Você está na página 1de 14

MAKALAH BAHASA INDONESIA PEMBAHASAN TENTANG EJAAN VAN OPHUIJSEN DAN EJAAN SUWANDI

DI S U S U N

OLEH NAMA KELAS MATA KULIAH : IRSAN ANSHARI : A-1 PAGI : BAHASA INDONESIA

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Fakultas Teknik Teknik Sipil T.A 2013 - 2014

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Bahasa Indonesia. Dengan topik Pembahasan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Republik. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penyusunan makalah ini berdasarkan format yang telah diberikan. Namun demikian, kami menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amnur Rivai, S.Pd.,.M.Pd selaku dosen pengajar dan pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan agar makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

EJAAN VAN OPHUIJSEN


Charles Adriaan van Ophuijsen (Solok, Sumatera Barat, 1856 - Leiden, 19 Februari 1917) adalah seorang Belanda yang gemar mempelajari bahasa berbagai suku di Hindia Belanda. Ia bersama Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim menyusun ejaan baru untuk mengganti ejaan bahasa Melayu pada 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Charles pada tahun 1879 menerbitkan buku berjudul Kijkjes in Het Huiselijk Leven Volkdicht (Pengamatan Selintas Kehidupan Kekeluargaan Suku Batak) dan Maleische Spraakkunst (Tata Bahasa Melayu). Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jang, pajah, sajang. huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au'). tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma'moer, akal, ta, pa, dinama.

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti , , dan , menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia. Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia. Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik pada 17 Maret 1947. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Butir ketiga Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu merupakan ikrar pertama yang dicetuskan untuk mengakui kebanggaan kita menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia, merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu yang digunakan di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Namun berbeda dengan penggunaan di beberapa negara lain yang menggunakan bahasa Melayu secara murni, bahasa Indonesia telah dilakukan banyak perubahan sehingga berbeda dengan bahasa Melayu asli. Sejarah Bahasa Indonesia yang dimulai pada tahun 1901. Pada saat itu disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Barulah tanggal 28 Oktober 1928 menjadi saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia, melalui butir ketiga yang telah disebutkan di awal. Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan. Sastrawan inilah yang mampu memunculkan karyakarya dengan penggunaan bahasa Indonesia sehingga dapat dikenal luas oleh masyarakat. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Walaupun telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, namun secara yuridis belum ada penetapan resmi penggunaan bahasa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Inilah bukti sah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perkembangan selanjutnya, pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. Ini adalah penyempurnaan pertama tata bahasa Indonesia. Setelah Kongres pertama dilaksanakan, digelarlah Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober hingga. 2 November 1954 yang menjadi perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Di era Orde Baru penyempurnaan bahasa Indonesia juga dilakukan. Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972. EYD inilah yang digunakan sebagai pedoman utama penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober hingga 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Dalam kongres ini disepakati pula bahwa Kongres Bahasa Indonesia dilaksanakan setiap 5 tahun sekali setiap peringatan Hari Sumpah Pemuda. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin. Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober hingga 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tangaal 28 Oktober hingga 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 2630 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan : 1. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra. 2. Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kongres Bahasa Indonesia VIII akan digelar di Hotel Indonesia Jakarta pada 14-17 Oktober 2003. Kongres tersebut bertema Pemberdayaan Bahasa Indonesia Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dalam Era Globalisasi yang dijabarkan ke dalam tiga pokok bahasan yang mencakupi bahasa, sastra, dan media massa. Peningkatan mutu bahasa Indonesia dalam menghadapi budaya global merupakan topik dalam pokok bahasan Bahasa, sedangkan pemantapan peran sastra, peningkatan mutu karya sastra dan peningkatan apreasiasi sastra, serta peningkatan mutu pendidikan sastra ada di antara topik-topik lain pada bidang sastra. Peserta kongres diperkirakan berjumlah 1.000 orang, terdiri atas peserta undangan dan peserta biasa, yang berasal dari berbagai kalangan, antra lain tokoh masyarakat, budayawan, peminat bahsa dan sastra, serta wakol organisasi profesi dari dalam dan luar negeri. Dalam rangka peringatan 100 tahun kebangkitan nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 60 tahun berdirinya Pusat Bahasa, pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008.

Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya dalam kongres ini. Sejarah panjang di atas menunjukkan betapa berharganya bahasa Indonesia yang sekarang kita gunakan. Sejarah tersebut masih akan terus terukir sepanjang kita sebagai Bangsa Indonesia mau menghargai dan menjaga kelestariannya. Cara termudah untuk menghargai dan menjaganya adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari kita dengan baik dan benar. Tidak hanya sekedar menggunakan, namun juga adanya rasa kebanggaan setiap kita menggunakan. Sejarah Bahasa Indonesia yang telah dengan susah payah ditorehkan hingga saat ini tentunya hanya akan menjadi sebuah cerita indah bagi anak cucu kita, tanpa bisa mereka rasakan dan gunakan lagi, apabila kita tidak menjaganya mulai sekarang. Bangga Berbahasa Indonesia, Ciri Bangsa Indonesia Sejati! Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain : a. Huruf y ditulis dengan j. Misalnya: EYD Sayang Yakin Saya Ejaan van Ophusyen Sajang Jakin Saja

b. Huruf u ditlus dengan oe Misalnya: EYD Umum Sempurna Surat Ejaan van Ophusyen Oemoem Sempoerna soerat

c.

Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas. Misalnya: EYD Rakyat Bapak Makmur Ejaan van Ophusyen Rayat Bapa Mamoer

d. Huruf j di tulis dengan dj. Misalnya: EYD Jakarta Raja Jangan Ejaan van Ophusyen Djakarta Radja Djangan

e.

Huruf c ditulis dengan tj. Misalnya: EYD Pacar Cara Curang Ejaan van Ophusyen Patjar Tjara Tjurang

f.

Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch. Misalnya: EYD Khawatir Akhir Khazanah Ejaan van Ophusyen Chawatir Achir Chazanah

EJAAN REPUBLIK ATAU EJAAN SUWANDI


RM. Suwandi

Hari ini 49 tahun silam, RM. Suwandi meninggal dunia. usianya ketika itu belum lagi 65 tahun. Ia lahir di Surakarta, medio Oktober 1899. Siapakah Suwandi? Semasa hidupnya, Suwandi pernah menempati beberapa pos jabatan penting Republik ini. Di antaranya Menteri Kehakiman dan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan semasa Kabinet Sjahrir I, II, dan III. Sarjana Hukum lulusan tahun 1923 ini memang termasuk satu dari sedikit orang kaum terdidik di masa-masa awal berdirinya Republik. Namun yang lebih dikenang orang semasa hidupnya adalah gagasannya tentang pemakaian bahasa Indonesia. Ya, Suwandi adalah penggagas Ejaan Soewandi. Karena itulah dalam sejarah bahasa, namanya dibicarakan orang sebagai salah satu tokoh yang pernah menentukan tonggak perkembangan bahasa Indonesia. Sebagai ketentuan ejaan Bahasa Indonesia, Ejaan Soewandi diberlakukan pada 17 Maret 1947. Kala itu, kemunculannya untuk menggantikan Ejaan Van Ophuijsen yang digunakan sejak 1901. Saat itu, Suwandi rnenjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran. Sistem ejaan yang digagasnya itu kernudian dikenal dengan nama sistem Ejaan Suwandi, atau dikenal juga sebagai sistem Ejaan Republik Indonesia. Sistem ejaan ini berlaku selama 25 tahun sebelurn diganti oleh pernerintah Orde Baru dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada bulan Agustus 1972. Suwandi, kelahiran 1899 ini dikenal sebagai sosok yang nasionalis. Lulus dari sekolah pangreh praja, ia meraih gelar sarjana hukum. Kemudian ia mengantungi ijazah notaris. Ia menjadi pribumi pertama yang berhasil meraih gelar tersebut. Dengan latar belakang bidang hukum yang digelutinya, ia langsung ditarik menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Sjahrir I dan II. Namanya diabadikan sebagai nama sistem ejaan ketika ia menjadi Menteri Pendidikan dan Pengajaran pada Kabinet Sjahrir 111.

Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901. Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe guru. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum,rakjat. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an. awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah,disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap. a. Apakah yang dimaksud dengan Ejaan Republik ? Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik. b. Mengapa Ejaan Republik sering disebut Ejaan Soewandi ? Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan dengan nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi. c. Apakah Perbedaan Ejaan Republik dan Ejaan Van Ophuysen? Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan iu dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini : 1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan Republik 2. Bunyi hamzah () dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan Republik 3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik 4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan 5. Tanda trema () dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik

Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberikan beberapa contoh antara lain sbb : Ejaan Van Ophuysen Ejaan Republik Oemoer Umur Maloem Maklum Rata-rata Rata-rata, rata2 kor ekor Hal ini yang dapat diamati dalam Ejaan Republik ialah digunakan e pepet sebagai bunyi pelancar kata khususnya pada kata-kata baru yang asalnya tidak menggunakan e pepet misalnya : Ejaan yang benar Ejaan yang salah Kritik Keritik Pabrik Paberik Praktik Peraktik Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku seelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis katakata asing tidak dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa itu masih merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.

Ejaan Van Ophuijsen mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya: 1) Masih menggunakan huruf/ j/ untuk bunyi huruf /y/ seperti contoh yang atau Sayang ditulis dengan jang, sajang. 2) Masih menggunakan huruf /oe/ untuk untuk bunyi huruf /u/ seperti kata itu dan guru ditulis dengan itoe dan guroe. 3) Masih Menggunakan Tanda diakritik, seperti koma ain // seperti contoh mamoer, akal, dan huruf /k/ ditulis dengan tanda // pada akhir kata misalnya bapa,ta 4) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka di atas akhiran itu diberi tanda trema // ta, pa, dinamai 5) Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda // diatasnya. 6) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: jalan2 (jalan-jalan) 7) a. b. c. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara : Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb. Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.

