Você está na página 1de 18

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR SEKOLAH KAJIAN STRATEGIS

JULI, 2013

Oleh

HEALTH POLICY STUDIES ISMKI

dibuat oleh

Menyetujui

Mengetahui

Romel Ciptoadi Wijaya (National Officer of Health Policy Study) 13 Juli 2013

Fajar Faisal Putra (National Coordinator of Health Policy Study) 14 Juli 2013

Giovanni Fadhillah Van Empel (President of ISMKI) 15 Juli 2013

Daftar Isi

Pendahuluan Tujuan dan Luaran Ruang Lingkup Referensi Sarana 1. Waktu dan Tempat 2. Materi dan Pemateri 3. Panitia 4. Peserta 5. Komponen Pembinaan 6. Indikator Keberhasilan F. Prosedur Kerja G. Silabus A. B. C. D. E.

A. Pendahuluan ISMKI merupakan jejaring organisasi, yang mana sudah sepatutnya memahami AD/ART, yang secara eksplisit menjelaskan hakikat kerja demi menopang misi dan mencapai visi. Pengurus ISMKI adalah mahasiswa kedokteran itu sendiri, dan anggota ISMKI adalah seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia. Pengurus ISMKI bukanlah duta atau orang-orang hebat yang mewakili ribuan mahasiswa lain, namun pengurus ISMKI adalah mereka yang telah mengabdikan diri untuk mau dan harus mampu mengkoordinasikan seluruh pergerakan mahasiswa di tiap institusi kedokteran. Melalui program kerja ini, mari kita renungkan kembali prinsip-prinsip idealisme pengabdian kita di ISMKI, apakah kita adalah orang-orang terpilih untuk menaruh segala beban kerja di pundak kita, atau kita adalah orang terpilih untuk menyatukan derap langkah seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia. Mungkin itu juga yang mendasari terbangunnya sebuah dinding yang memisahkan dua kubu mahasiswa kedokteran yang tak pernah pantang dirubuhkan. Berawal dari minimnya kepedulian mahasiswa terhadap jatuhnya peradaban moral bangsa kita dewasa ini, kita patut bersedih dan bertindak. Sebagai mahasiswa yang telah berkomitmen untuk membantu mendewasakan pemikiran seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia, maka seyogianya kita mampu menjadi agen yang mencegah jatuhnya peradaban moral para pemimpin masa depan (mahasiswa). Untuk mencapai hal itu, proses pengkaderan tidak boleh dipandang sebelah mata. Pengkaderan telah lama berjalan di dalam program kerja Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa, yang dinaungi oleh divisi PSDM ISMKI. Pengkaderan memang efektif untuk membentuk dan membangunkan karakter abdi -abdi pemuda bangsa. Namun untuk menjadikan karakter tersebut benar-benar permanen dan mengakar dalam diri seorang pemuda, dibutuhkan pula pendidikan yang didasarkan pada karakter kebangsaan yang kuat dan berorientasi kepada Politik Nilai, yang kemudian kita sebut sebagai Sekolah Kastrat. Demikianlah SOP ini kami buat, dengan harapan mampu menjawab segala pertanyaan, menyelesaikan segala permasalahan, dan meluruskan segala kebingungan akan proses regenerasi yang berasaskan pergerakan mahasiswa yang sudah waktunya kita angkat ini. B. Tujuan Tujuan Umum: Membina mahasiswa berkarakter kebangsaan yang kuat, serta mampu mengimplementasikan nilai dan fungsi kastrat sebagai alur pemikiran dasar dalam memperjuangkan nilai-nilai idealisme berbangsa dan bernegara yang berasaskan Pancasila. Tujuan Khusus: a. Melakukan Standarisasi kurikulum kaderisasi, mewujudkan pola yang terstruktur di dalamnya, serta memadukan derap langkah seluruh mahasiswa kedokteran di Indonesia dalam bingkai ISMKI.

