Você está na página 1de 47

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR 07 HARI

Kamis, 04 Juli 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 0-7 HARI


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam priode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat atau akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. (Prawiroharjo, 2006; h.132) Berdasarkan penelitian WHO seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar 4.000.000 jiwa /tahun. Kematian bayi tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di Negara Indonesia.
(http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010)

Angka kematian bayi (AKB) di Negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 kelahiran hidup. Malaysia 5,5/1000 kelahiran hidup. Thailand 17/1000 kelahiran hidup. Vietnam 18/1000 kelahiran hidup dan philipina 26/1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah angka tertinggi di Negara ASEAN. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007 angka kematian bayi diIndonesia adalah 35/1.000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau

430 bayi meninggal dunia perhari.dalam Milenium Development Goals (MDGS) Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17/1000 kelahiran hidup. Bebrapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir, kelianan kongenital dan hyperbilirubin.
(http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010)

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 KH, Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012). Secara umum Angka Kematian Anak menunjukkan penurunan yang lambat. Angka Kematian Neonatal mengalami stagnasi 10 tahun terakhir yaitu 20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002 menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan SDKI 2012. Padahal kematian neonatal merupakan proporsi yang besar dari kematian bayi (59%) dan balita (47%). (Profil Dinas Kesehatan Lampung, 2012) Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500- 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Ai yeyeh dan lia, 2010; h. 2) Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64 kasus. Tingginya kasus kematian Ibu dan anak di Provinsi Lampung memperlihatkan betapa rawannya derajat kesehatan Ibu dan anak. Karena kematian Ibu bayi dan Balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu Negara. (Profil Dinas Kesehatan Lampung, 2012). Hal-hal yang mungkin akan terjadi apabila tidak dilakukan asuhan pada bayi baru lahir diantaranya: akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi coldstrees yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir akan mengakibatkan kesulitan pernafasan, kekurangan zat asam, dan apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Tak kurang pnting adalah

pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan/ membersihkan bayi dengan bahan, atau cairanatau alat yang kurang bersih. (Prawirohardjo, 2006; h. 132-133) Dari hasil prasurvey yang dilakukan penulis di 2 BPS Bandar Lampung yaitu di BPS Hj. Maria Suroso S.ST dalam 3 bulan terakhir terdapat 101 bayi baru lahir tanpa komplikasi, sedangkan data yang diperoleh dari BPS Tuti dalam 3 bulan terakhir terdapat 20 bayi baru lahir tidak mengalami komplikasi. Dari data diatas penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan kebidanan Pada bayi baru lahir usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013

B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis rumuskan masalahnya adalah Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan khusus a. Diharapkan dapat melakukan pengkajian data dasar dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013. b. Diharapkan dapat merumuskan atau menegakkan diagnose dan masalah dalam asuhan kebidanan bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013.

c.

Diharapkan dapat mengantisipasi diagnose atau masalah potensial dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013.

d.

Diharapkan dapat menetapkan kebutuhan tindakan segera dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013.

e.

Diharapkan dapat menyusun rencana asuhan menyeluruh dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013.

f.

Diharapkan dapat mengimplementasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung tahun 2013.

g.

Diharapkan dapat mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung 2013.

D. Ruang lingkup 1. Sasaran Bayi baru lahir normal yaitu bayi Ny. E 2. Tempat Pengkajian data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dilakukan di BPS Hj. Maria Suroso S.ST dan kunjungan rumah di Bandar lampung tahun 2013. 3. Waktu Pengkajian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilaksanankan pada tanggal 20 mei 2013 sampai pada tanggal 27 mei 2013.

E. Manfaat penulisan 1. Bagi institusi

Karya tulis ini berguna sebagai acuan untuk membimbing mahasiswa yang terjun kelahan praktek dengan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan memantau kinerja mahasiswa dilahan praktek, melalui bimbingan secara intensif. 2. Bagi lahan praktek Karya tulis ini sebagai alat pembimbing dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asuhan kebidanan, dan dapat mempercepat kerjasama dalam mengaplikasikan teori dilahan pratek dalam asuhan kepada ibu dan bayi setelah lahir. 3. Bagi masyarakat Dengan dilakukannya suhan kebidanan pada bayi baru lahir, masyarakat khususnya orang tua mengerti dalam memberikan asuhan yang baik pada bayi baru lahir dengan demikian komplikasi dapat terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan.

F. Metodelogi penelitian 1) Metode penelitian Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengunakan metode penelitian. Dimana metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan yang objektif. (Notoatmodjo, 2005; h.138) 2) Teknik Memperoleh Data a. Data primer 1) Wawancara Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatlkan data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penulis (responden). (Notoadmodjo, 2005; h. 102) Anamnesa dilakukan dengan dua cara: a) Auto anamnesa

Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya b) Allo anamnesa Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. (Ari Sulistyawati, 2009; h. 111) 2) Pengkajian Fisik Penulis melakukan pemeriksaan fisik menggunakan prinsip inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.(Prihardjo, 2006; h. 3) 3) Partisipatif Adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. (Notoatmodjo, 2005; h. 95) 4) Pemeriksaan penunjang Tes laboratorium dan penelitian pendukung adalah komponen esensial dari pengujian fisik sebagai tes dan penelitian yand dilakukan sebagai bagian dari skrining rutin dapat bervariasi tergantung pada usia wanita tersebut, status resikonya. (Varney, 2007; h. 37)

b. Data Sekunder 1) Studi Pustaka Penulis mencari, mengumpulkan,dan mempelajari refrensi yang membahas tentang Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

2) Studi Dokumenter Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, maupun diagnostik. (Notoatmodjo, 2005; h. 62) sumber lain yang Menunjang seperti hasil pemeriksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori medis 1. Pengertian bayi baru la

Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan 37-40 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. (Dewi, 2011; h. 1)Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai AFGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.

