Você está na página 1de 19

Skenario Gigiku Renggang-Renggang Dovi (19 tahun) datang ke klinik gigi untuk konsultasi mengenai keadaan gigi depan

atas yang terlihat maju dan renggang. Dokter gigi melakukan anamnesa menanyakan riwayat gigi keluarganya dan dikatehui susunan gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat diastema antara gigi 14 dan 13, 13 dan 12, 11 dan 21, 22 dan 23, 23 dan 24, 34 dan 33, 33 dan 32, 42 dan 43, 42 dan 44. Overjet 2,9mm dan overbite 33mm. relasi gigi 16, 26 terhadap 36,46 tonjol mesiobukal molar satu atas terletak pada lekukan molar satu bawah. Terdapat malposisi gigi 13 mesiopalato versi, 33 dan dan 43 mesiolinguo torsiversi. Kemudian dokter gigi mencetak maksila dan mandibula Dovi. Dokter gigi juga melakukan foto intra oral dan ekstra oral, lalu merujuk Dovi ke bagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri. Apa yang harus dilakukan pada kasus Dovi diatas?

Terminologi 1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran

lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur pendukungnya. 2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang

memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur makasilla dan mandibula terhadap basis kranium.

Identifikasi Masalah 1. Apa perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti? 2. Selain menanyakan riwayat gigi keluarga, apa lagi yang bisa ditanyakan dalam anamnesa? 3. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi? 4. Apa saja yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto? 5. Kenapa dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap Dovi? 6. Apa fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho? 7. Selain rontgen foto, apa pemeriksaan lain yang diperlukan? 8. Apa penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario?

Analisa Masalah 1. Perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti: Anamnesa umum meliputi CC, PI, PMH, PDH, dan FH. Anamnesa orto lebih memperhatikan hal-hal seperti kebiasaan buruk pasien, riwayat pencabutan gigi, dan faktor-faktor penyebab lainnya. 2. Hal lain yang dapat ditanyakan dalam anamnesa: Kebiasaan buruk pasien. Pada PDH, tanyakan lebih lanjut mengenai riwayat kehilangan gigi pasien. Hal ini dapat menjadi penyebab malposisi gigi. Riwayat penyakit. Anamnesa umum nama, umur, jenis kelamin. Analisa lokal keadaan IO dan EO. Analisa fungsional TMJ, pola pembukaan rahang. Analisa model sbg acuan diagnosa. Analisa sefalometri

3. Prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi:

4. Yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto: Lampiraqn odontogram Foto profil Rontgen foto

5. Alasan dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap Dovi: Untuk membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosa terhadap kasus Dovi. 6. Fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho: Penentuan rencana perawatan; Sebagai evaluasi; Melihat keadaan gigi geligi, ex.gigi impaksi, benih gigi ada atau tidak; Melihat keadaan struktur jaringan keras, ex.adakah pola kerusakan tulang atau tidak. 7. Selain rontgen foto, pemeriksaan lain yang diperlukan: Foto profil Model studi (cetakan rahang pasien)

8. Penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario: Kebiasaan buruk; Kombinasi rahang dan gigi ibu dan ayah, terjadi disharmonisasi Malposisi gigi.

Skema

Dovi (19th)

konsultasi ke drg

pemeriksaa n

penunjang

subjektif

objektif

pencetakan

rontgen

anamnesa

Intra oral

ekstra oral

studi model

foto profil

Rekam Medis
Tujuan Pembelajaran I. II. III. IV. V. Analisa Umum dalam Bidang Orthodonti Analisa Lokal dalam Bidang Orthodonti Analisa Fungsional dalam Bidang Orthodonti Analisa Model dalam Bidang Orthodonti Analisa Sefalometri dan Panoramic dalam Bidang Orthodonti

LO II. Analisa Lokal Ekstra Oral : 1. Bentuk muka : simetris / asimetris 2. Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu : Brahisepali : lebar, persegi Mesosepali : lonjong / oval Oligisepali : panjang / sempit Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N Gn) x 100 Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka : Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9 Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9 Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9 Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop > 94,9 : Hiper Leptoprosop

Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100 Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)

Klasifikasi indeks kepala : Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9 Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9 Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9 Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali > 84,9 : Hiper Brahisepali

3. Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis GlPog Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog

4. Profil muka : Menurut Schwarzt dikenal 9 tipe profil muka

Intra oral Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati : Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan. Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh : o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan oklusal gigi-gigi bawah. o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual mahkota gigi (tongue of identation) o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema) Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit

Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang

pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis,dll. Dicatat. Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI) 15 Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa yang inflamasi dan hypertropy. Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya (insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang. Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodontik. Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran Pemeriksaan gigi geligi : o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan. o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.

LO III. Analisa Fungsional Freeway space Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior. Pola penutupan rahang Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan displacement mandibula. Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas. Deviasi Mandibula Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik.

Displacement Mandibula Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan karena hilangnya posterior akibat pencabutan. Displacement dalam jurusan

transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan silang posterior. Bila lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila haltersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi. Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antaroklusal. Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai adanya garis median atas dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke transversal. Keadaan ini perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan pasien pada saat menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat maupun pada posisi oklusi. Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini, perlu dilakukan ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak semua gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadangkadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu

dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah insisiv. Pada keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada kasusu kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula bergeser ke anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal Displacement ke posterior kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan displacement mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II dengan displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.

Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posterior. Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan path of closure. TMJ Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya

menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting tentang sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada keadaan normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi temporomandibula, misalnya adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan pembukaan Cara pemeriksaaanya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk operator dibagian luar meatus accuticus externus kiri dan kanan penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi bagian luar meatus accustucus evternus atau bunyinclicking pada saat mandibula memb uka dan menutup mulut BERARTI pola pergerakan TMJ normal.

LO IV. Analisa Model Analisis mode lstudi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan kelengkapan rencanaperawatan. Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat bantu lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan. Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan

sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada berbaga ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih sangat bergantung pada kasus.

Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lainuntuk melihat hubungan geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal, dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi dengan rahang antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic setup. Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis, Moyers, dan Tanaka-Johnston. Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat bantu yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan teknik analisis yang tepat untuk setiap kasus. Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Macam-macam Analisis Model Studi Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior.

Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum. Analisis Bolton Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100 jumlah 12 gigi rahang atas

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan Analisis Howes Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth

Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh dari membagi:

PMBAW TM

x 100

Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan PMBAW dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan inimenunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar. Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.

LO V. Analisa Sefalometri dan Panoramic


Analisa chepalometri

Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang

bersifat

kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial.

Manfaat sefalometri radiografik adalah: Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan

membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka). Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial. Ada 2 hal penting yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan (2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus atau cekung. Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan ortodontik yang dilakukan.

Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik. Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat.

Penelitian

Alat :
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen). Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan. Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak. Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu: a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior. b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating

Kelemahan sefalometrik Kesalahan sefalometer Kesalahan sefalometer meliputi: o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar. o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik pemotretan yang benar. Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan pengalaman. o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3 dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.

Analisa Panoramik Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah. Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti: Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi gambaran pada intra-oral. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.

Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik : Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya. Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat dirangkum meliputi: Persiapan Alat: 1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan kedalam tempatnya. 2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan. 3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA. 4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan. 5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan. Persiapan pasien 1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya. 2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.

3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala. 4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk memegang handel agar tetap seimbang. 5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan pada tempat dagu. 6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala. 7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar. 8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat penyinaran. Persiapan Operator : 1) Operator memakai pakaian pelindung. 2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber xray ketika waktu penyinaran. 3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak ada pergerakan. 4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada tempatnya. 5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses. Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi 1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar. 2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopaque. 3) Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

Sumber: Foster,T.D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi, edisi 3. Jakarta : EGC http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8279/1/970600053.pdf http://wayanardhana.staff.ugm.ac.id/pwpnt_orto1_sef.pdf

Você também pode gostar