b. Menjalankan proses pengkaderan ISMKI pada umumnya, dan bidang Kastrat pada khususnya. c. Menghidupkan kembali pergerakan mahasiswa melalui penanaman politik nilai dan proses-proses penyaluran gagasan kritis mahasiswa kedokteran Indonesia. d. Sebagai sarana kastratisasi, serta membentuk pribadi Kastrat yang tangguh dalam menghadapi perkembangan zaman yang secara konsisten menggerus karakter bangsa. Luaran yang diharapkan: a. Peserta lulusan Sekolah Kastrat adalah Manajer Pergerakan Mahasiswa yang mampu memanajemen isu secara cerdas, lugas, dan konstruktif; kreatif, inovatif dan penuh kewibawaan dalam melakukan berbagai aksi propaganda dan persuasi kepada publik (Public Speaker). b. Peserta lulusan Sekolah Kastrat adalah Advokat yang mampu memenangkan isu atau kasus yang berlandaskan kepentingan mulia, membela masyarakat sebagai dasar pergerakan mahasiswa. c. Peserta lulusan Sekolah Kastrat adalah Negosiator yang mampu menciptakan suatu keadaan yang menentramkan segala pihak terkait dalam menghadapi dan/atau menyelesaikan suatu permasalahan, dalam hal ini mampu mencapai mufakat dengan menjunjung tinggi Sila keempat (Pancasila) daripada demokrasi (voting). C. Ruang Lingkup Ruang lingkup SOP ini meliputi semua unsur -unsur dalam pelaksanaan Sekolah Kastrat. Meskipun begitu proses pelaksanaan Sekolah Kastrat dapat dilakukan berdasarkan kebijakan-kebijakan tertentu terkait dengan perbedaan kondisi yang tersebar diberbagai wilayah institusi kedokteran di Indonesia, selama tidak bertentangan dengan SOP ini. Dalam hal penyampaian materi Sekolah Kastrat, peserta hendaknya mampu mencapai semua materi yang telah ditentukan (terlampir). Hal ini dikarenakan setiap materi yang ada merupakan tahapan-tahapan sinergis dalam mencapai tujuan Sekolah Kastrat itu sendiri. Dengan demikian, SOP ini bersifat minimal, artinya pelaksanaan Sekolah Kastrat harus memenuhi standar yang tercantum di dalam SOP ini, dengan tidak menutup kemungkinan adanya penambahan-penambahan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. D. Referensi Penyusunan dan segala bentuk pelaksanaan yang mengacu pada SOP ini dapat diperjelas menggunakan referensi berikut: 1. Risalah Pergerakan Mahasiswa; Indra Kusumah (buku) 2. Buku Materi LKMM & Sekolah Kastrat ISMKI Wilayah 4 2012 (buku) 3. Kurikulum Sekolah Kastrat ISMKI Wilayah 4 (draft) 4. Prosedur Tetap LKMM berjenjang ISMKI; Generasi Mandiri 2010-2011 (draft) E. Sarana 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Sekolah Kastrat mengikuti jadwal dan susunan acara yang telah diatur di dalam perencanaan LKMM dan Sekolah Kastrat berjenjang, dan kepanitian dari

