Você está na página 1de 16

BAB IV ANALGETIK

1. Tujuan Percobaan Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesik suatu obat Memahami dasar-dasar perbedaan daya analgesik berbagai analgetika Mampu memberi pandangan yang kritis mengenal kesesuaian khasiat yang di anjurkan bentuk untuk sediaan-sediaan farmasi analgetik

2. Tinjauan Pustaka Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (mediator nyeri). Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi penderitanya, namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu gejalanya karena dipandang merugikan maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya. Obat analgetik atau biasa disebut obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa nyeri yang hebat pada tubuh seperti patah tulang dan penyakit kanker kronis. Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat analgetik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri),

menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri. Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak) yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti : morfin). Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat iniumumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai untuk mengurangi stres. Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu (Medicafarma,2008) : a. Nyeri ringan Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid,keseleo. Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosaldan glafenin. b. Rasa nyeri menahun Contohnya: rheumatic dan arthritis. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti:asetosal,

ibuprofendan indometasin. c. Nyeri hebat Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen

(ascavan).

d. Nyeri hebat menahun Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat. Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil,

dekstromoramida, bezitramida.

Penanganan rasa nyeri Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapacara,yakni (Tan Hoan,1964, hal.296): Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri pada perifer dengan analgetika perifer . Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika local. Blockade pusat nyeri di ssp dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika umum.

Rasa nyeri sendiri dapat di bedakan dalam tiga kategori diantaranya yaitu: 1) Analgetik Perifer Analgetik perfer yaitu mengenai rasa nyeri dan demam. Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Demam juga adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Kini para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37C limfosit dan mikrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41C, barulah terjadi situasi krisis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh.

2) Analgetik Anti radang dan Obat-Obat Rema Analgetik anti radang disebut juga arthritis, adalah nama gabungan untuk dari seratus penyakit yang semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi dan otot). Yang paling banyak ditemukan adalah artrose

(arthiritis deformansi) (Yun.arthon = sendi,Lat.deformare = cacat bentuk), disebut juga osteoartrose atau osteoarthritis. Bercirikan degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang progress penyakit, dengan pembentukan tulang baru, hingga ruang diantara sendi menyempit.

3) Analgetik Narkotik Analgetik narkotik, kini disebut juga Opioida (mirip opiat), adalah zat yang bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Atas dasar kerja farmakologinya, analgetik di bagi menjadi dua golongan obat kelompok besar,yakni: 1) Analgetik Non-narkotik Golongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Analgetik perifer Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat. Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.

b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen.

2) Analgetik narkotik (analgetik central) Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin. Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :

a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam : Alkaloida candu Zat-zat sintetis Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.

b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.

c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.

3. Bahan dan Alat a. Bahan yang dipakai Mencit putih Larutan Na.CMC 0,9 % Penginduksi Asam Asetat 0,1 %

b. Alat yang dipergunakan Jarum suntik oral Jarum suntik intraperitonial Timbangan Tissu Stopwatch

4. Cara Kerja Metode Siegmud 1) Hewan yang digunakan adalah mencit yang menunjukkan geliat secara berulang dalam waktu 10 menit dan paling sedikit 1 geliat dalam 5 menit, setelah penyutikan interaperitoneal 0,2 Lar. Benzokuinon 0,02% atau asam asetat 10%. 2) Beri tanda dan timbang bobot tiap hewan. 3) Kelompokkan dalam 3 kelompok, masing-masing terdiri dari 2ekor 4) Masing-masing kelompok berikan obatnya secara oral NaCl 0,9%10 ml/KgBB Asetosal 100mg/KgBB Antalgin 100mg/KgBB

Setelah 30 menit pada semua mencit suntikkan secara intraperitoneal 0,2 asam asetat. 5) Letakkan hewan dalam alat uji siegmund 6) Amati dan catat jumlah gelitannya yang ditunjukkan tiap mencit selama 1 jam tiap 5 menit. 7) Evaluasi data yang diperoleh, nyatakan lama kerja masing-masing obat yang diuji.

