year are:

masyarakat mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya

kesehatan berbasis masyarakat merupakan bentuk advokasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam masyarakat baik sarana maupun sumber daya manusia. Beberapa upaya kesehatan berbasis

masyarakat yang telah dilakukan di Kota Batam tahun adalah : 4.7.1. POSYANDU Posyandu merupakan perpanjangan program kesehatan yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat melalui kader dengan kata lain Posyandu dari, oleh 4.7.1. POSYANDU IHC is an extension of the health program of self-governing by the people through a cadre of IHC in other words, the community and to society. IHC has five main programs, namely maternal and child health, family planning, Imuniasasi,
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

125

masyarakat

dan

untuk

masyarakat.

Nutrition and the Prevention of diarrhea. The presence of IHC in both the number, distribution and service quality is the success of health efforts. In 2011 the number of IHC has reached 332 from 319 in 2010 posyandu are scattered throughout the territory of the city of Batam.

Posyandu mempunyai 5 program pokok yaitu Kesehatan ibu dan anak, KB,

Imuniasasi, Gizi dan Penanggulangan diare. Keberadaan Posyandu baik dalam jumlah, penyebaran dan kualitas pelayanan sangat menunjang keberhasilan upaya kesehatan. Tahun 2011 jumlah Posyandu telah

mencapai 332 dari 319 posyandu di tahun 2010 yang tersebar diseluruh wilayah Kota Batam. Gambar 4.41. JUMLAH POSYANDU PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011
40 35 30 25 28 24 19 16 13 13 15 12 37 31 27 33 34 30

20
15 10 5 0 SEKUPANG B. PADANG

BULANG

T. SENGK

SAMBAU

GALANG

KABIL

BOTANIA

S. PANCUR

B. PERMAI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Posyandu tidak hanya dilihat dari kwantitasnya saja, akan tetapi mencakup kualitas pelayanan Posyandu yang disusun berdasarkan beberapa kriteria antara lain frekwensi kegiatan, jumlah kader

IHC quantity not only seen, but also include quality integrated health service which is based on several criteria such as frequency of activity, the number of active health worker, the type of service provided and the additional health programs such as

kesehatan yang aktif, jenis pelayanan yang

SEI PANAS

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

BATU AJI

L. BAJA

126

diberikan

dan

program

kesehatan

health funds. IHC is divided into four strata, namely an independent, full, associate and pratama. IHC Mandiri is conducting at least 8 times a year with quantity cadre of more than 5 people, principal program coverage> 50%, the additional program coached young children families, elderly, P2. Malaria, P2. AIDs, P2. Dengue and other health funds as well as coverage of> 50%. While IHC Purnama as Independent unless the soundness of financial coverage <50%. Associate IHC health funds in addition to coverage of <50%, coverage of the program is also <50% and has no additional programming. For IHC Primary frequency activities <8 times a year by the amount of cadre <5 the program coverage <50% and no additional program funds health coverage <50%.

tambahan seperti dana sehat. Strata Posyandu terbagi 4, yaitu mandiri,

purnama, madya dan pratama. Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang

melaksanakan kegiatan minimal 8 kali dalam setahun dengan jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan program pokok > 50%, adanya program tambahan berupa bina keluarga balita, Lansia, P2. Malaria, P2. AIDs, P2. DBD dan lain-lain serta cakupan dana sehat > 50%. Sementara Posyandu Purnama sama seperti Posyandu Mandiri kecuali cakupan dana sehatnya < 50%. Posyandu Madya selain cakupan dana sehat < 50%, cakupan program juga < 50% serta tidak mempunyai Posyandu program Pratama

tambahan.

Untuk

frekwensi kegiatan Posyandu < 8 kali dalam setahun dengan jumlah kader < 5 orang cakupan program < 50% tidak ada program tambahan dan cakupan dana sehat < 50%.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

127

Gambar 4.42.

PROPORSI POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA BATAM TAHUN 2011


6.02

8.73

23.80

61.45

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011.

