Você está na página 1de 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (1). Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu. Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru

meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
1

bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah keperawatan anak dan membantu mahasiswa dan pembaca untuk memahami penyakit bronchopneumonia yang terjadi pada anak dan menambah pengalaman mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia serta dalam melakukan pendokumentasian dan penyusunan makalah bronchopneumonia.

D. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Memperoleh data dengan menggunakan referensi yang ada kaitannya dengan masalah yang diangkat penulis. 2. Memperoleh data melalui internet.

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paruparu yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994). Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing

B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Menurut Evelyn C, 2009, Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui hidung dan mulut melalui bernafas, oksigen masuk ktrakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah didalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksegen menembus membrane ini dan diambil oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa kejantung. Dari sini dipompa kedalam arteri semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru, karbon dioksida salah satu hasil buangan metabolism menembus membran alveolar kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan trakea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna: 1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2. Arus darah melalui paru-paru 3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh. 4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah yang tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2, jumlah CO2 tidak dapat dikeluarkan maka konsentrasi dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi untuk mengeluarkan CO2 dan mengikat lebih banyak O2.

C. Etiologi Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain: 1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. 2. Virus : Legionella pneumoniae 3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans 4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paruparu 5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Patofisiologi Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain : 1. Stadium Kongesti (4 12 jam) Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi). 2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya) Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).

3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari) Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus. 4. Stadium Resolusi (7 11 hari) Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).

Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer, 2000: 966).

E. Manifestasi Klinik Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 : 435). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001 : 683). Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah: 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a. Nyeri pleuritik

b. Nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea 2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a. Mengecil, kemudian menjadi hilang b. Krekels, ronki 3. Gerakan dada tidak simetris 4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium 5. Diafoesis 6. Anoreksia 7. Malaise 8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 9. Gelisah 10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan 11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker, Susan. 2000_247).

F. Pemeriksaan Diagnostik Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara : 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.(Sandra M. Nettina, 2001 : 684) d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2. Pemeriksaan Radiologi a. Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali diju mpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long, 1996 : 435). b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat(Sandra M, Nettina, 2001).

G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Keperawatan yang bronkopneumonia adalah : 1. Menjaga kelancaran pernapasan 2. Kebutuhan istirahat 3. Kebutuhan nutrisi dan cairan 4. Mengontrol suhu tubuh 5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman dapat diberikan pada klien

Sementara penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah : 1. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien) 2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip 3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier 4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Arief Mansjoer,2000).

H. Komplikasi Komplikasi dari BronchoPneumoni adalah : 1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.Apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsik. 2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. Terjadi di mulai adanya gangguan pembersihan jalan napas akibat penutupan sputum, peradangan yang menjalar ke bronkhiolus

menyebabkan dinding bronkhiolus mulai melubang dan membesar. 3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. Di dalam paru-paru berdinding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru. Bisul sering merupakan hasil dari bunyi aspirasi radang paru-paru ketika campuran organisme masuk ke dalam paru-paru bisul dapat menyebabkan haemorhagic di dalam paru-paru jika tidak diperlakukan, tetapi atibiotik yang khusus membunuuh bakteri anaerobic dan organisme lain secara cepat dapat mengurangi bahaya. 4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. 5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Penyebaran virus haemofillus influenza melalui hematogen ke system saraf sentral. Penyebarannya juga bisa di mulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan atau dimana manifestasi klinik meningitis menyerupai pneumonia (Whaley Wong,2000).

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian 1. Keterangan Umum a. Identitas pasien Nama No. RM Umur Jenis Kelamin Alamat Kuningan Agama : Islam : An. A : 741412 : 2 bulan : Laki-laki : Sangkanurip 04/02 Cigandamekar Kab.

Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013 Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2013 Ruang Perawatan Status Pasien Diagnosa : R VIII ( Mawar) : Umum : Bronchopneumonia

b. Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan : Ny. P : 31 Tahun : Perempuan : IRT

Hub. dengan pasien : Ibu Alamat Kuningan : Sangkanurip 04/02 Cigandamekar Kab.