(Ai yeyeh dan Lia, 2010; h. 2)

2. Ciri- ciri bayi baru lahir a. Lahir aterm antara 37-42 minggu. b. Berat badan 2500-4000 gram. c. Panjang badan 48-52 cm. d. Lingkar dada 30-38 cm. e. Lingkar kepala 33-35 cm. f. Lingkar lengan 11-12 cm. g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit. h. Pernafasan 40-60 x/menit. i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. k. Kuku agak panjang dan lemas. l. Nilai APGAR > 7. m. Gerak aktif. n. Bayi lahir langsung menangis.

o. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. p. Reflek sucking (hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. q. Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik. s. Genetalia a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora. t. eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan bewarna hitam kecoklatan. (Dewi, 2011; h. 2)

Tabel 2.1 Tanda APGAR Tanda Appearance ( warna kulit) Nilai 0 Pucat/ biru seluruh tubuh Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Nilai 1 Tubuh merah ekstermitas biru < 100 Nilai 2 Seluruh tuuh kemerahan Score

Pulse (denyut jantung) Grimace (tonus otot ) Activity (aktivitas) Respiratorion (pernafasan)

>100

10

Ekstermitas sedikit fleksi Sedikit gerak Lemah atau tidak teratur

Gerakan aktif Langsung menangis menangis

nterpretasi 1) Nilai 1-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang 3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal). (Dewi, 2011; h. 2-3) 3. Tahapan bayi baru lahir 1) Tahap 1 Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. 2) Tahap II Disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku. 3) Tahap III Disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Dewi, 2011; h. 3) 4. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus 1) Sistem pernafasan Perkembangan system pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-pariu terbentuk.pada umur kehamilan 26-28 hari kedua bronci membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur 12 minggu terjadi diferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur 34-36 minggu struktur paruparu matang, artinya paru-paru sudah bias mengembangkan system alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. (Muslihatun, 2010; h. 12) Perkembangan paru-paru: paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah bronchioles untuk alveolus berkembang; awal adanya nafas karna terjadi hypoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan rongga dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan menyebabkan udara masuk paru-paru secara mekanis. (Ai yeyeh, dkk, 2009; h. 159)

2) Suhu tubuh Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh bayi baru lahir ke lingkungannya. a. Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (perpindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung), contohnya menimbang bayi tanpa alas timbangan. b. Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah npanas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela. c. Radiasi Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkunga yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda) contoh bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan air conditioner (AC).

d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung pada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). (Muslihatun, 2010; h. 12-13) 3) peredaran darah Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian

kehati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa sebagian keparu dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang di ikuti dengan menurunnya tekann pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekann jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karna rangsangan biokimia (pao2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. (Dewi, 2011; h. 13) Bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna menghantar oksigen kejaringan sehingga harus terjadi dua hal: penutupan voramen ovale dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru serta aorta. (Ai yeyeh dkk, 2009; h.159) 4) keseimbangan air dan fungsi ginjal Tubuh bayi baru lahir mengandung relative banyak air dan kadar natrium relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstra seluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relative kurang bila disbanding orang dewasa. (Muslihatun, 2010; h. 18)

Tubuh BBL mengandung relative banyak air.kadar natrium juga relative lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena: a. jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa. b. Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume proksimal; c. renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. (Dewi, 2011; h. 15) 5) Immunoglobulin Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simplek dan lain-lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibody gama A, G dan M. (Muslihatun, 2010; h.18) 6) Traktus Digestivus Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang disbanding dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat bewarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses biasanya sudah berbentuk dan bewarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amylase pancreas. (Dewi, 2011; h. 15) 7) Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktf benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome. (Dewi, 2011; h 15) 8) Keseimbangan asam basa

Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis anaerobic. Namun, dalam waktu 24jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini. (Dewi, 2011; h. 15) 9) Metabolism Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolism basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat diperoleh dari metabolism karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama kehidupan, energy didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar dihari keenam energy diperoleh dari lemak dan karbohidratyang masing-masing sebesar 60 dan 40%. (Dewi, 2011; h. 14).

5. Penampilan dan prilaku bayi baru lahir Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, hendaknya dilakukan secara cermat, hati-hati, dan perhatikan beberapa kondisi penampilan bayi secara keseluruhan antara lain: keadaan umum bayi, penampilan fisik seperti warna kulit, pucat atau tidak. Kulit bayi perhatikan dengan baik warna kulit bayi beberapa bayi memiliki beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya, bayi mungkin memiliki bintik besar dan gelap dipunggung bawah atau pantat. Bayi lain mungkin memiliki bintik merah diwajah. Bintik- bintik ini tidak berbahaya, namun bintik yang seperti bisul bewarna merah kecil kemungkinan besar merupakan tanda infeksi. Warna kulit bayi: bayi yang semestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus memperhatikan dengan seksama bila hal-hal ini terjadi, warna kulit bayi masih kebiru-biruan ,jika tangan dan kaki bayi masih bewarna kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi bahkan masih memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau dua hari setelah lahir.

