Você está na página 1de 12

KONJUNGTIVITIS

I.

KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Konjungtiva adalah selaput transparan vaskuler yang melapisi kelopak mata sebelah dalam dan melipat balik pada balik pada anterior bola mata (Brooker et al,. 2001). Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1) Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus. 2) Konjungtiva bulbi menutupi sclera dna mudah di gerakkan dari sclera di bawahnya 3) Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungiva bulbi. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis (Ilyas & Yulianti, 2012) B. Epidemiologi/Insiden kasus Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen. Di negara maju seperti Amerika (2005), insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan juga lansia (Smith dan Waycaster, 2009). Konjungtivitis juga salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan insidens rate yaitu 32,9% dari 949 kunjungan di Departemen Mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004 hingga 2006 (Amadi et al, 2009). Penelitian di Philadelphia, menunjukkan insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar 54% dari semua kasus di departemen mata pada tahun 2005 hingga tahun 2006 (Patel, 2007). Provinsi Yunnan, Cina, antara Agustus dan September tahun 2007 telah terjadi wabah konjungtivitis hemoragik akut (AHC). Sebanyak 3.597 kasus yang dilaporkan secara resmi dan tingkat kejadian penderita hingga mencapai 1391/100.000 penduduk (Yan et al, 2010). Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), pasien rawat inap konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis 12,6%, dan pasien rawat jalan konjungtivitis 28,3%. Indonesia pada tahun 2009 dari 135.749 kunjungan ke poli mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva 73% dan yang tersering diderita adalh konjungtivitis jenis kataralis epidemika 80%. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009 (KEMENKES RI, 2010).

C. Etiologi dan Klasifikasi 1) Beberapa Penyebab konjungtivitis yaitu sebagai berikut : a) Konjungtivitis Alergi : konjugtivitis yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap serbuk sari, rumput, medikasi topical, polutan udara, dan asap. b) Kongtivitis Bakterial: konjungtivitis yang dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus Pneumoniae,, Neisseria goorrhorae, dan Neisseria Meningitidis c) Konjungtivitis Inklusi (klamidia): konjungtivitis yang disebabkan oleh chlamidia trachominatis. d) Konjungtivitis Folikular kronis : Idiopatik;menyertai eritema multiforme, penyakit tiroid dan syndrome steven-Johnson. e) Iritan okupasional : Asam dan Alkali f) Konjungtivitis sekunder : dakriosistitis pneumokokal atau kanalikulitis akibat infeksi kandida g) Konjungtivitis Vernal ( konjungtivitis musiman atau musim-hangat) : alergi terhadap allergen yang tidak teridentifikasi h) Konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit riketsial ( demam berbintik pegunungan rocky); yaitu penyakit yang disebabkan oleh Phtirus pubis dan schistoma haematobium dan infeksi fungus. 2) Klasifikasi Konjungtivitis berdasarkan penyebabnya : a) Bakterial: - Konjungtivitis Blenore - Konjungtivitis Gonorre - Konjungtivitis Difteri - Konjungtivitis Folikuler - Konjungtivitis kataralis - Blefarokonjungtiviti b) Viral : - Keratokonjungtivitis epidemika - Demam Faringokonjungtivitis - Keratokonjungtivitis New castle - Konjungtivitis Hemoragik akut c) Jamur dan Parasit d) Alergi : - Konjungtivitis vernal - Konjungtivitis flikten D. Manifestasi klinis 1) Tanda dan gejala umum pada konjungtivitis yaitu sebagai berikut : a) Hiperemia konjungtiva, kadang-kadang disertai keluaran air mata b) Serangan pada satu mata dan menyebar dengan cepat ke mata yang lain melalui kontaminasi

c) Nyeri dan fotophobia 2) Tanda dan gejala pada konjungtivitis bacterial akut : a) Gatal, rasa terbakar, dan sensasi adanya benda asing didalam mata b) Keluaran kerak yang lengket dan mukopurulen (jika di sebabkan N. gonorrhoeae: keluaran puluren yang sangat banyak) 3) Tanda dan gejala pada konjungtivitis viral a) Keluarnya air mata yang sangat banyak dengan eksudat minimal b) Pembesaran nodus limfa preaurikular c) Bentuk kronis membuat penderita sangat lemah E. Patofisiologi/ Penyimpangan KDM 1) Patofisiologi Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