10

2. Keterangan Medis a. Riwayat Penyakit 1) Keluhan Utama Orang tua mengeluh anaknya sesak, batuk dan pilek. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 minggu lalu orang tua pasien mengatakan anak menderita batuk, pilek dan disertai muntah. 3) Riwayat Penyakit Dahulu An. A pernah dirawat di RS karena panas tinggi. 4) Riwayat Penyakit Keluarga Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti yang dialami pasien, Diabetes Melitus (DM), asthma, TBC, penyakit jantung ataupun riwayat alergi.

b. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Kesadaran Nadi Pernafasan Suhu tubuh : Compos Mentis (G4C6S5) : 124x/menit dengan kekuatan lemah : 60x/menit dengan cepat dan meningkat : 37,2oC

2) Pemeriksaan Fisik a) Kulit Mukosa kering, turgor kurang baik Warna kulit sawo matang, elastis, tidak ada bekas luka

b) Mata Konjungtiva : anemis Sklera Pupil : tidak ikterik : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm

kanan dan kiri dan reflek cahaya (+) langsung c) Kepala Rambut : warna hitam, lurus

11

Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala kering

d) Hidung Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip Rongga hidung bersih, ada cuping hidung e) Telinga Daun telinga bersih Liang telinga : tidak terdapat serumen : simetris antara kanan dan kiri,

Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran tidak ada ganggguan, bentuk simetris

f) Mulut Mulut bersih,tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa kering. g) Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan distensi vena juguralis. h) Dada Inspeksi : bentuk simetris dengan perbandingan anterior :

lateral kanan kiri = 2:1, terdapat retraksi dinding dada Palpasi : taktil fremitus meningkat pada kedua sisi

kanan dan kiri Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah i) Jantung Batas kiri dan kanan sulit dinilai j) Perut Inspeksi Palpasi : perut datar, tidak ada massa, lemas : tidak terdapat distensi abdominal maupun

pembesaran hepar Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik usus normal 12x/menit

12

k) Genetalia Tidak ada jamur, testis tidak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal, pada anus tidak terdapat hemoroid. l) Ekstremitas Ekstremitas atas sianosis Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedem, tidak sianosis : simetris, tidak ada oedem, tidak

d. Pemeriksaan diagnostik 1) Hasil Laboratorium : Pemeriksaan Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit Eritrosit MCV MCH MCHC Hasil 8,20 gr/dl 26,4 ribu/mm3 27,8 % 29 ribu/mm3 3,64 juta/mmk 76,4 fL 22,5 pg 29,5 gr/dL

2) EKG Tidak dilakukan pemeriksaan EKG. 3) Photo Trorax Tidak dilakukan thorax photo. 4) Rontgen Terlampir.

13

B. Analisa Data

No. 1 DS: Orang

DATA

ETIOLOGI Respon inflamasi Pembentukan edima Peningkatan produksi

MASALAH Bersihan nafas tidak efektif

tua

pasien bahwa

mengatakan

anaknya sesak nafas DO: Pasien sesak Dispnea Pernafasan cepat dan dangkal Pernafasan Hidung 2 DS: Orang tua pasien bahwa Ronki Batuk Produktif Takikardi Cuping

sputum Kurangnya suplay O2 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Respon inflamasi Demam, berkeringat banyak, muntah Kehilangan cairan Intake kurang Kurangnya volume cairan

Kurangnya volume cairan

mengatakan

anaknya muntah saat makan DO: 3 Suhu badan meningkat Sianosis Bibir kering Takikardi Muntah Konjungtiva anemis

DS:

Rangsangan berupa

Intoleransi

14

Orang

tua

pasien bahwa

peningkatan frekuensi nafas dan batuk produktif Merangsang susunan saraf Mengaktifkan kerja organ REM menurun Pasien terjaga eIntoleransi aktifitas

aktifitas

mengatakan

anaknya sulit tidur DO: Sesak nafas Batuk Tampak gelisah Sulit tidur Konjugtiva anemis Gelisah Sering menangis

DS: Orang tua pasien tidak

Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan Ansietas orang tua

Ansietas orang tua

mengatakan

mengerti dengan proses penyakit anaknya DO: Anak sesak nafas Anak tampak gelisah Anak tampak lemah Gerakan teganga Orang tanya tua bertanyaproses bola mata

tentang

penyakit anaknya

C. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

15

2. Kurangnya volume cairan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan demam dan intake yang kurang 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari. 4. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi

D. Asuhan Keperawatan No. 1. Diagnosa Tujuan Intervensi - Auskultasi bunyi catat bunyi jangka nafas, adanya nafas. Rasional - Bersihan Implementasi

Bersihan jalan - Tujuan jangka nafas efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan : DS: - Orang pasien mengatakan bahwa anaknya sesak nafas DO: - Pasien sesali - Dispnea - Pernafasan cepat dan tua yang tidak panjang : Jalan nafas efektif. - Tujuan kembali

jalan - Mengauskultasi bunyi catat bunyi Misalnya: mengi, krekels dan ronchi. - Mengkaji atau ada memantau frekuensi pernafasan, catat inspirasi/ ekspirasi. rasio nafas, adanya nafas.

