Você está na página 1de 2

Apakah yang dimaksud dengan transeksual?

Perkataan penggantian kelamin merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris

transeksual, karena memang operasi tersebut sasaran utamanya adalah mengganti kelamin seorang waria yang menginginkan dirinya menjadi perempuan. Padahal waria digolongkan sebagai laki-laki, karena ia memiliki alat kelamin laki-laki. Maka dalam hal ini, dapat ditarik suatu pengertian bahwa penggantian kelamin (transeksual) adalah usaha seorang dokter ahli bedah plastic dan kosmetik untuk mengganti kelamin seorang laki-laki menjadi kelamin perempuan, melalui proses operasi. Referensi: Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi hukum Islam masa kini, Jakarta: Kalam Mulia, 2003 Bagaimana fatwa MUI dan hukum Negara (UU) memandang transeksual? Fatwa MUI mengenai operasi perubahan / penyempurnaan alat kelamin: 1. Mengubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram, karena bertentangan dengan Al-Quran surah An-Nisa ayat 19 dan bertentangan pula dengan jiwa syara. 2. Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis kelamin semula sebelum diubah. 3. Seorang kuntsa (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan kelakilakiannya, demikian pula sebaliknya dan hukumnya menjadi positif (laki-laki). Referensi: Slide kuliah PSPD UMJ oleh Drs. Fakhrurazi Reno Sutan, MA Perubahan status hukum dari seorang yang berjenis kelamin laki-laki menjadi seorang yang berjenis kelamin perempuan atau sebaliknya sampai dengan saat ini belum ada pengaturan dalam hukum, sehingga menimbulkan suatu kekosongan hukum; berdasarkan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan "Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya"

Pasal 10 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tersebut mengamanatkan bahwa Pengadilan melalui Hakim sebagai dari representasi Pengadilan sebagai pilar terakhir untuk menemukan keadilan bagi masyarakat dan demi kepentingan hukum yang beralasan kuat, wajib menjawab kebutuhan hukum masyarakat dengan menemukan hukumnya jika tidak ada pengaturan hukum terhadap perkara yang ditanganinya. Sehingga Penetapan ganti kelamin merupakan sebuah jawaban dan sebuah penemuan hukum, karena belum ada suatu aturan yang mengatur tentang hal tersebut,sehingga tidak terjadi kekosongan hukum.

Referensi: Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, Mei 2010.

Você também pode gostar