2) Pathway (Penyimpangan KDM)


Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur, allergen,)

Masuk kedalam mata

Kelopak mata terinfeksi

Tdk bisa menutup dan membuka dgn smprna

Mata kering (iritasi)

Konjungtivitis peradangan

Mikroorganisme, allergen, iritatif

lakrimas i Pengeluaran cairan meningkat

Dilatasi pembuluh darah

Keljr air mata terinfeksi

Fungsi sekresi terganggu Sclera merah edem a TIO meningkat purulent Kanal schlemm trsumbat
Potensial Komplikasi: sepsis, abrasi kornea, meningitis Gangguan penglihatan

hipersekresi

Granulasi disertai sensasi benda asing

Nyeri Akut

Iskemia syaraf optik

Ulkus kornea Gangguan Rasa Nyaman

Risiko Cedera

Kerusakan Integritas jaringan

F. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada anak-anak tanda dan gejala sistemik meliputi sakit tenggorokan dan demam. 2) Pemeriksaaan Laboratorium : a) Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan konjugntival jika konjungtivitis disebabkan oleh virus b) Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis disebabkan bakteri. c) Uji Kultur dan sensivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial yang menyebabkan dna mengindikasi terapi antibiotic yang tepat. G. Penatalaksanaan Medis Penanganan Konjungtivitis berdasarkan penyebab 1) Kongjungtivitis bacterial membutuhkan antibiotic atau sulfonamide topical yang tepat 2) Jika penyebab adalah N.gonorrhoeae, cefriaxone I.M dosis tunggal biasanya diberikan. Jika kornea terlibat oasien membutuhkan obat tersebut selama 5 hari 3) Konjungtivitis viral kebal terhadap penanganan, namun tetes mata antibiotic spectrum luas bisa mencegah infeksi sekunder 4) Konjungtivitis karena infeksi herpes simplex ditangani dengan salep vodarabine atau acyclovir oral, tetapi infeksi bisa bertahan selama 2 sampai 3 minggu. 5) Penanganan konjungtivitis vernal ( alergis) meliputi pemberian tetesan kortikosteroid yang diikuti oleh ketorolac tromethamine (anti-inflamatorik oftalmik), antihistamin oral dan kompres dingin untuk meringankan gatal. H. Prognosis/Komplikasi 1) Prognosis Pada beberapa konjungtivitis, penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya berupa pengobatan simptomatik. Prognosis umumnya baik dan pada kasus-kasus yang telah sembuh biasanya tidak di jumpai gangguan penglihatan dan gejala sisa. 2) Komplikasi Stafilokokus dapat menyebabkan blefaro konjungtivitis, genokokus menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokokus dapat menyebabkan septikemia atau meningitis. Pada konjungtivitis mukopurulen penyakit yang dapat timbul adalah tukak kataral maginal pada kornea atau keratitis superficial.

Infeksi bakteri tertentu dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut. Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki.

II.

PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian ( berdasarkan Pola Fungsi Kesehatan dari Gordon) 1) Identifikasi: a) Klien (1) Nama : (2) TTL : (3) Jenis Kelamin : (4) Status perkawinan : (5) Agama/Suku : (6) Warga Negara : (7) Bahasa yang di gunakan : (8) Pendidikan : (9) Pekerjaan : (10) Alamat Rumah b) Penanggung Jawab (1) Nama : (2) Alamat : (3) Hubungan dengan klien : 2) Data Medik: 3) Keadaan Umum a) Keadaan Sakit b) Tanda-Tanda Vital (1) Kesadaran (2) Tekanan darah (3) Suhu (4) Nadi (5) Pernafasan c) Pengukuran d) Genogram

: : : : : : : : :

4) Pengkajian Pola Kesehatan a) Kajian Persepsi Kesehatan-manajemen Kesehatan (1) Riwayat penyakit yang pernah di alami Data subjektif : keadaan klien sebelum dan sesudah sakit Data Objektif : Kebersihan rambut, kulit kepala, kebersihan kulit, hygiene rongga mulut, kebersihan genitalia, kebersihan anus. b) Kajian Nutrisi Metabolik (1) Diet khusus : (2) Anjuran diet sebelumnya : ya atau tidak.

(3) (4) (5) (6) (7)

Nafsu makan : normal, meningkat, menurun. Mual, muntah, stomatitis. BB naik turun 6 bulan terakhir: Tidak/ya. Berapa kg. Kesulitan menelan : Tidak/ya. Cairan, makanan padat. Riwayat masalah kulit / kesulitan penyembuhan : Ada/tidak

c) Kajian Pola Eliminasi (1) Kebiasaan BAB : (a) Berapa kali/hari (b) tgl terakhir BAB : Normal/Konstipasi/Diare/Inkontinen/lainnya: (2) Kebiasaan BAK : Normal/tidak (a) Frekuensi : disuria, nokturia, tidak bisa ditahan, hematuria,retensi. (b) Lakontinent : Ya/tidak.Total siang malam kadang kadang kesulitan menahan. Tidak sampai di toilet. (3) Penggunaan bantuan : d) Kajian Pola Aktivitas Dan Latihan Kemampuan prawatan diri : Skor : 0 (mandiri), 1 (dibantu sebagian), 2 (perlu bantuan orang lain), 3 (perlu bantuan orang lain dan alat), 4 (tergantung / tidak mampu). e) Kajian Pola Istirahat dan Tidur (1) Waktu tidur : (2) frekuensi tidur : (3) kualitas (sering terbangun) (4) insomnia (5) Somnabulisme

: : Ya/Tidak : Ya/Tidak

f) Kajian Pola Kognitif dna Perseptual (1) Status mental : (a) Sadar (b) Afasia (c) Orientasi (d) Bingung (e) tidak ada respon. (2) Bicara : normal/gagap/afasia/bloking (3) Bahasa yang digunakan : daerah / indonesia / lainnya. (4) Kemampuan membaca : Bisa/ tidak (5) Mengartikan : Bisa/ tidak (6) Kemampuan interaksi : sesuai/tidak. Sebutkan: (7) Pendengaran : (a) Normal/terganggu (kanan/kiri) (b) Tuli (kanan/kiri)

(c) Tinnitus (kanan/kiri) (d) alat bantu pendengaran : Ada/tidak (e) Penglihatan : (a) Normal/pakai kacamata, lensa kontak (b) Terganggu : (kanan/kiri). (c) Buta : (kanan/kiri) lainnya (sebutkan). (d) Vertigo : Ya/Tidak (e) Manajemen nyeri : g) Kajian Pola Persepsi dan Konsep Diri (1) Body image : Terganggu/tidak sebutkan: (2) Ideal diri : Terganggu/tidak sebutkan: (3) Harga diri :Terganggu/tidak sebutkan: (4) Peran : Terganggu/tidak sebutkan:. (5) Identitas diri : Terganggu/tidak sebutkan: h) Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan sesame (Koping) (1) Masalah utama selama masuk RS (keuangan, perawatan diri, lainnya. (2) Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya : Ya/tidak (3) Takut terhadap kekerasan : Ya/tidak , terhadap siapa? (4) Pandangan terhadap masa depan : (pesimis / optimis). i) Kajian Pola Reproduksi-Seksualitas (1) Menstruasi terakhir : Ada/tidak (2) Masalah menstruasi : Ada/tidak (3) Perawatan payudara setiap bulan : Ya/Tidak (4) Pola seks selama masuk RS : j) Kajian Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress (1) Status perkawinan : (2) Pekerjaan : (3) Kualitas bekerja : Aktif/ berhenti/tidak bekerja. (4) System dukungan : pasangan/tetangga/teman/tidak ,lainnya. (5) Dukungan keluarga selama masuk RS: k) Kajian pola sistem Nilai kepercayaan