Bibir atau wajah bayi masih terlihat biru satu jam setelah lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung atau paru-parunya, kemungkinan dia memerlukan oksigen. Jika kulit bayi terlihat kekuningan, jika bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bias jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi. Segera minta bantuan medis. Kulit bayi terlihat pucat. Bayi terlihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami anemia atau masalah kesehatan lainnya. Segera minta bantuan medis. Kulit bayi sangat merah : bayi yang sangat merah mungkin tidak apa-apa.coba perhatikan dia selama satu minggu untuk mencari kemungkinan penyakit kuning. Jika kulitnya berubah menjadi kekuningan, nafasnya mulai medis. cepat atau mengalami kesulitan saat menyusui segera minta bantuan

Kebanyakan bayi akan mengalami ruam kulit dalam minggu-minggu pertama.

Ruam biasanya muncul di tempat kulit bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan punggung. Tetapi bias juga muncul di wajah. Ruam ini cendrung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Penggunaan lotion atau bedak, sabun wangi, air panas untuk mandi dan celana plastic akan memperburuk keadaan ini, terutama pada cuaca panas. Pengeringan dan pengelupasan kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama dilipatan pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Bayi yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua, yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam. Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras dibawah kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus), dimana penekanan tulang merusak beberpa jaringan lemak. Pada persalinan dengan pertolongan forsep, benjolan tertentu sering ditemukan dikepala, pipi dan leher. Benjolan bias pecah menembus permukaan kulit, mengeluarkan jaringan bewarna kuning jernih, tetapi biasanya akan segera sembuh. Reflek, yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa didasari pada bayi normal, di bawah ini akan dijelaskan beberpa penampilan dan prilaku bayi, baik secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan. a. Tonik neek reflek, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

b. Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari. c. Grasping reflek, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat. d. moro reflek, reflek yang timbul diluar kemauan? Keadaan bayi. Contoh: bila bayi diangkat dan direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi gerakan yang mengangkat tubuhnya dari orang yang mendekapnya. e. Startle reflek , reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering di ikuti dengan tangis. f. Stapping reflek, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan. g. Reflek mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kearah sentuhan pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap. h. Reflek menghisap (sucking), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktefirus tertekan dan memancarkan ASI. i. Reflek menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung. (Rukian dan Yulianti, 2010; h. 61-63)

6. Penanganan Bayi Baru Lahir 1. Asuhan bayi baru lahir 1) Jaga kehangatan bayi Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. kontak dengan ibu dan kulit bayi sangat penting untuk kehangatan mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/ kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan dan jangan lupa memastikan kepala bayi telah dilindungi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas.

2) Insiasi menyusui dini

Untuk mempererat ikatan batin antar ibu-anak, setelah dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakkan didada ibunya sebelum bayi dibersihkan. Sentuhan kulit dan kulit mampu menghadirkan efek fisiologis yang dalam diantara ibu dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI ekslusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Satu jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya, ini adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi menyusu. Setelah IMD dilanjutkan pemberian asi ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun. Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormone stress akan kembali turun sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stress, pernafasan dan detak jantungnya mulai stabil. Sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada putting ibu slama proses IMD akan merangsang keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu. Sentuhan bayi juga merangsang hormone lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran ASI dari payudara. Secara ilmiah proses inisiasi menyusui dini akan mengurangi rasa sakit pada ibu. Selain itu bayi juga dilatih motoriknya pada saat proses tersebut. Tatalaksana inisiasi menyusui dini, yaitu diantaranya : a. Anjurkan suami atau keluarga saat melahirkan. b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih d. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi didada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan. e. Anjurkan ibu untuk member sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya g. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibunya minimal 1jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada didada ibu sampai proses menyusu pertama selesay h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu selesai.

i. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan secara oprasi atau tindakan lain. j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas. (Rukiah dan Yulianti, 2010; h. 7-9)

3) Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi merupakan penatalaksaan awal yang harus pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentanterhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut a. mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi b. memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting dan benang tali pusat telah disinfeksitingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi. d. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setelah digunakan). e. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya, dengan mandi setiap hari(putting susu tidak boleh disabun). f. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari. g. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya . (Muslihatun, 2010; h. 20)

4) Member vitamin K Kejadian perdarahan karena difesiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, bekisar 0, 25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi dari vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M. (Prawirohardjo, 2006; h. 135)

5) Memberi obat tetes/ salep mata Di beberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara hokum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam setelah bayi lahir. Pemberian obat mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).Perawatan harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat apa yan digunakan. (Prawirohardjo, 2006; h. 135)

6) Identifikasi bayi Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinan nya lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat penerimaan pasien, dikamar bersalin, dan diruang rawat bayi. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum: a. Nama (bayi, nyonya) b. Tanggal lahir c. Nomor bayi d. Jenis kelamin e. Unit, f. Nama lengkap ibu

Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan menyantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Prawirohadjo, 2006; h. 135-136)

7) Rawat gabung Rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya.menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadi dua, yakni rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu terus menerus, serta rawat gabung intermiten yaitu bayi hanya sewaktu-waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat bayi akan menetek saja. Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina hubungan emosional antara ibu dan bayi, meninglkatkan penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.dengan rawat gabung bayi dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja, dimana saja bayi membutuhkannya.ibu dapat melihat dan dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu dirumah sakit, dapat melihat suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusuii bayinya secara baik dan benar, ibu mendapat kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya. Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong.apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek menghisap baik tidak ada tanda-tanda infeksi dan lainlain.apabila bayi lahir secara secsio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah oprasi selesay. Syarat lain agar bayi dapat dirawat gabung adalah bayi tidak afiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR lebih dari

7, umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu, berat lahir lebih dari atau sama dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat. (Muslihatun, 2010; h. 22)

