Você está na página 1de 25

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK PADA AN. RP UMUR 4 TAHUN 2 BULAN DENGAN RETINOBLASTOMA DI POLI ANAK RSUP Dr. KARIADI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pengalaman Belajar Praktek dan Praktek Klinik Rumah Sakit

Oleh : NOVA YUNITA SARI P17424111028

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG POLITEKNIK KEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2013/2014

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Pada Anak Pada An. RP Umur 4 Tahun 2 Bulan Dengan Retinoblastoma di Poli Anak RSUP Dr. Kariadi

Disetujui Tanggal :.......................2013

Pembimbing Praktek

Praktikan

SUKORINI NIP.....................................

NOVA YUNITA SARI NIM. P17424111028

Mengetahui Pembimbing Akademik

AGUSTIN SETYANINGSIH, SSiT NIP. 197908202002122003

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Asuhan Kebidanan Pada Anak Pada An. RP Umur 4 Tahun 2 Bulan dengan Retinoblastoma di Poli Anak RSUP Dr. Kariadi. Dalam menyusun laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran dari pembimbing praktek maupun akademik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Agustin Setyaningsih, S.SiT selaku Pembimbing Akademik Prodi DIII kebidanan Semarang Poltekkes Semarang. 2. Ibu Sukorini selaku pembimbing praktek 3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Semarang, Oktober 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................................iv BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 1 1.3 Metodelogi Penulisan .........................................................................2 1.4 Sistematika Penulisan .........................................................................2 BAB II : TTINJAUAN TEORI 2.1 Anatomi dan Fisiologi Retina ........................................................... 4 2.2 Pengertian ......................................................................................... 4 2.3 Etiologi ............................................................................................. 5 2.4 Patofisiologi ...................................................................................... 5 2.5 Tanda dan Gejala ..............................................................................6 2.6 Klasifikasi ......................................................................................... 7 2.7 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................8 2.8 Penatalaksanaan ................................................................................ 8 2.9 Prognosis ........................................................................................ 11 2.10 Komplikasi ..................................................................................... 11 BAB III : TINJAUAN KASUS.............................................................................. 13

BAB IV

: PEMBAHASAN .................................................................................... 17

BAB V

: PENUTUP 5.1 Simpulan ........................................................................................... 19 iv

5.2 Saran .................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. Oleh karena itu, maka penulis tertarik menyusun kanker vulva sebagai Laporan Kasus di RSUP. Dr. Kariadi Semarang.

1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah serta dapat

mengimplimentasikan antara teori yang di dapat dengan kasus yang ada dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak sakit dengan retinoblastoma. 2. Tujuan Khusus 1

a. Mengetahui pengertian dari penyakit retino blastoma. b. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma. c. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma. d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma. e. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma. f. Mengetahui asuhan kebidanan yang tepat pada anak sakit dengan retinoblastoma.

1.3 Metodologi Penulisan Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah : 1. Wawancara Yaitu mengadakan tanya jawab dengan klien / keluarga dalam rangka mengumpulkan data. 2. Pemeriksaan Fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi untuk mengumpulkan data. 3. Observasi Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap klien. 4. Dokumentasi Yaitu mempelajari catatan resmi kesehatan pasien. 5. Studi Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data dari teori dan buku sumber di perpustakaan maupun di internet.

1.4 Sistematika penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teori Pada bab ini membahas mengenai karsinoma vulva BAB III : Tinjauan Khusus Membahas kasus secara nyata yang dilakukan pada penderita kanker vulva dengan asuhan kebidanan. BAB IV : Pembahasan Bab ini berisi tentang pembandingan antara teori dengan praktik yang dilakukan bidan 2

BAB V

: Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi dan Fisiologi Retina Anatomi Retina Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang kedepan hamper sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior. Fisiologi Retina Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. 2.2. Pengertian Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anakanak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005). Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ). Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun. (Sidarta Ilyas, 2009). Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Ganong William F.1998).

Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit tumor ganas dalam bola mata pada anak usia kurang dari 5 tahun.