Ejaan Suwandi mempunyai ciri-ciri khusus diantaranya: 1) Penggunaan huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuijsen berubah menjadi /u/ seperti pada contoh guru, itu, umur. Masih menggunakan huruf /dj/ djalan untuk kata jalan, /j/ pajung untuk kata payung, /nj/ bunji untuk kata bunyi, /tj/ tjukup untuk kata cukup, /ch/ tarich untuk kata tarikh. Tanda Koma ain dan koma hamzah untuk bunyi sentak dihilangkan ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, makmur, rakyat. Kata ulang masih seperti ejaan Van Ophuijsen ditulis dengan angka 2, seperti anak2, jalan2, ke-barat2-an. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan, seekor, dsb. Tanda trema pada huruf /a/ dan /i/ dihilangkan.dinamai menjadi dinamai Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara Contohnya: a. b. 8) Berlari-larian Berlari2-an Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara Contohnya : a. b. c. 9) Tata laksana Tata-laksana Tatalaksana Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah (pepet) dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah, misalnya : /putra/ bukan /putera/, /praktek/ bukan /peraktek/, dsb. Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah. Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:

2)

3)

4)

5) 6) 7)

a.

Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan Republik.

b. Bunyi hamzah () dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan Republik. c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik. Tanda trema () dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik. Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi beberapa contoh.

d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan. e.

Ejaan van Ophusyen Oemoer Koeboer Maloem Van Ophuijsen 1901 boekoe malum adil mulai masalah tida pende

Ejaan Republik Umur Kubur Maklum Soewandi 1947 buku maklum adil mulai masalah tidak pendek

: Prof. Ir. R. M. Suwandi Nama : Laki-Laki Gender : [Data tidak dicantumkan] Tempat Lahir : 25 Oktober 1904 Tanggal Lahir Riwayat Hidup Riwayat Karir : Pendidikan Terakhir : Sarjana Hukum (Mr) dan Ijazah Notaris Sekolah Pangreh Praja : - Menteri Kehakiman Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946) - Menteri Kehakiman Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 22 Juni 1946) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)

BIOGRAFI Mr. Soewandi (1899) adalah Menteri Kehakiman Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946) dan Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 22 Juni 1946). Ia juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947). Setelah lulus dari sekolah pangreh praja, Soewandi memperoleh gelar sarjana hukum dan ijazah notaris. Berlatar belakang di bidang hukum, Soewandi kemudian dicalonkan menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Sjahrir II dan Kabinet Sjahrir III. Dalam Kabinet Sjahrir III, Soewandi menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran, saat itu ia merumuskan sistem ejaan baru yang kemudian dikenal dengan nama sistem Ejaan Soewandi atau dikenal juga sebagai sistem Ejaan Republik. Ejaan Soewandi menggantikan Ejaan van Ophuijsen pada tanggal 19 Maret 1947 dan berlaku selama 25 tahun sebelum diganti oleh pemerintah Orde Baru dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada bulan Agustus 1972.

: Jabatan Dalam Kabinet 1. Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet Burhanuddin Harahap masa kerja 12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Van_Ophuijsen http://bahasakita.com/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-eyd/ http://www.makalahkuliah.com/2012/05/perbedaan-antara-ejaan-vanophuijsen.html http://labuberbulu.wordpress.com/2011/05/19/ejaan-ejaan-di-indonesia-doeloehingga-k1n1/ http://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-ejaan-bahasaindonesia.html http://indosastra.com/bahasa-indonesia/ejaan-bahasa-indonesia/ http://dodiiwandra.blogspot.com/2010/12/ejaan-yang-disempurnakan.html http://intisari-online.com/read/suwandi-dan-sejarah-ejaan-bahasa-indonesia-

http://www.rizallaros.com/belajar-bahasa-indonesia-dan-teknik-penulisanilmiah-tata-ejaan-dan-pilihan-kata-217/ http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &cad=rja&docid=eedbSdwCQi69gM&tbnid=xmv5A8RXVbuvhM:&ved=0 CAQQjB0&url=http%3A%2F%2Fpendiameditor.blogspot.com%2F2012_10_01_archive.html&ei=m6BfUtmFG8a_rgf Tg4G4Bw&bvm=bv.54176721,d.dGI&psig=AFQjCNEHatrI1RODTj6X6Q 2AkgM48cGMSQ&ust=1382085127939917 http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd= &cad=rja&docid=2j2DBiMGFNt7M&tbnid=oYe_ih0xuv24wM:&ved=0CAQQjB0&url=http% 3A%2F%2Fjeanlaot.blogspot.com%2F&ei=1aBfUru0GcbmrAfN9oHwDg &bvm=bv.54176721,d.dGI&psig=AFQjCNEHatrI1RODTj6X6Q2AkgM48 cGMSQ&ust=1382085127939917

Você também pode gostar