Di Kota Batam dari 332 posyandu berdasarkan strata posyandu didapatkan posyandu mandiri 6.02%, posyandu

In Batam from 332 IHC strata obtained by independent IHC 6:02%, 23.8% IHC full, associate IHC 61.45%, and 8.73% IHC pratama. National targets, for IHC

purnama 23.8%, posyandu madya 61.45%, dan posyandu pratama 8.73%. Target nasional, untuk Posyandu mandiri/purnama adalah 40%. Proporsi strata posyandu masih belum mencapai target yang diharapkan. 4.7.2. DESA SIAGA AKTIF Desa siaga aktif telah dicanangkan sejak tahun 2006, dan merupakan salah satu indikator SPM Kesehatan dalam bentuk UKBM. Desa siaga adalah desa/kelurahan yang selalu siaga terhadap masalah

standalone / full moon is 40%. Proportion IHC strata has yet to reach their intended target, 4.7.2. VILLAGE ON ALERT Active standby village has been declared since 2006, and is one indicator of health in the form UKBM SPM. Standby is a rural village / village is always alert to the health problems both physical and human resources. Some of the criteria for active standby villages are: 1. forum for the existence of idle village. 2. The existence of village cadres Standby / Cadre for Community Empowerment (KPM)

kesehatan baik secara fisik maupun sumber daya manusianya. Beberapa kriteria desa siaga aktif adalah : 1. Adanya Forum komunikasi Desa siaga. 2. Adanya Kader Desa Siaga/Kader

Pemberdayaan Masyarakat (KPM)


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

128

3. Pelayanan kesehatan dasar 4. Adanya Upaya Kesehatan Berbasis

3.

Basic

health

services

4. The existence of Community Based Health Efforts (UKBM) 5. The existence of idle resources Village operasioanal 6. The existence of civil society participation in the activities of the Village of standby 7. There is support for a healthy life in the form of written rules of the headman 8. The existence of fostering domestic air Clean and Healthy Behavior (PHBs). The presentation of the active standby village seen in the picture below

Masyarakat (UKBM) 5. Adanya sumber dana operasioanal Desa siaga 6. Adanya keikutsertaan organisasi

masyarakat dalam kegiatan Desa siaga 7. Adanya dukungan untuk hidup sehat dalam bentuk aturan tertulis dari lurah 8. Adanya Pembinaan rumah tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Adapun presentasi desa siaga aktif terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.43.

PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011
100 100 100 100 100 100 100 100

8
JUMLAH KELURAHAN

7 6
5 4 3 2 1 0 GALANG SEKUPANG 29

80 50 50 50 50 40
40 20 0

50

60

BOTANIA

SAMBAU

BULANG

S. PANCUR

B. PADANG

DESA SIAGA

DESA SIAGA AKTIF

SEI PANAS

% DESA SIAGA AKTIF

Sumber : Bidang Promkes & Kesga Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

SEI LEKOP

B PERMAI

T. SENGK

BATU AJI

KABIL

L. BAJA

% CAKUPAN

129

Tahun 2011 persentase Desa Siaga Aktif adalah 70% (45 dari 64 kelurahan). Keberadaan Desa Siaga Aktif pada tahun 2015 diharapkan telah mencapai 80% guna memenuhi kesepakatan negara Indonesia dalam komitmen international (MDGs), hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah terutama masyarakat Kota Batam untuk lebih meningkatkan perhatian dan

In 2011 the percentage of Active Alert Village is 70% (45 of 64 villages). Active Standby village existence in 2015 is expected to have reached an agreement to meet the 80% of Indonesia in international commitments (MDGs), it is becoming a challenge for the government, especially the people of Batam to further increase the attention and cooperation in improving the coverage of villages into rural / urban villages active standby .

kerjasamanya dalam meningkatkan cakupan kelurahan menjadi desa/kelurahan siaga aktif.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