fakultas kedokteran yang bersangkutan. (rekomendasi pelaksanaan Sekolah Kastrat: 2 - 4hari) 2. Pemateri Pemateri yang direkomendasikan adalah individu yang telah terlibat langsung dalam Bidang KASTRAT. Pemateri yang berasal dari pihak selain ISMKI sebaiknya diberikan briefing terlebih dahulu agar proses penyampaian materi tetap terarah sesuai TOR dan SOP yang telah disusun dan tetap berorientasi kepada ISMKI. 3. Panitia Panitia pelaksana Sekolah KASTRAT merupakan tim yang berasal dari fakultas kedokteran yang mengadakan LKMM dan Sekolah Kastrat, baik di tingkat institusi, tingkat wilayah (pemenang tender) dan nasional (pemenang tender) 4. Peserta - Peserta Tingkat Institusi, merupakan mahasiswa fakultas kedokteran yang mengadakan LKMM dan Sekolah Kastrat, serta belum mengikuti proses pengkaderan. - Peserta Tingkat Wilayah, merupakan mahasiswa kedokteran yang telah lulus LKMM dan Sekolah Kastrat tingkat institusi dan/atau direkomendasikan oleh PRESBEM/Ketua LGM untuk mengikuti LKMM dan Sekolah Kastrat tingkat wilayah. - Peserta Tingkat Nasional merupakan mahasiswa kedokteran yang telah lulus LKMM dan Sekolah Kastrat tingkat wilayah dan/atau direkomendasikan oleh PRESBEM/Ketua LGM dan SEKWIL dari wilayah yang bersangkutan. 5. Komponen Pembinaan a. Penyampaian Materi Materi Sekolah Kastrat mengacu pada silabus/kurikulum terlampir demi terciptanya sinergisitas dalam proses transfer ilmu di tingkat institusi, wilayah, dan nasional. Namun tidak menutup kemungkinan adanya penambahan materi -materi lain yang berintegrasi dengan Sekolah Kastrat apabila diperlukan. Penyelenggaraan Sekolah Kastrat diawali dengan penyampaian terstruktur yang dipaparkan oleh pemateri yang berkompeten dibidangnya. b. Problem Based Learning Proses pembelajaran yang dipicu oleh kasus-kasus tertentu terbukti telah meningkatkan daya pikir kritis, kreatifitas dan membentuk pribadi problem solver. Oleh karena itu, kami merekomendasikan bahwa dalam setiap proses transfer ilmu yang dilakukan dalam Sekolah Kastrat, turut pula diberikan contoh kasus sebagai pengalaman belajar, yang sebelumnya dapat dipersiapkan oleh steering commitee, panitia, maupun pemateri. c. Simulasi Simulasi membantu peserta untuk membentuk pengalaman belajar dan memori peserta dalam menjalankan suatu aksi tertentu, sehingga mampu meningkatkan keberanian dan kemahiran peserta dalam menjalankan suatu aksi. Pengadaan simulasi sangatlah relatif untuk ditetapkan dalam Prosedur Operasional Standar ini, sehingga simulasi

dapat dibuat dan diwujudkan dalam bentuk apapun oleh penyelenggara Sekolah Kastrat, selama tidak mengurangi nilai-nilai dalam silabus terlampir. d. Evaluasi dan Follow up Proses evaluasi menjadi begitu penting ketika suatu badan atau organisasi menjalankan suatu kegiatan demi mencapai tujuannya. Oleh karena itu, proses evaluasi adalah proses yang harus mampu dijalani oleh setiap peserta Sekolah Kastrat secara objektif dan terstruktur. Proses evaluasi meliputi; 1. Pretest Dilakukan sebelum penyampaian materi berlangsung Metode yang direkomendasikan; Ujian Tertulis (Pilihan Ganda/Isian) Metode pretest tidak terikat dan dapat dilakukan dengan cara dan menggunakan sarana apapun oleh pihak penyelenggara dan pemateri 2. Posttest Dilakukan setelah penyampaian materi, PBL, dan simulasi dilangsungkan. Metode yang direkomendasikan; Ujian Tertulis (Pilihan Ganda/Isian). Metode posttest tidak terikat dan dapat dilakukan dengan cara dan menggunakan sarana apapun oleh pihak penyelenggara dan pemateri. 3. Point of Action Dilaksanakan setelah proses Sekolah Kastrat berlangsung Pelaksanaannya melalui proses pemahiran, yaitu proses aplikatif terhadap materi-materi yang sebelumnya disampaikan selama Sekolah Kastrat berlangsung Sarana komunikasi jarak jauh yang digunakan yaitu Skype atau Yahoo Messenger. Apabila memungkinkan, dapat dilakukan direct meeting Waktu pelaksanaan minimal 1 (satu) bulan, dan mampu menghasilkan minimal 1 buah jurnal kajian yang dibuat secara mandiri oleh peserta Sekolah Kastrat, dengan tema yang dapat ditentukan secara bebas terikat oleh steering commitee follow up. Selama pelaksanaannya, peserta akan didampingi oleh steering commitee yang telah ditunjuk sebagai mentor. e. Sistem Penilaian Sistem penilaian meliputi 3 komponen besar, yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Perhitungan nilai akhir dapat dilakukan menggunakan Formula sebagai berikut: (40 x kog)+(40 x psi)+(20 x afk) 100