2.3. Etiologi Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom, bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan / nervus optikus).

2.4. Patofisiologi Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini. Pola Penyebaran Tumor a. Pola pertumbuhan Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior membentuk Pseudohypopyon Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat. Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas

hingga ke sklera. Retinoblastoma eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal detachment. b. Invasi saraf optikus Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid. c. Diffuse infiltration retina Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding, pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus. d. Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang. Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat teraba.

2.5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala Kanker Vulva yang mungkin timbul: a. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang tidak normal. b. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata. c. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat. d. Tajam penglihatan sangat menurun. e. Nyeri. f. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kacaterlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah diatasnya. g. Bisa terjadi kebutaan

2.6. Klasifikasi Klasifikasi Stadium Menurut Reese-Ellsworth, retinobalastoma digolongkan menjadi : a. Golongan I Tumor soliter/ multiple kurang dari 4 diameter pupil. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator. b. Golongan II - Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.

c. Golongan III - Beberapa lesi di depan ekuator. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil.

d. Golongan IV - Tumor multiple sebagian besar > 10 dd. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.

e. Golongan V - Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina. Penyebaran ke vitreous Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut : a. Derajat I Intraokular - tumor retina. penyebaran ke lamina fibrosa. penyebaran ke ueva. biopsi.

b. Derajat II orbita - Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan Nervous optikus.

f.

Pemeriksaan Diagnostik a. Ultrasonografi Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum protopsis.Dengan USG dapat diketahui : Ukuran panjang bola mata ( axial lenght) yang biasanya normal pada RB,kecuali bila terdapat buphthalmos. Letak, besar dan bentuk massa tumor didalm bola mata, perluasan tumor ke N. Optikus atau ke dalam bola orbita. RB memperlihatkan gambaranUSG yang khas sehingga memberikan ketepatan diagnosi sampai 90 %, yaitu adanya reflektivitas yang tinggi mencapai 100% pada A scan yang menunjukkaan tanda kalsifikasi dan shadowing effect positif. b. CT Scan kepala orbita Bila terdapat protopsis, kecurigaan perluasan tumor keekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke N.II, serta menilai adanya trilateral pada midlinecranial. c. d. Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, nyeri atau pembengkakan tulang. Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan pemeriksaan pungsilumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.

g.

Penatalaksanaan Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local. Jenis terapi : 1. Pembedahan Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan 8

pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita. 2. External beam radiotherapy (EBRT) Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi

merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan

pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder. 3. Radioterapi plaque Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder. 4. Kryo atau fotokoagulasi Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang 9

baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang. 5. Modalitas yang lebih baru Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang

kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata. 6. Kemoterapi Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat

penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Apabila

penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh 10

pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.

h.

Prognosis Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler. Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular pada saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.

i.

Komplikasi Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang masih intraukolar dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatikdan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai

seluruh vetreus dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma. (Mansjoer A. 2000). Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah : 1. Ablasio Retina Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. 2. Glaukoma Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. 11

3. Kebutaan Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak bisa melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada katarak yang umumnya dapa diatasi.

12

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK PADA AN. RP UMUR 5 TAHUN 2 BULAN DENGAN RETINOBLASTOMA DI POLI ANAK RSUP DR. KARIADI

I.

PENGKAJIAN Tanggal : 21 Oktober 2013 Waktu : 11.00 WIB

Tempat : Poli Anak RSUP Dr Kariadi No.RM : C 423836

II. IDENTITAS a. Identitas Bayi Nama Tanggal/ jam lahir Jenis kelamin b. Identitas Orang Tua Nama Ibu Umur : Ny. S : 27 tahun Nama Umur Agama : Tn. S : 29 tahun : Islam : An. RP : 14 Agustus 2008 : Laki - laki

Agama Islam : Islam Pendidikan Pekerjaan Alamat : SMA : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta

: Bandengan RT I RW 4 Kel. Wedung Kec. Wedung Demak

III. DATA SUBYEKTIF 1. Alasan Datang Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin kontrol : Mata kiri seperti mata kucing

2. Riwayat Kesehatan : Dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit kronik maupun menular.

13

Sekarang

: Ibu mengatakan pada mata anaknya terdapat bercak putih seperti mata kucing sejak 1 tahun yang lalu.

Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita retinoblastoma seperti yang diderita anaknya, serta tidak ada keturunan kelainan konginetal.

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Dahulu : Prenatal Natal : G1P0A0, ANC 5 kali di bidan, tidak ada masalah : Persalinan premature, spontan, ditolong oleh dokter di RSUP Dr. Kariadi bayi laki-laki dengan BB: 3200 gram, PB: 49 cm Post Natal : Normal, tidak ada masalah.

Sekarang

: -

4. Riwayat Tumbang : Pertumbuhan BB : BB lahir = 3200 gram BB Sekarang = 12 kg, TB = 89 cm Arah garis kurva pertumbuhan normal Perkembangan anak : Motorik halus anak baik, motorik kasar anak baik, kemampuan penglihatan anak menjadi berkurang karena adanya retinoblastoma pada mata kirinya. Kelainan bawaaan : Tidak ada

5. Riwayat Imunisasi : Ibu mengatakan anaknya telah mendapatkan imunisasi dasar wajib lengkap.

6. Pola Kesehatan sehari-hari : Pola nutrisi : Makan 3 X/ hari, porsi sedang, habis, menu nasi, sayur, lauk, dan buah. Minum 8 gelas/ hari dengan air putih dan susu. Pola eliminasi : BAB 1 X/hari, konsistensi lembek warna normal BAK 6-7 X/hari Pola istirahat : Siang hari tidur 2 jam, tidur pulas

14

Malam hari tidur 7 jam, sering rewel dan gelisah, susah tidur dan mudah terbangun Pola aktivitas : Sebelum sakit : anak cukup aktif , tidak rewel dll Selama sakit : anak rewel dan kurang aktif Pola hygiene : Mandi dan gosok gigi 2 X/ hari, keramas 3 X/ minggu, dang anti baju 2-3 X/ hari Pola sosial ekonomi : hubungan anak dengan keluarga baik, menangis dan takut dengan orang yang belum dikenal, penghasilan orangtua cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anak.

IV. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum Vital signs : sadar, cukup aktif :N RR T 2. Pengukuran antropometri : BB PB : 12 kg : 89 cm Lingkar kepala / LK : 79 cm Lingkar dada/ LD LILA 3. Status present Kepala Muka Mata Hidung Mulut Telinga Leher Dada : Mesochepal, rambut bersih, distribus merata : Tidak pucat, tidak oedem : Tidak anemis, ada leukorea, ada massa tumor pada mata kiri : Bersih dan tidak ada secret : Tidak ada sariawan, mukosa bibir lembab : Bersih, tidak ada serumen : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid :Simetris, Ekspansi pernapasan normal, pernapasan normal, retraksi intercostae tidak ada Pulmo/COR Abdomen Genetalia Punggung :Tidak wheezing, tidak ada stridor, SD vesikuler +/+, DT hantaran -/: Tidak ada pembesaran hepar dan lien, ada bising usus, datar : Normal, tidak ada kelainan : Simetris, tidak ada kelainan 15 : 70 cm : 15 cm = 100 x/ menit = 24 x/ menit = 36,5 0 C

Anus Ekstremitas Kulit

: Ada dan berlubang : Tidak ada kelainan, Jari lengkap, simetris : Normal, turgor kulit normal

V. ANALISA Anak RP, umur 4 tahun 2 bulan dengan Retinoblastoma

VI. PLANNING 1. Melakukan pengukuran antropometri dan vital sign H: BB : 4200 gram PB : 89 cm HR : 106 X/menit RR : 32X/menit T : 36,7C N : isi dan tegangan cukup 2. Kolaborasi dengan tim medis untuk merencanakan sitostatika siklus I minggu II H: Anak sudah direncanakan untuk mendapatkan sitostatika siklus I minggu II 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi vincristin 0,75 mg H: Orangtua mengerti dan akan memberikannya pada anak. 4. Mengganti balut pada daerah mata sebelah kiri H: Telah dilakukan ganti balut. 5. Menganjurkan orang tua pasien untuk control 1 bulan lagi dan bila ada keluhan. H: Orang tua mengerti dan bersedia control kembali