5. Hasil dan Pembahasan a. Hasil pengamatan

Kelompok 1 2 3 4 5 6

Waktu 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit As.mefenamat 100 mg/kgBB (0,25 ML) 10 8 15 10 7 5 Na.CMC (kontrol) 1% (0,27 ml) 16 21 20 18 15 6 As.mefenamat 100 mg/kgBB (0,28 ml) 40 52 35 28 20 6 Asetosal 200 mg/kgBB (0,44 ml) 17 20 16 14 7 4 Asetosal 200 mg/kgBB (0,52ml) 52 52 49 32 17 13 Antalgin 200 mg/kgBB (0,46 ml) 38 20 11 6 6 2 Antalgin 200 mg/kgBB (0,46 ml) 31 27 20 18 12 9 Obat

b. Perhitungan Dosis Asetosal 200 mg/kgBB BB mencit = 22 gram (0,022 kg) Konsentrasi = 10 mg/ml VAO = berat (kg) x dosis 9mg/kgBB) C = 0,022 x 200 10 = 0,44 ml Rumus Umum : % proteksi = 100% x 100%

1. Geliatan 10 menit % proteksi = 100% = - 6,25% 2. Geliatan 20 menit % proteksi = 100% = 4,76% x 100% x 100%

3. Geliatan 30 menit % proteksi = 100% = 20% 4. Geliatan 40 menit % proteksi = 100% = 22,22% 5. Geliatan 50 menit % proteksi = 100% = 53,33% 6. Geliatan 60 menit % proteksi = 100% - x 100% = 33,33% x 100% x 100% x 100%

Grafik % Proteksi
60 50 40 % Proteksi 30 20 10 0 10 -10 20 30 40 50 60 Waktu (menit) Series1

c. Pembahasan Obat analgesik adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik, ataukimiawi dipusat dan perifer atau dengan cara menghambat

prostaglandin sebagaimediator sensasi nyeri. Obat analgetik memiliki aktivitas analgetika yang berbedaberdasarkan kemampuannya

menekan atau menghilangkan rasa sakit.Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami dasar-dasar perbedaan dayaanalgetik dan cara mengevaluasinya secara eksperimental berbagai obat obatanalgetik. Untuk itulah digunakan dua obat analgetik. Analgetik pertama sebagai kontrol positif, analgetik yang lain merupakan analgetik yang akan diuji dandievaluasi efek dan daya analgetiknya. Pada praktikum ini, obat perangsang rasa nyeri yang digunakan adalah asam asetat. Asam asetat dapat mengiritasi permukaan saluran pencernaan sehingga menimbulkan nyeri. Binatang percobaan yang kita ujikan adalah mencit. Kelebihan mencit adalah binatang yang mudah ditangani karena ukurannya yang kecil. Selain itu,anatomi fisiologi dari tikus juga khususnya organ bagian dalam memiliki kemiripan dengan struktur anatomi fisiologi pada manusia. Pertama-tama, mencit ditandai ekornya masing-masing terlebih dahulu agar mudah dalam membedakannya. Kemudian mencit-mencit tersebut ditimbang pada neraca Ohauss yang telah dikalibrasi. Setelah mendapatkan berat badan mencit, maka dilakukan perhitungan jumlah obat yang diberikan pada mencit sesuai berat badannya. Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Tujuan dari percobaan kali ini adalah mengenal, mempraktekkan, dan

membandingkan daya analgetika dari obat asetosal dan antalgin dengan control Na.CMC dengan metoda siegmund. Percobaan ini dilakukan terhadap hewan percobaan, yaitu mencit (Mus muscullus). Metode rangsang kimia digunakan berdasar atas rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya analgetika.

10

Percobaan menggunakan metode siegmund yang ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap analgetik yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Yang pertama kali dilakukan adalah memberikan asam asetat secara intraperitonial sebagai stimulus nyeri. Dihitung berapa kali geliatan yang terjadi pada mencit selama 10 menit. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena untuk mencegah penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan larutan asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam. Setelah 10 menit, kelompok 1 memberikan Na.CMC sebagai control terhadap obat analgetik yang telah diberikan oleh kelompok 2, 3, 4, 5, dan 6. Control Na.CMC terhadap geliatan diamati selama 60 menit dilihat selama per sepuluh menit. Pengamatan yang dilakukan agak rumit karena praktikan sulit membedakan antara geliatan yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari obat atau karena mencit merasa kesakitan akibat penyuntikan intraperitoneal pada perut mencit. Banyak penyimpangan yang terjadi dalam praktikum ini. Pada control dengan Na.CMC mencit hanya menggeliat 16 kali selama 10 menit dan pada menit ke 20 hanya 21 geliatan, dan pada menit ke 30 terdapat 20 geliatan, selanjutnya menit ke 40 ada 18 geliatan, menit ke 50 terdapat 15 geliatan, dan di menit terakhir terdapat 6 geliatan. Pada praktikum kali ini terdapat penyimpangan pada control, dimana hasil geliatan pada kontrol Na.CMC lebih kecil dibandingkan obat analgetik seperti asam mefenamat, asetosal, dan antalgin. Tapi ada satu kelompok yang tidak penyimpang pada kontrol Na.CMC. Penyimpangan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor obat yang belum bereaksi penuh ataupun belum mencapai puncaknya sehingga rasa nyeri tersebut terasa pada mencit, atau juga penyuntikan yang salah atau kurang tepat sehingga volume obat yang disuntikan