1. Kognitif (40%) Penyelenggara dan steering commitee diharapkan mampu berpartisipasi dan secara objektif melakukan penilaian terhadap capaian kompetensi dasar (Tujuan Instruksi Umum dan Khusus) yang telah ditetapkan didalam silabus terlampir. Unsur penilaian kognitif didapatkan dari penilaian yang diambil selama kegiatan Sekolah Kastrat berlangsung, melalui pre dan posttest. Penilaian ini bersifat Objektif. ({Pretest + Posttest /2) 2. Psikomotor (40%) Unsur Psikomotor dalam Sekolah Kastrat bersifat subjektif, oleh karena itu tim penilai adalah mereka yang memiliki kompetensi dan pengalaman khusus dilapangan sesuai dengan bidang yang dinilai. Psikomotor didapatkan dari pemantauan dan penilaian tim penilai atau steering commitee selama Sekolah Kastrat dan proses follow up berlangsung. Format penilaian psikomotor dikembalikan kepada panitia penyelenggara dan steering commitee yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Sekolah Kastrat. Aspek yang dinilai dalam Psikomotor ini meliputi: Keberanian dalam bertanya dan menanggapi suatu permasalahan serta daya pikir kritis dalam menganalisa. Kemampuan peserta dalam mengaplikasikan dasar-dasar ilmu yang disampaikan selama Sekolah Kastrat berlangsung (simulasi, problem based learning), dan penilaian hasil PoA yang telah dicapai peserta. 3. Afektif (20%) Sikap merupakan komponen yang sangat penting dalam pembentukan karakter kebangsaan mahasiswa yang peduli dan senantiasa memperjuangkan idealismenya. Melalui penilaian ini, peserta diharapkan mampu mencerminkan sikap kepemimpinan yang berwibawa dan beretika dalam setiap perjuangannya. (checklist terlampir)

F. Prosedur Kerja Prosedur kerja ini merupakan rekomendasi kami dalam setiap pelaksanaan Sekolah Kastrat; 1. Tingkat Institusi
ISMKI SOP Badan Eksekutiv Mahasiswa Materi Case study Simulasi Evaluasi Follow up

Briefing & persamaan persepsi

Panitia Penyelenggara

Peserta LKMM dan SK

: Jalur Koordinatif : Jalur Evaluatif 2. Tingkat Wilayah dan Nasional


ISMKI Nasional SOP ISMKI Wilayah Penyadaran Pembekalan Pemahiran

Briefing & persamaan persepsi

Panitia Penyelenggara

Peserta LKMM dan SK

: Jalur Koordinatif : Jalur Evaluatif Tahap-tahap pembinaan: 1. Penyadaran: merupakan kegiatan Pra-LKMM dan SK yang berperan penting dalam mempersiapkan peserta LKMM di tingkat wilayah dan nasional agar lebih siap dalam menjalani setiap proses dalam pembinaan yang akan berlangsung. Proses ini dapat dilakukan sendiri oleh institusi dari wilayah terkait, maupun dilakukan langsung oleh steering commitee dan pengurus wilayah tersebut. Pada tingkat nasional, penyadaran dilaksanakan langsung oleh steering commitee dan pengurus harian HPS/Kastrat ISMKI Nasional. 2. Pembekalan: merupakan proses inti dalam pelaksanaan SK, meliputi penyampaian materi, diskusi, case study, dan simulasi yang diselenggarakan oleh institusi penyelenggara.