130

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN KOTA BATAM

CHAPTER V HEALTH RESOURCES SITUATION CITY BATAM

Pembangunan berpihak memenuhi pada hak

kesehatan dalam manusia kesehatan

selalu upaya untuk yang

Health development is always siding with the people in an effort to fulfill the human rights to get the health status of the highest. Facing the challenges of the globalization strategy requires health

rakyat azazi

mendapatkan

derajat

setinggi-tingginya. Menghadapi tantangan arus globalisasi menuntut strategi upaya kesehatan yang sesuai dengan

measures in accordance with the times. Setting a good strategy in the health program, structuring the provision of health infrastructure is needed.

perkembangan zaman. Pengaturan strategi baik dalam bentuk program kesehatan, penataan dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat diperlukan. Kota Batam sebagai daerah

Batam

island

as

region,

kepulauan, perkembangan demografi serta daerah yang cukup pesat dalam

demographic developments and the area rapidly enough in demanding construction and arrangement of the infrastructure to meet the needs of society in all fields including the health sector. Answering the challenge of change, one of the strategies in the health sector is to improve the health infrastructure both quality and quantity of health development to realize the vision of "Healthy and Independent Communities Batam."

pembangunan menuntut penataan wilayah serta infrastruktur guna pemenuhan

kebutuhan masyarakat di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Menjawab tantangan perubahan yang terjadi, salah satu strategi di bidang kesehatan adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan baik kualitas maupun kuantitas untuk mewujudkan visi pembangunan

kesehatan yakni Masyarakat Batam Sehat Dan Mandiri. Kondisi geografis Kota Batam yang terdiri dari wilayah kepulauan menjadi Batam consists geographical condition which

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

131

tantangan tersendiri dalam pembangunan kesehatan sarana terutama dalam dan prasarana sarana pengadaan kesehatan. harus

of the islands is a challenge in health development, especially in the provision of health infrastructure. Provision of health facilities should be in synergy with the provision of infrastructure, especially health human resources in accordance with

Penyediaan

kesehatan

bersinergi dengan pengadaan prasarana terutama sumber daya manusia kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Kesehatan selaku koordinator

community needs. For the Batam City Government through the Department of Health as coordinator of health

pembangunan kesehatan di Kota Batam menyusun rencana kebutuhan sumber daya manusia kesehatan dengan harapan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan

development in Batam to plan human resource needs of health in hopes to achieve the goals of public health degree Batam highest

masyarakat Kota Batam yang setinggitingginya 5.1. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan sebagai salah satu komponen penting dalam 5.1. HEALTH FACILITIES Health facilities as one important component in the implementation of health development, to the distribution of health facilities in accordance with the needs of a very important consideration both from access to financial and geographical

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, untuk itu pendistribusian sarana kesehatan sesuai dengan kebutuhan sangat penting dipertimbangkan baik dari akses secara finansial maupun jangkauan secara

coverage and quantity of health facilities based on population to ensure equal distribution of health services in the hope of efficient healthcare facilities , appropriate and effective manner.

geografis dan kwantitas sarana kesehatan berdasarkan jumlah penduduk dalam

rangka pemerataan pelayanan kesehatan dengan harapan sarana kesehatan berdaya guna, tepat guna dan berhasil guna. Jika dibandingkan jumlah sarana kesehatan pemerintah seperti rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas pembantu,

When

compared health

to

the

number such

of as

government

facilities

hospitals, health centers, health center attendants, health centers around both land
Menuju MDGs 2015
132

Puskesmas keliling baik darat dan laut yang


Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

ada dengan jumlah penduduk Kota Batam 1.056.7015 jiwa secara kwantitas belum memadai, namun demikian keberadaan sarana kesehatan swasta seperti rumah sakit swasta, balai pengobatan, rumah bersalin, bidan praktek swasta sangat mendukung dalam pemenuhan fasilitas kesehatan di Kota Batam. 5.1.1. Sarana Kesehatan Pemerintah Sarana kesehatan pemerintah

and sea that exist with a population of Batam City 1.056.7015 soul is not yet sufficient quantity, however, the existence of private health facilities such as private hospitals, clinics , maternity hospitals, midwives in private practice is very

supportive in meeting the health facilities in Batam. 5.1.1. Government Health Facilities Government health facilities are facilities built by the government and the local government assets. Some government health facilities in the form of hospitals, health centers, health center aide, Polindes, health centers around the sea and land, with the distribution and development in the sub-districts in 2011, can be seen in the table below.