B. Analisa data DATA DS: Klien mengatakan nyeri pada kedua matanya. DO: - mata klien tampak: hiperemia, berair kotor. - Klien Nampak gelisah DS: _ Klien mengatakan nyeri pada mata

ANALISA DATA Konjungtivitis Peradanganan Dilatasi pembuluh darah Granulasi disertai sensasi benda Nyeri Konjungtivitis Pengeluaran cairan Meningkat

MASALAH Nyeri Akut

Kerusakan Jaringan

integritas

DO: - mata klien tampak TIO meningkat hiperemia Kanal schlemm tersumbat berair dan kotor. Iskemia syaraf optic - Peningkatan Tekanan IntraOkular Ulkus kornea (>25mmhg) - Purulen dan edema mata Kerusakan integritas Jaringan DS: Pasien mengatakan Konjungtivitis Potensial Komplikasi : saat bangun tidur Sepsis dan Abrasi Kornea matanya lengket, susah Mikroorganisme allergen, membuka mata iritatif DO: - Mata klien tampak Kelnjar air mata hiperemia, berair dan terinfeksi kotor. - Terdapat purulent Fungsi sekresi terganggu disekitar mata . Hipersekresi Purulent Potensial Komplikasi Konjungtivitis Peradangan Dilatasi pembuluh darah Granulasi disertai sensasi

DS : - Klien mengatakan mata terasa gatal - Klien mengeluh tidak nyaman DO : - mata merah

Gangguan rasa nyaman

klien Nampak gelisah

benda asing Tidak nyaman Kelenjar air mata terinfeksi Hipersekresi purulent Gangguan penglihatan Risiko Cedera

DS: Klien mengatakan sulit membuka mata dan sering menggunakan pelindung mata DO: - Tonometer (>25mmhg) - Ulkus Kornea - TTV

Risiko Cedera

C. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri berhubungan dengan granulasi disertai sensai benda asing 2) Kerusakan integritas Jaringan berhubungan dengan ulkus kornea 3) Potensial Komplikasi : Sepsis dan Abrasi Kornea berhubungan dengan Hipersekresi purulen 4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Granulasi disertai sensasi benda asing 5) Resiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA Amadi, A., et al., (2009) Common Ocular Problems in Aba metropolis of Albia State, Eastern Nigeria. Federal medical center Owerri. Available from .http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/32-35.pdf. (Diakses tanggal 11 september 2013). Brooker et al,. (2001), Kamus Saku Keperawatam Ed. 31, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta Corwin. E.J (2009), Buku Saku Patofisiologi, Ed 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hedman T.H ( 2013) Diagnosis Keperawatan; definisi dan klasifikasi 2012-2014, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta Ilyas.s & S.R Yulianti ( 2012), Ilmu Penyakit Mata, Edisi keempat, Badan Penerbit FKUI, Jakarta Wilkinson J.M & N. Ahern (2011), Buku Saku Diagnosa Keperawatan;Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. William.L & Wilkins (2011), Nursing; Memahami Berbagai Macam Penyakit, Wolters Kluwer Health, PT indeks, Jakarta Yan, D., et al., (2010). Outbreak of Acute Hemorrhagic Conjunctivitis in Yunnan, People's Republic of China, 2007. Virology Journal, Vol.7,China. Kemenkes RI., (2010). 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Available from: http://www.Depkes.go.id. (Diakses tanggal 10 september 2013).

Você também pode gostar