3. Pemahiran: merupakan proses akhir dari sederet agenda dalam Sekolah Kastrat, namun Pemahiran menjadi bukti keberhasilan penyelenggaraan Sekolah Kastrat itu sendiri. Pemahiran peserta didampingi oleh steering commitee dalam menghasilkan suatu bentuk kajian maupun aksi. Konsep terperinci proses pemahiran sendiri dikembalikan kepada masing-masing wilayah dan institusi agar tercipta suatu kondisi yang mendukung tercapainya tujuan Sekolah Kastrat. Jalur Koordinatif Menunjukkan alur koordinasi dan komunikasi yang melibatkan elemen terkait dalam implementasi Sekolah Kastrat. Jalur Evaluatif Jalur evaluatif menunjukkan bahwa setiap akhir pelaksanaan Sekolah Kastrat, diperlukan adanya proses pelaporan dari pihak panitia dan/atau steering commitee ke pihak di atasnya. Proses pelaporan dapat dilakukan dengan mengirim Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dan/atau dengan melakukan direct meeting atau net meeting dengan pihak terkait. Laporan Pertanggung Jawaban hendaknya telah dilengkapi dengan hasil perhitungan akhir capaian indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan merupakan wujud nyata akan suksesnya suatu kegiatan yang telah berlangsung. Indikator keberhasilan sangat penting dalam proses evaluasi dan antisipasi terkait permasalahan yang mungkin dapat muncul pada pelaksanaan suatu kegiatan dikemudian hari. Penyelenggara hendaknya mampu mengaudit segala hasil yang telah dicapai dalam bentuk angka dan menjunjung tinggi loyalitas, totalitas kerja, serta kejujuran. Seorang peserta dinyatakan berhasil dalam prosesi Sekolah Kastrat, apabila melalui Sistem Penilaian yang sudah kami jabarkan di atas, mampu membuktikan bahwa peserta meraih nilai 70 (nilai kelulusan) Jadi, indikator keberhasilan adalah persentase dari jumlah peserta yang mampu mencapai nilai kelulusan dari total peserta yang hadir sejak hari pertama Sekolah Kastrat berlangsung, hingga ditutupnya Sekolah Kastrat. Rumus: L / T x 100% = B L : jumlah peserat yang lulus T : total peserta yang hadir dan memenuhi absensi kegiatan B : Indikator Keberhasil yang telah ditentukan (tercantum dalam silabus)

G. Silabus Terlampir
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF Kedisiplinan peserta Sikap santun saat menyampaikan pendapat dan/atau pertanyaan Sikap menghargai pendapat orang lain Perhatian peserta selama kegiatan berlangsung (materi, diskusi, simulasi) Keaktifan peserta selama kegiatan berlangsung (materi, diskusi, simulasi) Bobot pertanyaan dan/atau pendapat yang disampaikan Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar TOTAL NILAI 1 2 3 4 SKOR

Keterangan: 1 = sangat buruk 2 = kurang baik 3 = baik 4 = sangat baik

Nilai akhir = Total skor x 100 28

Silabus Sekolah Kastrat Institusi


No. 1. Materi Pengantar Sekolah Kastrat TIU Overvie w TIK Memperkenalkan sistim pembinaan Sekolah Kastrat Submateri - Pengertian Sekolah Kastrat. - Latar Belakang Sekolah Kastrat. - Tujuan dan Manfaat sekolah kastrat - Materi yang diajarkan di sekolah kastrat - Penilaian peserta - Hasil apa yang diharapkan dari sekolah kastrat (outcome) - Definisi, fungsi, arah gerak, ruang lingkup serta struktur. - Tipe mahasiswa yang bekerja di kastrat. - Perkembangan kastrat setahun terakhir dalam bidang kesehatan. Model kompetensi berpikir kritis (knowledge, skill, attitude) Karakteristik Berpikir Kritis Teknik-teknik Berpikir secara Kritis dalam menghadapi suatu permasalahan Metode Ceramah dan diskusi 1. Awal Acara : Ceramah singkat oleh Koordinator Divisi Kastrat LGM/BEM. Indikator Keberhasilan 70% peserta memahami pentingnya sekolah kastrat. Alokasi Waktu 20 menit

2.

Kastratisasi

Optimali sasi fungsi kastrat dalam bidang kastrat.

3.