7. Asuhan pada bayi usia 2-6 hari 1) Pembrian minum Salah satu yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/ dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkmbangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (on demond) atau sesuai keinginan ibu(jika payudara penuh)atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam ( paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu apabila masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI Eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (makann pendamping ASI). 2) Menjaga kebersihan kulit bayi Memandikan harian bayi dilakukan, harus diruang yang hangat, bebas dari hembusan angin langsung dan tergantung dengan kondisi udara, jangan memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya aktifitasdan pembakaran energy dikuatirkan terjadi hipotermi dan bayi masih kedinginan, prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, lembut, pada saat memandikan membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus. (1) bagian kepala: lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai sabun, kemudian lap dengan handuk lalu basahi kepala dengan air kemudian pakaikan sampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas dan dikeringkan dengan handuk, (2) bagian tubuh: buka pembungkus, pakaian, popok bayi, kalau bayi BAB, bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan lembut memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher, dada, perut, punggung, kaki de4ngan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan celupkan ke bak mandi yang

telah diisi air dengan hangat 37 derajat celcius. (3) angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, pakaikan minyak keringkan dengan handuk, pakaikan minyak telon dengan dada, perut dan punggung jangan pakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi dibungkus agar hangat dan dekapkan ketubuh ibu. 3) Perawatan tali pusat bayi Banyak pendapat tentang cara terbaik perawatan tali pusat. Telah dilaksakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara penanganan tidak ada peningkatan kejadian infeksi pada tali pusat bila dibiarkan terbuka dan tidak melakukan apapun selain membersihkan luka tersebut dengan air bersih. Untuk diwaspadai bagi Negara-negara yang beriklim tropis, penggunaan alcohol yang popular dan terbukti efektif di daerah panas alcohol mudah menguap dan terjadi penurunan keefektifannya. Bedak antiseptic juga dapat kehilangan keefektifannya terutama dalam suasana kelembaban tinggi (bila tidak dijaga). Sehingga penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan infeksi, kecuali bila obat tersebut dapat dijaga agar tetap kering dan dingin. karena tidak ada bukti kuat penggunaan alcohol tersebut mahal dan sulit untuk mendapatkan bahan yang berkualitas, untuk sementara ibu nifas membiarkan tali pusat mongering sendiri. Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mongering, tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari dengan menggunakan air bersih, merupakan cara paling cost effective untuk perawatan tali pusat. Bidan sebaiknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembaban (akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri, penting untuk dinasehati pada ibu, agar tidak membubuhi apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap kering.

4) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi Jika menemukan hal seperti ini harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti: (a) pernafasan sulit atau lebih dari 60x/ menit, (b) terlalu hangat (>380C)

atau terlalu dingin (<360C), (c) kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar, (d) hisapan bayi saat menyusu lemah rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan, (e) tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah, (f) tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering bewarna hijau tua, ada lendir atau darah, (g) menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus 5) Kebutuhan istirahat tidur Dalam dua kinggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus sampai 3 bualan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat pastrikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada table berikut:

Table 2.2 Total istirahat tidur bayi sesuai usia bayi perhari Usia 1 minggu 1 tahun 2 tahun 5 tahun 9 tahun (Rukiah dan yulianti, 2010; h. 66-82) Lama tidur 16,5 jam 14 jam 13 jam 11 jam 10 jam

6) Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri untuk melawan penyakittertentu dengan memasukkan suatu zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. (Rukiah dan Yulianti, 2010; h. 66-82) B. Tinjauan teori asuhan kebidanan Teori manajmen kbidanan menurut varney

1. Pengertian Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana. a. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. b. Proses manajemen kebidanan Proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakantindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai. (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.130) Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatru metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. (Soepardan, 2007; h. 96)

2. Langkah dalam manajement kebidanan menurut varney I. pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: A. Data subjektif 1) Anamnesa Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat kesehatan, serta pengetahuan klien. Anamnesa dapat dilakukan dua cara yaitu sebagai berikut: a) Auto anamnesa

Adalah anamnsa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi data yang di proleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. b) Allo anamnesa Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. (Ari Sulistyawati, 2009; h. 111)

1) Identitas bayi a. Nama Nama jelas atau lengkap bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Ambarwati, 2009; h. 130) b. Umur/ tanggal lahir Bayi baru lahir normalnya lahir pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu. (Aiiyeyeh dan Lia, 2010; h. 2) c. jenis kelamin untuk mengetahui jenis kelamin bayi. d. anak ke untuk mengetahui anak kebrapa bayi tersebut e. alamat ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

2) identitas ibu a. Nama Nama jelas atau lengkap bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Ambarwati, 2009; h. 130) b. Umur.

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dan komplikasi. c. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Pendidikan. Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati, 2009; h.130) e. Suku/bangsa. Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. f. Pekerjaan. Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati, 2009; h.130) g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

3) Riwayat antenatal Umur kehamilan neonatus cukup bulan adalah 37 minggu sampai 42 minggu (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 20)

4) Penyakit selama hamil Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, misalnya penyakit diabetes. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 20)

B. Data objektif

1) Pemeriksaan umum a. Keadaan umum Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum ini adalah keadaan umum: kesadaran dan keaktifan. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 74) b. Tonus otot Tonus otot bayi normal adalah bergerak aktif. (Dewi, 2011; h. 2) c. Pernafasan Dalam pernafasan bayi baru lahir ditandai dengan bayi segera lahir menangis kuat (Dewi, 2011 ; h. 3) d. Warna kulit Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah bewarna kemerahan/ merah muda, dan terdapat lanugo dan vernixcaseosa, dan bayi yang mengalami kelaian dapat menunjukkan perubahan warna sianosis yang dapat berbahaya pada bayi. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 74-73) e. Lama persalinan 2.3 Lama persalinan pada primigravida dan multi gravida
Kala persalian I II III IV Jumlah (tanpa memasukkan kala IVyang bersifat observasi) Primigravida 10-12jam 1-1,5jam 10 menit 2 jam 10-12 jam multigravida 6-8 jam 0,5-1 jam 10 menit 2 jam 8-10 jam

(dr. Ida Ayu Chandranita, dkk, 2010; h. 698)

II. Interprestasi data

Pada langkah ini dilakuakan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.(Muslihatun, 2010; h. 254) A. Diagnosa Kebidanan Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosis kebidanan. Diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif. B. Masalah Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. C. kebutuhan kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam melakukan analisa data.