nafas yang tidak efektif dapat

dimanifestasikan dengan bunyi adventisius adanya nafas

Misalnya: mengi, krekels dan ronchi.

pendek : Bersihan jalan nafas efektif

setelah dilakukan - Kaji tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan hasil : Menunjukkan jalan kriteria pantau frekuensi

atau - Takipnea biasanya pada derajat

beberapa dan

pernafasan, catat inspirasi/ ekspirasi. rasio

dapat ditemukan pada penerimaan atau stress adanya infeksi selama

nafas - Berikan posisi yang buat nyaman pasien,

atau - Memberikan proses akut. posisi nyaman pasien, misalnya posisi semi fowler - Mendorong atau membantu yang buat

bebas/ lancar. Pada auskultasi tidak terdengar ronchi rales. Frekwensi dan

misalnya posisi semi fowler - Dorong bantu atau latihan

Pernafasan dapat melambat frekuensi ekspirasi memanjang dan

nafas abdomen

16

dangkal - Pernafasan Cuping Hidung - Ronki - Batuk Produktif - Takikardi

normal sesuai dengan umur. Lendir dapat

atau bibir - Observasi karakteristik batuk, bantu

dibanding inspirasi. - Posisi fowler semi

latihan abdomen bibir

nafas atau

dikeluarkan.

akan - Mengobservasi karakteristik batuk, bantu

tindakan untuk memperbaiki ke efektifan

mempermudah pasien bernafas. - Memberikan pasien beberapa cara mengatasi mengontrol dipsnea menurunkan jebakan udara - Batuk dapat dan untuk untuk

tindakan untuk memperbaiki ke efektifan upaya batuk.

upaya batuk. - Kolaborasi untuk memberikan obat bronkodilator mis: B-agonis, epinefrin (adrenalin, Vaponefrin).

dan - Kolaborasikan untuk memberikan obat bronkodilator mis: B-agonis, epinefrin (adrenalin, Vaponefrin).

menetap, tetapi tidak Batuk efektif posisi tinggi efektif. paling pada duduk atau

kepala di bawah setelah dada. - Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, perkusi

menurunkan spasme jalan

17

nafas, dan

mengi, produksi

mukosa. 2. Kurangnya volume cairan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan demam dan yang yang - Tujuan jangka panjang Menunjukkan keseimbangan cairan elektrolit. dan : - Kaji perubahan - Untuk tanda contoh: peningkatan suhu, takikardi, hipotensi. jangka - Kaji : kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). - Catat mual muntah. turgor vital, menunjukkan adanya kekurangan cairan sistemik - Indikator langsung keadekuatan masukan cairan - Adanya gejala - Menkaji perubahan tanda contoh: peningkatan suhu, takikardi, hipotensi. - Menkaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). - Mencatat laporan mual vital,

intake - Tujuan kurang ditandai pendek

Terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit

dengan : DS: - Orang pasien mengatakan bahwa anaknya muntah saat makan DO: - Suhu badan meningkat - Sianosis - Bibir kering - Takikardi - Muntah - Konjungtiva anemis tua

ini menurunkan masukan oral

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan hasil : Intake output adekuat Tanda-tanda vital Tugor baik dalam dan

laporan - Memberikan atau informasi tentang keadekuatan dan volume dan

kriteria - Pantau masukan

atau muntah.

cairan - Memantau masukan dan

haluaran urine.

kebutuhan

yang - Kolaborasi sesuai indikasi.

penggantian

haluaran urine. - Kolaborasikan pemberian obat sesuai indikasi.

pemberian obat - Memperbaiki status kesehatan

batas normal kulit

18

3.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi

- Tujuan jangka panjang Peningkatan toleransi terhadap aktifitas. jangka : :

- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. - Berikan lingkungan yang dan tenang

- Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan

- mengevaluasi respon terhadap aktivitas. - Memberikan lingkungan yang dan dan tenang batasi pasien

memudahkan pilihan intervensi

oksigen untuk - Tujuan aktifitas hidup sehari-hari yang ditandai pendek

Meningkatnya toleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan tua keperawatan selama 2 x 24 jam dengan hasil : Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas Tanda-tanda vital dalam kriteria

batasi - Menurunkan stres rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat baring

pengunjung selama akut. - Jelaskan pentingnya fase

pengunjung selama akut. - Menjelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas istirahat. dan fase

dengan : DS: - Orang pasien mengatakan bahwa anaknya sulit tidur DO : - Sesak nafas - Batuk - Tampak gelisah - Sulit tidur - Konjugtiva anemis - Gelisah - Sering menangis 4.