Berpikir Kritis

Pola berpikir Kastrat yang ilmiah dan sistemati s

- Memperkenalk an bidang kajian strategis kepada peserta sebagai struktur penting dalam pergerakan mahasiswa. Merubah pola pikir mahasiswa, menjadi lebih ilmiah dan sistematis. Mengemban gkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam mengkaji suatu permasalaha n. - Penanaman rasa kepedulian sosial, sebagai penerus dalam bidang dan fungsi Kastrat - Menumbuhkan semangat juang mahasiswa dalam membela ketertindasan dan menegakkan pancasila

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi kelompok kecil

70% peserta memahami bidang kastrat dan posisi bidang kastrat dalam organisasi mahasiswa. 70% mahasiswa memahami penting berpikir kritis dalam menjalankan fungsi dan bidang kastrat

50 menit, t.d.: - 35 menit penyampaian materi. - 15 menit diskusi/ tanya jawab.

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

60 menit penyampaian materi (simulasi/studi kasus pada Materi Kepedulian Sosial)

4.

Kepedulian Sosial

Penyada ran rasa kepeduli an mahasis wa terhadap lingkung annya

Pemaparan kondisi kesehatan bangsa Indonesia saat ini dan peran pemerintah serta berbagai lapisan masyarakat dalam menanggulangi permasalahan kesehatan bangsa Menstimuli mahasiswa untuk mampu menganalisa berbagai permasalahan tersebut, beserta rekomendasi solusinya.

- Ceramah/ video sesion - Diskusi kelompok kecil -

- Seluruh mahasiswa mampu menciptakan suatu bentuk kajian sederhana melalui diskusi singkat -

45 menit: - 30 menit penyampaian materi - 15 menit diskusi/studi kasus .

Silabus Sekolah Kastrat Wilayah


No. Materi Pengantar 1 Sekolah 1 Kastrat . TIU Overview TIK Memperkenalkan sistim pembinaan Sekolah Kastrat Submateri - Pengertian Sekolah Kastrat. - Latar Belakang Sekolah Kastrat. - Tujuan dan Manfaat sekolah kastrat - Materi yang diajarkan di sekolah kastrat - Penilaian peserta - Hasil apa yang diharapkan dari sekolah kastrat (outcome) Metode Ceramah dan diskusi 1. Pra LKMM Wilayah : persiapan di tingkat institusi yaitu dengan memperkena lkan bidang kastrat (definisi, tupoksi dsb) oleh Ketua BEM (jika belum punya) ataupun Kastrat BEM ybs kerjasama dengan seluruh BEM wilayah 4 2. Awal Acara : Ceramah singkat oleh sekbid kastrat ISMKI Wilayah 4 - Ceramah - Tanya jawab - Diskusi kelompok kecil Indikator Keberhasil an Seluruh peserta memahami pentingnya sekolah kastrat. Alokasi Waktu Minimal: 45 menit

2.

Kastratisasi

Inisiasi dan optimalisas i fungsi kastrat dalam bidang kastrat.

- Memperkenalkan bidang kajian strategis kepada peserta sebagai struktur penting dalam pergerakan mahasiswa. - Memotivasi peserta untuk melakukan fungsi kastrat dan menginisiasi bidang kastrat di institusinya (institusi yang belum punya bidang Kastrat).

- Definisi, fungsi, arah gerak, ruang lingkup serta struktur. - Tipe mahasisw a yang bekerja di kastrat. - Perkemba ngan kastrat setahun terakhir dalam

70% peserta memahami bidang kastrat dan mampu menginisiasi bidang kastrat di institusinya (bagi institusi yang belum ada bidang).

50 menit, t.d.: - 35 menit penyampaian materi. - 15 menit diskusi/ tanya jawab.

3.

Pergerakan Mahasiswa

Pergeraka n Mahasiswa Kedoktera n

- Memperkenalkan sejarah pergerakan mahasiswa. - Peran dan kedudukan mahasiswa dalam pembangunan.

4.