III. Identifikasi diagnose dan masalah potensial Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose. (Soepardan, 2007; h. 97) IV. Tindakan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau ada hal yang perludikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi. (Muslihatun, 2010; h. 255)

V. Perencanaan Merencanankan asuhan menyeluruh yang rasional ssuai dengan temuan pada langkah sebelumnya. (Muslihatun, 2010; h. 255) Rencana yang diberikan pada bayi baru lahir adalah 1. Jaga kehangatan bayi

2. Berikan bayi kepada ibu dan letakkan diatas dada ibu untuk IMD 3. Ukur antropometri bayi 4. Beri vitamin K 5. Beri salep mata tetracyclin 6. Lakukan pemeriksaan fisik (head to toe) 7. Beri bayi identitas 8. Beri bayi kepada ibu untuk rawat gabung

Rencana asuhan bayi 2-6 hari 1. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi 2. Pemberian minum bayi 3. Jaga kebersihan kulit bayi 4. Rawat tali pusat bayi

VI. Pelaksanaan Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Pada langkah kenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Rencana yang diberikan pada bayi baru lahir adalah 1. Membersihkan dan mengeringkan tubuh bayi dengan cara mengganti handuk bayi yang basah dengan handuk yang bersih dan kering. 2. Memberikan bayi kepada ibu untuk IMD dengan cara skin to skin dan menyelimuti keduanya dengan selimut yang bersih. 3. Mengukur antropometri bayi mulai dari lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan bayi. 4. Memberikan bayi Vitamin K dengan dosis 0.05 cc secara IM pada paha kiri bagian luar untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial atau perdarah pada otak bayi. 5. Memberikan salep mata tetracyclin 1% pada kedua mata bayi.

6. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe. 7. Memberikan bayi identitas agar bayi mudah dikenali dan mencegah tertukar dengan bayi lain 8. Bayi telah diberikan pada ibunya untuk rawat gabung

Asuhan bayi 2-6 hari 1. Melakukan pemeriksaan keadaan umum bayi yaitu RR, N, S, BB 2. Pemberian minum bayi berupa ASI 3. Menjaga kebersihan kulit bayi 4. Merawat tali pusat bayi 5. Memenuhi kebutuhan imunisasi pada bayi

VII. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. (Soepardan, 2007; h. 97-102)

C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan anak

a. Ruang lingkup: 1. Pelayanan bayi baru lahir 2. Pelayanan bayi 3. Pelayanan anak balita 4. Pelayanan anak pra sekolah b. Kewenangan: 1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah Pemberian konseling dan penyuluhan Pemberian surat keterangan kelahiran Pemberian surat keterangan kematian (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171) BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 0-7 HARI TERHADAP BY. NY. E DI BPS Hj. MARIA SUROSO S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh Tanggal Pukul

: Widia februarita : 20 mei 2013 : 16: 30 WIB

A. 1.

Data Subjektif Anamnesa a. Bayi Nama bayi : Bayi Ny. E : 20 Mei 2013 : 16:30 WIB

Tgl lahir Jam

Jenis kelamin : laki- laki Anak ke Alamat :1

: jl. Beringin gang buntu no 61 LK II RT/RW :001/- SepangJaya, Bandar Lampung. b. Orang Tua Nama ibu Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Ny. E : 28 tahun : lampung : islam : S1 : IRT : Jl. Beringin gg Buntu no 61 LK II RT/ RW 001/ Sepang jaya Bandar Lampung Nama ayah Umur Suku Agama Ppendidikan Pekerjaan Alamat : Tn. S : 27 tahun : lampung : islam : S1 : Wiraswasta : Jl. Beringin gg Buntu No. 61 LK II RT/RW 001/Sepang jaya Bandar lampung

c. Riwayat antenatal G1P0A0 Umur Kehamilan 40 Minggu Riwayat ANC : teratur, 6 kali di BPS Hj. Maria

Keluhan saat kehamilan

: Mual muntah saat TM I Tidak ada keluhan saat TM II Sering kencing pada TM III

Penyakit selama kehamilan 1) Diabetes Mellitus 2) Hepatitis 3) HIV/ AIDS Komplikasi Ibu 1) Pendarahan 2) Pre-eklamsi 3) Eklamsia 4) Penyakit kelamin 5) Lain-lain d. Riwayat intranatal Lahir tanggal Pukul Jenis Persalinan Penolong : 20 mei 2013 : 16:30 WIB : Spontan : Bidan : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak Ada : Tidak Ada : Tidak Ada

B. DATA OBJEKTIF Keadaan Umum Tonus otot Pernafasan Warna kulit : Baik : Gerakan aktif : Spontan, menangis kuat : Kemerahan

1. Data penunjang Riwayat antenatal Tempat lahir : BPS Hj. Maria Suroso S.ST

Ditolong oleh Usia kehamilan Jenis persalinan Lahir tanggal Jenis kelamin Cacat bawaan Plasenta Keadaan air ketuban Waktu pecah air ketuban Lilitan tali pusat