merupakan sarana yang dibangun oleh pemerintah pemerintah dan daerah. merupakan Beberapa aset sarana

kesehatan pemerintah berupa rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Polindes, Puskesmas keliling laut dan darat, dengan distribusi dan perkembangannya dalam wilayah kecamatan tahun 2011, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.1

JUMLAH SARANA KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DI KOTA BATAM TAHUN 2011

JENIS SARANA/ KECAMATAN BENGKONG BATU AMPAR BEL. PADANG LUBUK BAJA GALANG BULANG SEKUPANG BATU AJI BATAM KOTA SEI BEDUK SAGULUNG NONGSA JUMLAH

Rumah sakit 1 1 2

Puskesmas 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 14

Pustu 2 2 5 1 9 7 6 4 3 3 3 5 50

Polindes 1 5 14 3 2 1 2 2 30

Puskel Laut 6 2 4 1 13

Puskel Darat 1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 3 19

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

133

Puskesmas dan jejaringannya merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan dari sarana pelayanan kesehatan dasar. Keberadaan sarana kesehatan ini sangat membantu masyarakat Kota Batam dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.

Health centers and network a basic health service and the hospital is a referral health facilities of primary health care facilities. The existence of health facilities is very helpful for the people of Batam in the health services as needed.

5.1.2. Private Health Facilities. 5.1.2. Sarana Kesehatan Swasta. Private Health Facility is a nonSarana Kesehatan Swasta adalah sarana kesehatan non pemerintah, yang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, Balai Pengobatan, Praktek Dokter, Bidan Praktek Swasta, Apotik, Toko Obat dan Pedagang Besar Farmasi. governmental health facilities, which consist of the General Hospital, Specialty Hospitals, Clinics, Physician Practice, Private Practice Midwives, Pharmacies, Drug Stores and Large Pharmacy. The existence of private health facilities can be seen in the table below.

Keberadaan sarana kesehatan swasta dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.2

DISTRIBUSI SARANA KESEHATAN SWASTA PER KECAMATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011

RS. Khusus

RS. Umum

Toko Obat

Rumah Bersalin

BP/Klinik

Apotik

JENIS SARANA/ KECAMATAN

BEL. PADANG BULANG GALANG SEI BEDUK NONGSA SEKUPANG LUBUK BAJA BATU AMPAR BATAM KOTA SAGULUNG BATU AJI BENGKONG JUMLAH

0 0 0 1 0 0 3 1 0 0 1 0 6

0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 2 0 6

0 0 0 2 3 5 7 3 13 5 13 10 61

0 0 0 23 13 11 30 16 34 14 25 14 180

0 0 0 5 1 7 27 8 34 5 18 6 111

3 0 0 1 5 10 18 4 17 9 10 8 85

12 4 12 0 1 1 30

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan & Farmamin Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

PBF 0 0 0 0 0 0

134

5.2.

TENAGA KESEHATAN Tenaga kesehatan adalah semua

5.2.

HEALTH Health workers are all people who

orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan,

work actively and health professionals, health or no formal education, which for certain types of health requires effort. The success of health development is strongly influenced by the quality of human

berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. kesehatan oleh mutu sumber Keberhasilan sangat daya

pembangunan dipengaruhi

resources (HR) health role as a thinker, planner and implementer health

manusia (SDM) kesehatan yang berperan sebagai pemikir, perencana dan pelaksana pembangunan kesehatan. Tenaga kekuatan dan kesehatan modal merupakan dasar dalam

development.

Health personnel is a strength and capital base in the areas of health development, which acts as a motor, motivator, advokator health programs and carry out health services in accordance with community needs. Quantity, quality and distribution in accordance with the

pembangunan dibidang kesehatan, yang berperan advokator sebagai program motor, motivator, dan

kesehatan

melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kuantitas, kualitas serta distribusi sesuai dengan formasi kebutuhan merupakan salah satu strategi yang harus dipertimbangkan untuk pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna. Sejalan dengan tujuan

formation is one strategy needs to be considered for the development of efficient and effective manner.