Manajemen Isu - Teknik Membuat Kajian 1

Ruang Lingkup Kastrat

- Memberikan penjelasan mengenai manajemen isu. - Memotivasi mahasiswa untuk melakukan berpikir kritis dan konstruktif. - Memperkenalkan trias tradition yaitu membaca, menulis dan berdiskusi melalui sistim pengkajian suatu permasalahan.

bidang kesehatan. Definisi mahasiswa Karakteristi k dan Potensi Mahasiswa Fungsi dan Peran Mahasiswa Ciri-ciri dan peran Pergeraka n Mahasiswa Kerangka / falsafah gerakan mahasiswa Indonesia (angkatan 1908, 1928, 1945, 1966 dst ). Perkemba ngan dunia kesehatan Indonesia. Mahasiswa dalam Value Political Movement. Definisi, tujuan dan jenis jenis isu. Langkahlangkah memanaje men isu. Pengalam an di lapangan terkait dengan manajeme n isu. Teknik membuat kajian

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi kelompok kecil

60% peserta memahami dunia pergerakan mahasiswa masa lalu, kini dan prospek masa mendatang.

100 menit, t.d.: - 80 menit penyampaian materi. - 20 menit diskusi/ tanya jawab.

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

- 60% peserta memaham i dan mampu memanaje men isu dan mampu merancan g, melaksana kan dan mengeval uasi isu. - 80% peserta memaham i dan mampu membuat kajian.

60 menit, t.d.: - 45 menit penyampaian materi. - 15 menit diskusi/ tanya jawab/simulasi

5.

Manajemen Wacana Publik (propaganda ) Communicati on Skill 1

6.

Manajemen Aksi 1

- Tulisan - Memberikan yang penjelasan mengge tentang rakkan manajemen (tulisan wacana publik. kritis). - Menjelaskan - Orasi teknik yang komunikasi menggu massa gah (propaganda) (public speakin g). Ruang - Memberikan Lingkup penjelasan Kastrat mengenai manajemen isuaksi. - Memotivasi mahasiswa untuk melakukan berpikir kritis dan konstruktif. - Memberikan penjelasan mengenai caracara memulai sebuah aksi, komando, manajemen massa, perijinan aksi, dan hal lain yang terkait - Memotivasi mahasiswa untuk melakukan sebuah aksi jika memang diperlukan demi terwujudnya suatu perubahan.

- Definisi - Urgensi manajeme n wacana publik - Alur manajeme n wacana publik - Komunikas i massa - Definisi, tujuan dan jenis jenis aksi - Langkahlangkah memanaje men aksi (pengagas an konsep, komponen aksi, perijinan, koordinasi massa, dan logistik ) hingga kontroling dan evaluasi. - Pendekata n yang optimal sehingga manajeme n aksi bisa aman,efekt if dan efisien. - Kendala yang mungkin dicapai dalam melakukan manajeme n aksi. - Pengalam an di lapangan terkait dengan manajeme n aksi.

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

60 % peserta memahami dan mampu memanajem en wacana publik (tulisan yang menggerakk an). 60% peserta memahami dan mampu memanajem en aksi dan mampu merancang, melaksanak an dan mengevalua si aksi.

90 menit, t.d.: - 60 menit penyampaian materi. - 30 menit diskusi/ tanya jawab/simulasi

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

90 menit, t.d.: - 50 menit penyampaian materi. - 40 menit diskusi/tanya jawab/simulasi.

Silabus Sekolah Kastrat Nasional


No. 1. Materi Pengantar Sekolah Kastrat TIU Overview TIK Memperkenalkan sistim pembinaan Sekolah Kastrat Submateri - Pengertian Sekolah Kastrat. - Latar Belakang Sekolah Kastrat. - Tujuan dan Manfaat sekolah kastrat - Materi yang diajarkan di sekolah kastrat - Penilaian peserta - Hasil apa yang diharapkan dari sekolah kastrat (outcome) Metode Ceramah dan diskusi 1. Pra LKMM Wilayah : persiapan di tingkat institusi yaitu dengan memperkenalk an bidang kastrat (definisi, tupoksi dsb) oleh Ketua BEM (jika belum punya) ataupun Kastrat BEM ybs kerjasama dengan seluruh BEM wilayah 4 2. Awal Acara : Ceramah singkat oleh sekbid kastrat ISMKI Wilayah 4 - Ceramah - Tanya jawab - Diskusi kelompok kecil Indikator Keberhasilan 65% peserta memahami pentingnya sekolah kastrat. Alokasi Waktu 20 menit

2.