istitahat dalam - Tirah rencana pengobatan dan perlunya

dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik - Meminimalkan kelelahan membantu keseimbangan suplai kebutuhan oksigen (Marilyn E. dan

keseimbamgan aktivitas istirahat. - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. dan

dan - Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

batas normal

Doenges, 2000). - Kaji tingkat - Mempengaruhi kemampuan untuk - Megkaji tingkat kecemasan dan pengetahuan

Ansietas orang - Tujuan jangka tua berhubungan panjang : Orang tua pasien tidak

kecemasan dan pengetahuan

19

dengan kurangnya pengetahuan dan informasi yang ditandai

mencemaskan keadaan anaknya. - Tujuan jangka

keluarga. - Beri informasi tentang keadaan kesehatan pasien. HE/

menggunakan pengetahuan. - Informasi dapat meningkatkan koping membantu menurunkan ansietas masalah dalam berlebihan. - Keluarga/pasien mampu melakukan perawatan mandiri. - Informasi dapat meningkatkan koping, membantu menurunkan ansietas masalah berlebihan. untuk - Meningkatkan proses belajar, dan dan dan

keluarga. - Memberikan HE/ informasi

pendek : Dalam waktu 1x30 menit orang tua tidak lagi cemas dan

tentang keadaan kesehatan pasien. - Belibatkan keluarga/ pasien dalam

dengan : DS: - Orang pasien mengatakan tidak mengerti dengan proses penyakit anaknya DO: - Anak nafas - Anak tampak gelisah - Anak tampak lemah - Gerakan bola mata tegang - Orang bertanyatanya tentang proses penyakit anaknya tua sesak tua

mengerti tentang - Libatkan kondisi dengan hasil : Orang pasien menerima keadaan dan tua anaknya kriteria keluarga/ pasien

perawatan pasien. - Menjelaskan tindakan yang

perawatan pasien. - Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.

akan dilakukan. - Memberi motivasi/doron gan keluarga/ pasien. - Menganjurkan keluarga/ pasien berdoa. - Mengevaluasi penjelasan yang sudah dilakukan. dan - Memberi reinforcement positif kepada untuk pada

mengerti akan

penyakit yang - Beri dialami anaknya Orang tua motivasi/doron gan keluarga/ pasien. - Anjurkan keluarga/ pasien berdoa. - Evaluasi penjelasan yang sudah pada

tampak tenang

meningkatkan pengambilan keputusan mencegah ansietas sehubungan

dilakukan. - Beri reinforcement

keluarga.

20

positif kepada keluarga.

dengan ketidaktahuan. - membantu keluarga/ pasien lebih tenang. - mengetahui sejauh mana

penjelasan dapat diterima. - dapat meningkatkan rasa percaya diri keluarga.

E. Evaluasi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum S : orang tua mengatakan anaknya sudah jarang batuk O: RR 55 X/meit Ronkhi basah masih terdengar

A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan semua intervensi

2. Kurangnya volume cairan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan demam dan intake yang kurang S:O : turgor kulit baik, mukosa bibir lembab A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan

21

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari. S:O : pasien tampak tenang A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan

4. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi S : orang tua mengatakan mengerti tentang kondisi anaknya dan setuju jika akan dilakukan tindakan dalam menolong anaknya. O : orang tua masih tampak cemas A : teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan

22

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya

pneumononia lobaris yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru yang ada disekitarnya. Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.

B. Saran Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam keperawatan agar menjadi lebih baik: 1. Memperbanyak waktu pengkajian sampai evaluasi tentang perawatan bronkopneumonia pada anak. 2. Melanjutkan intervensi keperawatan pada prioritas masalah perawatan bronkopneumonia pada anak.

23

DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan prosesproses penyakit. EGC: Jakarta. Somantri, Irman. 2008. Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba medika
http://pragolo-pati.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html http://medical-nurs.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-asuhankeperawatan_23.html http://dolvi-wwwners.blogspot.com/2012/05/askep-bronkopneumonia.html http://purwo-infokep.blogspot.com/2010/12/bronchopneumonia.html http://ariprahmatmauludin.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatanbronchopneumonia.html

24

Você também pode gostar