In

line

with

the

vision

of

pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu sumber daya manusia di berbagai sektor termasuk sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan).

development goals of health and welfare, the government has beside basic pattern of development is the quality of human resource development in various sectors including health human resources (HR Health).

Pembangunan mutu sumber

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

135

daya

manusia

kesehatan

meliputi

Development of quality human resources include health care demand planning, distribution, improving education and

perencanaan kebutuhan, pendistribusian, peningkatan pendidikan, dan pelatihan, secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Batam baik pemerintah berjumlah 2867 maupun orang

training, in an integrated and mutually supportive to achieve the level of public health as high. Number of health workers in Batam both government and private / independent amounted to 2867 people with the following details:

swasta/mandiri

dengan rincian sebagai berikut : Tabel 5.3

JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI KOTA BATAM TAHUN 2011 STATUS PEMERINTAH 40 212 44 213 497 52 10 47 25 5 2 SWASTA 75 374 76 324 710 64 27 23 39 8 0 1720 JUMLAH 115 586 120 537 1207 116 37 70 64 13 2 2867

JENIS TENAGA Dokter Spesialis Dokter umum Dokter Gigi Bidan Perawat Farmasi Gizi Kesehatan masyarakat Sanitasi Teknisi medis Fisoterapi JUMLAH

1147

Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011

Pendayagunaan manusia bertujuan

sumber untuk

daya

Utilization of human resources to meet the needs of the community for objective loss of credit for health services that are generally designed in the form of the ratio of health personnel.

memenuhi

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang secara umum dirancang dalam bentuk rasio tenaga kesehatan. Rasio

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

136

tenaga kesehatan adalah kwantitas tenaga kesehatan sesuai dengan jenis

The ratio of health workers is the quantity of health personnel in accordance with the type meanpower compared with 100,000 inhabitant In Batam some kind of health personnel ratio is adequate availability of health personnel, but there are some workers who are not yet sufficient quantity, to be more clearly seen in the picture below.

ketenagaannya dibanding dengan 100.000 jiwa penduduk. Di Kota Batam beberapa jenis tenaga kesehatan tenaga dengan kesehatan rasio telah

ketersediaan

memadai, namun ada beberapa tenaga yang secara kuantitas belum mencukupi, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1.
1400

RASIO TENAGA KESEHATAN DIKOTA BATAM TAHUN 2011


160.0 140.0 120.0 100.0 80.0 Sanitarian Ketrampilan Fisik 60.0 40.0 20.0
3.4 4.7 3.8 6.2 0.2

1200

1000 JUMLAH TENAGA


106.6

dr. Umum

800

600 dr. Spesialis

Kesmas

53.9

Apoteker

dr. Gigi

400

Perawat

45.1

200

10.9

11.0

11.5

0
LAKI-LAKI PEREMPUAN RASIO TENAGA

Teknisi Medis

Gizi

0.0
STANDAR RASIO

Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan Kota Batam, Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

RASIO TENAGA PER 100.000 PENDUDUK

Bidan

137

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa tenaga media pada umumnya telah memenuhi rasio ketenagaan secara standar, hal ini didukung dengan adanya tenaga kesehatan seperti swasta. telah Tenaga paramedis target

Based on the above picture, it appears that media personnel in general fulfill workforce ratio by default, it is supported by the private health care. Paramedical personnel such as midwives have met the standards of the target ratio of energy, but for health worker not yet sufficient. The presence of medical support personnel only personnel who have met the pharmacy workforce according to the ratio of the standard ratios, while others such as labor force nutrition, public health experts, sanitary, medical technicians and physical skills do not meet the standard ratio of workforce.