16

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan yang diberikan kepada An. RP, usia 4 tahun 2 bulan dengan retinoblastoma dengan teori yang ada. Banyak hal yang ditemukan dalam melakukan asuhan kebidanan mulai dari pengumpulan data subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan terhadap klien dengan Retinoblastoma di RSUP. Dr.Kariadi. Adapun hal-hal yang penulis temukan selama melakukan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut : A. Subjektif Pada pengumpulan data subjektif penulis melakukan anamnesa dengan cara wawancara kepada orangtua An.RP . Hasil anamnesa, umur klien 4 tahun 2 bulan , hal ini sesuai dengan teori bahwa Retinoblastoma biasanya pada usia < 5 tahun. Disamping usia, berdasarkan keluhan utama, mata anak terdapat bercak putih dan terlihat seperti mata kucing. Hal ini sesuai dengan teori dari tanda dan

gejala Retinoblastoma. B. Objektif Pada pengumpulan data objektif penulis memperoleh data dengan melihat keadaan umum, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada bulan Juni hasil pemeriksaan penunjang ST. oftalmia adalah terdapat leukorea, proptosis, dan tumor. C. Analisa Pada tahap melakukan analisa penulis tidak menemukan kesulitan karena diagnosis sudah dapat ditegakan dari keluhan utama, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari data subjektif dan objektif An. RP. dapat didiagnosis dengan Retinoblastoma. D. Penatalaksanan 17

Penatalaksanaan pada An. RP dengan Retinoblastoma dilakukan sesuai dengan protap pelaksanaan yang ada, dimana pemberian terapi berdasarkan kalsifikasi Retinoblastoma. Tindakan yang dilakukan yaitu Kemoterapi. Selain itu, diberikan asuhan kebidanan yang komprehensif dengan pendekatan BioPsikososial yaitu dengan memberikan asuhan sesuai dengan standar profesi kebidanan dan wewenangnya serta memberikan dukungan moril dan spiritual pada klien. Demikian analisa penulis, bahwa antara asuhan kebidanan yang diberikan pada An. RP dengan retinoblastoma telah sesuai dengan teori.

18

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN a. Bulan Juni 2013, pasien mengalami bercak putih pada mata seperti mata kucing. Kemudian periksa di dokter spesialis mata. Kemudian pasien langsung dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. b. Berdasarkan data focus tersebut, didapatkan masalah utama pada An. RP umur 4 tahun 2 bulan dengan retinoblastoma. c. Rencana asuhan yang diberikan kepada An.RP yaitu observasi keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital, observasi PPV, beri terapi sesuai program (Vincristin 0,75 mg), dan rencana kemoterapi. Dari asuhan yang telah diberikan kepada ny. R didapatkan hasil : 1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis 2. Tanda-tanda vital N : 100 x/mnt RR : 24 x/mnt S : 36,5 oC

3. Vincristin 0,75 mg telah diberikan

5.2. SARAN 1. Setiap tenaga kesehatan terutama bidan perlu meningkatkan pengetahuan ketrampilan mengenai asuhan kebidanan pada anak. 2. Sebaiknya asuhan kebidanan harus betul-betul dilaksanakan oleh bidan dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan, sehingga dapat memberikan pelayanan yang profesional. 3. Sebaiknya tenaga kesehatan perlu menjalin kerjasama yang baik antara keluarga, tenaga kesehatan yang lain dan lembaga pemerintah yang ada.

19

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta. Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta. Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak. 2009. BIP : Jakarta Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika. Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta:Badan Penerbit IDAI.

20

Você também pode gostar