: Bidan : 40 minggu : normal : 20 mei 2013 : laki-laki : tidak ada : lahir spontan : jernih : pukul 15.30 : tidak ada

2. Lama persalinan Kala 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4 Lamanya : 9 jam 5 menit : 0 jam 20 menit : 0 jam 10 menit : 2 jam 0 menit : 11 jam 25 menit

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengumpulan data dasar I. Pengkajian Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien terhadap Bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST di Bandar Lampung, dan didapatkan hasil sebagai berikut: DATA SUBJEKTIF

A. Ibu 1. Umur a. Menurut tinjauan teori Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadinya perdarahan dan komplikasi. (Ambarwati, 2009; h. 130) b. Menurut tinjauan kasus Pada kasus ini Ny. E berumur 28 tahun. c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karna usia Ny. E berumur 28 tahun dan tidak termasuk dalam resiko tinggi sehingga Ny. E melahirkan bayi yang normal dan tidak ada komplikasi saat persalinan.

2. Pendidikan a. Menurut tinjauan teori Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intlektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konsling sesuai dengan pendidikannya. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi, sedangkan sebaliknya semakin seseorang pendidikannya kurang maka semakin sulit menerima informasi. (Ambarwati, 2009; h.130) b. Menurut tinjauan kasus Pada kasus ini Ny. E berpendidikan S1. c. Pembahasan . Dari kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada, karena ibu dapat dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh penulis dengan status pendidikan ibu yang S1.

3. Pekerjaan

a. Menurut teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut, selain itu pekerjaan juga dapat mempengaruhi tentang asuhan yang akan diberikan. (Ambarwati, 2009; h.130) b. Menurut kasus Pada kasus ini, pekerjaan Ny. E sebagai ibu rumah tangga dan suami sebagai wiraswasta. c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus Ny. E pemenuhan gizi dalam kehidupan sehari- hari dapat dipenuhi oleh suami yang bekerja sebagai wiraswasta, sehingga dalam proses persalinan Ny. E tidak mengalami komplikasi dan By. Ny. E lahir dalam keadaan normal.

B. Bayi 1. Riwayat antenatal a. Tinjauan teori Umur kehamilan neonatus cukup bulan adalah 37 minggu sampai 42 minggu (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 20) b. Tinjauan kasus Pada kasus bayi Ny. E lahir dengan usia kehamilan 40 minggu. c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada bayi Ny. E karena bayi Ny. E lahir dengan usia cukup bulan dan lahir dalam keadaan normal.

2. Penyakit selama hamil a. Tinjauan teori Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, misalnya penyakit rubella. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h.20)

b. Tinjauan kasus Pada kasus By. Ny. E selama masa kehamilan Ny. E tidak pernah menderita penyakit. c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan karena Ny. E tidak pernah menderita penyakit apapun yang dapat membahayakan bayinya sehingga bayinya lahir dengan normal tanpa komplikasi.

3. Riwayat kesehatan keluarga a. Tinjauan teori Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. (Ambarwati, 2009; h. 133) b. Tinjauan kasus Pada kasus ini keluarga tidak memiliki riwayat penyakit. c. pembahasan jadi didalam tinjauan teori dan kasus ini tidak mengalami kesenjangan karena pada status riwayat kesehatan keluarga tidak pernah mengalami atau menderita penyakit yang dapat membahayakan bayi sehingga bayi Ny. E dapat lahir dengan sehat dan normal.

DATA OBJEKTIF A. Pemeriksaan Umum 1. Keadaan umum a. Tinjauan teori Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum ini adalah keadaan umum: kesadaran dan keaktifan. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 74) b. Tinjauan Kasus Pada kasus ini keadaan umum bayi Ny. E dalam keadaan baik. c. Pembahasan

Pada pengkajian kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena keadaan umum bayi Ny. E dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi masalah pada bayi Ny. E. 2. Tonus otot a. Tinjauan teori Tonus otot bayi normal adalah bergerak aktif. (Dewi, 2010; h. 2) b. Tinjauan kasus pada kasus Bayi Ny. E tonus otot langsung bergerak aktif. c. Pembahasan pada tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena tonus otot bayi Ny. E dalam keadaan baik dan pemeriksaan APGAR SCORE tonus otot mendapatkan point 2 yaitu bergerak aktif.

3. Pernafasan a. Tinjauan teori Dalam pernafasan bayi baru lahir ditandai dengan bayi segera lahir menangis kuat (Dewi, 2011 ; h. 3) b. Tinjauan kasus Pada kasus Bayi Ny. E segera setelah lahir menangis kuat. c. Pembahasan Dari kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teory dan kasus karena pada pernafasan bayi Ny. E segera setelah lahir ditandai dengan menangis kuat dan dalam pemeriksaan APGAR SCORE pernafasan By. Ny. E mendapatkan poin 2 yaitu bayi segera setelah lahir menangis kuat

4. Warna kulit a. Tinjauan teori

Warna kulit pada bayi baru lahir normal adalah bewarna kemerahan/ merah muda, dan terdapat lanugo dan vernixcaseosa, dan bayi yang mengalami kelaian dapat menunjukkan perubahan warna sianosis yang dapat berbahaya terhadap bayi. (Maryunani dan Nurhayati, 2008; h. 74-73) b. Tinjauan kasus Warna kulit bayi Ny. E saat lahir bewarna kemerah-merahan. c. Pembahasan Dari kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada bayi Ny. E karena warna kulit bayi Ny. E saat lahir bewarna kemerah- merahan dan tidak menunjukkan perubahan warna kulit seperti sianosis yang berbahaya pada bayi, dan pada nilai APGAR SCORE kulit bayi Ny. E mendapatkan point 2 yaitu kulit bayi bewarna kemeah- merahan.