bidan

memenuhi

standar rasio ketenagaan, namun untuk tenaga perawat masih belum mencukupi. Keberadaan tenaga penunjang medis hanya tenaga farmasi yang telah memenuhi rasio ketenagaan sesuai standar rasio, sementara tenaga lainnya seperti tenaga gizi, ahli kesehatan masyarakat, sanitarian, teknisi medis dan ketrampilan fisik belum

memenuhi standar rasio ketenagaan. Selain rasio tenaga ketenagaan, kesehatan In addition to the ratio of dissemination / distribution of energy, health

penyebaran/distribusi

sangat penting untuk dipertimbangkan untuk pemerataan pelayanan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan jika dilihat dari aspek domain masyarakat di Kota Batam belum mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat yang tersebar dalam wilayah kepulauan. Hal ini perlu pertimbangan dan kebijakan yang objektif serta strategi tersendiri dalam pendistribusian tenaga kesehatan

workers is essential to be considered for equitable distribution of health services. Meeting the needs of health workers when viewed from the aspect of public domain in Batam has not been able to answer the challenges of the needs of people scattered in the archipelago. This needs to be considered and the policy objective and strategy of its own in the distribution of health personnel considering the

mengingat kondisi geografis Kota Batam yang merupakan daerah kepulauan

geographical conditions of Batam island which is an area that equitable health services to the community can be achieved.

sehingga pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dapat tercapai.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

138

5.3.

PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan di bidang kesehatan

5.3. HEALTH FINANCING Financing in the health sector is a fundamental aspect in the implementation of health development to realize the degree of public health as high.

merupakan aspek yang cukup mendasar dalam penyelenggaraan untuk pembangunan derajat setinggi-

kesehatan kesehatan tingginya.

mewujudkan yang

masyarakat

Pembiayaan

kesehatan di Kota

Health financing in Batam in 2011 came from the State Budget Expenditure (Budget) of Rp. 158 626 944 248 (12:36%). of the total budget of Batam in 2011 to Rp. 1,297,001,793,424, -. Than in 2010 (9.94%) an increase in the budget for the health sector. The proportion of health budget sourced II for the Public Health Service budget of Rp. 36,589,760,644.95, -. (23.1%), Technical Services Unit (Installation of Pharmacy and Health Center) as much as Rp. 47,915,209,468, -. (30.2%) Embung Hospital Fatimah Rp. 74,121,974,136, -. (46.7%).

Batam tahun 2011 berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp. 158.626.944.248 (12.36%). dari total APBD Kota Batam tahun 2011 Rp.

1.297.001.793.424,-. Dibanding tahun 2010 (9.94%) terjadi peningkatan anggaran

untuk bidang kesehatan. Adapun proporsi anggaran kesehatan bersumber APBD II untuk Dinas Kesehatan (23.1%), Rp. Unit

36.589.760.644,95,-.

Pelayanan Teknis (Puskesmas dan Instalasi Farmasi) sebanyak Rp. 47.915.209.468,-. (30.2%) RSUD Embung Fatimah Rp.

74.121.974.136,-. (46.7%). Selain dana APBD II, sumber dana kesehatan berasal dari Anggaran Pendapat Belanja Negara yang merupakan bantuan dana dari pemerintah pusat. Bantuan dana ini mengiringi program yang dilaksanakan secara nasional seperti dana Jaminan Pelayanan (JAMKESMAS),. Kesehatan Jaminan Masyarakat persalinan In addition to budget funds II, the source of health funding from the State Budget Expenditures opinion that the funding from central government. by as a Financial national aid is

accompanied implemented

program Care

funding

Health

Insurance (Jamkesmas). Labor warranty (JAMPERSAL) and Health Operational

(JAMPERSAL) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan total adalah Rp.
Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Assistance (BOK) with

Menuju MDGs 2015

139

2.674.858.000,- sehingga total anggaran kesehatan Kota Batam Tahun 2011 adalah Rp. 124.156.437.007,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 60.

a total of Rp. 2.674858 billion, - so the total health budget Batam Year 2011 was Rp. 124 156 437 007, -. More detail can be seen in appendix table 60.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

140

BAB VI KESIMPULAN

CHAPTER VI CONCLUSION

Penyelenggaraan

pembangunan

Operation of Batam City health development implemented by all levels of society. Batam City Health Department as the coordinator of the organizers and staff by involving the private sector, inter-related sectors and society at large to realize the goal of health development.