Kastratisas i

Inisiasi dan optimalisasi fungsi kastrat dalam bidang kastrat.

3.

Manajeme n Isu Teknik Membuat Kajian 2

Ruang Lingkup Kastrat

- Memperkenalk an bidang kajian strategis kepada peserta sebagai struktur penting dalam pergerakan mahasiswa. - Memotivasi peserta untuk melakukan fungsi kastrat dan menginisiasi bidang kastrat di institusinya (institusi yang belum punya bidang Kastrat). - Memberikan penjelasan mengenai manajemen isu. - Memotivasi mahasiswa

- Definisi, fungsi, arah gerak, ruang lingkup serta struktur. - Tipe mahasiswa yang bekerja di kastrat. - Perkembang an kastrat setahun terakhir dalam bidang kesehatan.

65% peserta memahami bidang kastrat dan mampu menginisiasi bidang kastrat di institusinya (bagi institusi yang belum ada bidang).

50 menit, t.d.: - 35 menit penyamp aian materi. - 15 menit diskusi/ tanya jawab.

- Pendekatan yang optimal sehingga isu menjadi efektif untuk dikaji. - Pendekatan

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

- 65% peserta memahami dan mampu memanajem en isu dan mampu merancang,

90 menit, t.d.: - 30 menit penyamp aian materi. - 15 menit

4.

Advokasi dan Negosiasi

Ruang Lingkup Kastrat

untuk melakukan berpikir kritis dan konstruktif. - Memperkenalk an trias tradition yaitu membaca, menulis dan berdiskusi melalui sistim pengkajian suatu permasalahan. - Memperkenalk an mekanisme advokasi profesionalism e, kebijakan perguruan tinggi, kesehatan dan organisasi kemahasiswa an. - Memperkenalk an tentang cara bernegosiasi atau proses lobbying yang efektif.

yang optimal sehingga manajemen isu bisa aman,efektif dan efisien.

melaksanak an dan mengevalua si isu. - 65% peserta memahami dan mampu membuat kajian.

diskusi/ tanya jawab. - 45 menit simulasi.

5.

Manajeme n Wacana Publik (propagan da) Communic ation Skill 2

- Tulisan yang menggera kkan (tulisan kritis). - Orasi yang menggug ah (public speaking). Ruang Lingkup Kastrat

- Memberikan penjelasan tentang manajemen wacana publik. - Menjelaskan teknik komunikasi massa (propaganda) - Memberikan penjelasan tentang audiensi. - Menjelaskan teknik audiensi.

Advokasi: - Defenisi advokasi. - Tujuan advokasi. - Daur kerja advokasi. - Perencanaa n advokasi. - Langkahlangkah advokasi Negosiasi: - Definisi negosiasi - Negosiasi organisasi wilayah. - Teknik-teknik lobbying dalam permasalaha n kesehatan wilayah. - Cara manajemen wacana publik - Propaganda

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

65 % peserta memahami dan mampu membuat sebuah advokasi terhadap suatu kebijakan dan menerapkan teknik negosiasi.

90 menit, t.d.: - 40 menit penyamp aian materi. - 10 menit diskusi/ tanya jawab. - 40 menit simulasi.

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi kelompok kecil

65 % peserta memahami dan mampu memanajeme n wacana publik (tulisan yang menggerakka n).

90 menit, t.d.: - 30 menit penyamp aian materi. - 10 menit diskusi/ tanya jawab. - 50 menit simulasi. 120 menit, t.d.: - 10 menit pengantar . - 30 menit penyamp aian materi - 20 menit diskusi/

6.

Audiensi

- Definisi. - Teknis audiensi.

- Ceramah - Tanya jawab - Diskusi dan simulasi. - Audiensi ke dinkes.

65 % peserta memahami dan mampu melakukan audiensi.

tanya jawab - 60 menit simulasi (dapat dilakukan dengan melibatka n stakehold er daerah setempat)

Você também pode gostar