II.

Interpretasi data

1. Diagnosa kebidanan a. tinjauan teori Melakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi bedarsarkan data yang telah dikumpulkan pada data dasar subjektif dan objektif. (Muslihatun, 2010; h. 254) 1. diagnosa kebidanan diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosis kebidanan. Diagnosis didapatkan dari data subjektif dan data objektif. 2. Masalah Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang didapatkan dalam melakukan analisa data. 3. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum terdentifikai dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam melakukan analisa data.

b. Tinjauan kasus 1. Pada kasus bayi Ny. E didapatkan diagnosa: Bayi Ny. E lahir cukup bulan sesuai usia kehamilan, segera setelah lahir Data dasar dari diagnosis tersebut adalah : Bayi lahir dalam usia kehamilan 40 minggu dan lahir dengan berat badan 3200 gram. 2. Masalah : tidak ada 3. Kebutuhan: Tidak ada c. Pembahasan Bedasarkan data tersebut maka penulis menyimpulkan diagnosa tersebut prinsipnya tidak berbeda dengan teori yang biasa ditegakkan karena adanya pengkajian yang telah dilakukan dan bedasarkan data subjektif dan objektif dari pasien.

III.

Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.

a. Tinjauan teori Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose. (Soepardan, 2007; h. 97) b. tinjauan kasus dalam kasus ini masalah potensial tidak ditemukan c. pembahasan Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena diagnose By. Ny. E masih dalam diagnose fisiologis dan tidak menunjukkan masalah sehingga diagnose potensial tidak muncul.

IV.

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien a. Tinjauan teori

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai bayi. (Muslihatun, 2005; h. 255) b. Tinjauan kasus Pada kasus bayi Ny. E tidak memerlukan tindakan segera. c. Pembahasan Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus Karena pada kasus By. Ny. E tidalk ditemukan diagnose dan masalah yang memerlukan tindakan segera seperti kolaborasi atau tindakan medis lainnya. V. Merencanakan asuhan yang menyeluruh kondisi

a. Tinjauan teori merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya. (Muslihatun, 2005; h. 255) asuhan segera bayi baru lahir yaitu: 1. Jaga kehangatan bayi 2. Berikan bayi pada ibu dan letakkan diatas dada ibu untuk IMD 3. Ukur atropometri bayi 4. Beri vitamin K 5. Beri salep mata tetracyclin 6. Lakukan pemeriksaan fisik (hat to toe) 7. Beri bayi identitas 8. Beri bayi kepada ibu untuk rawat gabung

Asuhan bayi baru lahir usia 2-6 hari 1. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi 2. Pemberian minum bayi 3. Jaga kebersihan kulit bayi

4. Rawat tali pusat bayi b. Tinjauan Kasus pada kasus bayi Ny. E dilakuakn perencanaan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jaga kehangatan bayi Berikan bayi kepada ibu dengan meletakkan bayi diatas dada ibu untuk IMD Ukur atropometri bayi Beri vitamin K, Beri salep mata tetracyklin 1% Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe Beri bayi identitas Beri bayi kepada ibu untuk rawat gabung

Asuhan bayi Ny. E hari ke 2 1. 2. 3. 4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pada bayi Pemberian minum bayi berupa ASI Jaga kebersihan kulit bayi Rawat talipusat bayi

c. pembahasan Dari pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada bayi Ny. E karena perencanaan sesuai dengan kebutuhan bayi dan sesuai dengan teori yang ada.

VI.

Pelaksanaan

a. Tinjauan teori Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Pada langkah kenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. ( Hani, dkk, 2010; h. 103) b. Tinjauan kasus

Pelaksanaan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah 9. Menjaga kehangatan bayi dengan cara mengganti handuk yang basah dengan handuk yang kering dan bersih sambil membersihkan dan mengeringkan tubuh bayi dari lendir dan darah. 10. Memberikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin agar terjalin hubungan antara ibu dan bayi, bayi tidak hipotermi, membantu bayi agar lebih peka pada putting susu ibu serta memberi kehangatan pada bayi. Tutup tubuh bayi dari kepala dengan kain bersih dan kering. 11. Mengukur antropometri bayi meliputi: a. BB: 3200 gram b. PB: 50 cm c. LK : 33 cm d. LL : 11 cm e. LD : 32 cm 12. Memberikan bayi Vitamin K dengan dosis 0.05 cc secara IM pada paha luar bayi sebelah kiri, untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir. 13. Memberikan salep mata tetracyclin 1% pada kedua mata bayi 14. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe a. Kepala b. Mata c. Hidung d. Mulut e. Telinga f. Leher : chefalhematom :tidak ada caputsuccadenium:tidak ada : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. : berlubang kanan dan kiri,pngeluaran tidak ada. : simertis, tidak terdapat palatumskizis, labioskiziz atau palatum labio skiziz. : simetris,berlubang kanan dan kiri,tidak ada srument. : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. g. Dada h. Perut normal. i. Genetalia :terdapat penis yang berlubang, skrotum lengkap, anus berlubang. : simetris, bunyi jantung lupdub, tidak ada wheezing dan ronci. : simetris, tidak ada benjolan, tidak terdapat perdarahan tali pusat, bisisng usus

j. ekstermitas atas/bawah: jari-jari lengkap

7. Memberikan bayi identitas pada bayi meliputi: a. Nama : By. Ny. E

b. Lahir tanggal : 20 mei 2013 c. Jenis kelamin : laki- laki d. Alamat : Jl. Beringin gg buntu No. 61 RT/ RW 001/Sepang Jaya Bandar Lampung. 8. Memberikan bayi kepada ibu untuk dirawat gabung agar terjalin ikatan batin antara ibu dan bayi dan memepermudah ibu untuk merawat bayinya.