kesehatan Kota Batam dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dinas

Kesehatan Kota Batam selaku koordinator penyelenggara dan jajarannya dengan

melibatkan pihak swasta, lintas sektor terkait dan masyarakat pada umumnya untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan. Hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai merupakan hasil estafet hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. Tahun 2011

Sustainable health development. In 2011 there were an increase in the health sector both in the form of infrastructure development and rehabilitation facilities and health infrastructure improvement both in quality and quantity as well as some indicators of the health program for achieving the goal of health development in Batam that embody healthy and

terdapat peningkatan di bidang kesehatan baik secara infrastruktur berupa

pembangunan dan rehabilitasi sarana dan peningkatan prasarana kesehatan baik

kualitas maupun kuantitas serta beberapa indikator program kesehatan yang menjadi proses untuk mencapai tujuan

independent communities.

pembangunan kesehatan di Kota Batam yakni mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri. Gambaran derajat kesehatan Picture of public health is one of the pillars of the welfare of society can be seen from morbidity, mortality, nutritional status, especially in vulnerable groups and life expectancy.
Menuju MDGs 2015
141

masyarakat merupakan salah satu pilar kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari angka kesakitan, angka kematian, status gizi terutama pada kelompok rawan dan usia

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

harapan hidup. Upaya yang telah dilakukan merupakan usaha keras semua pihak, karena setiap yang waktu faktor-faktor seperti

Efforts already undertaken an effort of all parties, because each time the determinant factors of such a dynamic environment, population / herediteir, behavioral and health services provide a positive element towards a better and less supportive of other elements that are still some indicators that the results are not as expected. Change the determinant factor is a wise policy requires that health care quality remains optimal and exist to meet the needs of the people of Batam in the health sector. Improvement of existing facilities and infrastructure such as improved health will improve equity in access to health services, increased human resources both in quantity and quality to become a professional staff in accordance with the profession to fruition for the better. Improving the quality of health care management including record keeping system and pelaporam and validity of health data will become a reality appropriate information (evidence base) and can be used as a basis for planning in the future, so that health development will succeed to and appropriate for the

determinan lingkungan, perilaku dan

dinamis

kependudukan/herediteir, pelayanan kesehatan

memberikan unsur positif kearah yang lebih baik dan unsur lain yang kurang menunjang sehingga masih beberapa indikator yang hasilnya belum sesuai harapan. Perubahan faktor determinan menuntut kebijakan yang arif sehingga kualitas pelayanan kesehatan tetap optimal dan eksis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Batam di bidang kesehatan. Peningkatan yang ada seperti peningkatan sarana dan prasarana kesehatan akan meningkatkan pemerataan dalam akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, peningkatan sumber daya

manusia baik secara kuantitas maupun kualitas untuk menjadi tenaga yang

professional

sesuai

dengan

profesinya

membuahkan hasil menjadi lebih baik. Peningkatan kualitas manajemen kesehatan termasuk sistem pencatatan dan pelaporam dan validitas data kesehatan akan menjadi informasi yang sesuai kenyataan (evidence base) dan dapat dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan pada masa yang akan datang, sehingga pembangunan

community.

kesehatan akan berhasil guna dan tepat guna bagi masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

142

Tantangan kita saat ini adalah mewujudkan komitmen Millenium

Our challenge now is to realize the commitment of the Millennium

Development Goals (MDGS) di bidang kesehatan yang menuntut semua pihak baik pemerintah, pihak swasta dan masyarakat pada umumnya untuk bermitra,

Development Goals (MDG) in health that demands all-party government, the private sector and the community at large to partner, raise and explore all the potential that exists to unite and move a step. Let us realize people healthy and independent Batam to Batam development vision into reality.

menggalang dan menggali semua potensi yang ada dan bergerak menyatukan

langkah. Mari kita wujudkan Masyarakat Kota Batam sehat dan mandiri agar visi pembangunan kenyataan. Kota Batam menjadi

Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2011

Menuju MDGs 2015

143

Você também pode gostar