11

tidak tepat. Dapat juga dikarenakan faktor fisiologis dari mencit, mengingat hewan percobaan ini telah mengalami beberapa kali percobaan sehingga dapat terjadi kemungkinan hewan percobaan yang stress dan juga kelelahan karena mengingat mencit sebelumnya telah dipuasakan terlebih dahulu. Penyimpangan pengambilan data juga dapat terjadi karena pengamatan praktikan yang kurang seksama sehingga ada data geliat mencit yang mungkin terlewat tidak diamati. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi hasil dan perhitungan yang dibuat. Harusnya kami melakukan praktikum ini dengan teliti dan tidak main main dalam memperhatikan geliatan pada mencit. Karena mungkin saja geliatan itu tidak teramati karna kami tidak melihat dengan seksama.

12

6. Kesimpulan Analgetik adalah obat atau senyawa yang dapat mengurangi rasa nyeri. Semakin lama pengamatan terhadap obat analgetik harusnya semakin sedikit geliatan. Kesalahan terjadi karena beberapa factor, baik dari mencit, pemberian obat dan kurang telitinya kami melakukan praktikum. Dilihat dari percobaan yang paling bagus daya analgetik nya adalah asetosal 200mg/KgBB. Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu analgetik sentral (narkotik) dan analgetik perifer (non-narkotik). Semakin sedikit geliatan mencit yang didapat dari pada geliatan pada kontrolmaka efektifitas analgesik tersebut semakin baik Metode siegmund adalah metode yang digunakan pada praktikum kali ini.\ Jenis nyeri adalah rasa nyeri menahun, nyeri ringan, nyeri hebat, nyeri hebat menahun. Penyimpangan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor obat yang belum bereaksi penuh ataupun belum mencapai puncaknya sehingga rasa nyeri tersebut terasa pada mencit, atau juga penyuntikan yang salah atau kurang tepat sehingga volume obat yang disuntikan tidak tepat.

13

7. Lampiran Pertanyaan 1) Kemukakan beberapa implikasi praktis dari hasil pengamatan saudara. 2) Rumuskan dari pengamatan saudara beberapa parameter untuk pengujian efek analgetik. 3) Kemukakan beberapa alasan mengapa saudara mengamati

perbedaan-perbedaan dalam daya analgesik obat-obat yang digunakan dalam eksperimen ini. 4) Indonesia index of medical specialities (IIMS) membuat sejumlah analgesik- antipiretik yang beredar di indonesia dengan susunan dan indikasinya. Pilih salah satu sediaan yang menurut saudara dinyatakan secara wajar khasiat dan satu sediaan yang tidak demikian halnya. Kemukakan alasan saudara. 5) Kemukakan secara spesifik penderitaan nyeri diperingan oleh masing-masing ergotamine senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin serta cara perwujudan efek ini. 6) Kemukakan metode lain untuk uji efek analgesik secara eksperimental.

Jawaban: 1) Implikasinya pada mencit yang telah diberikan obat, pada waktu diberi induksinya geliatan yang terjadi sedikit dari pada mencit yang hanya diberikan control. 2) Parameter yang digunakan dalam pengamatan ini adalah waktu ketahanan mencit terhadap stimulasi nyeri akibat diberikan asam asetat. 3) Untuk mengetahui efek terapi yang terjadi pada tubuh. Karena efek terapi setiap obat berbeda-beda. 4) Paracetamol/acetaminophen Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan

14

penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. 6) Metode lainnya adalah dengan metode hot plate test (plat panas) dan metode flick tail (jentik ekor) .

15

Daftar Pustaka

Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ernerst, Mutschler. 1991. Dinamika Obat edisi kelima. Bandung. ITB.

Goodman& Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi vol 1.Jakarta. EGC.

Green.

2009.

Analgetika.

Available

online

at

http://greenhati.blogspot.com/2009/05/obat-analgetik-dan farmakodinamikanya.html

16

Você também pode gostar