Asuhan bayi 2-6 hari 1. Memeriksa keadaan umum bayi yaitu: a. KU: baik b. Kesadaran : composmentis c. RR: 42x/menit d. N: 120x/menit e. S: 36,50C f. BB:3200 2. Menganjurkan ibu untuk memeberikan ASI pada bayinya sesering mungkin tanpa menjadwalkan waktu pemberiannya. 3. Mengajarkan cara menjaga kebersihan kulit pada bayi yaitu dengan cara memandikan bayi secara cepat dan hati- hati, membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus, hindari sabun terkena bagian mata bayi, dan setelah bayi buang air besar atau kecil segera bersihkan dengan menggunakan air hangat 4. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan cara membiarkan talipusat dalam keadaan terbuka, dan memebersihkan tali pusat dengan menggunakan air bersih, tidak membubuhkan apapun pada talipusat bayi dan membungkusnya dengan kasa steril. c. Pembahasan

Dalam pembahasan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan teori yang ada.

VII.

Evaluasi a. tinjauan teori Evaluasi dilaksanakan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. (Soepardan, 2007; h. 97- 102) b. Tinjauan kasus Evaluasi asuhan segera setelah lahir:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bayi Ny. E sudah dalam keadaan bersih dan hangat. Bayi telah diberikan pada ibu untuk IMD Pengukuran atropometri telah dilakukan. Bayi Ny. E sudah diberikan vitamin K Bayi Ny. E sudah diberi salep mata pada kedua mata bayi. Pemeriksaan fisik secara heat to toe sudah dilakukan pemeriksaan dan hasil yang didapat dalam pemeriksaan fisik bayi Ny. E dalam keadaan normal.

7. 8.

Identitas bati sudah ditulis dalam box bayi. Bayi sudah bersama ibunya dalam satu ruangan

Evaluasi asuhan bayi usia 2-6 hari yaitu: 1. 2. 3. 4. Keadaan umum bayi dalam keadaan baik Ibu tetap memberikan ASI pada bayinya. Ibu dapat menjaga kebersihan kulit bayinya. Talipusat bayi dalam keadaan bersih dan tidak menunjukkan tanda- tanda infeksi.

c. Pembahasan Pada pengkajian kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kaus karena evaluasi sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan pada bayi Ny. E.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap Bayi Ny. E di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013.Maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penulis dapat melakukan pengkajian terhadap bayi Ny. E di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013, bedasarkan data subjektif dan objektif. Dimana data subjektif bayi yaitu : By. Ny. E lahir pada tanggal 20 mei 2013 pukul 16.30 WIB, berjenis klamin laki- laki dan By. Ny. E merupakan anak pertama dari Ny. E. Dan data objektif dari By. Ny. E adalah bayi lahir langsung menangis, tonus otot baik dan warna kulit kemerahan. 2. Penulis dapat melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnose kebidanan bayi baru lahir usia 0- 7 hari terhadap By. Ny. E yaitu: By. Ny. E lahir cukup bulan sesuai usia kehamilan segera setelah lahir didapat dari data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. 3. Pada kasus ini penulis tidak menemukan diagnose potensial dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari Di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013. 4. Dalam kasus ini penulis tidak melakukan tindakan tindakan segera dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap By. Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Surosos S.ST Bandar Lampung tahun 2013. 5. Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013. 6. Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan asuhan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari Di BPS Hj. Maria suroso S.ST Bandar Lampung tahun 2013.

7. Penulis telah mengevaluasi asuhan kebidanan bayi baru lahir terhadap bayi Ny. E usia 0-7 hari di BPS Hj. Maria Suroso S.ST Bandar lampung.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan saran sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan karya tulis ini berguna sebagai acuan untuk membimbing mahasiswa yang terjun kelahan praktek dengan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan memantau kinerja mahasiswa dilahan praktek, memulai bimbingan secara intensif. 2. Bagi lahan praktik Diharapkan karya tulis ini sebagai pembimbing dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asuhan kebidanan, dan dapat mempercepat kerjasama dalam mengaplikasikan teori dilahan praktik dalam asuhan kepada ibu dan bayi setelah lahir. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, masyarakat khususnya orang tua mengerti dalam memberikan asuhan yang baik pada bayi baru lahir dengan demikian komplikasi dapat terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan.

DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eni Retna dan Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.yogyakarta: Mitra Cendikia offset. Hani, Ummi dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul dan Moh. Wildan. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba medika. http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010. Diambil pada Tanggal 23 Mei 2013 Pukul 12.00 WIB. Ladewig, Patrecia, dkk. 2006. Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida-Bagus Gde dkk.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Maryunani, Nurhayati. 2008. Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta: Tim. Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Nany, Vivian Lia Dewi. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC. Profil Dinas Kesehatan Lampung, 2012. Di ambil pada Tanggal 23 Mei 2013 Pukul 09.00 WIB. Profil Kesehatan Dinas kota Bandar Lampung, 2010. Di ambil pada Tanggal 23 Mei 2013 Pukul 09.00 WIB. Rukiyah, Aiyeyeh, dkk. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:Trans info media Rukiah, Aiyeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kbidanan II. Jakarta: Trans info media Soepardan, Suryani 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu nifas. Yogyakarta: CV. Andi Joffset Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar