Você está na página 1de 148

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

MARIENA DEWI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

MARIENA DEWI

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI


Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, April 2008

Mariena Dewi C44104012

ABSTRAK
MARIENA DEWI. Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUHARNO. Pantai Pangandaran merupakan salah satu objek wisata pantai di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Ciamis. Objek wisata ini mampu memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang sangat besar bagi Kabupaten Ciamis. Namun, dengan terjadinya bencana alam tsunami yang melanda daerah ini pada bulan Juli 2006 silam, telah menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang cukup besar. Untuk membenahi kondisi diatas, kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan, kedua untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata, serta ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri kepariwisataan bahari di Pantai Pangandaran, kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran, kondisi persaingan pada industri wisata bahari, serta menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran bagi objek wisata Pantai Pangandaran. Alat analisis yang digunakan pada peneltitan ini yaitu Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal-External (IE) dan juga Matriks SWOT (Strength, weakness, opportunities and threats). Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa kondisi internal dan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, dan kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh pihak pengelola dalam lingkup kabupaten sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran. Kemudian dari hasil perangkingan strategi berdasarkan analisis SWOT didapatkan bahwa alternatif strategi pemasaran yang mendapat rangking satu adalah mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi.

Kata Kunci : Pariwisata, Strategi Pemasaran

Hak cipta milik Mariena Dewi, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Oleh : MARIENA DEWI C44104012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SKRIPSI

Judul Skripsi

: Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat : Mariena Dewi : C44104012 : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Nama Mahasiswa NRP Program Studi

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Suharno, M.Adev. NIP. 131 649 403

Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus: 16 April 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang merupakan hasil penelitian di Pantai Pangandaran pada bulan Juli Agustus 2007. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1) Dr.Ir. Suharno, M.Adev selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyelesaian skripsi ini, 2) Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc yang telah bersedia menjadi Penguji Tamu, 3) Bapak Rahman selaku Kasi Promosi Pariwisata dan seluruh staf di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang telah membantu penulis dalam penelitian, 4) Ir. Anna Fatchiya, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademik, 5) Kedua orang tua serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan kasih sayangnya, 6) Teman-teman SEI 41 yang telah memberikan dukungannya, serta seluruh pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua yang berkepentingan.

Bogor, April 2008

Mariena Dewi

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 4 Desember 1985 dari ayah Suryatiman Ekka dan Ibu Enung Nurochmah. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMUN 1 Kota Sukabumi, lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih program studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa seperti HIMASEPA IPB. Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

10

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL........................................................................... ............... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... ............. I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ............................................. 2.2 Strategi Pemasaran............................................................................. 2.3 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 2.3.1 Operasi Manajemen ................................................................ 2.3.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 2.3.3 Produksi / Operasi ................................................................... 2.3.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 2.3.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 2.3.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 2.4 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 2.4.1 Faktor Politik........................................................................... 2.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 2.4.3 Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan................ 2.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 2.4.5 Faktor Persaingan (Kompetitif) .............................................. 2.5 Analisis SWOT .................................................................................. 2.6 Pariwisata dan Wisatawan.............................. ................................... 2.6.1 Industri Pariwisata................................................................... 2.6.2 Pariwisata Bahari .................................................................... 2.7 Pemasaran Pariwisata......................................................................... 2.8 Bauran Pemasaran Industri Pariwisata............................................... 2.8.1 Bauran Produk......................................................................... 2.8.2 Bauran Harga .......................................................................... 2.8.3 Bauran Promosi....................................................................... 2.8.4 Bauran Tempat (Distribusi)..................................................... 2.9 Tsunami.............................................................................................. 2.10Studi Terdahulu.................................................................................. III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ................................................. xiii xv xvi 1 1 3 4 6 6 7 8 8 9 9 9 10 10 10 11 11 12 12 12 15 17 18 19 20 21 21 22 23 24 26 26 29

11

Halaman IV. METODOLOGI ...................................................................................... 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Metode Penelitian .............................................................................. Jenis dan Sumber Data....................................................................... Metode Penentuan Responden........................................................... Metode Pengumpulan Data................................................................ Metode Analisis Data......................................................................... 4.5.1 Analisis Persaingan Industri.................................................... 4.5.2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)..................... 4.5.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ................. 4.5.4 Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................... 4.5.5 Matriks SWOT ........................................................................ 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 4.7 Batasan Penelitian.............................................................................. V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Ciamis ................................................ 5.2 Gambaran Umum Kecamatan Pangandaran ...................................... 5.2.1 Letak, Luas dan Batas Kecamatan Pangandaran ...................... 5.2.2 Keadaan Alam Kecamatan Pangandaran .................................. 5.2.3 Penduduk Kecamatan Pangandaran .......................................... 5.3 Gambaran Umum Wisata Pantai Pangandaran .................................. 5.3.1 Gambaran Umum Pihak Pengelola Pantai Pangandaran .......... 5.3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelola ................... 5.3.1.2 Struktur Organisasi Pengelola...................................... 5.3.2 Profil Pengunjung Pantai Pangandaran..................................... 5.3.3 Produk Wisata Yang Ditawarkan.............................................. 5.4 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pra Tsunami .................. 5.4.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pra Tsunami..................................................................................... 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pra Tsunami.............................. 5.5 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami .............. 5.5.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pasca Tsunami..................................................................................... 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pasca Tsunami .......................... 5.6 Kondisi Industri Pariwisata Pantai Pangandaran ............................... VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 6.1 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 6.1.1 Operasi Manajemen ................................................................ 6.1.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 6.1.3 Produksi / Operasi ................................................................... 6.1.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 6.1.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 6.1.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ............................................... 32 32 32 34 34 35 36 39 41 43 45 46 46 49 49 51 51 51 51 52 52 54 56 60 66 67 67 68 70 70 71 73 77 77 77 78 80 82 83 84 87

12

Halaman 6.2.1 Kekuatan Pengelola................................................................. 6.2.2 Kelemahan Pengelola.............................................................. Matriks IFE ........................................................................................ Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 6.4.1 Faktor Politik........................................................................... 6.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan ................................... 6.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 6.4.5 Faktor Persaingan.................................................................... Identifikasi Peluang dan Ancaman .................................................... 6.5.1 Peluang.................................................................................... 6.5.2 Ancaman ................................................................................. Matriks EFE ....................................................................................... Matriks IE .......................................................................................... Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .................................. 6.8.1 Strategi Strengths-Opportunity (SO) ...................................... 6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)............................................... 6.8.3 Strategi Weakness-Opportunity (WO).................................... 6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)............................................ 6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi............................................. 87 88 89 92 92 94 96 97 98 99 99 99 99 102 103 105 106 107 108 109

6.3 6.4

6.5

6.6 6.7 6.8

VII.KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 112 7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 7.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN .................................................................................................... 112 116 118 121

13

DAFTAR TABEL

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Penilaian Bobot Faktor Penentu Persaingan ........................................... Contoh Penilaian Rating Faktor Penentu Persaingan.............................. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ............................................... Matriks IFE ............................................................................................. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ............................................ Matriks EFE ............................................................................................ Matriks IE ............................................................................................... Matriks SWOT ........................................................................................ Komposisi Penduduk Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Kelompok Umur ....................................................................................................... Daerah Asal Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........... Kelompok Umur Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........ Status Perkawinan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 . Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001...... Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001... Jenis Kendaraan Yang Digunakan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 .................................................................................... Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ...... 37 37 40 40 42 42 44 45 52 60 61 61 62 62 62 63 64 64 65 65 91

Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ..... 101 Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ........ 102 Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran ................................ 103 Perangkingan Alternatif Strategi............................................................. 109

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. 2. 3. 4. Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri .............................. Diagram Analisis SWOT ........................................................................ Pariwisata Sebagai Industri..................................................................... Kerangka Pendekatan Studi .................................................................... 13 16 18 31

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Ciamis...... 121 Peta Objek Wisata di Kabupaten Ciamis ................................................ 122 Informasi Pengamanan Pantai Objek Wisata Pangandaran .................... 123 Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 1) .... 124 Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 2) .... 125 Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 1).. 126 Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 2).. 127 Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal............................. 128 Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal .......................... 129 Foto-foto Panorama Objek Wisata Pantai Pangandaran ......................... 130 Foto-foto Kawasan Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami . 131

16

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim sekaligus juga negara kepulauan (Archipelagic state) yang memiliki sumberdaya sumberdaya perairan yang sangat beranekaragam. Sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia meliputi komoditi dan lingkungan perairan. Lingkungan perairan ini terbagi menjadi dua yaitu perairan darat dan perairan laut. Baik komoditi maupun lingkungan perairan yang berupa jasa jasa lingkungan ini sama sama dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk perairan laut sendiri banyak potensi yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah dapat digali melalui sektor pariwisata. Sektor pariwisata perairan laut memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Murniatmo et all (1994) diacu dalam Nellyana (2007), peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan pada tiga segi yaitu : segi ekonomis (sumber devisa, pajak pajak), segi sosial (penciptaan lapangan pekerjaan), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan nasional maupun daerah kepada wisatawan asing). Adapun kegiatan wisata dalam konteks perairan meliputi wisata tirta (tawar) dan wisata bahari (laut). Wisata tirta merupakan wisata yang berhubungan dengan kegiatan menyelam, berlayar, memancing, arung jeram, dll, sedangkan wisata bahari adalah jenis minat khusus yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan. Wisata pantai termasuk pada kegiatan wisata bahari atau wisata kelautan. Adapun yang dimaksud dengan wisata pantai atau wisata bahari adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Di wilayah pantai dapat dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari, baik pada bentang laut maupun pada bentang darat. Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata antara lain berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan, menyelam, berselancar, serta berperahu. Pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi yang dapat berupa olah raga pantai, berjalan jalan dan lain lain.

17

Ada beberapa faktor alam yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengembangan wisata pantai meliputi angin, gelombang laut, arus laut, pasang surut, bentuk pantai, bentuk butir pasir, biota pantai dan bahaya tsunami. Perencanaan dan pengembangan wisata pantai di Indonesia perlu memperhatikan adanya potensi bahaya tsunami, karena wilayah Indonesia merupakan pertemuan tubrukan lempeng tektonik, sehingga di dasar laut Indonesia banyak dijumpai pusat gempa. Pantai pantai yang potensial terlanda tsunami antara lain di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Biak, dan Maluku. Peristiwa tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 yang menimpa Pantai Pangandaran, yang merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Ciamis, telah menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi masyarakat sekitar serta pada seluruh kawasan pariwisata tersebut. Sekitar 50 persen sarana akomodasi dan rumah makan hancur diterjang oleh tsunami. Padahal Kecamatan Pangandaran ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Ciamis. Salah satu faktor pemicu tingginya pertumbuhan adalah kegiatan ekonomi di Pantai Pangandaran, seperti perdagangan, perhotelan, dan kegiatan industri kecil. Angka kunjungan wisatawan sebelum adanya bencana tsunami di Pantai Pangandaran, pada tahun 2005 tercatat 384.204 wisatawan, dengan 2.573 diantaranya adalah wisatawan asing. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran yang luasnya sekitar 50 hektar ini, otomatis menjadi sumber penghasilan utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis, khususnya dari sektor pariwisata. Dari retribusi karcis masuk saja, pada tahun ini Pemerintah Kabupaten Ciamis memperoleh sekitar Rp 1.047.375.800,-. Pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juli sebelum terjadinya bencana tsunami, jumlah wisatawan yang datang masih banyak dengan jumlah sebesar 236.602 orang yang diantaranya 1.191 orang merupakan turis asing dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 639.214.200,- (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis 2007). Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun secara drastis setelah adanya bencana tsunami. Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2006, jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran hanya mencapai 54.104 orang. Pendapatan yang diterima pihak pengelola pada

18

bulan Agustus-Desember 2006 ini hanya sebesar Rp 149.664.400,- (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis 2007). Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pemerintah setempat dan juga masyarakat sekitar yang penghasilan utamanya adalah dari adanya kegiatan pariwisata di daerah tersebut. Suatu penyusunan strategi pemasaran yang baru diperlukan untuk membenahi kondisi diatas agar potensi pariwisata dari Pantai Pangandaran dapat pulih kembali seperti semula dan diharapkan dapat lebih baik dari sebelum terjadinya bencana tsunami. Selain itu juga untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata, serta bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi yang andal dapat menjadi landasan strategi bisnis. Suatu strategi pemasaran yang tepat sudah tentu berangkat dari basis analisis yang tepat. Analisis yang harus dilakukan terkait dengan penyusunan strategi pemasaran antara lain adalah analisa faktor faktor internal, eksternal, persaingan industri dan analisa SWOT. 1.2 Perumusan Masalah Pantai Pangandaran, sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Ciamis, yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar telah mengalami suatu kerusakan yang cukup parah akibat adanya bencana tsunami yang terjadi pada bulan Juli tahun 2006. Akibat bencana tsunami tersebut, kegiatan wisata yang selama ini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing menurun secara drastis. Dampak adanya penurunan jumlah wisatawan pasca tsunami adalah berkurangnya pendapatan daerah yang diperoleh oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis karena Pangandaran merupakan sumber penghasilan utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis. Kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru pasca terjadinya tsunami, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan. Kedua untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga kondisi industri pariwisata akan pulih dengan adanya wisatawan yang datang. Ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya

19

pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan. Strategi pemasaran yang tepat memerlukan informasi aktual yang tepat pula. Informasi aktual ini mencakup informasi yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Analisis internal dan eksternal dapat diketahui dari stakeholders yang terkait secara langsung karena stakeholders tersebut merupakan orang/badan yang berperan untuk mengambil suatu kebijakan atas strategi pemasaran yang ditetapkan. Analisis lingkungan internal perlu dilakukan untuk mengetahui secara tepat kelemahan kelemahan dan kekuatan kekuatan yang dimiliki. Kondisi eksternal juga perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman dari luar, baik itu yang sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Selain itu, pada analisis lingkungan eksternal juga dapat diketahui peluang apa saja yang bisa dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan dari analisis analisis tadi alternatif alternatif suatu strategi pemasaran dapat disusun secara tepat. Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan mendapat jawaban. Ini merupakan permasalahan dalam penelitian ini : 1. Kondisi industri kepariwisataan di Pantai Pangandaran pasca tsunami 2. Faktor faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi strategi pemasaran pada objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami 3. Kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami 4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang tepat dan efektif bagi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai lewat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi industri kepariwisataan bahari di Pantai Pangandaran. 2. Menganalisa kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran.

20

3. Menganalisa kondisi persaingan pada industri wisata bahari Pantai Pangandaran. 4. Menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran bagi objek wisata Pantai Pangandaran. Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2. Sebagai bahan masukan (policy input) bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam rangka membangun kembali sektor pariwisata di Pantai Pangandaran pasca tsunami melalui strategi pemasaran yang tepat. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak pihak yang terkait secara langsung dengan objek wisata Pantai Pangandaran. 4. Meningkatkan kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan, menganalisis data, menyimpulkan serta melatih berpikir ilmiah. 5. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Teori teori yang penting untuk diketahui diantaranya mengenai bahasan tentang pemasaran dan manajemen pemasaran, strategi pemasaran, analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation), matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation), matriks Internal Eksternal (IE), analisis SWOT, pariwisata dan wisatawan yang didalamnya mencakup industri pariwisata dan pariwisata bahari, pemasaran pariwisata, bauran pemasaran industri pariwisata, tsunami dan studi terdahulu. Teori teori ini digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Dengan adanya teori teori ini diharapkan akan mempermudah untuk memahami isi dari keseluruhan skripsi ini. 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang atau jasa kepada konsumen dan perusahaan lain. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 2000). Menurut Rangkuti (2003), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Kotler (2000) mendefinisikan Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan

22

pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran sasaran individu dan organisasi. 2.2 Strategi Pemasaran Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Menurut Chandler (1962) diacu dalam Rangkuti (2003) menyebutkan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi pemasaran adalah sekumpulan prinsip prinsip dasar yang melandasi manajer pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran yang ditetapkan pada pasar sasaran tertentu (Kotler 2000). Sedangkan Ferrel, Lucas, dan Luck (1994) diacu dalam Firman (2006) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai panduan dari metode metode dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tujuan dari perusahaan pada target pasar yang spesifik. Ferrel, Lucas, dan Luck (1994) diacu dalam Firman (2006) juga mengungkapkan bahwa proses perencanaan strategi pemasaran mencakup : 1) Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan dari organisasi. 2) Identifikasi atau perumusan strategi pada level korporat. 3) Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan pemasaran. 4) Identifikasi atau perumusan strategi pemasaran. 5) Identifikasi atau perumusan rencana pemasaran. Menurut H. B. Mcdonald dan J. Keegan (1999) strategi pemasaran (marketing strategies) harus muncul dalam rencana pemasaran (marketing plans). Strategi adalah bagaimana sasaran dapat dicapai, sebagai berikut : Kebijakan produk yang berisi elemen elemen seperti fungsi, desain, ukuran, dan pengepakan. Kebijakan harga yang harus diikuti oleh grup produk dalam segmen pasar. Kebijakan distribusi bagi saluran distribusi dan tingkat layanan konsumen.

23

Kebijakan promosi untuk berkomunikasi dengan konsumen, yang digolongkan ke dalam beberapa kegiatan yang relevan seperti periklanan, penjualan personal, dan promosi penjualan.

2.3 Analisis Lingkungan Internal David (2004) mengatakan bahwa analisis lingkungan internal membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan evaluasi tentang operasi perusahaan. Analisis internal berguna untuk mengetahui aspek kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor faktor penentu keberhasilan (critical Succsess Factors). Hal ini juga disampaikan oleh Kertajaya (2005) yang mengatakan bahwa salah satu langkah dalam analisis internal dalam konteks daerah, adalah menentukan critical Success Faktors. 2.3.1 Operasi Manajemen Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar : perencanaan, pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Pemotivasian melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia. Pengelolaan staf mencakup aktivitas seperti perekrutan, wawancara, pengujian, penyeleksian, pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pemberian perhatian, pengevaluasian, pengkompensasian, pendisiplinan, promosi, pemindahan, pendemosian, dan pemecatan karyawan, serta juga pengelolaan hubungan dengan serikat pekerja. Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan. Aktivitas pengelolaan staf memainkan peranan penting dalam usaha implementasi strategi, sehingga manajer sumberdaya manusia menjadi lebih aktif terlibat dalam proses manajemen strategis. Adalah penting untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dalam area pengelolaan staf (David 2004).

24

2.3.2 Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan seringkali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kelemahan dan kekuatan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna memformulasikan strategi secara efektif. Maka suatu perusahaan haruslah memperhatikan faktor faktor keuangan dan akuntansinya seperti likuiditas, leverage, modal kerja, profitabilitas, utilitas aset, arus kas dan modal perusahaan (David 2004). 2.3.3 Produksi/Operasi Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri dari semua akivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Operasi manufaktur mengubah atau mentransformasikan input seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, mesin, dan fasilitas menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi terdiri dari lima area keputusan atau fungsi : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas (David 2004). 2.3.4 Penelitian dan Pengembangan Litbang dalam organisasi dapat memiliki dua bentuk dasar : (1) litbang internal, dimana organisasi menjalankan departemen litbangnya sendiri, dan (2) kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti independen atau agen independen untuk mengembangkan produk spesifik. Pendekatan yang banyak dipakai untuk mendapatkan litbang dari luar adalah dengan menjalankan joint venture dengan perusahaan lain. Kekuatan (kemampuan) litbang dan kelemahan (keterbatasan) litbang memiliki peranan penting dalam formulasi dan implementasi strategi. Kebanyakan perusahaan tidak memiliki pilihan kecuali secara terus menerus mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk karena perubahan kebutuhan dan selera konsumen, teknologi baru, siklus produk yang semakin pendek dan meningkatnya persaingan domestik dan asing. Kekurangan ide untuk produk baru, meningkatnya persaingan global, meningkatnya segmentasi pasar, menguatnya kelompok dengan kepentingan

25

tertentu, dan meningkatnya peraturan pemerintah adalah beberapa faktor berhasilnya pengembangan produk baru yang semakin sulit, mahal, dan beresiko (David 2004). 2.3.5 Sistem Informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Ini adalah fondasi dari semua organisasi, informasi menunjukkan sumber utama dari kekuatan atau kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit internal. Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem infomasi yang efektif dengan demikian mengumpulkan, memberi simbol atau kode, menyimpan sintesis, dan menyajikan informasi dalam bentuk yang dapat menjawab pertanyaan penting operasi dan strategi (David 2004). 2.3.6 Pasar dan Pemasaran Pasar sebagai ruang tempat bekerjanya kekuatan pembentuk harga dan terjadinya perpindahan hak milik, ruang lingkungannya ditentukan oleh jasa jasa yang diberikan dan merupakan tempat dilaksanakannya berbagai jasa pemasaran. Pemasaran disebut juga tataniaga yang merupakan suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Analisis terhadap pasar dan pemasaran penting untuk diketahui oleh perusahaan untuk kemudian dikaitkan dengan strategi pemasaran yang akan dilakukan. Sehingga perusahaan bisa mengevaluasi dan mengetahui sisi kelemahan dan kekuatan dari pangsa pasarnya dan dari strategi pemasaran yang telah dilakukan. 2.4 Analisis Lingkungan Eksternal Kotler (2000) mengelompokkan faktor faktor lingkungan eksternal sebagai bagian dari lingkungan makro, dan menambahkan aspek demografi dan alam kedalamnya. Kekuatan kekuatan yang ada didalam lingkungan makro ini tidak dapat dikendalikan dan harus dipantau serta ditanggapi oleh perusahaan

26

karena lingkungan ini memberikan peluang sekaligus ancaman. Sementara itu David (2004) mengatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri dari : (1) Kekuatan ekonomi; (2) Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; (3) Kekuatan politik, pemerintah dan hukum; (4) Kekuatan teknologi; dan (5) Kekuatan kompetitif. 2.4.1 Faktor Politik Faktor ini merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang sangat besar pada sektor usaha. Ketidakstabilan politik akan mengarah kepada kondisi yang jauh dari kondusif bagi dunia usaha. Serangkaian kasus bom di Indonesia yang memukul dunia usaha adalah salah satu contoh kecil bagaimana stabilitas politik sangat diperlukan bagi dunia usaha. Kertajaya (2005) mengungkapkan ketika akan memasarkan suatu daerah, maka seorang pemasar harus meninjau karakteristik dan perilaku dari sistem politik yang berlaku. Ini mencakup ideologi, hukum, badan pemerintah, peradilan, dan perundangan yang berlaku. Selain itu pemasar harus meninjau pengaturan institusi politik negara seperti lembaga pemilihan umum, eksekutif, legislatif, yudikatif dan kelompok kelompok penekan (pressure group). Pemasar juga harus mengkaji pengaruh perkembangan politik global termasuk didalamnya pengaruh dari lembaga lembaga politik internasional seperti PBB, G7, WTO dan lainnya pada perkembangan politik negara dan daerah. 2.4.2 Faktor Ekonomi Faktor ekonomi terkait dengan karakteristik perekonomian ditempat suatu perusahaan atau organisasi berada. Faktor ekonomi mempengaruhi pelaku usaha, baik dari segi biaya biaya yang dikeluarkan, maupun daya beli konsumen. Sebagai contoh, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) akan menaikkan biaya produksi bagi sebuah restoran dan hotel, tetapi di sisi lain akan mengurangi daya beli konsumen karena alokasi pendapatan untuk makan di restoran, dan menginap di hotel bisa jadi dialihkan untuk pengeluaran belanja BBM dan listrik. Faktor faktor yang harus diperhatikan antara lain tingkat pendapatan, tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan fiskal pemerintah, harga dan sebagainya.

27

2.4.3 Faktor Sosial Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perusahaan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kultur, norma, dan nilai yang dianut oleh masyarakat pada tempat dimana perusahaan itu berada. Selain itu faktor sosial juga berpengaruh kepada pasar target dalam hal ini terhadap konsumen. Karena selain oleh faktor budaya, psikologi, pribadi dan budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler 2000). Faktor sosial merupakan faktor yang dinamis sehingga cenderung berubah dari waktu ke waktu. Faktor lingkungan dan alam adalah faktor yang tidak dapat diabaikan, karena faktor inilah yang mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan. Setiap perubahan pada lingkungan akan secara langsung ataupun tidak langsung berakibat pada kehidupan manusia. 2.4.4 Faktor Teknologi Palfreman (1999) menyatakan bahwa perubahan teknologi menunjukkan bahwa manusia selalu mencari cara baru yang biasanya lebih murah dalam memproduksi sesuatu. Setiap pelaku usaha harus selalu memperbaharui pengetahuannya mengenai perkembangan teknologi yang terbaru. Hal ini menjadi sebuah keharusan ketika pelaku usaha menghadapi situasi persaingan yang akan memacu setiap pelaku untuk menjadi lebih unggul dari yang lain. Dinamika perkembangan teknologi semakin tampak pada industri yang produk utamanya terkait erat dengan teknologi, seperti industri telekomunikasi dan transportasi. 2.4.5 Faktor Persaingan (Kompetitif) Lingkungan industri merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang menghasilkan komponen komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan (Syahroni 2005). Oleh karena itu, setiap pelaku didalam industri harus mampu untuk menganalisa dan mengantisipasi setiap perubahan dari lingkungan ini. Struktur perekonomian sekarang telah menempatkan setiap perusahaan kedalam situasi persaingan yang sengit. Lingkungan industri yang sekarang ditempati oleh semua perusahaan adalah lingkungan yang sarat dengan kompetisi dan aktivitas saling mengalahkan. Sehingga mau tidak mau setiap perusahaan

28

harus bersaing dengan kompetitor didalam industri agar bisa tetap bertahan. Lebih lanjut lagi, tekanan persaingan ini telah mendorong setiap pelaku untuk mengerahkan segala macam upaya agar mampu menjadi yang terdepan didalam industrinya. Porter (1997) mengatakan bahwa intensitas persaingan didalam industri ditentukan oleh masuknya (1) pendatang baru, (2) ancaman produk baru pengganti, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) kekuatan tawar menawar pemasok dan (5) persaingan antar pesaing yang ada. Kelima kekuatan persaingan diatas secara bersama sama menentukan intensitas persaingan dan kemampuan untuk meraih laba didalam industri. Gambar 1 menjelaskan kekuatan kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri. Pendatang Baru Ancaman masuknya pendatang baru Para Pesaing Industri Pemasok Kekuatan tawar Menawar pemasok Persaingan diantara perusahaan yang ada Pembeli Kekuatan tawar menawar pembeli

Ancaman produk / jasa substitusi Produk Substitusi Gambar 1. Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
Sumber : Porter (1997)

(1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampuan untuk memperoleh laba. Tindakan akuisisi kedalam suatu industri dengan tujuan membangun posisi pasar barangkali harus dipandang

29

sebagai pendatang baru meskipun tidak menciptakan suatu lingkungan yang benar benar baru. Ancaman masuknya pendatang baru kedalam industri tergantung dari rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan besar atau pendatang baru memperkirakan bahwa perlawanan dari pelaku lama akan keras, maka ancaman akan cenderung rendah (Porter 1997). (2) Ancaman dari Produk Substitusi Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti luas, dengan industri industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Makin menarik harga alternatif yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba industri (Porter 1997). (3) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli bersaing dengan cara memaksa harga turun, tawar menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain, semuanya dengan mengorbankan kemampuan untuk meraih laba dari industri. Kekuatan dari tiap kelompok pembeli dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut (Porter 1997). (4) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar - menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan kemampuan meraih laba dari industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan harga (Porter 1997). (5) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik taktik seperti persaingan harga,

30

perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan pelanggan. Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada kebanyakan industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan perusahaan saling tergantung satu sama lain (mutually dependent) (Porter 1997). 2.5 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisis yang meliputi identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategis planner) harus menganalisis faktor faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis ini adalah Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) (Rangkuti 2003).

31

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi turn around KELEMAHAN INTERNAL 4. Mendukung strategi defensif BERBAGAI ANCAMAN

1. Mendukung strategi agresif KEKUATAN INTERNAL 2. Mendukung strategi diversifikasi

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. (Rangkuti 2003)

32

2.6 Pariwisata dan Wisatawan Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata 1990). Pariwisata (tourism) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata mata untuk menikmati perjalanan tersebut, guna pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam (Yoeti 1980). Secara umum pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo 2000). Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan mendorong pendayagunaan produksi nasional (Direktorat Jenderal Pariwisata 1990). Pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata 1990). Adapun dalam Instruksi presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 tertulis dalam Bab I Pasal 1, bahwa wisatawan (Tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu (Soekadijo 2000).

33

2.6.1 Industri Pariwisata Menurut Yoeti (1980) industri pariwisata yaitu sebagai kumpulan dari bermacam macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang barang dan jasa jasa (goods and services) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanan. Inti dari definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu menghasilkan produk dan jasa yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari wisatawan dan traveller, maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri pariwisata.

Konsumen

Pemasaran

Permintaan

Motif Perjalanan

Kebutuhan dalam perjalanan

Angkutan

Atraksi Wisata

Jasa Wisata

Angkutan Wisata

Penawaran

Produsen

Gambar 3. Pariwisata Sebagai Industri

Gambar 3 menjelaskan pariwisata sebagai industri yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000). Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata (festival, pantai dan lainnya), jasa wisata (hotel, restoran dan lainnya), dan angkutan wisata (kapal, mobil dan lainnya). Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitas bisa dikatakan sebagai pariwisata. Ketiga jenis produk diatas ditujukan untuk memenuhi tiga kebutuhan konsumen ketika berwisata yaitu, kebutuhan motif berwisata, kebutuhan selama

34

berwisata dan kebutuhan untuk mencapai lokasi wisata. Aspek pemasaran berfungsi agar antara penawaran dari produsen dan permintaan dari konsumen bertemu dan menghasilkan aktivitas wisata. Soekadijo (2000) mengungkapkan bahwa industri pariwisata memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan industri yang lain yaitu : a. Produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan. Produk pariwisata harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. b. Wujud dari produk pariwisata akhirnya ditentukan oleh konsumen itu sendiri, yaitu wisatawan. Bagaimana bentuk bentuk komponen produk wisata itu akhirnya tersusun menjadi suatu produk pariwisata yang utuh, pada dasarnya wisatawan yang menyusunnya. Sebagai contoh, wisatawanlah yang menentukan media transportasi, lokasi penginapan, dan atraksi yang ingin dilihat. c. Apa yang diperoleh oleh konsumen setelah mengkonsumsi produk pariwisata adalah pengalaman. 2.6.2 Pariwisata Bahari Wisata bahari adalah jenis wisata khusus yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan, baik diatas permukaan laut (marine) maupun kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan laut (sub marine). Daya tarik yang paling penting dalam wisata bahari didasarkan pada daya tarik sumberdaya alam dan kelautan (marine attractions). Selain itu, adat istiadat dan budaya masyarakat pesisir juga dapat merupakan bagian dari objek dan daya tarik wisata bahari. Wisata bahari (marine tour) adalah suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro 2001) diacu dalam Hadi (2003). Wisata bahari (marine tourism) adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal seascape). Di wilayah pantai dapat dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari, baik pada bentang laut maupun pada bentang darat pantai (Hadi 2003).

35

2.7 Pemasaran Pariwisata Wahab (2003) membatasi pemasaran wisata sebagai upaya upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan atau badan badan usaha pariwisata pada taraf internasional, nasional dan lokal guna memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi masing masing dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata. Cooper et al (1993) mengatakan bahwa produk pariwisata memiliki tiga karakteristik, yaitu : 1) Intangibility, artinya produk tidak bisa dengan mudah dilihat atau dinilai. Kendala tempat dan waktu menyulitkan para pemasar untuk menunjukkan nilai tambah produk yang mereka jual. 2) Perishability, yang berarti bahwa produk pariwisata tidak dapat disimpan untuk dijual dimasa depan. Sebagai contoh, kamar hotel atau cottage yang kosong, kursi pesawat yang tidak terisi penuh menunjukkan pendapatan yang hilang dan tidak dapat diperoleh kembali. 3) Inseparability, artinya produk diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Semisal pertunjukkan kesenian, dimana produk ini diproduksi ketika diadakan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan oleh wisatawan yang menonton. Implikasinya adalah sulit untuk memastikan kepuasan seluruh konsumen. Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa produk pariwisata terkait dengan proses pengambilan keputusan yang kompleks karena konsumen menghadapi berbagai resiko ketika akan memutuskan untuk mengkonsumsi produk pariwisata. Resiko resiko tersebut yaitu : 1) Resiko ekonomi atau finansial, ketika produk pariwisata yang dibeli tidak memberikan manfaat yang sebelumnya diharapkan. 2) Resiko fisik seperti kecelakaan dan penyakit. 3) Resiko psikologi, yaitu resiko yang muncul ketika calon konsumen melihat bahwa pembelian produk wisata tertentu mungkin tidak mengapresiasikan citra yang mereka ingin dapatkan.

36

2.8 Bauran Pemasaran Industri Pariwisata Cooper et al (1993) mengatakan bahwa marketing mix pemasaran pariwisata terdiri dari produk, harga, promosi, dan tempat. Masing masing faktor memiliki aspek aspek bauran tersendiri yang harus diperhatikan. 2.8.1 Bauran Produk Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa bauran produk pariwisata adalah (1) kualitas, (2) pelayanan, (3) rentang lini produk yang dijual, (4) nama brand (merek), (5) keistimewaan dan manfaat yang ditawarkan, dan (6) jaminan terhadap kepuasan konsumen (garansi). 1. Kualitas Bauran produk yang terkait dengan kualitas meliputi pengambilan keputusan mengenai standar kualitas produk dan implementasi metode untuk menjamin level performa dari staf dan fasilitas. Penyedia jasa wisata akan lebih mudah untuk mencapai kesuksesan jika mampu untuk memberikan kualitas produk melebihi para pesaing (Cooper et al 1993). 2. Pelayanan Bauran produk berupa pelayanan terkait dengan penciptaan tingkat layanan yang ditawarkan. Artinya, pelayanan berkaitan dengan berapa banyak layanan yang diharapkan oleh klien untuk ada dan berapa banyak layanan harus disediakan oleh penyedia jasa. Contohnya layanan antar barang ke kamar dan makan pagi pada hotel (Cooper et al 1993). 3. Rentang Lini Produk Lini produk adalah sekelompok produk dalam kelas produk yang berkaitan erat karena produk produk itu melaksanakan fungsi yang serupa, dijual kepada kelompok konsumen yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu (Kotler 2000). 4. Merek Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal hal tersebut yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut (Kotler 2000).

37

5. Keistimewaan dan Manfaat yang ditawarkan Pelanggan membeli produk berdasarkan manfaat dasar yang diberikan. Contohnya, turis menyewa agen perjalanan untuk mengurus perjalanan lewat pesawat. Agar dapat bersaing secara efektif dengan produk lain, dapat dilakukan diferensiasi dengan memberikan keistimewaan keistimewaan yang sesuai. Keistimewaan (features) adalah karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk (Kotler 2000). Agen perjalanan tadi dapat memberikan keistimewaan dengan menyediakan layanan jemputan dari bandara menuju hotel tempat turis menginap. 6. Garansi Garansi adalah kepastian umum bahwa suatu produk dapat dikembalikan jika kinerjanya tidak memuaskan atau dalam bentuk lain, seperti pengembalian uang pembelian (Kotler 2000). Karena pengembalian produk tidak bisa dilakukan untuk produk wisata, maka penyedia jasa wisata dapat menerapkan sistem pengembalian uang atau asuransi jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan. 2.8.2 Bauran Harga Pemasar dapat melakukan diskriminasi harga, memasang harga dibawah pesaing, memasang harga premium untuk produk produk mewah yang memiliki suplai terbatas. Pemasar juga dapat memasang harga sesuai dengan seberapa besar konsumen bersedia membayar (willingness to pay). Kotler (2000) mengatakan bahwa bauran harga terdiri dari (1) daftar harga, (2) rabat/diskon, (3) potongan harga khusus, (4) periode pembayaran, dan (5) syarat kredit. 1. Daftar Harga Daftar harga merupakan tingkat harga lini produk yang diterapkan oleh produsen. Sehingga masing masing jenis produk cenderung memiliki harga sendiri, tergantung pada kualitas dan fungsinya. 2. Rabat/Diskon Diskon atau rabat adalah potongan harga yang diberikan kepada konsumen, biasanya karena waktu pembayaran yang cepat, pembelian dalam jumlah yang besar dan pembelian diluar musim (Kotler 2000).

38

3. Potongan Harga Khusus Potongan harga adalah pengurangan dari daftar harga. Misalnya potongan tukar tambah, yaitu pengurangan harga yang diberikan atas penyerahan barang lama ketika membeli barang yang baru. Kemudian potongan promosi yaitu pengurangan harga untuk memberikan imbalan kepada penyalur karena berperan dalam program pendukung penjualan (Kotler 2000). 4. Periode Pembayaran Merupakan jangka waktu yang diberikan oleh penjual kepada konsumen untuk melunasi pembayarannya. Biasanya konsumen yang melunasi sebelum waktunya jatuh tempo akan mendapatkan potongan harga. 5. Syarat Kredit Merupakan persyaratan persyaratan yang mengatur perjanjian kredit antara konsumen dan penjual. Untuk kasus produk wisata syarat kredit ini tidak sebaiknya dilakukan karena tingkat ketidakpastiannya yang cukup tinggi. 2.8.3 Bauran Promosi Promosi memiliki bauran promosi yang terdiri dari (1) iklan, (2) personal selling, (3) direct marketing, (4) sponsorship, (5) kehumasan, (6) sales promotion, (7) bentuk komunikasi cetak (Cooper et al 1993). 1. Periklanan (Advertising) Periklanan adalah segala bentuk komunikasi non personal melalui media oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Dalam dunia wisata maka bentuk media yang digunakan dapat berupa panduan perjalanan (travel guides), koran, majalah, radio, televisi, surat dan papan billboard (Cooper et al 1993). 2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan adalah kumpulan alat alat insentif yang beragam, sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa tertentu secara lebih cepat dan / atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang (Kotler 2000).

39

3. Penjualan Personal (Personal Selling) Penjualan personal adalah usaha untuk memperoleh keuntungan melalui hubungan komunikasi langsung dengan calon konsumen, baik dengan bertemu secara langsung, melalui telepon atau lainnya (Cooper et al 1993). 4. Kehumasan (Public Relation) Kehumasan adalah bentuk komunikasi non personal yang digunakan untuk merubah opini atau memperoleh liputan dari media massa, dimana sumber komunikasi ini tidak mengeluarkan pembayaran apapun. Contoh bentuk kehumasan ini dapat berupa press release atau komentar dalam editorial. Selain untuk memperoleh tujuan diatas, kehumasan juga penting untuk menekan pemberitaan yang buruk (Cooper et al 1993). 2.8.4 Bauran Tempat (Distribusi) Karakteristik dari produk wisata menimbulkan bentuk distribusi yang spesifik. Produk wisata adalah produk yang tidak menimbulkan transfer kepemilikan, dimana tidak ada produk nyata yang bisa didistribusikan. Namun begitu agar dapat dikonsumsi, maka produk wisata dapat di akses dan tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan bentuk distribusi dimana penyedia jasa wisata dapat memperoleh akses kepada konsumen potensial (Cooper et al 1993). Aspek aspek dalam distribusi produk wisata adalah sebagai berikut : Tidak ada produk aktual yang didistribusikan, sehingga pemasar harus melakukan komunikasi persuasif kepada konsumen mengenai produk yang mereka jual. Dari aspek lokasi, konsumenlah yang bepergian menuju produk dan menjadi bagian dalam produksi produk pariwisata. Sejumlah besar dana dialokasikan industri untuk produksi dan pengiriman material promosi, baik kepada konsumen secara langsung maupun lewat agen perjalanan. Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa bauran distribusi wisata terdiri dari (1) lokasi, (2) persediaan, (3) aksesibilitas, (4) kenyamanan, (5) transportasi, dan (6) saluran pemasaran.

40

1. Lokasi Lokasi mudah dicapai oleh konsumen, apakah itu sebuah hotel atau agen perjalanan akan lebih mudah meraih permintaan. Pada kasus ini, konsumen akan mudah untuk memperoleh produk wisata dan mungkin tidak memerlukan adanya saluran distribusi (Cooper et al 1993). 2. Persediaan Telah disampaikan sebelumnya bahwa sejumlah besar dana dialokasikan industri untuk produksi dan pengiriman material promosi, baik kepada konsumen secara langsung maupun lewat agen perjalanan. Material ini dapat berupa brosur atau bentuk literatur lainnya dan diproduksi dalam jumlah besar. Seringkali biaya distribusi meliputi biaya pergudangan dan pengiriman brosur lewat berbagai macam model transportasi (Cooper et al 1993). 3. Aksesibilitas Aksesibilitas terkait dengan kemampuan mengakses kepada : (1) aneka pilihan dan rentang brosur dan bentuk promosi lainnya, (2) komponen produk seperti visa, traveller cheques dan asuransi, (3) titik pemesanan di setiap daerah tujuan, (4) alternatif agen perjalanan, produk dan merek (Cooper et al 1993). 4. Kenyamanan Kenyamanan terkait dengan kemudahan bagi konsumen untuk membeli produk jasa (Kotler 2000). Untuk produk wisata, maka kenyamanan terkait dengan kemudahan untuk memperoleh informasi dan saran melakukan pembelian dan pembayaran produk liburan, mengajukan keluhan dan mendapatkan perwakilan ketika terjadi hal hal yang tidak diinginkan (Cooper et al 1993). 5. Transportasi Transportasi terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pengiriman material promosi ke saluran pemasaran dan konsumen dan proses perjalanan konsumen menuju produk wisata. 6. Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Produsen jasa dan gagasan juga menghadapi masalah untuk

41

membuat output mereka tersedia dan terjangkau oleh populasi sasaran. Untuk kasus produk wisata, contoh saluran pemasaran adalah jasa internet dan jasa agen perjalanan (Kotler 2000). 2.9 Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang semula artinya gelombang pelabuhan, namun sekarang telah mengalami perkembangan arti menjadi gelombang laut seismik. Orang seringkali keliru mengartikan tsunami dengan gelombang pasang, padahal tsunami tidak ada kaitannya dengan pasang surut air laut. Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode yang sangat panjang dan dengan kecepatan tinggi, yang ditimbulkan oleh adanya gangguan dasar laut secara mendadak, seperti pergeseran lempeng, peletusan gunung api bawah laut, atau pelongsoran tebing dasar laut. Penyebab terjadinya tsunami dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor alami dan faktor perbuatan manusia. Faktor alami yang menyebabkan tsunami adalah gempa bumi yang berpusat di dasar laut, peletusan gunung api di bawah laut, pelongsoran tebing dasar laut, dan jatuhan meteor langsung ke laut. Faktor perbuatan manusia yang menimbulkan tsunami adalah peledakan nuklir di bawah laut. 2.10 Studi Terdahulu 1. Diding Sudira Efendi (C31.0079) mengadakan suatu penelitian di Pantai Pangandaran pada bulan Desember 1998 - Februari 1999 dengan judul Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah : (1) mengetahui kedudukan sektor pariwisata berdasarkan tingkat basis dalam pembangunan wilayah Kabupaten Ciamis, (2) mengetahui dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian regional dalam hal PDRB, PADS dan PAD di Kabupaten Ciamis, (3) mengetahui kontribusi sektor pariwisata terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Ciamis, (4) mengetahui tingkat efisiensi investasi dalam

42

pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis, dan (5) mengetahui keterkaitan hubungan sektor pariwisata (bahari) terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Kabupaten Ciamis. Pada penelitian tersebut digunakan jenis data yang berupa data primer dan data sekunder. Data primernya didapat melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada keluarga nelayan pariwisata dan keluarga non pariwisata serta pengunjung. Sedangkan data sekundernya diperoleh dari catatan yang berupa laporan, arsip, dan dokumen pada lembagalembaga terkait. Alat analisis yang digunakan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut : 1. Analisis Basis Ekonomi (LQ) Untuk mengetahui apakah kegiatan sektor pariwisata adalah merupakan kegiatan basis atau tidak 2. Analisis Shift and Share dan Pertumbuhan Ekonomi 3. Analisis Efisiensi Penanaman Modal 4. Analisis Proyeksi Kesempatan Kerja dan Multiplier Tenaga Kerja 5. Analisis Pendapatan Usaha dan Analisis Pendapatan Serta Pengeluaran Keluarga 6. Analisis Nilai Koefisien Gini 7. Pengukuran Tingkat Kesejahteraan 8. Pengukuran Tingkat Kemiskinan 9. Analisis Hubungan Pariwisata dengan Tingkat Kesejahteraan Hasil penelitiannya berisi tentang keadaan perekonomian Kabupaten Ciamis, tingkat basis dan non basis sektor pariwisata, keragaan ekonomi wilayah, tingkat investasi sektor pariwisata, keterkaitan sektor pariwisata dengan perikanan Kabupaten Ciamis, dan telaah komprehensif makro dan mikro. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu : (1) sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis termasuk dalam kategori sektor bisnis, (2) peran pariwisata menjadi semakin penting jika melihat perkembangan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Ciamis yang telah berhasil menyumbang rata

43

rata 6,11% dalam setiap tahunnya, (3) ditinjau dari penciptaan kesempatan kerja, maka sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis mengindikasikan sebagai sektor padat kerja (labour intensive), (4) peran pemerintah masih dominan dalam penyediaan investasi di sektor pariwisata Kabupaten Ciamis, dan (5) dilihat dari aspek mikro, sektor pariwisata memiliki keterkaitan (hubungan) yang signifikan dengan sektor perikanan di Pangandaran (tidak erat). 2. Yani Maulani (C04497017) mengadakan suatu penelitian di Pantai Pangandaran pada bulan Maret April 2001 dengan judul Analisis Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung di Pantai Pangandaran, (2) mengetahui kurva permintaaan wisatawan terhadap rekreasi di Pantai Pangandaran, dan (3) mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu karakteristik pengunjung, daerah asal, banyaknya kunjungan rekreasi, biaya rekreasi dan penilaian pengunjung. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi karakteristik objek wisata dan jumlah pengunjung. Peneliti menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan individu dalam melakukan penelitian tersebut. Skripsi tersebut berisi tentang karakteristik pengunjung, pendugaan jumlah dan sebaran daerah asal pengunjung, serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya perjalanan rata rata berdasarkan zona tidak terpengaruh nyata terhadap permintaan rekreasi, hal ini disebabkan karena adanya variasi musiman (seasonal variation). Permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran dipengaruhi oleh faktor faktor biaya perjalanan rata rata, jarak dan promosi.

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI


Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis merupakan salah satu objek wisata yang banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing dari berbagai negara, karena pantai ini memiliki panorama yang sangat indah. Adanya potensi dari Pantai Pangandaran yang memiliki luas sekitar 50 hektar ini otomatis menjadikan sumber penghasilan utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis, khususnya di bidang pariwisata. Bahkan Pangandaran memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Ciamis. Tingginya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh maraknya kegiatan ekonomi di Pantai Pangandaran, seperti perdagangan, perhotelan, dan kegiatan industri kecil. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun secara drastis setelah terjadinya bencana tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 silam. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pemerintah setempat dan juga masyarakat sekitar yang penghasilan utamanya adalah dari adanya kegiatan pariwisata di daerah tersebut. Kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru pasca terjadinya tsunami, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan. Kedua untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga kondisi industri pariwisata akan pulih dengan adanya wisatawan yang datang. Ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan. Penganalisisan suatu lingkungan internal dan eksternal yang terdapat di Pantai Pangandaran perlu dilakukan sebelum menyusun suatu strategi pemasaran. Analisis internal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan kelemahan dan kekuatan kekuatan yang ada di Pantai Pangandaran. Kondisi eksternal juga perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman dari luar, baik itu yang sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Selain itu, analisis lingkungan eksternal juga untuk mengetahui peluang apa saja yang bisa dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

45

Setelah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses penyusunan strategi pemasaran. Pertama, menganalisis kondisi internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Selanjutnya dilakukan pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka akan didapatkan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami.

46

Objek Wisata Pantai Pangandaran

Adanya Bencana Alam Tsunami

Kebutuhan Penyusunan Strategi Pemasaran Pantai Pangandaran Pasca Tsunami

Analisis Lingkungan Internal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pasar dan pemasaran Keuangan dan akuntansi Produksi dan operasi Operasi manajemen Penelitian dan pengembangan Sistem informasi manajemen

Analisis Lingkungan Eksternal : 1. Analisis Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Lingkungan, dan Teknologi. 2. Analisis Persaingan Industri.

Matriks IFE

Matriks EFE

Matriks IE Matriks SWOT

Formulasi Strategi Pemasaran

Gambar 4. Kerangka Pendekatan Studi

IV. METODOLOGI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana metode penelitian yang akan digunakan, jenis dan sumber data yang ingin diketahui, metode penentuan responden, metode pengumpulan data, metode analisis data, serta lokasi dan waktu penelitian.
4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dalam bentuk studi kasus (case study). Adapun yang menjadi sorotan kasusnya (unit kasus) adalah pengelola objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami di Kabupaten Ciamis. Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat memberikan gambaran terhadap fenomena fenomena, menerangkan hubungan, menguji hipotesa hipotesa, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir 2003). Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif tentang faktor faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengelola objek wisata Pantai Pangandaran yang dalam hal ini menjadi unit kasusnya. Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail dari keadaan objek wisata Pantai Pangandaran. Hasil dari penelitian merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Kelemahan dalam unit kasus penelitian ini adalah adanya keterbatasan sumberdaya, dimana yang menjadi unit pengelolanya berfokus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku kepentingan utama.

48

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data
image. Data text adalah data yang berbentuk alfabet maupun angka numerik. Data text yang digunakan antara lain : (1) data keuangan pengelola, (2) data jumlah

pengunjung objek wisata Pantai Pangandaran, (4) daftar harga produk wisata Pantai Pangandaran, (5) data jumlah SDM Dinas. Data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sejenisnya (Fauzi 2001). Data image yang digunakan antara lain struktur organisasi pengelola dan foto foto objek wisata Pantai Pangandaran. Data dibagi dua berdasarkan sumbernya, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan observasi langsung ke objek wisata Pantai Pangandaran, wawancara langsung dengan responden dan survey (penyebaran kuesioner). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Faktor faktor penentu lingkungan internal Faktor faktor penentu lingkungan eksternal Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan internal Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan eksternal Nilai rating faktor penentu lingkungan internal Nilai rating faktor penentu lingkungan eksternal Foto foto objek wisata Pantai Pangandaran Persepsi pengunjung terhadap produk wisata Pantai Pangandaran

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari data yang sudah diolah dan tersusun dari berbagai sumber seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Kebijakan pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran Visi, misi, tujuan dan struktur organisasi pengelola Data keuangan pengelola Data pengunjung Pantai Pangandaran

49

Daftar harga produk wisata Pantai Pangandaran


Brosur, booklet, leaflet dan VCD promosi Pantai Pangandaran

Data data mengenai kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan lingkungan Laporan-laporan program kerja pihak pengelola

4.3 Metode Penentuan Responden

Pemilihan responden dalam penelitian ini ditentukan dengan metode


purposive sampling, yaitu responden diambil secara sengaja dengan pertimbangan

bahwa responden tersebut merupakan pihak pengelola pariwisata Pantai Pangandaran. Dalam hal ini, responden yang dipilih adalah Kepala Seksi Promosi dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program.
Purposive sampling merupakan bagian dari judgemental sampling. Fauzi

(1999) mengatakan bahwa keterwakilan dari sampel yang menggunakan


judgemental sampling hanya didasari semata-mata dari pertimbangan peneliti.

Keuntungan dari judgemental sampling adalah bahwa responden yang dipilih memiliki banyak data dan informasi mengenai pariwisata Pantai Pangandaran. Hal yang sama juga berlaku untuk pemilihan informan, yaitu orang yang diwawancarai peneliti. Pada Dinas, informan yang dipilih adalah Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata serta beberapa staf dalam bidang Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). Pengambilan data dengan wawancara, terutama dilakukan untuk mendapatkan data berupa persepsi, opini, dan ekspektasi. Selain itu, peneliti juga mewawancarai beberapa stakeholders yang terlibat langsung di dalam industri wisata di kawasan Pantai Pangandaran yang dapat memberikan informasi mengenai penerapan strategi pemasaran dan manajemen pengelolaan dalam objek wisata tersebut. Kelemahan dalam sampel penelitian ini adalah adanya keterbatasan sumberdaya, dimana yang menjadi sampel respondennya berfokus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku kepentingan utama. Namun, beberapa penilaian tentang kawasan ini juga dicakup oleh informan informan yang merupakan pengelola hotel, rumah makan dan wisatawan yang berada di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran.

50

4.4 Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data dan tujuan penelitian, maka penyusunan skripsi ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Angket / Survey ( Menggunakan Kuesioner) Yaitu pengumpulan data dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan pada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, yaitu Kepala Seksi Promosi dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program yang merupakan para penentu kebijakan Dinas. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang dan untuk menentukan faktor internal, faktor eksternal dan kondisi persaingan industri. Dimana kuesioner ini menyangkut sejauh mana kebijakan-kebijakan dijalankan apakah sesuai dengan visi dan misi Dinas atau tidak. 2. Wawancara (Interview) Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun pihakpihak yang terkait adalah Kepala Bidang ODTW, Kepala Bidang Bina Program dan staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta wisatawan yang mayoritas berasal dari Kabupaten Ciamis. 3. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan untuk mencari data dengan jalan mengamati secara langsung data-data yang telah berhasil dihimpun untuk selanjutnya dipilih sesuai dengan relevansinya dengan penelitian. 4. Dokumentasi Pencatatan telaah terhadap buku-buku, laporan-laporan, dokumendokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4.5 Metode Analisis Data

Metode pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT dengan alat bantu berupa program Microsoft Excel. Program ini digunakan untuk melakukan kuantifikasi data yang berasal dari kuesioner. Tahap tahap pengolahan data yang dilakukan adalah, (1) analisis

51

terhadap data yang dikumpulkan untuk memperoleh faktor faktor strategis lingkungan internal dan eksternal, (2) analisis persaingan industri untuk menganalisis kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata di Pantai Pangandaran, (3) analisis matriks IFE dan EFE untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal, (4) analisis matriks IE untuk mengetahui strategi yang sebaiknya diambil, kemudian (5) analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan di Pantai Pangandaran. Penjelasan dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.5.1 Analisis Persaingan Industri

Aspek dalam persaingan yang harus diketahui oleh setiap perusahaan adalah seberapa besar intensitas persaingan yang terjadi dalam industri. Dengan mengetahui seberapa besar intensitas persaingan, maka suatu perusahaan dapat menyusun strategi bersaing yang tepat. Metode yang digunakan dalam menganalisis intensitas persaingan ini pada dasarnya sama dengan metode untuk menganalisa lingkungan internal dan eksternal. Langkah pertama adalah melakukan pembobotan terhadap indikator indikator pada masing masing kekuatan utama penentu persaingan industri, yaitu dengan menggunakan metode
Paired Comparison (Kinnear dan Taylor 1991).

Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2, dan 3 dengan keterangan skala sebagai berikut : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :

ai =

Xi

Xi
i =1

52

Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1, 2, 3, ..... n

n = Jumlah variabel Tabel 1. Penilaian Bobot Faktor Penentu Persaingan Faktor Penentu Indikator A Indikator B Indikator C . . A B C D E Total X1 X2 X3 X4 X5 Bobot

Total
Sumber : Syahroni (2005)

i =1

Xi

Setelah melakukan pembobotan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan rating untuk tiap indikator pada setiap kekuatan penentu persaingan dengan menggunakan metode semantic differential scale (Kinnear dan Taylor 1991). Rating yang diberikan memiliki rentang antara 1 sampai 5. Rating ini memiliki rentang dari 1 5 yang menunjukkan seberapa menentukan suatu parameter terhadap kondisi persaingan. Nilai 1 = tidak menentukan, 2 = sedikit menentukan, 3 = cukup menentukan, 4 = menentukan dan 5 = sangat menentukan. Lihat Tabel 2. Penentuan nilai setiap variabel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Ni = Ri x Bi Keterangan : Ni = Nilai variabel ke-i Ri = Tingkat kepentingan (rating) variabel ke-i Bi = Bobot variabel ke-i

53

Tabel 2. Contoh Penilaian Rating Faktor Penentu Persaingan


Ancaman tawar menawar pembeli Rating Parameter 1 2 3 4 5 A Jumlah Pembeli B Ciri produk Kemudahan pembeli beralih C ke produk pesaing Nilai produk dalam struktur D biaya pembeli E Integrasi ke belakang F Keuntungan pembeli Kepentingan kualitas produk G bagi pembeli H Informasi pembeli Sumber : Porter 1997 Sangat sedikit Sangat terdiferensiasi Sangat tinggi Sangat kecil Sangat kecil Sangat tinggi Tidak penting Sangat kurang Sangat banyak Tidak terdiferensiasi Sangat rendah Sangat besar Sangat besar Sangat penting Sangat penting Sangat lengkap

Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai Ni dengan rumus (Kinnear dan Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) sebagai berikut : Total Nilai = Keterangan : Ni = Nilai jenis variabel ke-i i = 1,2,3,.,m m = Banyaknya variabel Kriteria total nilai Ni dapat ditentukan dengan kategori sebagai berikut : Jika total nilai Ni antara 1,0 2,0, maka dapat digolongkan kedalam intensitas persaingan rendah, yang artinya tekanan persaingan longgar yang memungkinkan perusahaan yang tidak efisien sekalipun untuk dapat bertahan. Laba ekonomi berada diatas normal bahkan dalam jangka panjang. Produk yang ditawarkan sangat terdiferensiasi, tanpa produk pengganti yang dekat, dan perusahaan adalah industri itu sendiri. Untuk memaksimalkan keuntungan, monopoli dapat menentukan harga industri dan keluaran secara bersamaan. Jika total nilai Ni antara 2,0 3,0, maka dapat digolongkan kedalam intensitas persaingan yang sedang. Artinya dengan adanya perolehan laba ekonomi atau tingkat pengembalian diatas normal yang cukup berarti hanya

Nt
i =1

54

sampai sejauh mana perusahaan dapat memberikan keunikan yang bernilai dalam barang atau pemasaran yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan perusahaan yang lain. Jika total nilai Ni antara 3,0 4,0, maka dapat digolongkan kedalam intensitas yang tinggi, dimana persaingan adalah yang paling ketat selain itu persaingan harga yang menyebar menekan laba perusahaan sampai ke tingkat sekedar mempertahankan investasi yang diperlukan. Untuk memperoleh keuntungan perusahaan harus melakukan efisiensi biaya (Kinnear dan Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005).
4.5.2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) A. Pembobotan Faktor Penentu Internal

Penentuan bobot faktor penentu internal dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor faktor internal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :

ai =

Xi

Xi
i =1

Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1, 2, 3, ..... n

n = 17 (faktor strategi internal)

55

Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Penentu Indikator A Indikator B Indikator C . Indikator Q A B C D E Total X1 X2 X3 X17 Bobot

Total
Sumber : Syahroni (2005)

i =1

Xi

B. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsionalitas bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David,2004). Tabel 4. Matriks IFE
Faktor Internal Kunci Kekuatan : 1. .................... 2. .................... ... .................... 12. .................... Kelemahan : 1. ................... 2. ................... ... ................... 5. ................... Total
Sumber : David (2004)

Bobot

Rating / Peringkat

Nilai Tertimbang

Ada lima langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan matriks IFE, yaitu : a. Identifikasi faktor internal dengan cara menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan yang dihadapi. Sebaiknya faktor faktor kekuatan didaftarkan terlebih dahulu, baru kemudian faktor faktor kelemahan. b. Memberikan bobot pada setiap kekuatan dan kelemahan, dengan rentang 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting), total bobot yang diberikan

56

kepada semua faktor baik kekuatan maupun kelemahan harus sama dengan satu. Nilai bobot ini berasal dari perhitungan menggunakan metode paired

comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Oleh karena itu besar kecilnya
bobot masing masing faktor bergantung kepada hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan metode paired comparison. c. Memberikan rating pada setiap faktor kekuatan dan kelemahan, dengan rentang antara 1 sampai 4. Faktor kelemahan utama mendapat rating satu, kelemahan kecil mendapat rating dua, kekuatan kecil mendapat rating tiga, dan kekuatan utama mendapat rating empat. d. Mengkalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai tertimbang. e. Menjumlahkan semua nilai rata rata tertimbang untuk mendapatkan totalnya. Nilainya akan berkisar antara 1 sampai 4, nilai 1 menunjukkan bahwa situasi internal sistem sangat buruk, nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal sistem sangat baik. Nilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa situasi internal sistem berada pada tingkat rata rata.
4.5.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) A. Pembobotan Faktor Penentu Eksternal

Penentuan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991). Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996) diacu dalam Syahroni (2005) :

ai =

Xi

Xi
i =1

57

Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1, 2, 3, ..... n

n = 15 (faktor strategi eksternal) Hasil penjumlahan bobot dari semua faktor strategis eksternal harus sama dengan 1,0. Bobot dari masing masing faktor akan digunakan dalam matriks EFE. Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Penentu Indikator A Indikator B Indikator C . Indikator O A B C D E Total X1 X2 X3 X15 Bobot

Total
Sumber : Syahroni (2005)

i =1

Xi

B. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation)

Tabel 6. Matriks EFE


Faktor Eksternal Kunci Peluang : 1. .................... 2. .................... ... .................... 9. .................... Ancaman : 1. ................... 2. ................... ... ................... 6. ................... Total
Sumber : David (2004)

Bobot

Rating / Peringkat

Nilai Tertimbang

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan

58

(David, 2004). Terdapat lima langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan matriks EFE yaitu : a. Mengidentifikasi faktor eksternal dengan cara menuliskan peluang dan ancaman yang dihadapi. Sebaiknya faktor faktor peluang didaftarkan terlebih dahulu, baru kemudian faktor faktor ancaman. b. Memberikan bobot pada setiap peluang dan ancaman, dengan rentang 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting), total bobot yang diberikan kepada semua faktor baik peluang maupun ancaman harus sama dengan satu. Nilai bobot ini berasal dari perhitungan menggunakan metode paired

comparison (Kinnear and Taylor 1991). Oleh karena itu besar kecilnya
bobot masing masing faktor bergantung kepada hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan metode paired comparison. c. Memberikan rating 1 sampai dengan 4 pada setiap peluang dan ancaman untuk mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang / ancaman yang bersangkutan. 4 = respon sangat superior, 3 = respon diatas rata rata, 2 = respon rata rata, 1 = respon jelek. d. Mengkalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai tertimbang. e. Menjumlahkan nilai tertimbang untuk mendapatkan total nilai tertimbang. Nilai total ini akan berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 menunjukkan bahwa dalam strategi organisasi tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Nilai 4 menunjukkan bahwa organisasi merespon sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Nilai 2,5 menunjukkan sistem mampu merespon situasi eksternal secara rata rata (David 2004).
4.5.4 Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks Internal Eksternal (IE) merupakan penggabungan matriks IFE dan EFE. Matriks ini berisikan sembilan sel yang menunjukkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan EFE. Sumbu x dari matriks ini adalah total rata rata tertimbang dari IFE, sedangkan sumbu y adalah total rata rata tertimbang dari EFE. Pada sumbu x, total rata rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai 2,0 hingga 2,99 dianggap menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Rasio yang sama juga digunakan untuk sumbu y.

59

Matriks ini dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang menunjukkan tiga strategi yang berbeda : a. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang mungkin paling sesuai adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). b. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan; penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi umum yang digunakan untuk divisi tipe ini. c. Strategi untuk organisasi yang masuk kedalam sel VI, VIII, dan IX adalah

tuai atau divestasi. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi,
diversifikasi konglomerat dan strategi likuidasi. Organisasi yang sukses, dapat mencapai portofolio bisnis, yang diposisikan berada dalam atau sekitar sel I dalam matriks IE. Tabel 7. Matriks IE
Total Rata-Rata Tertimbang IFE
Kuat
3,0

Rata-rata
2,0

Lemah
1,0

Total Rata-Rata Tertimbang EFE

4,0

Tinggi
3,0

I IV
2,0 1,0

II V VIII

III VI IX

Sedang Rendah

VII

Sumber : David (2004)

4.5.5 Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor faktor strategis perusahaan adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti 2003).

60

Tabel 8. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal

Streght
(Kekuatan) SO Strategi Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang ST Strategi Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Weakness
(Kelemahan) WO Strategi Atasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang WT Strategi Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman

Opportunity
(Peluang)

Threat
(Ancaman)
Sumber : Rangkuti (2003)

a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya.

b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti 2003).
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Pantai Pangandaran dengan fokus unit penelitian adalah Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis dan Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Data data yang terkait dengan kondisi fisik wilayah penelitian, dilaksanakan di kawasan wisata itu sendiri. Sementara yang menyangkut data data yang terkait

61

dengan keputusan manajerial, penelitian dilaksanakan di kantor Dinas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2007.
4.7 Batasan Penelitian

1)

Pariwisata bahari adalah suatu sistem yang merupakan tatanan jaringan proses pengelolaan sumberdaya alam pantai dan pesisir, sumberdaya manusia, budaya dan teknologi serta kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan.

2)

Kawasan pantai adalah wilayah pesisir dengan luas tertentu dimana batas secara ekologis mencakup daerah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan dan daratan dan batas terluar dari desa pantai yang berhadapan langsung dengan laut.

3)

Pantai Pangandaran merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Ciamis yang berada pada Kecamatan Pangandaran dengan garis pantai 18 km. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Pantai Pangandaran antara lain lapangan parkir, hotel, restoran dan rumah makan, pelayanan pos dan telekomunikasi, dan lain-lain.

4)

Prasarana dasar adalah fasilitas-fasilitas yang dapat memperlancar/mendukung berkembangnya pariwisata di suatu daerah yang meliputi fasilitas perhubungan, telekomunikasi serta transportasi.

5)

Komponen industri kepariwisataan adalah kumpulan dari macammacam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barangbarang dan jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan

traveler pada umumnya selama dalam perjalanannya (Yoeti 1990).


6) Studi kasus adalah suatu penelitian yang hanya berlaku bagi kasus itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi pada kasus lain. 7) Responden yang dipilih adalah pengelola dari Pemerintah Daerah, yaitu aparatur dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis sehingga akan menimbulkan bias kewenangan. 8) Lingkungan internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan umumnya dapat dikendalikan perusahaan

62

9)

Lingkungan eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan dan sulit untuk dapat dikendalikan perusahaan.

10) Matriks IFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. 11) Matriks EFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktorfaktor eksternal perusahaan yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. 12) Matriks IE merupakan penggabungan dari matriks IFE dan matriks EFE. Matriks ini berisikan sembilan sel yang menunjukkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan matriks EFE. Matriks ini dibagi menjadi tiga daerah utama yang menunjukkan tiga strategi yang berbeda. 13) Analisis SWOT merupakan analisis deskripsi dan sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan serta menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. 14) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi pengelola obyek wisata dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama pengelolaan pantai dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh pengelola. 15) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. 16) Strategi pemasaran adalah sekumpulan prinsip-prinsip dasar yang melandasi manajer pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran yang ditetapkan pada pasar sasaran tertentu.

63

17) Bobot adalah derajat kemenarikan masing-masing faktor internal dan eksternal suatu pantai. 18) Rating adalah peringkat dari masing-masing faktor internal dan eksternal didasarkan pada kondisi pantai tersebut.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Bab lima ini berisi tentang gambaran umum Kabupaten Ciamis, gambaran umum dari Kecamatan Pangandaran, gambaran umum wisata Pantai Pangandaran, kondisi objek wisata Pantai Pangandaran pra tsunami, kondisi objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami, serta kondisi industri pariwisata Pantai Pangandaran.
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Ciamis

Secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108o20 sampai dengan 108040 Bujur Timur dan 704020 Lintang Selatan. Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Taksimalaya, sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 248.763 ha. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan garis pantai Samudera Indonesia yang membentang di 6 kecamatan dengan panjang garis pantai mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai tersebut, maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 ha yang berada di 6 kecamatan. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Ciamis terbagi ke dalam 3 (tiga) kategori : a) Daerah Utara merupakan pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian antara 500 - 1.100 m dari permukaan laut yang didalamnya banyak terdapat sumber mata air. b) Daerah Tengah merupakan persawahan dan daratan dengan ketinggian 25 - 500 m dari permukaan laut yang didalamnya selain terdapat banyak persawahan juga terdapat perkampungan penduduk dan perkolaman rakyat. c) Daerah Timur dan Selatan merupakan daerah pantai dengan ketinggian 0 25 m dari permukaan laut. Secara umum Kabupaten Ciamis beriklim tropis yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu berkisar antara 250C - 300C, dan kelembaban udara

65

60% - 90%. Di daerah Selatan keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi laut, hal ini disebabkan karena letak wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Pada saat Musim Barat angin bertiup dari arah laut dengan kekuatan yang cukup besar dan sering menimbulkan gelombang laut yang cukup besar. Pada Musim Timur angin bertiup dari arah tenggara dengan kekuatan ratarata sedang dan tidak menimbulkan gelombang laut yang cukup besar. Keadaan alam di Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk pertanian dan pariwisata. Ditinjau dari segi kepariwisataan, Kabupaten Ciamis memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Kondisi geografis yang strategis dengan ciri berbeda yaitu wilayah Utara merupakan dataran tinggi, wilayah Tengah merupakan perpaduan antara dataran tinggi dan rendah, sedangkan wilayah Selatan merupakan dataran rendah dengan pantainya. Keadaan ini sangat mempengaruhi karakterisrik masyarakat serta keanekaragaman budaya yang bertumpu pada kondisi alam sekitarnya. Kondisi tersebut pula yang menjadi modal dasar pengembangan kepariwisataan serta menjadikan sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis sebagai sektor andalan. Masyarakat Ciamis umumnya berasal dari Suku yang memiliki adat dan kebudayaan Sunda, namun untuk wilayah tengah dan selatan yang berbatasan dengan Jawa Tengah pola adat dan budayanya adalah percampuran dari budaya Sunda dan Jawa. Seni budaya daerah di Kabupaten Ciamis sebagai faktor penting dalam pembangunan pariwisata, memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang unik sehingga dapat diandalkan terhadap perkembangan industri pariwisata untuk menambah daya tarik wisatawan. Latar belakang sejarah Kabupaten Ciamis yang panjang sejak jaman prasejarah telah memberi warisan peninggalan sejarah baik yang bersifat fisik seperti objek wisata Astana Gede Kawali, serta unsur sosio kultural berwujud tatanan sosial, seni budaya dan lain-lain yang bersifat non fisik yang kesemuanya itu dapat dijadikan modal dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ciamis.

66

5.2 Gambaran Umum Kecamatan Pangandaran 5.2.1 Letak, Luas, dan Batas Kecamatan Pangandaran

Kecamatan Pangandaran terletak sekitar 90 km sebelah selatan dari ibukota Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Kecamatan Pangandaran seluas 7.442,706 ha. Kecamatan Pangandaran memiliki luas pantai sebesar 13.320 ha dengan panjang garis pantai 18 km. Secara administratif Kecamatan Pangandaran memiliki 8 desa yaitu Wonoharjo, Pananjung, Pangandaran, Babakan, Sukahurip, Purbahayu, Sidomulyo, dan Pagergunung. Pantai Pangandaran berada di wilayah Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Wilayah Kecamatan secara administratif berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari di sebelah Utara, Kecamatan Parigi di sebelah Barat, Kecamatan Kalipucang di sebelah Timur, dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan.
5.2.2 Keadaan Alam Kecamatan Pangandaran

Keadaan permukaan tanah di Kecamatan Pangandaran tidak sama, 60% datar sampai berombak, 25% berombak sampai berbukit dan 15% sisanya berbukit dan bergunung. Iklim di Kecamatan Pangandaran bervariasi dengan suhu maksimal 390C dan suhu minimum 190, sedangkan curah hujan rata-rata di Kecamatan Pangandaran sebesar 219 mm per tahun dengan jumlah hari hujan yang terbanyak adalah 19 hari.
5.2.3 Penduduk Kecamatan Pangandaran

Jumlah penduduk Kecamatan Pangandaran pada tahun 2006 sebesar 45.084 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 739 orang/km2 dan distribusi penduduknya sebesar 3,09%. Penduduk terdiri dari 22.637 orang laki-laki dan 22.447 orang wanita. Berikut ini tabel komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur.

67

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Kelompok Umur


Umur Jenis Kelamin Laki laki 04 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 + 649 2052 1814 1881 2075 1953 2036 1733 1890 1808 1604 1353 928 861 Perempuan 509 1863 1884 1948 2154 2009 2178 1935 1966 1808 1603 1186 686 721

Sumber : Ciamis Dalam Angka, 2006

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Ciamis adalah sebagai petani dan buruh tani dan adapula yang bekerja sebagai peternak dan pedagang.
5.3 Gambaran Umum Wisata Pantai Pangandaran 5.3.1 Gambaran Umum Pihak Pengelola Pantai Pangandaran

Daerah objek wisata Pantai Pangandaran dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terletak di Jalan Mr.Iwa Kusumasumantri No.14 Ciamis, dengan memiliki satu kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di kawasan pariwisata Pantai Pangandaran. Pelaksanaan operasional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 21 Tahun 2004 tentang Perangkat Daerah yang didalamnya diatur mengenai Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi serta Susunan Organisasi. Kedudukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah :

68

1. Unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang melaksanakan Kewenangan Daerah di bidang Kebudayaan dan Kepariwisataan serta penyelenggaraan pameran, perfilman dan atau sejenisnya. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin oleh Kepala Dinas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mempunyai tugas pokok sebagai pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketentraman masyarakat, diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Sedangkan peraturan tersebut diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 21 Tahun 2004 yaitu : melaksanakan kewenangan daerah dibidang kebudayaan, kepariwisataan dan penyelenggaraan pameran, perfilman dan atau sejenisnya. Fungsi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Perda Nomor 21 Tahun 2004, yaitu : 1. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengelolaan kebudayaan, kepariwisataan dan pameran perfilman VCD/DVD, rekaman video dan sejenisnya. 2. Pelaksanaan fasilitas pengelolaan kebudayaan, kepariwisataan dan pameran, perfilman, VCD/DVD, rekaman video dan sejenisnya. 3. Pelaksanaan perizinan dan pelayanan umum bidang kebudayaan, kepariwisataan dan pameran, perfilman, VCD/DVD, rekaman video dan sejenisnya. 4. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam lingkungan tugasnya. 5. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Bupati. Struktur organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdiri atas seorang Kepala Dinas, seorang Kepala Bagian Tata Usaha, 4 Kepala Bidang dan dilengkapi oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas dan kelompok jabatan fungsional yang akan dirinci pada sub-bab berikutnya.

69

5.3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelola

Mengacu pada Visi Kabupaten Ciamis yaitu : Dengan Iman dan Taqwa Ciamis Terdepan Dalam Agribisnis dan Pariwisata di Priangan Tahun 2009 , Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis menetapkan Visi yang sejalan dengan potensi Kepariwisataan dan Kebudayaan yaitu : Mewujudkan Kabupaten Ciamis Menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) .. Nilai-nilai pokok yang terkandung didalam visi tersebut dapat dijelaskan bahwa Daerah Tujuan Wisata adalah suatu daerah yang terdiri dari beberapa kawasan / resort wisata, yang memiliki keanekaragaman daya tarik wisata serta didukung oleh berbagai sarana kepariwisataan meliputi sarana pokok, sarana penunjang dan sarana pelengkap. Misi yang diemban Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis untuk mewujudkan Visi diatas adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam kepariwisataan dan kebudayaan. 2. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan masyarakat. 3. Mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan dan kebudayaan. 4. Menumbuhkembangkan warisan budaya daerah dalam memberikan nilai tambah kultur masyarakat yang bernilai tinggi. 5. Meningkatkan pembinaan group seni budaya dan sastra sebagai daya tarik yang memiliki moral etika dan estetika tinggi. 6. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai nilai sejarah dan terpeliharanya berbagai peninggalan budaya. 7. Terkendalinya berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan misi diatas, meningkatnya kunjungan wisatawan ke objekobjek wisata akan mendorong tumbuhnya berbagai aktifitas ekonomi di berbagai sektor yang pada gilirannya akan mampu membuka luas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

70

Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan untuk keberhasilan tersebut perlu ditetapkan tujuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, yang ditempuh melalui penetapan beberapa sasaran yang satu dengan yang lain yang saling terkait.
Misi 1.. Menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam kepariwisataan dan

kebudayaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku wisata dalam kepariwisataan dan kebudayaan. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku wisata dalam kepariwisataan dan kebudayaan sesuai dengan bidang tugasnya.
Misi 2. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Mengembangkan sumberdaya manusia dalam kewirausahaan aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan masyarakat yang dapat dijadikan andalan. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Meningkatnya sumberdaya manusia yang bisa dijadikan andalan.
Misi 3. Mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan dan

kebudayaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Meningkatkan pengembangan jaringan kemitraan para pelaku wisata dan budaya. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Terwujudnya peningkatan pengembangan jaringan kemitraan para pelaku wisata dan budaya.
Misi 4. Menumbuhkembangkan warisan budaya daerah dalam memberikan nilai

tambah kultur masyarakat yang bernilai tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Meningkatkan pelaku budaya dan sastrawan daerah dalam menumbuhkembangkan kesenian daerah yang berkualitas. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :

71

Terwujudnya para pelaku budaya yang dapat memberikan nilai tambah kultur masyarakat yang bernilai tinggi.
Misi 5. Meningkatkan pembinaan group seni budaya dan sastra sebagai daya tarik

yang memiliki moral etika dan estetika tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Meningkatkan para budayawan dan sastrawan daerah dalam menumbuhkembangkan group kesenian daerah yang berkualitas. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Terwujudnya peningkatan group kesenian daerah di berbagai tempat di Kabupaten Ciamis dan dapat ditampilkan dalam berbagai kegiatan.
Misi 6. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai nilai sejarah dan

terpeliharanya berbagai peninggalan budaya. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Meningkatkan rasa memiliki terhadap nilai nilai sejarah dengan terpeliharanya nilai budaya. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Terwujudnya berbagai peninggalan budaya yang dapat dilestarikan dalam menciptakan keutuhan nilai sejarah dan terpeliharanya nilai peninggalan budaya.
Misi 7. Terkendalinya berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Tujuan yang ingin dicapai adalah : Meningkatkan situasi yang kondusif dengan terkendalinya kerukunan berbagai aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Terwujudnya pengendalian berbagai aliran kepercayaan yang dapat diterima oleh lingkungan masyarakat.
5.3.1.2 Struktur Organisasi Pengelola

Berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 241 Tahun 2004 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Unsur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, maka unsur Organisasi Dinas terdiri dari : Pimpinan adalah Kepala Dinas, Pembantu pimpinan adalah Kepala Bagian Tata Usaha, dan Pelaksana

72

adalah Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Kelompok Jabatan Fungsional. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan melaksanakan Kewenangan Daerah bidang kebudayaan, kepariwisataan dan sebagian bidang penerangan. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Dinas dibantu oleh : a. Bagian Tata Usaha, yang dipimpin oleh Kepala Bagian (Ka.Bag) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini terdiri dari Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan. Setiap Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian (Ka.Subbag) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengendalian ketatausahaan meliputi pengelolaan, pembinaan administrasi umum, keuangan, kepegawaian, organisasi dan tatalaksana serta pemberian layanan teknis administratif kepada satuan organisasi Dinas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai : pengelolaan ketatausahaan, fasilitasi administrasi umum, kepegawaian dan keuangan; pelaksanaan layanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi Dinas; pelaksanaan pembinaan organisasi dan tatalaksana; pemeliharaan ketertiban, kebersihan, dan keindahan; pengelolaan rumah tangga, perjalanan dinas, perlengkapan, pemeliharaan barang inventaris dan kepotokolan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya. b. Bidang Kebudayaan, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Seni dan Budaya dan Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kebudayaan. Bidang Kebudayaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan petunjuk teknis, seni dan budaya, bahasa dan sastra serta fasilitasi penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Kebudayaan mempunyai fungsi sebagai :

73

perencanaan dan penyusunan petunjuk teknis seni dan budaya, nilai tradisional, fasilitasi penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan; penyusunan bahan fasilitasi seni dan budaya, nilai tradisional, fasilitasi penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan; pelaksanaan dan pengawasan perijinan seni dan budaya, nilai tradisional, fasilitasi penulisan sejarah dan pengelolaan kepurbakalaan; penginventarisasian dan pemetaan pengelolaan kebudayaan meliputi seni dan budaya, sejarah dan kepurbakalaan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya. c. Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Pengelolaan Objek Wisata dan Seksi Promosi dan Daya Tarik Wisata. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata. Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan petunjuk teknis fasilitasi pengembangan objek dan daya tarik wisata. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata mempunyai fungsi sebagai : perencanaan dan pengelolaan lokasi objek wisata; penyiapan dan penyusunan bahan fasilitas objek dan daya tarik wisata; pelaksanaan inventarisasi dan pemetaan objek wisata; pengumpulan dan penyusunan bahan promosi dan daya tarik wisata; pelayanan perijinan bidang objek dan daya tarik wisata; penetapan pedoman penyelenggaraan pertunjukkan, perfilman dan pameran; pelaksanaan fasilitasi dan pengawasan perijinan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya. d. Bidang Sarana Kepariwisataan, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Bina Sarana Wisata dan Seksi Pengembangan Sarana Wisata. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sarana Kepariwisataan. Bidang Sarana Kepariwisataan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi teknis peningkatan

74

sarana wisata, lingkungan wisata dan pengembangan wisata.. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Sarana Kepariwisataan mempunyai fungsi sebagai : penyiapan dan penyusunan bahan fasilitasi peningkatan sarana wisata, lingkungan wisata dan pengembangan wisata; pelayanan perijinan sarana kepariwisataan; pemantauan dan pengawasan sarana usaha dibidang sarana kepariwisataan; penetapan klasifikasi sarana kepariwisataan; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya. e. Bidang Bina Program, yang dipimpin oleh Kepala Bidang (Ka.Bid) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian ini terdiri dari Seksi Penyusunan Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Program. Bidang Bina Program mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan dan penyusunan rencana program kerja dinas, evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan dan kepariwisataan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Bina Program mempunyai fungsi sebagai : penyiapan dan penyusunan rencana program kerja Dinas bidang kebudayaan dan kepariwisataan; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program kerja Dinas bidang kebudayaan dan kepariwisataan; penyusunan data laporan hasil pelaksanaan program kerja Dinas; serta penyusunan laporan kegiatan dibidang tugasnya. f. Unit Pelaksana Teknis Daerah, yang dipimpin oleh Kepala UPTD berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. UPTD dibagi menjadi UPTD Ciamis Utara dan UPTD Ciamis Selatan. g. Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari sejumlah Pegawai Negeri Sipil dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Lampiran 1.

5.3.2 Profil Pengunjung

75

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai Analisis Permintaan Rekreasi Pantai dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan di Pantai Pangandaran oleh Yani Maulani pada tahun 2001, maka diperoleh karakteristik pengunjung dari dalam negeri (wisnus) sebagai berikut : a. Daerah Asal Umumnya pengunjung berasal dari kota-kota di Jawa Barat seperti Bandung (38,03%), Ciamis (15,49%), dan Tasikmalaya (14,08%). Tabel 10. Daerah Asal Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
Daerah Asal Responden Persentase (%) Bogor 3 4,23 Cianjur 1 1,41 Bandung 27 38,03 Garut 1 1,41 Tasikmalaya 10 14,08 Ciamis 11 15,49 Karawang 2 2,82 Tangerang 1 1,41 Yogyakarta 1 1,41 Purbalingga 1 1,41 Solo 3 4,23 Jepara 2 2,82 Pekalongan 1 1,41 Tegal 3 4,23 Jakarta 4 5,63 Jumlah 71 100,00 Sumber : Yani, 2001 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

b. Umur Berdasarkan pengelompokkan menurut umur, kelompok umur 15-21 dan 29-35 tahun memiliki persentase terbesar sebesar 23,94%.

Tabel 11. Kelompok Umur Pengunjung Pantai Pangandaran

76

Maret-April 2001
No Umur (Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 15 - 21 22 - 28 29 - 35 36 - 42 43 - 49 50 - 56 57 - 63 Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 17 11 17 11 9 4 2 71 Persentase (%) 23,94 15,49 23,94 15,49 12,68 5,63 2,81 100,00

c. Tingkat Pendidikan Sebagian besar pengunjung memiliki latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi atau Akademi (42,25%), sedangkan persentase pengunjung dengan latar belakang pendidikan SD hanya sebesar 7,04% yang merupakan persentase terkecil. Tabel 12. Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 3 4 Tingkat Pendidikan PT atau Akademi SLTA SLTP SD Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 30 21 15 5 71 Persentase (%) 42,25 29,58 21,13 7,04 100,00

d. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, pengunjung laki-laki jumlahnya lebih banyak, yaitu sebesar 87,32%, dibandingkan dengan jumlah pengunjung perempuan yang jumlahnya hanya sebesar 12,68%.

Tabel 13. Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Pangandaran

77

Maret-April 2001
No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 62 9 71 Persentase (%) 87,32 12,68 100,00

e. Status Perkawinan Sebagian besar pengunjung yang datang ke Pantai Pangandaran umumnya sudah menikah (57,75%) dan hanya sebesar 42,25% yang belum menikah. Tabel 14. Status Perkawinan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 Status Perkawinan Belum menikah Sudah menikah Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden Persentase (%) 30 41 71 42,25 57,75 100,00

f. Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, diantaranya bekerja sebagai wiraswasta (22,53%) dan persentase terkecil adalah mahasiswa (9,86%) Tabel 15. Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 3 4 5 6 Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar Mahasiswa Dan lain-lain Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 13 15 16 11 7 9 71 Persentase (%) 18,31 21,13 22,53 15,49 9,86 12,86 100,00

g. Tingkat Pendapatan

78

Tingkat pendapatan pengunjung merupakan salah satu faktor penting yang mendukung rekreasi, karena untuk melakukan perjalanan rekreasi umumnya seseorang akan menyesuaikan dengan tingkat pendapatannya. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka orang tersebut akan leluasa dalam menentukan jenis dan tujuan kegiatan rekreasi yang akan dilakukan. Pendapatan yang diukur adalah pendapatan pengunjung dalam sebulan, sedangkan bagi pelajar atau mahasiswa pendapatan yang dicatat adalah uang saku yang diterima setiap bulannya. Tabel 16. Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) 149.000,00 381.000,00 613.000,00 380.000,00 612.000,00 844.000,00 Responden 25 13 8 20 0 4 0 1 71 Persentase (%) 35,21 18,31 11,27 28,17 0,00 5,63 0,00 1,41 100,00

845.000,00 - 1.076.000,00 1.077.000,00 - 1.308.000,00 1.309.000,00 - 1.540.000,00 1.541.000,00 - 1.772.000,00 1.773.000,00 - 2.004.000,00 Jumlah

Sumber : Yani, 2001

h. Sifat Kedatangan Sebanyak 64,79% pengunjung datang secara rombongan (tidak termasuk rombongan keluarga), yaitu rombongan karyawan kantor, organisasi sosial, dan rombongan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung lebih menyukai melakukan perjalanan rekreasi secara bersama-sama atau rombongan sehingga tercipta suasana keakraban dan kekeluargaan dibandingkan dengan melakukan perjalanan secara sendiri-sendiri.

Tabel 17. Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Pangandaran

79

Maret-April 2001
No 1 2 3 Sifat Kedatangan Sendiri Keluarga Rombongan Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 3 22 46 71 Persentase (%) 4,22 30,99 64,79 100,00

i. Lama Kunjungan Sebagian besar pengunjung Pantai Pangandaran ini bermalam atau menginap (60,56%). Pengunjung yang bermalam di Pantai Pangandaran ini umumnya adalah pengunjung yang menempuh perjalanan jauh. Hanya sebesar 39,44% pengunjung yang tidak bermalam atau pulang pergi dalam satu hari untuk melakukan perjalanan rekreasi, hal ini disebabkan daerah asal pengunjung yang relatif dekat jaraknya. Tabel 18. Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 Lama Kunjungan Pulang pergi Bermalam Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 28 43 71 Persentase (%) 39,44 60,56 100,00

j. Jenis Kendaraan Pengunjung Pantai Pangandaran yang sebagian besar datang secara bersama-sama secara rombongan menggunakan bermacam-macam kendaraan untuk melakukan perjalanan rekreasi, yaitu menggunakan jasa kendaraan umum, mobil sewa atau carteran, kendaraan instansi, dan kendaraan pribadi. Kendaraan sewa atau carteran merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan, yaitu sebesar 49,29%, sedangkan persentase kendaraan yang paling sedikit digunakan adalah kendaraan instansi yang hanya sebesar 2,82%.

Tabel 19. Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Pantai

80

Pangandaran Maret-April 2001


No 1 2 3 4 Jenis Kendaraan Kendaraan umum Kendaraan sewa Kendaraan pribadi Kendaraan instansi Jumlah Sumber : Yani, 2001 Responden 9 35 25 2 71 Persentase (%) 12,68 49,29 35,21 2,82 100,00

k. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung Pantai Pangandaran sangat bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan tingkat konsumsi dari pengunjung. Biaya perjalanan ini memasukkan nilai dari transportasi, konsumsi selama rekreasi, dokumentasi, souvenier, hotel, dan harga karcis. Tabel 20. Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Daerah Asal Pengunjung Bogor Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Karawang Tangerang Yogyakarta Purbalingga Solo Jepara Pekalongan Tegal Jakarta Jumlah Sumber : Yani, 2001 Biaya Perjalanan Rata-rata (Rp) 227.333,00 324.000,00 206.944,00 194.500,00 93.725,00 50.568,00 104.000,00 120.000,00 140.000,00 115.000,00 152.333,00 162.500,00 264.500,00 318.000,00 161.250,00 2.634.653,00

5.3.3 Produk Wisata Yang Ditawarkan

81

Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Ciamis dibagi dalam 6 Satuan Kawasan Wisata (SKW) yaitu : SKW Panjalu, SKW Bojong Galuh, SKW Karangnini, SKW Pangandaran, SKW Parigi, dan SKW Batu Karas. Sesuai dengan pengembangan wilayah pembangunan di Kabupaten Ciamis, Satuan Kawasan Wisata (SKW) Pangandaran ditetapkan sebagai pusat pengembangan pariwisata dengan fasilitas wisata alam tirta / pantai. SKW Pangandaran sendiri meliputi Objek Wisata Pangandaran, Objek Wisata Lembah Putri, Objek Wisata Karang Tirta, dan Objek Wisata Citumang. Potensi kepariwisataan di Kabupaten Ciamis memiliki aset yang bervariasi yang dikelompokkan kedalam 3 jenis, yaitu : Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya, Objek dan Daya Tarik Wisata Alam dan Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus. Lampiran 2. Pantai Pangandaran termasuk kedalam Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Objek wisata yang menjadi primadona ini memiliki berbagai keistimewaan seperti : 1. Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama. 2. Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman. 3. Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih. 4. Tersedia tim penyelamat wisata pantai. 5. Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang memadai. 6. Terdapat taman laut dan mengalirnya Cirengganis yang konon bisa membuat orang awet muda. 7. Terdapat Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka. 8. Goa Alam dan Goa-goa buatan pada waktu penjajahan Jepang. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : berenang, berperahu pesiar, memancing, keliling dengan sepeda, parasailing, jetski, dan lain-lain. Fasilitas yang tersedia antara lain : Lapangan parkir yang cukup luas; Hotel, restoran, penginapan, pondok wisata dengan tarif yang bervariasi; Pelayanan pos, telekomunikasi dan money changer; Gedung bioskop dan diskotik; Pramuwisata dan Pusat informasi pariwisata; Bumi perkemahan; dan Penyewaan sepeda, ban

82

renang, parasailing, jetski, dan banana boat. Adapun atraksi wisata yang rutin diselenggarakan antara lain : Festival Layang-layang / Pangandaran Kite Festival, Pemilihan Putra-Putri Pariwisata, Hajat Laut, Pangandaran Lautan Scooter, dan lain-lain. Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan produk-produk wisata lainnya yaitu : (1) produk wisata kuliner, dengan tersedianya berbagai macam restoran dan caf, (2) produk wisata belanja, dengan terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier, (3) produk wisata religius, yang rutin diselenggarakan seperti Hajat Laut, (4) produk wisata pendidikan, dengan terdapatnya Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka dan terdapat juga Goa Alam dan Goa-goa buatan peninggalan penjajahan Jepang, (5) serta produk wisata budaya yang berupa kesenian daerah, upacara tradisional dan terdapat juga situs-situs budaya yang berupa makam.
5.4 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pra Tsunami 5.4.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pra Tsunami

Sebelum terjadinya bencana alam tsunami pada bulan Juli 2006 silam, jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2005 mencapai 384.204 orang, yang terdiri atas wisatawan nusantara (wisnus) 381.631 orang dan wisatawan mancanegara 2.573 orang. Pada tahun ini, pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp 1.047.375.800,-. Pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juli sebelum terjadinya bencana tsunami, jumlah wisatawan yang datang masih banyak dengan jumlah sebesar 236.602 orang yang diantaranya 1.191 orang merupakan turis asing dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 639.214.200,-. Sebelum terjadinya tsunami, bulan Juli ini merupakan puncak dari jumlah wisatawan sepanjang tahun 2006 karena pada bulan ini tercatat jumlah wisatawan yang datang paling besar dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Jumlah wisatawan yang datang pada bulan Juli mencapai 81.845 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 220.748.900,-. Kegiatan pembangunan yang dilakukan dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana objek wisata diantaranya rehabilitasi Kantor UPTD dan Tollgate utama Pangandaran. Sebelum terjadinya tsunami, penataan kawasan objek wisata

83

Pantai Pangandaran masih belum tertata dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang kaki lima yang masih bertebaran di sana-sini sehingga mengotori dan mengurangi keindahan sekitar pantai. Produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola yaitu wisata alam pantai / bahari dengan menyuguhkan panorama yang indah. Untuk mempromosikan produknya, pihak pengelola menyebarkan informasi pariwisata melalui booklet,

leaflet ,brosur dan juga mengikuti pameran-pameran.


5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pra Tsunami

Sebelum bencana tsunami melanda Pantai Selatan termasuk Pantai Pangandaran, pihak pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis melakukan beberapa strategi pemasaran diantaranya (1) penyelenggaraan event-event yang bertujuan untuk menarik minat wisatawan seperti Festival Layang-layang, Hajat Laut, dan Pentas Seni Tradisional, (2) mengikuti dan mengadakan pameran-pameran pariwisata, serta (3) melakukan penyebaran informasi wisata baik melalui media cetak maupun elektronik.
1. Segmentasi Pasar

Berdasarkan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang ingin mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata utama di Jawa Barat tahun 2009 maka pihak pengelola tidak menetapkan sasaran konsumennya kedalam segmen-segmen tertentu.
2. Strategi Produk

Produk yang ditawarkan pihak pengelola bersumber pada alam dengan menawarkan panorama pantai yang indah dan laut yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Produk wisata pantai / bahari merupakan produk utama yang ditawarkan oleh pihak pengelola. Kegiatan wisata pantai / bahari yang dapat dilakukan wisatawan antara lain berenang, memancing, jalan-jalan disekitar pantai, dan menikmati keindahan terbit dan terbenamnya matahari. Wisatawan juga dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nelayan yang ada di Pangandaran. Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan produk wisata lainnya seperti adanya kesenian daerah yang merupakan warisan budaya, yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar seperti

84

karawitan, degung dan wayang golek. Di Pantai Pangandaran juga terdapat Cagar Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka. Cagar Alam ini merupakan salah satu objek wisata pendukung di Pantai Pangandaran.
3. Strategi Distribusi

Strategi distribusi yang dapat diterapkan pada produk wisata alam sangat berbeda dengan produk barang. Dalam hal ini produk wisata alam tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan dan harus dinikmati di tempat dimana produk tersebut tersedia (Soekadijo 2000). Untuk produk wisata alam, material yang dapat didistribusikan adalah material-material yang dapat memberikan gambaran umum mengenai produk sesuai dengan keinginan pengelola yang dapat berupa leaflet, booklet, brosur, dan material lainnya. Material-material tersebut disebarkan oleh pihak pengelola pada saat ada kunjungan wisatawan, pameran, dan event-event yang diikuti maupun yang diselenggarakan oleh pihak pengelola.
4. Strategi Promosi

Pihak pengelola menggunakan beberapa bauran promosi untuk mempromosikan produk wisatanya, yaitu (1) periklanan (advertising), bentuk media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard, dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com , (2) promosi penjualan, dengan menyebarkan brosur, leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau event-event yang diselenggarakan pihak pengelola, serta (3) melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial.
5. Strategi Harga

Strategi harga yang digunakan oleh pihak pengelola adalah berupa retribusi yang telah ditetapkan berdasarkan Perda Kab.Ciamis No. 8 Tahun 2003. Tarif tiket masuk yang dikenakan kepada pejalan kaki sebesar Rp 2.500,-, untuk sepeda motor Rp 5.900,-, sedan / jeep Rp 14.200,-, mobil penumpang sejenis Rp 27.200,-, mobil penumpang besar Rp 40.200,-, bus kecil Rp 52.700,-, bus sedang Rp 79.500,-, dan bus besar Rp 130.500,-. Tarif tiket masuk tersebut sudah termasuk tarif retribusi objek wisata, retribusi parkir, retribusi sampah, premi asuransi, dan retribusi kendaraan.
5.5 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami

85

5.5.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pasca Tsunami

Pasca terjadinya tsunami, objek wisata Pantai Pangandaran mengalami penurunan kunjungan wisatawan. Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2006, jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran hanya mencapai 54.104 orang, apabila di bandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, jumlah tersebut sangat kecil karena pada bulan Januari-Juli sebelum terjadinya tsunami jumlah kunjungan wisatawan mencapai 236.602 orang. Dampak yang ditimbulkan dari penurunan jumlah kunjungan wisatawan adalah penurunan jumlah pendapatan yang diterima oleh pihak pengelola yang berupa pendapatan retribusi. Pendapatan yang diterima pihak pengelola pada bulan AgustusDesember 2006 hanya sebesar Rp 149.664.400,- yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang mencapai Rp 639.214.200,-. Untuk tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan sampai dengan bulan Mei hanya mencapai 48.647 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 127.249.900,-. Data tersebut memperlihatkan bahwa adanya bencana alam tsunami yang melanda daerah objek wisata Pantai Pangandaran sangat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan maupun pendapatan yang diterima pihak pengelola. Jenis produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola pasca tsunami hampir sama dengan produk wisata yang ditawarkan sebelumnya, hanya saja terdapat beberapa pengembangan dari produk yang ditawarkan seperti wisata belanja dengan terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier yang saat ini sudah tertata dengan baik. Selain itu juga terdapat wisata kuliner dengan tersedianya berbagai macam restoran dan cafe. Dengan adanya pengembangan produk yang ditawarkan diharapkan dapat menambah daya tarik wisata dari Pantai Pangandaran. Pihak pengelola melakukan berbagai kegiatan promosi yang lebih gencar, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Ciamis dalam rangka mengembalikan citra pariwisata Pantai Pangandaran pasca tsunami.. Kegiatan promosi yang dilakukan pihak pengelola antara lain Pentas Seni pasca tsunami dalam rangka pemulihan objek wisata, event-event kepariwisataan dan pameran-pameran wisata. Dan dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak pengelola

86

menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang menyatakan bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi.
5.5.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pasca Tsunami

Dalam rangka mengembalikan / memulihkan kondisi pariwisata di Pantai Pangandaran pasca terjadinya tsunami dan gempa, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku pengelola objek wisata Pantai Pangandaran telah mengadakan berbagai kegiatan antara lain dengan : penyelenggaraan event kepariwisataan, pentas seni pasca tsunami dalam rangka pemulihan objek wisata, pengadaan peralatan penyelamat pantai, penyelenggaraan pameran diluar kabupaten dan propinsi yang disertai dengan pembuatan buku panduan wisata dan VCD objek wisata.
1. Segmentasi Pasar

Berdasarkan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang ingin mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata utama di Jawa Barat tahun 2009 maka pihak pengelola tidak menetapkan sasaran konsumennya kedalam segmen-segmen tertentu.
2. Strategi Produk

Sesuai dengan pengembangan wilayah pembangunan, Pantai Pangandaran ditetapkan sebagai pusat pengembangan pariwisata dengan fasilitas wisata alam pantai / bahari sehingga produk wisata utama yang ditawarkan pihak pengelola adalah wisata alam pantai / bahari. Kegiatan wisata pantai / bahari yang dapat dilakukan antara lain : berenang, berperahu pesiar, memancing, parasailing, jetski, dan sebagainya yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dan didukung dengan atraksi wisata yang rutin diselenggarakan seperti Festival Layang-layang, Pangandaran Lautan Scooter, dan lain-lain. Selain produk wisata pantai / bahari, pihak pengelola juga menawarkan produk-produk wisata lainnya yaitu : (1) produk wisata kuliner, dengan tersedianya berbagai macam restoran dan caf, (2) produk wisata belanja, dengan terdapatnya kios-kios pakaian dan souvenier, (3) produk wisata religius, yang rutin diselenggarakan seperti Hajat Laut, (4) produk wisata pendidikan, dengan terdapatnya Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka dan terdapat juga

87

Goa Alam dan Goa-goa buatan peninggalan penjajahan Jepang, (5) serta produk wisata budaya yang berupa kesenian daerah, upacara tradisional dan terdapat juga situs-situs budaya yang berupa makam.
3. Strategi Distribusi

Strategi distribusi yang ditetapkan oleh pihak pengelola baik pra maupun pasca tsunami tidaklah jauh berbeda. Karena produk wisata alam tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan dan harus dinikmati di tempat dimana produk tersebut tersedia maka hal-hal yang didistribusikan adalah materialmaterial yang dapat memberikan gambaran umum mengenai produk. Materialmaterial tersebut dapat berupa leaflet, booklet, brosur, dan VCD yang akan disebarkan oleh pihak pengelola pada saat ada kunjungan wisatawan, pameran, dan event-event yang diikuti maupun yang diselenggarakan oleh pihak pengelola.
4. Strategi Promosi

Strategi promosi merupakan strategi yang paling difokuskan oleh pihak pengelola pasca terjadinya bencana alam tsunami. Untuk mempromosikan produk wisatanya, pihak pengelola menggunakan beberapa bauran promosi yaitu (1) periklanan (advertising), bentuk media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard, dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com, (2) promosi penjualan, dengan menyebarkan brosur,

leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau event-event yang
diselenggarakan pihak pengelola, (3) kehumasan (public relation), dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak pengelola menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang menyatakan bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi, serta (4) melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial.
5. Strategi Harga

Strategi harga yang ditetapkan saat ini sama dengan strategi harga sebelum terjadinya bencana alam tsunami.. Hal ini dikarenakan tarif masuk tersebut sudah ditetapkan berdasarkan Perda Kab.Ciamis dan apabila dilihat dari besarnya tarif masuk yang ditetapkan, tarif tersebut tergolong murah dan terjangkau oleh masyarakat.

88

Strategi khusus yang ditetapkan pihak pengelola yaitu pada setiap tiket masuk yang dikenakan kepada wisatawan terdapat asuransi jiwa. Asuransi jiwa tersebut berlaku untuk berbagai kecelakaan / musibah yang terjadi pada kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Dengan terdapatnya asuransi jiwa pada tiket masuk, diharapkan wisatawan yang datang ke Pantai Pangandaran akan merasa lebih terjamin keselamatannya.
5.6 Kondisi Industri Pariwisata Pantai Pangandaran

Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanan. Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata. Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitasnya bisa dikatakan sebagai pariwisata. (Yoeti 1980)
1. Atraksi wisata

Atraksi wisata yang terdapat di objek wisata Pantai Pangandaran antara lain upacara tradisional yang masih rutin dilaksanakan seperti Hajat Laut yang diselenggarakan antara bulan Februari sampai dengan Maret. Upacara Hajat Laut ini diselenggarakan oleh masyarakat nelayan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan YME yang telah memberikan limpahan rizki. Selain upacara tradisional, pihak pengelola juga menyelenggarakan eventevent kepariwisataan yang antara lain Festival Layang-layang (Pangandaran Kite Festival) yang didukung oleh kegiatan-kegiatan lainnya seperti pameran Ciamis Expo, Helaran dan Pentas Seni Tradisional, Festival Band Pelajar, Pemilihan Putra-Putri Pariwisata dan Wisata Lintas Alam (WLA) yang menyusuri pantai selatan melewati rel, terowongan kereta api, hutan dan lain-lain. Pentas seni dalam rangka memeriahkan hari-hari besar keagamaan dan tahun baru juga dilaksanakan di Pantai Pangandaran dengan acara pementasan kesenian tradisional dan modern. Kesenian-kesenian daerah yang sampai saat ini masih lestari antara lain degung, calung, lingkung seni, sandiwara, wayang golek, wayang kulit, orkes melayu, reog, kuda lumping, ronggeng amen, gotong singa

89

dan sebagainya. Adanya Pacuan Kuda yang diselenggarakan secara incidental juga merupakan atraksi wisata, yang tidak lain untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung ke objek wisata Pantai Pangandaran. Penyelenggaraan atraksi-atraksi wisata oleh pihak pengelola diharapkan mampu untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke objek wisata Pantai Pangandaran. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran mengalami penurunan pasca terjadinya tsunami.. Dan untuk memulihkan kondisi tersebut pihak pengelola harus mampu menyelenggarakan dan mengadakan atraksi-atraksi wisata yang lebih menarik lagi agar jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Pantai Pangandaran dapat pulih seperti keadaan semula atau mungkin dapat lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2. Jasa Wisata

Jasa wisata yang tersedia di objek wisata Pantai Pangandaran dapat dikatakan cukup baik, karena di kawasan wisata ini tersedia berbagai macam hotel dan pondok wisata. Jumlah hotel dan pondok wisata yang berada di kawasan objek wisata berjumlah 163 buah yang dua diantaranya merupakan hotel berbintang, 62 buah merupakan hotel melati dan sisanya merupakan pondok wisata. Banyaknya jumlah hotel dan pondok wisata yang ada di kawasan wisata Pantai Pangandaran diharapkan mampu meningkatkan lama kunjungan wisata

(length of stay).
Ketersediaan restoran dan rumah makan yang ada di kawasan wisata Pantai Pangandaran dapat dikatakan sudah mencukupi, dengan jumlah restoran sebanyak 23 buah dan rumah makan sebanyak 26 buah. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat caf dan karaoke yang berjumlah 36 buah. Jasa-jasa wisata lain yang terdapat di kawasan objek wisata Pantai Pangadaran antara lain pasar umum, pasar ikan, pasar wisata, tempat pelelangan ikan (TPI), dan perahu wisata yang berjumlah 113 buah. Di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran juga terdapat tempat rekreasi seperti taman, pemandian/kolam renang umum, tempat pertunjukkan kesenian tradisional dan toko-toko cendaramata / souvenier. Penyediaan jasa wisata berupa pramuwisata maupun pusat informasi wisata merupakan suatu bentuk pelayanan kepada wisatawan dengan tujuan untuk

90

mempermudah aktivitas wisata yang akan dilakukan. Adanya menara pengawas dan pos pengawasan di dua tempat yang berbeda juga merupakan pelayanan wisata yang diberikan oleh pihak pengelola. Disetiap menara pengawas dan pos pengawasan terdapat satu regu balawisata yang bertugas untuk mengawasi kegiatan wisata di sekitar pantai. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dalam melakukan aktivitas disekitar pantai. Lampiran 3.
3. Angkutan Wisata

Angkutan wisata berhubungan dengan transferabilitas wisatawan ke area objek wisata Pantai Pangandaran. Wisatawan dapat memilih antara menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum yang telah tersedia untuk menuju ke objek wisata Pantai Pangandaran.. Transportasi umum yang dapat digunakan antara lain : (1) Transportasi darat dengan menggunakan bus-bus antar propinsi dan dalam propinsi. Untuk menuju objek wisata Pangandaran tersedia bus maupun micro bus dengan jurusan Bandung-Pangandaran, JakartaPangandaran, maupun Tasikmalaya-Pangandaran; (2) Transportasi darat dengan menggunakan kereta api. Stasiun kereta api Ciamis dilalui oleh jalur utama kereta api yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Surabaya dengan satu buah stasiun pemberhentian yang terletak di Kabupaten Ciamis; (3) Transportasi udara. Kabupaten Ciamis memiliki satu bandara Nusawiru yang terletak tidak jauh dari Pangandaran sekitar 21 Km, tepatnya di Kecamatan Cijulang. Bandara ini dipergunakan sejak bulan Juli 2004 dengan tujuan Bandung-Nusawiru. Jenis pesawat yang dipergunakan adalah Cn235 dengan penerbangan setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami penerbangan di Bandara Nusawiru jarang dioperasionalkan kembali; dan (4) Transportasi laut. Perhubungan laut atau sungai di Ciamis dilakukan melalui Pelabuhan Majingklak dan Pelabuhan Santolo yang berada di Kecamatan Kalipucang. Terdapat beberapa jenis angkutan di areal objek wisata Pantai Pangandaran antara lain sepeda, sepeda motor dan becak. Para wisatawan dapat menyewa sepeda dan sepeda motor tersebut dengan harga yang relatif murah. Dan apabila wisatawan ingin menikmati pantai pasir putih dan melihat taman laut yang berada di kawasan Cagar Alam, wisatawan dapat menggunakan perahu wisata yang banyak ditawarkan di sekitar pantai.

91

Kondisi jalan yang berada di kawasan wisata Pantai Pangandaran sudah sangat baik, karena jalan-jalan tersebut sudah beraspal mulus dan penerangan jalan disekitar Pantai Pangandaran juga sudah memadai.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab hasil dan pembahasan ini dibahas mengenai analisis lingkungan internal, identifikasi kekuatan dan kelemahan pengelola, dan matriks IFE. Selain itu juga dibahas mengenai analisis lingkungan eksternal, identifikasi peluang dan ancaman, dan juga matriks EFE. Dari matriks IFE dan EFE akan didapatkan matriks Internal-Eksternal dan matriks strategi berdasarkan analisis SWOT. Dari matriks SWOT dilakukan perangkingan strategi, yang dapat dijadikan prioritas utama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis.
6.1 Analisis Lingkungan Internal 6.1.1 Operasi Manajemen

Manajemen yang diterapkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mengikuti sistem manajemen yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga segala peraturan yang digunakan mengacu pada landasan hukum formil yang telah ditetapkan seperti Undang-undang, Surat Keputusan Gubernur, Perda, dan Keputusan Bupati. Perencanaan yang dilaksanakan oleh pihak pengelola tersusun pada Renstra Dinas yang mengacu pada Renstra Kabupaten Ciamis. Didalam renstra tertuang visi, misi, tujuan dan sasaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis. Selain itu juga terdapat program-program yang akan dijalankan oleh Dinas selama 5 tahun periode. Sumberdaya manusia yang terdapat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berjumlah 163 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 73 orang dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK) sebanyak 90 orang. Jumlah tenaga kerja kontrak yang cukup besar tersebut ditempatkan di lapangan sebagai petugas pemungut retribusi, petugas kebersihan dan petugas lapangan lainnya. Secara kuantitas, sumberdaya manusia pada Dinas sudah tercukupi namun dengan masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur menjadikan kualitas sumberdaya manusianya masih belum mencukupi. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak pengelola melaksanakan / mengikutsertakan aparat

93

Dinas dalam pendidikan / kursus-kursus / seminar kepariwisataan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi. Selain itu juga mengikutsertakan aparat Dinas dalam pendidikan perjenjangan seperti Diklat keahlian dan Diklat perjenjangan karir. Sistem jenjang karir/jabatan dan sistem penggajian pada pegawai negeri sipil sudah mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada sistem penggajian, setiap aparat mendapatkan gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan perbaikan penghasilan, tunjangan jabatan, serta tunjangan khusus yang disesuaikan dengan jabatan masing-masing aparat. Pegawai negeri sipil juga mendapatkan pelayanan lain yang mengacu pada aspek kesejahteraan seperti asuransi kesehatan (askes), dana pensiun dan taspen. Pada Dinas, terdapat evaluasi kerja yang dilakukan dengan periode waktu yang berbeda. Evaluasi kerja pada Dinas dilakukan oleh jabatan fungsional yang bertugas, BPK, KPK, dan BPKP. Secara personal, aspek penilaian kinerja dinilai berdasarkan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan setiap tahun. Kriteria / indikator yang dinilai adalah kesetian, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan. Hasil dari DP3 ini akan mempengaruhi perjalanan karir personal yang dinilai baik dari segi promosi jabatan maupun kenaikan gaji.
6.1.2 Keuangan dan Akuntansi

Pengelolaan keuangan pada pihak pengelola dilakukan oleh Sub Bagian Keuangan yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Keuangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana anggaran, pengelolaan administrasi keuangan dan fasilitasi kebendaharaan. Sebagai lembaga yang merupakan bagian dari pemerintahan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mendapatkan dana dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN. Pada tahun 2006, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mendapat alokasi dana (sebagaimana tercantum dalam APBD Kabupaten Ciamis 2006) sebesar Rp 9.454.473.000,- yang terbagi atas : (1) Adum sebesar Rp 917.438.646,-, (2) Belanja Aparatur sebesar Rp 1.874.832.340,-, (3) Belanja Publik sebesar Rp 3.387.710.300,-, serta (4)

94

Kegiatan-kegiatan lain sebesar Rp 3.274.491.714,- yang diantaranya untuk belanja pegawai, pengadaan peralatan penyelamat pantai, penyelenggaraan pameran, dan lain-lain. Sumber dana untuk pelaksanaan program peningkatan pembangunan di bidang kebudayaan diperoleh dinas dari APBD Kabupaten Ciamis sebesar Rp 837.682.000,-, dari APBD Propinsi Jawa Barat sebesar Rp 237.000.000,-, sedangkan bantuan dari APBN Rp 212.000.000,-. Anggaran tersebut dilaksanakan melalui peningkatan apresiasi seni budaya dan pelestarian sejarah purbakala, antara lain : penyelenggaraan pentas seni, penataan situs, kegiatan pelatihan tenaga juru pelihara, pendataan kesejarahan kepurbakalaan, dan sebagainya. Pada bidang kepariwisataan, kegiatan yang terkait dengan objek wisata Pantai Pangandaran diantaranya : (1) Event-event kepariwisataan dengan anggaran Rp 737.682.000,- yang bersumber dari APBD; (2) Pentas Seni Pasca Tsunami dengan anggaran Rp 212.000.000,- yang bersumber dari bantuan APBN pasca tsunami; (3) Pengadaan peralatan penyelamat pantai dengan anggaran Rp 187.250.000,- yang bersumber dari APBD; (4) Pembangunan pos pengaman pantai dengan anggaran Rp 112.000.000,- yang bersumber dari APBN; (5) Pembuatan kantor UPTD dan Toll Gate Pangandaran dengan anggaran Rp 125.000.000,- yang bersumber dari APBD; (6) Penyelenggaraan pameran di dalam dan luar Kabupaten dengan anggaran Rp 350.000.000,- yang bersumber dari APBD dan APBN pasca tsunami; dan (7) Pendataan potensi dan pembuatan display data potensi wisata dan kebudayaan dengan anggaran Rp 25.000.000,yang bersumber dari APBD. Pendapatan Asli Daerah tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp 4.161.335.000,-, namun dengan terjadinya tsunami maka dalam perubahan anggaran tahun 2006, target diturunkan menjadi Rp 1.506.768.000,- dan terealisasi Rp 1.224.132.275,- dengan prosentase capaian target sebesar 81%. Banyaknya kunjungan wisatawan nusantara dengan target 1.748.200 orang tercapai 666.437 orang dengan prosentase 38.12% dan wisatawan mancanegara dengan target 14.700 orang tercapai 4.433 orang dengan prosentase 30.16%.

95

Pada objek wisata Pantai Pangandaran, jumlah arus kunjungan tahun 2006 mencapai 290.710 orang yang terdiri dari wisatawan nusantara sebesar 289.102 orang dan wisatawan mancanegara sebesar 1.608 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 788.878.600,-. Pada tahun 2006 tersebut jumlah wisatawan mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2005. Jumlah arus kunjungan yang terjadi pada tahun 2005 mencapai 384.204 orang yang terdiri dari wisatawan nusantara sebesar 381.631 orang dan wisatawan mancanegara sebesar 2.573 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1.047.375.800,-. Tahun 2007, jumlah arus kunjungan yang terjadi sampai dengan bulan Mei adalah sebesar 48.647 orang yang terdiri dari wisatawan nusantara sebesar 47.760 orang dan wisatawan mancanegara sebesar 887 orang dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 127.249.900,-. Secara umum, pengelolaan keuangan yang berada pada pihak pengelola sudah terstruktur dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari pengalokasian dana yang masuk dan keluar sudah cukup terealisasi. Terjadinya tsunami di kawasan objek wisata telah menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana yang ada, sehingga untuk memperbaiki kondisi tersebut diperlukan dana yang cukup besar.
6.1.3 Produksi/Operasi

Produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola bersumber dari alam yang berada dikawasan objek wisata. Keistimewaan alam yang terdapat di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran diantaranya wisatawan dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama, pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan wisatawan untuk berenang dengan aman, terdapatnya pantai dengan hamparan pasir putih, terdapatnya taman laut dan mengalirnya Cirengganis yang konon dapat membuat orang awet muda. Selain itu, terdapat pula Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka sebagai pendukung wisata alam. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain berenang, berperahu pesiar, memancing, jetski, parasailing, berkeliling dengan sepeda dan tentunya menikmati panorama alam yang ada. Produk wisata lain yang terdapat dikawasan objek wisata diantaranya wisata kuliner dengan tersedianya berbagai restoran dan cafe dan wisata belanja dengan adanya kios-kios pakaian dan

96

souvenir. Wisatawan juga dapat menikmati atraksi-atraksi wisata yang rutin diselenggarakan oleh pihak pengelola yang diantaranya Festival Layang-layang / Pangandaran Kite Festival, pemilihan Putra-Putri Pariwisata, Hajat Laut, Pangandaran Lautan Scooter dan lain-lain. Aktivitas pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran secara penuh berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis namun dalam pelaksanaan teknisnya ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Ciamis Selatan. Kantor UPTD berada di objek wisata Pangandaran dan merupakan bagian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kantor UPTD dipimpin oleh Kepala UPTD yang dibantu oleh pelaksana teknis administrasi tata usaha, pelaksana teknis pengamanan dan penyuluhan, pelaksana teknis atraksi dan rekreasi, pelaksana teknis pendapatan, dan kelompok jabatan fungsional. Produk wisata sangat berbeda dengan produk barang. Produk wisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan sehingga produk wisata tersebut harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Selain itu, proses produksi dari produk wisata juga berbeda dengan proses produksi dari produk barang. Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk tersebut dinikmati oleh wisatawan. Oleh karena itu, maka aktivitas produksi dari produk wisata pantai/bahari Pantai Pangandaran adalah saat wisatawan datang dan menikmati objek wisata yang ditawarkan seperti berenang, berperahu pesiar, memancing, jetski, parasailing, berkeliling dengan sepeda dan berjalan-jalan di tepi pantai sambil menikmati panorama alam. Sehingga apa yang diperoleh oleh wisatawan setelah mengkonsumsi produk wisata adalah pengalaman. Produk wisata pantai/bahari sangat tergantung pada kualitas lingkungan dimana aktivitas wisata tersebut diadakan. Sehingga, untuk mempertahankan kualitas lingkungan tersebut, pihak pengelola harus mampu menjaga, mengembangkan dan menata objek wisata semaksimal mungkin. Selain itu, pihak pengelola juga harus meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan yang diterapkan melalui sadar wisata. Hal ini sangatlah penting dikarenakan kawasan objek wisata masih berbaur dengan masyarakat sekitar.

97

Aktivitas wisata merupakan suatu proses mengkonsumsi produk wisata. Dalam aktivitas wisata, fasilitas yang tersedia dikawasan wisata sangat penting. Fasilitas yang tersedia di Pantai Pangandaran antara lain : (1) Lapangan parkir yang cukup luas; (2) Hotel, restoran, penginapan, pondok wisata dengan jumlah 106 buah; (3) Pelayanan pos, telekomunikasi dan money changer; (4) Gedung bioskop dan diskotik; (5) Pramuwisata dan pusat informasi pariwisata; (6) Bumi perkemahan; dan (7) Penyewaan sepeda, ban renang, parasailing, jetski dan banana boat. Pihak pengelola juga membangun pos-pos pengamanan yang berada dipesisir pantai untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan khususnya dalam hal pengamanan.. Selain itu juga terdapat menara pengawas dan petugas balawisata (tim penyelamat) yang disertai dengan mobil dinas. Adanya pos-pos pengamanan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, namun hal tersebut masih belum memadai apabila tidak disertai dengan pelayanan-pelayanan lainnya seperti kebersihan dan keindahan. Hal ini dapat terlihat dari masih adanya puing-puing bangunan akibat tsunami yang belum dibersihkan.
6.1.4 Penelitian dan Pengembangan

Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang merupakan pihak pengelola dari Pantai Pangandaran, sampai saat ini belum memiliki divisi penelitian dan pengembangan (litbang). Walaupun demikian, pihak pengelola berusaha untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif dibidang kepariwisataan, mengembangkan SDM dalam aparatur Dinas, serta mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan melalui programprogram yang sesuai dengan misi yang diemban. Program-program tersebut diantaranya : (1) mengadakan kerjasama dengan investor bertarap regional, nasional maupun internasional; (2) melaksanakan pembinaan, penataran, pelatihan dan seminar bagi para pelaku wisata dan budaya; (3) mengadakan studi banding ke wilayah lain; (4) mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga, dinas, instansi terkait yang bersifat regional, nasional dan internasional; serta (5) mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan, menyusun paket wisata dan mengadakan kerjasama dengan pihak swasta baik bertarap regional, nasional

98

maupun internasional. Program-program diatas ditujukan untuk mengembangkan kualitas pariwisata baik dari segi SDM, produk, dan promosi. Salah satu bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh pihak pengelola dengan pihak luar yaitu dengan PT. Djarum yang telah menjadi salah satu sponsor dalam event Pangandaran Kite festival yang diadakan pada bulan Juli 2006 dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Pantai Pangandaran. Pihak pengelola juga melakukan suatu bentuk kerjasama dengan Badan Arkeologi Propinsi Jawa Barat dan dengan Balai Kajian dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa Barat dalam mengadakan seminar kesejarahan. Selain itu, pihak pengelola juga melakukan kerjasama dengan Universitas Galuh dalam pembuatan buku sejarah Ciamis. Langkah lain yang terkait dengan penelitian dan pengembangan adalah dengan memfasilitasi dan memberikan kemudahan bagi setiap pihak yang bermaksud untuk mengadakan penelitian di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran seperti mahasiswa, peneliti dan lainnya. Dengan harapan, hasil penelitian tadi dapat bermanfaat bagi pihak pengelola. Setelah terjadinya tsunami, pihak pengelola melakukan suatu koordinasi dengan BMG. Hal yang dilakukan oleh pihak pengelola yaitu memuat beritaberita pariwisata pasca tsunami di Kabupaten Ciamis dengan menyebarluaskan penjelasan dari BMG Propinsi Jawa Barat bahwa tsunami tidak akan terjadi lagi di Pangandaran dan sekitarnya melalui media massa dan media elektronik. Guna memenuhi harapan dan keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi, konsumsi, dan keamanan, maka diperlukan koordinasi yang cukup luas diantara pihak yang terkait. Hal ini masih menjadi suatu kendala dari pihak pengelola karena masih lemahnya koordinasi antara pihak pengelola dengan pihak lain yang terkait dalam pengembangan kepariwisataan.
6.1.5 Sistem Informasi Manajemen

Terdapatnya sarana komunikasi seperti telepon dan fax telah mendukung kinerja dari Dinas. Begitu pula dengan ketersediaan komputer beserta perangkat pendukungnya seperti printer dan teknologi internet. Bahkan pihak pengelola juga telah memiliki website sendiri yaitu www.ciamistourism.com. Dengan adanya situs tersebut, diharapkan pihak pengelola dapat memberikan informasiinformasi yang diinginkan oleh masyarakat luas / wisatawan mengenai pariwisata

99

yang berada di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran. Teknologi internet juga mendukung kinerja dari pihak pengelola dalam rangka promosi pariwisata untuk menjangkau wisatawan mancanegara. Sampai saat ini, sarana komunikasi yang ada pada Dinas sudah mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas.
6.1.6 Pasar dan Pemasaran

Sesuai dengan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yaitu dengan mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata, maka pembangunan pariwisata dan kebudayaan perlu terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan daerah yang dapat memberikan efek multiplier terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan. Dan sejalan dengan misi yang diemban oleh pihak pengelola, meningkatnya kunjungan wisatawan ke objek-objek wisata akan mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi di berbagai sektor yang pada gilirannya akan mampu membuka luas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Pihak pengelola tidak memiliki paket wisata khusus dalam hal produk wisata, sedangkan konsep wisata yang dibangun oleh pihak pengelola yaitu wisata alam. Sehingga produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola adalah wisata pantai / bahari. Selain itu, para wisatawan juga dapat menikmati wisata belanja dan wisata kuliner yang berada di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Pantai Pangandaran merupakan objek wisata alam yang menawarkan keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Keistimewaan yang dimiliki oleh Pantai Pangandaran antara lain : (1) Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama, (2) Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman, (3) Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih, (4) Tersedia tim penyelamat wisata pantai, (5) Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang memadai, (6) Terdapat taman laut dan mengalirnya Cirengganis yang konon bisa membuat orang awet muda, (7) Terdapat Cagar Alam dengan flora dan fauna yang langka, (8) Goa Alam dan Goa-goa buatan pada waktu penjajahan Jepang.

100

Dari segi harga, pihak pengelola hanya mengenakan karcis masuk. Karcis masuk yang dikenakan tersebut terdiri atas tarif retribusi objek wisata, retribusi parkir, retribusi sampah, premi asuransi dan retribusi kendaraan. Untuk pejalan kaki tarif masuk yang dikenakan sebesar Rp 2.500,-, untuk sepeda motor Rp 5.900,-, untuk sedan/jeep Rp 14.200,-, mobil penumpang sejenis Rp 27.200,-, mobil penumpang besar Rp 40.200,-, bus kecil Rp 52.700,-, bus sedang Rp 79.500,- dan untuk bus besar Rp 130.500,-. Pada karcis masuk terdapat premi asuransi yang merupakan bentuk perlindungan kepada wisatawan yang berada di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Untuk fasilitas hotel yang berada di kawasan objek wisata Pangandaran, harga yang ditawarkan bervariasi antara Rp 50.000,- sampai dengan Rp 800.000,- per malam dengan jumlah hotel sebanyak 106 buah. Selain itu, terdapat juga berbagai macam restoran dan caf serta kioskios souvenier yang menawarkan berbagai macam souvenier khas Pangandaran. Bencana tsunami telah menyebabkan trauma psikologi bagi masyarakat sekitar, dan dengan adanya pemberitaan-pemberitaan yang muncul di media telah menyebabkan ketakutan bagi calon wisatawan yang akan berkunjung. Sehingga kunjungan wisatawan pasca bencana tsunami mengalami penurunan yang cukup besar. Padahal dalam hal jumlah kunjungan wisatawan, pihak pengelola tidak membatasi jumlah wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata Pantai Pangandaran. Pihak pengelola melakukan berbagai rehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak, meningkatkan pengawasan dan pengamanan terhadap wisatawan, serta melakukan berbagai kegiatan promosi baik di dalam maupun luar Kabupaten Ciamis yang bertujuan untuk memulihkan kondisi pariwisata pasca tsunami. Pihak pengelola juga menggunakan beberapa bauran promosi untuk mempromosikan produk wisatanya, seperti (1) periklanan (advertising), bentuk media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard, dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com, (2) promosi penjualan dengan menyebarkan brosur, leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau event-event yang diselenggarakan serta diikuti pihak pengelola, (3) kehumasan

(public relation), dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak


pengelola menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang

101

menyatakan bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi, serta (4) melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola diantaranya : 1. Penyelenggaraan event-event kepariwisataan, antara lain : Festival Layang-layang, Moka, Festival Putra Putri Pantai, Helaran Seni Tradisional, Upacara Tradisional Hajat Laut, Pentas Seni Tradisional dan Modern, Pentas Seni Pasca Tsunami, Festival Band Pelajar, Pemilihan Putra Putri Pariwisata, Wisata Lintas Alam, dan Pacuan Kuda. 2. Menyelenggarakan dan mengikuti pameran-pameran baik didalam maupun luar Kabupaten Ciamis, diantaranya : Pameran Ciamis Expo, Gebyar Wisata Nusantara, Jabar Travel Exchange, Royal Tourism Indonesia Market & Expo 2006, Nusa Dua Bali Festival 2006, Pameran Kepariwisataan di Yogyakarta, Pameran Kepariwisataan di Bandung, dan Jabar Expo. 3. Penyebaran brosur, leaflet, booklet dan VCD tentang objek wisata Pantai Pangandaran yang disebarkan pada saat event-event atau pameran. Produk wisata pantai/bahari tidak dapat didistribusikan sebagaimana produk barang. Sehingga hal yang dapat didistribusikan adalah informasiinformasi mengenai objek wisata Pantai Pangandaran. Adanya teknologi internet juga memudahkan pihak pengelola untuk memasarkan produk wisatanya dengan lebih luas hingga ke mancanegara. Hal ini penting karena sampai saat ini, jaringan pemasaran pariwisata secara luas masih belum berkembang. Dalam pariwisata, pendistribusian juga menyangkut pada angkutan wisata yang akan digunakan oleh wisatawan menuju kawasan wisata. Secara geografis, Kabupaten Ciamis terletak cukup jauh dari ibukota Jakarta dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Namun, untuk menjangkau Kabupaten Ciamis terdapat beberapa transportasi umum yang dapat digunakan. Transportasi umum yang dapat digunakan antara lain : (1) Transportasi darat dengan menggunakan bus-bus antar propinsi dan dalam propinsi. Untuk menuju objek wisata Pangandaran tersedia bus maupun micro bus dengan jurusan Bandung-Pangandaran, JakartaPangandaran, maupun Tasikmalaya-Pangandaran; (2) Transportasi darat dengan

102

menggunakan kereta api. Stasiun kereta api Ciamis dilalui oleh jalur utama kereta api yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Surabaya dengan satu buah stasiun pemberhentian yang terletak di Kabupaten Ciamis; (3) Transportasi udara. Kabupaten Ciamis memiliki satu bandara Nusawiru yang terletak tidak jauh dari Pangandaran sekitar 21 Km, tepatnya di Kecamatan Cijulang. Bandara ini dipergunakan sejak bulan Juli 2004 dengan tujuan Bandung-Nusawiru. Jenis pesawat yang dipergunakan adalah Cn235 dengan penerbangan setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami penerbangan di Bandara Nusawiru jarang dioperasionalkan kembali; dan (4) Transportasi laut. Perhubungan laut atau sungai di Ciamis dilakukan melalui Pelabuhan Majingklak dan Pelabuhan Santolo yang berada di Kecamatan Kalipucang. Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang telah dilakukan oleh pihak pengelola sudah cukup baik, baik dari segi harga maupun promosi. Akan tetapi dari segi produk masih perlu pengembangan sehingga produk wisata yang ditawarkan dapat lebih bervariatif.
6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan 6.2.1 Kekuatan Pengelola

Kekuatan dari pihak pengelola dalam hal operasi manajemen dapat terlihat dari sistem manajemen yang jelas, karena pihak pengelola merupakan lembaga yang berada dalam pemerintahan. Sebagai salah satu lembaga pemerintah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran yang jelas pula. Untuk mencapai misi dan tujuan tertentu, pihak pengelola menyusun suatu program-program yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan perencanaan pembangunan tahunan. Selain itu, pada Dinas ini juga tersusun struktur organisasi yang saling melengkapi dengan jumlah sumberdaya manusia yang tercukupi, yang terdiri dari 73 orang pegawai negeri sipil dan 90 orang tenaga kerja kontrak. Untuk masalah keuangan, pihak pengelola mendapatkan anggaran dari APBD setiap tahunnya, anggaran tersebut dialokasikan untuk adum, belanja aparatur dan belanja publik. Selain dari APBD, pihak pengelola juga mendapatkan dana dari APBN.

103

Dari segi produk, Pantai Pangandaran menawarkan keistimewaankeistimewaan alam dengan ciri khas yang dimilikinya. Adanya Cagar Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka, telah menjadikan Pantai Pangandaran menjadi lebih menarik karena merupakan objek wisata pendukung bagi Pantai Pangandaran. Kelebihan lain yang terdapat di kawasan wisata Pantai Pangandaran yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap seperti adanya lapangan parkir yang cukup luas, hotel, restoran, pelayanan pos, money changer, gedung bioskop, pramuwisata, pusat informasi pariwisata dan sebagainya. Pihak pengelola lebih memperhatikan ketertiban dan keamanan di sekitar kawasan objek wisata setelah terjadinya tsunami.. Adanya pos pengawasan dan menara pengawasan, serta adanya balawisata dengan disertai peralatan penyelamat pantai merupakan wujud dari pelayanan pihak pengelola dalam rangka menciptakan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan yang datang. Kekuatan pengelola dari segi pemasaran terletak pada Price, yaitu tarif / karcis masuk yang relatif murah. Dan dalam rangka untuk melindungi wisatawan, pihak pengelola juga telah menyertakan asuransi kecelakaan pada setiap karcis yang dibayar oleh wisatawan. Asuransi tersebut berlaku hanya untuk kecelakaan yang terjadi di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Kekuatan lain yang dimiliki oleh pihak pengelola yaitu dari segi Promotion. Pihak pengelola telah melakukan kegiatan-kegiatan promosi secara terus menerus, baik melalui eventevent, pameran-pameran, ataupun penyebaran brosur, leaflet, dan booklet. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Adanya teknologi internet telah mempermudah promosi pariwisata yang dilakukan oleh pihak pengelola, karena dengan internet pihak pengelola dapat mempromosikan produknya hingga ke mancanegara. Dan dengan dimilikinya website sendiri, pihak pengelola dapat memberikan informasiinformasi tentang pariwisata di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran.
6.2.2 Kelemahan Pengelola

Kelemahan yang terkait dengan sumberdaya manusia adalah masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur dalam bidang pariwisata. Hal ini masih menjadi kendala bagi pihak pengelola dalam pengembangan

104

kepariwisataan, meskipun jumlah sumberdaya manusia yang ada sudah mencukupi. Masih lemahnya pelaksanaan koordinasi antara Bidang / Dinas / Badan / Lembaga terkait juga merupakan salah satu kelemahan pihak pengelola. Mengingat pelaksanaan tugas pengembangan kepariwisataan memerlukan tingkat koordinasi yang cukup luas, yang bertujuan untuk memenuhi harapan dan keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi, konsumsi dan keamanan, maka dengan adanya koordinasi yang baik antara lembaga terkait akan mempermudah proses pengembangan kepariwisataan tersebut. Kelemahan lain yang masih berhubungan dengan masih lemahnya koordinasi antara lembaga terkait yaitu belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah. Meskipun pihak pengelola sudah membangun kantor UPTD dan Toll Gate Pangandaran sebagai bentuk pelayanan kepada wisatawan, namun hal tersebut masih belum dapat meningkatkan pelayanan kepariwisataan karena bentuk pelayanan kepada wisatawan tidak hanya sebatas itu saja tetapi juga menyangkut kebersihan, keindahan, kenyamanan dan keamanan selama berada di kawasan objek wisata. Kelemahan lain pihak pengelola yaitu tidak adanya Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Dengan belum adanya divisi litbang, pihak pengelola hanya menjalankan program-program yang menyangkut pada pengembangan kepariwisataan baik dari segi SDM, produk, dan promosi sehingga hasil yang didapatkan belum sepenuhnya maksimal. Kelemahan pengelola dari segi pemasaran yaitu belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata. Walaupun pihak pengelola telah memanfaatkan teknologi internet untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun dengan terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional yang terus menerus telah menyebabkan trauma dan ketakutan pada masyarakat / wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata terutama pantai / laut.
6.3 Matriks IFE

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat disimpulkan bahwa pihak pengelola, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

105

Ciamis secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari nilai total skor yaitu sebesar 2,9779. Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 4, lampiran 5, dan lampiran 8. Lampiran 4 dan lampiran 5 merupakan penilaian bobot dan rating faktor strategis internal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan pada lampiran 8 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis internal dari kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan matriks IFE yang ditampilkan pada tabel 21 dibawah ini. Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa kekuatan utama pihak pengelola adalah terdapatnya Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari dengan skor 0,2410. Adanya Cagar Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka menjadi nilai tambah bagi objek wisata Pantai Pangandaran. Faktor kedua adalah adanya fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai dengan skor 0,2314. hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya lapangan parkir yang luas, hotel dengan jumlah 106 buah, restoran dan cafe, kios-kios souvenier, dan sebagainya yang merupakan fasilitas yang tersedia bagi wisatawan. Selain itu, sarana transportasi menuju objek wisata juga memadai. Para wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan transportasi darat seperti bus atau kereta api, transportasi laut, dan dengan transportasi udara melalui Bandara Nusawiru. Faktor ketiga adalah karcis disertai dengan asuransi kecelakaan dengan skor sebesar 0,2313. Pasca terjadinya bencana alam tsunami, pihak pengelola lebih meningkatkan keselamatan wisatawan dengan disertainya asuransi kecelakaan. Faktor keempat adalah adanya anggaran dari APBD per tahun dengan skor 0,2153. Adanya anggaran rutin yang diterima oleh pihak pengelola juga merupakan salah satu kekuatan dari pihak pengelola untuk menunjang kegiatan Dinas. Faktor kelima yang menjadi kekuatan pihak pengelola adalah tarif masuk murah dengan skor 0,2149. Dengan tarif masuk yang cukup murah, Pantai Pangandaran dapat dijangkau oleh masyarakat dengan semua golongan ekonomi. Kemudian faktor keenam adalah kegiatan promosi secara terus menerus dengan skor 0,2024. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan promosi yang dilakukan pihak pengelola untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke objek wisata Pantai Pangandaran.

106

Tabel 21.. Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007) Bobot Rating Faktor Penentu RataRatarata rata Skor Kekuatan A. Tarif masuk murah 0,0716 3 0,2149 B. Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 0,0523 2,5 0,1309 C. Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 0,0689 3,5 0,2410 D. Terdapat tim penyelamat 0,0532 3,5 0,1863 E. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 0,0771 3 0,2314 F. Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 0,0578 4 0,2313 G. Kegiatan promosi secara terus menerus 0,0578 3,5 0,2024 H. Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 0,0606 2,5 0,1516 I. Adanya anggaran dari APBD per tahun 0,0615 3,5 0,2153 J. Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 0,0588 2,5 0,1470 K. Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur 0,0505 3 0,1515 L. Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 0,0532 3 0,1597 Kelemahan M. Tidak adanya Divisi Litbang 0,0514 2,5 0,1286 N. Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 0,0514 3 0,1543 O. Belum berkembangnya jaringan pemasaran Wisata 0,0652 2,5 0,1630 P. Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah 0,0560 2,5 0,1401 Q. Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata 0,0514 2,5 0,1286 TOTAL 1 2,9779
Sumber : Data primer, diolah (2007)

Kekuatan-kekuatan lain yang menjadi faktor pendukung meskipun tidak terlalu dominan yang dapat dilihat dari skor masing-masing indikator, yaitu untuk faktor ketujuh adalah terdapatnya tim penyelamat dengan skor 0,1863. Hal ini merupakan wujud dari upaya pihak pengelola untuk meningkatkan keamanan. Faktor kedelapan adalah sudah memiliki website sebagai sistem informasi dengan skor 0,1597. Faktor kesembilan adalah kuantitas sumberdaya manusia tercukupi dengan skor 0,1516. Faktor kesepuluh adalah adanya kebijakan dan programprogram yang terstruktur dengan skor 0,1515. Faktor berikutnya adalah sistem

107

operasi manajemen pengelolaan yang jelas dengan skor 0,1470. Faktor kesembilan, kesepuluh dan kesebelas tersebut merupakan faktor-faktor yang terkait dengan manajemen pihak pengelola. Dan faktor terakhir yang menunjang kekuatan pihak pengelola adalah produk memiliki keistimewaan / ciri khas dengan skor 0, 1309. Kelemahan utama pihak pengelola adalah belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata dengan skor 0,1630. Pasca terjadinya bencana alam tsunami, wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun cukup drastis sehingga jaringan pemasaran pariwisata sulit berkembang. Faktor kedua yang menjadi kelemahan pihak pengelola adalah masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait dengan skor 0,1543. Untuk memenuhi harapan dan keinginan wisatawan, pihak pengelola juga memerlukan koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait baik dalam hal transportasi, akomodasi, konsumsi dan keamanan agar wisatawan yang datang mendapatkan pelayanan terbaik dari pihak pengelola. Kelemahan ketiga pihak pengelola adalah belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah dengan skor 0,1401. Faktor ini terkait dengan faktor sebelumnya, karena pelayanan kepariwisataan juga menyangkut kebersihan, ketertiban dan keamanan wisatawan pada saat berada di kawasan wisata yang juga melibatkan peran serta dari lembaga lain. Faktor keempat dan kelima yang juga menjadi kelemahan pihak pengelola adalah tidak adanya Divisi Litbang dan masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata, yang keduanya memiliki skor yang sama sebesar 0,1286. Faktor keempat dan kelima tersebut tidak terlalu dominan apabila dilihat dari skornya yang relatif kecil bila dibandingkan dengan faktor lainnya.
6.4 Analisis Lingkungan Eksternal 6.4.1 Faktor Politik

Pemerintah memegang peranan penting dalam setiap peraturan dan kebijakan kepariwisataan yang dikeluarkan. Sektor pariwisata mengalami goncangan pasca terjadinya kasus bom Bali dan musibah nasional yang melanda Indonesia. Maka dari itu, dukungan pemerintah dalam memulihkan sektor pariwisata sangat berarti bagi pelaku usaha pariwisata. Tahun 2008 ini, Indonesia

108

tengah menggelar program Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year/VIY) dengan mentargetkan 7 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) serta devisa sebesar US$ 6,4 miliar. Untuk mendorong pertumbuhan pariwisata nasional, Departemen Perhubungan (Dephub) melakukan lima kebijakan di sektor transportasi yang diantaranya melalui peningkatan frekuensi penerbangan nasional ke negara asal wisman (Depbudpar 2008). Langkah strategis juga tengah dilakukan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) dalam rangka VIY 2008. Langkah strategis tersebut antara lain membantu mempromosikan VIY di 12 pasar atau kawasan utama yang selama ini menjadi sumber wisatawan. Deplu bersama Depbudpar memasang branding pariwisata di setiap kantor perwakilan RI di luar negeri, serta menyediakan informasi terkini mengenai citra Indonesia antara lain seputar bencana alam, terorisme, dan wadah penyakit yang terjadi di Indonesia (Depbudpar 2008). Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan wisman di sejumlah pintu masuk dan destinasi utama di Indonesia, Depbudpar bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura, Dinas Pariwisata Daerah serta Asosiasi Pariwisata akan melakukan kegiatan welcoming guest yang nantinya akan disandingkan dengan information contact point. Kegiatan tersebut diharapkan akan memberikan atmosfer keramahan dan kesukacitaan kepada wisman yang datang. Kegiatan itu juga memberikan fungsi pendampingan kepada wisatawan berkaitan dengan kebutuhan informasi mengenai destinasi dan perjalanan wisata mereka (Depbudpar 2008). Terjalinnya kerjasama yang baik dari pemerintah, pihak swasta, dan asosiasi pariwisata diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pariwisata nasional. Untuk skala internasional, Indonesia juga mengupayakan suatu kerjasama antarnegara. Kerjasama yang saat ini tengah terjalin antara lain dengan Malaysia dan Thailand yang tergabung dalam Wilayah Segitiga Pertumbuhan (IMT-GT) yang sepakat untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan dari ketiga negara tersebut melalui jalur penerbangan baru. Dalam pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN ke-11 yang berlangsung di Bangkok, Thailand juga dihasilkan kesepakatan perlunya Joint ASEAN Tourism Promotion Strategy guna meningkatkan kunjungan turis internasional ke ASEAN (Depbudpar 2008).

109

Selain itu, Indonesia juga ditetapkan sebagai tuan rumah untuk konferensi internasional Tourism Satelite Account (TSA) tahun 2009 oleh Organisasi Pariwisata Dunia (United Nation-World Tourism Organization). UN-WTO juga memberi kepercayaan kepada Indonesia untuk duduk sebagai anggota executive council komisi program maupun World Committe on Tourism Ethnics untuk periode 2007-2009. Dengan akan diselenggarakannya konferensi bertaraf internasional di Indonesia, membuktikan bahwa citra Indonesia di mata internasional telah pulih (Depbudpar 2007). Penyelenggaraan VIY diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata nasional termasuk di Pangandaran.. Terjadinya bencana tsunami pada tahun 2006 telah menyebabkan penurunan arus kunjungan wisman dari 2573 orang pada tahun 2005 menjadi 1608 orang pada tahun 2006. Untuk memulihkan kondisi pariwisata pasca tsunami, pihak pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis telah melakukan suatu kerjasama dengan pemerintah pusat dan pihak swasta dalam menyelenggarakan Pentas Seni. Dalam hal ini, pemerintah pusat telah memberikan bantuan dana yang berasal dari APBN. Dan dengan membaiknya citra Indonesia di mata internasional diharapkan akan memberikan dampak positif bagi industri pariwisata di Pangandaran.
6.4.2 Faktor Ekonomi

Pasca terjadinya kasus bom Bali dan musibah nasional terus menerus, sektor pariwisata di Indonesia mengalami kemunduran. Disaat industri pariwisata nasional sedang mengalami goncangan, wisatawan nusantara (Wisnus) ternyata mampu menjadi pilar ketahanan pariwisata nasional. Pada saat situasi bisnis pariwisata tengah mengalami krisis, wisnus berperan besar dalam memulihkan kondisi tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari relatif cepatnya pemulihan kondisi pariwisata di Bali pasca bom Bali satu dan dua. Adanya peran serta wisnus juga dirasakan oleh pihak pengelola Pantai Pangandaran. Cukup besarnya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata Pangandaran, selain mempercepat pemulihan kondisi pariwisata juga memberikan peluang bagi pihak pengelola untuk mengembalikan citra pariwisata. Cukup besarnya antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata ternyata tidak didukung

110

oleh besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan. Masih rendahnya daya beli masyarakat merupakan dampak dari inflasi yang terjadi akibat dari kenaikan BBM yang sampai saat ini belum stabil. Kendala lain yang sampai saat ini belum sepenuhnya bisa diselesaikan pemerintah adalah penciptaan iklim yang kondusif untuk dunia usaha. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata merupakan cermin bahwa iklim investasi di Indonesia belum kondusif dan belum dapat dijamin oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan fakta bahwa para pengusaha dan calon investor harus menjalani rantai birokrasi yang panjang dan ruwet agar dapat memulai usahanya di Indonesia. Penerapan berbagai macam pajak dan pungutan (baik resmi maupun gelap) di tingkat pusat maupun daerah terhadap para pengusaha telah membuat biaya usaha menjadi semakin tinggi. Indonesia juga akan menghadapi persaingan yang ketat dengan negaranegara lain dengan adanya arus globalisasi yang semakin kuat dan disepakatinya ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Baik dalam regional ASEAN maupun dalam lingkup internasional. Kesepakatan AFTA, pada nantinya membuat setiap negara di ASEAN terbuka untuk keluar masuknya produk maupun input produksi dari dan ke luar negeri. Dalam tataran mikro, hal ini menyebabkan setiap perusahaan di Indonesia tidak hanya harus menghadapi pesaing dari dalam, tetapi juga berhadapan langsung dengan pesaing dari luar negeri. Tetapi disisi lain ini merupakan peluang besar untuk memasarkan produk ke luar negeri. Terkait dengan VIY, secara langsung maupun tidak langsung jumlah wisman yang datang akan memberikan dampak positif bagi perekonomian. Dengan semakin banyaknya jumlah wisman yang akan datang maka semakin banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia. Pada tahun 2007, jumlah wisman yang datang ke Indonesia mencapai 5,5 juta orang dengan devisa yang diperoleh sebesar US$ 5 miliar. Pada tahun 2008 sebagai tahun VIY, target jumlah wisman yang akan datang ditetapkan dalam tiga skenario sebesar 6 juta, 6,5 juta dan 7 juta, dan dari kunjungan tersebut diharapkan devisa yang akan diperoleh sebesar US$ 6 miliar sampai dengan US$ 6,5 miliar (Depbudpar 2007). Pada tahun 2007, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan perjalanan mencapai 219,8 juta perjalanan dengan pengeluaran sebesar Rp 79,9

111

triliun dan pada tahun 2008 diperkirakan perjalanan wisnus akan meningkat menjadi 223 juta perjalanan dengan total pengeluaran mencapai Rp 81,05 triliun. Menurut hasil penelitian ilmiah Depbudpar menyebutkan bahwa kegiatan pariwisata memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat, dimana uang yang di belanjakan wisatawan (baik wisnus maupun wisman) langsung ke tangan masyarakat. Selain itu juga devisa dari pariwisata langsung dirasakan oleh rakyat, berbeda dengan devisa dari migas misalnya, harus masuk ke APBN sehingga tidak langsung dinikmati oleh masyarakat (Depbudpar 2007).
6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan

Objek wisata Pantai Pangandaran memiliki potensi alam yang sangat mendukung bagi kegiatan pariwisata. Tidak hanya potensi alam, potensi budaya berupa kesenian daerah juga menjadi daya tarik wisata di Pantai Pangandaran. Kesenian daerah yang masih dilestarikan oleh masyarakat diantaranya karawitan, degung, wayang golek dan kesenian lainnya. Selain kesenian daerah, terdapat pula upacara-upacara tradisional seperti hajat laut dan hajat bumi yang masih dilakukan oleh masyarakat secara rutin. Adanya peninggalan-peninggalan sejarah juga menjadi salah satu pendukung pariwisata di Kabupaten Ciamis. Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata ternyata tidak didukung oleh masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan wisata. Masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata dinilai masih belum dapat memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan padahal Kampanye Sadar Wisata yang telah dicanangkan oleh pemerintah secara nasional bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata menjadi suatu kendala bagi pihak pengelola. Faktor alam dan lingkungan ternyata menjadi faktor penting dalam wisata pantai / bahari. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus telah menyebabkan industri pariwisata khususnya wisata pantai / bahari mengalami goncangan. Kerusakan dan trauma yang dialami oleh masyarakat atas terjadinya bencana alam sedikit banyak telah mempengaruhi kondisi objek wisata.

112

Untuk memulihkan kondisi tersebut, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) melakukan suatu pelatihan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan pasca musibah gempa dan tsunami di Pantai Selatan Jawa yang terjadi pada Juli 2006 lalu. Pelatihan tersebut diawali di Pantai Depok, Bantul (3/12/2007) kemudian berlanjut di Pantai Teluk Penyu, Cilacap (6-7/12/2007) serta berakhir di Pantai Pangandaran, Ciamis (1112/12/2007). Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kepedulian Depbudpar terhadap masyarakat korban bencana, sekaligus merupakan langkah nyata dalam upaya memulihkan aktivitas kepariwisataan daerah yang terkena dampak bencana. Pelatihan ini juga mendorong upaya pemberdayaan masyarakat serta mendukung program pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui pemulihan dan pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat. Pelatihan ini diikuti sekitar 60 pengusaha kecil dari tiga kabupaten dengan target sasaran untuk masing-masing kabupaten berbeda. Di Pantai Depok, Bantul target sasarannya adalah pelaku usaha warung makan, kemudian pelatihan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap target sasarannya adalah usaha pengolahan ikan asin, dan untuk di Pantai Pangandaran, Ciamis target sasarannya adalah pelaku usaha konveksi. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan para peserta pelatihan mampu mengembangkan diri, memiliki kecakapan tambahan dalam mengembangkan usaha, serta bangkit dari keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami (Depbudpar 2007).
6.4.4 Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan wisata. Adanya kapal layar, parasailing, jetski dan peralatan menyelam yang semakin canggih telah memudahkan dan meningkatkan jumlah aktivitas bahari yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi informasi seperti internet sangat membantu para pelaku usaha wisata khususnya pihak pengelola Pantai Pangandaran untuk melakukan promosi dan memberikan informasi wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan hingga ke pelosok dunia. Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, pihak pengelola ternyata telah memanfaatkan semaksimal mungkin perkembangan tersebut. Dengan

113

dimilikinya website sendiri, pihak pengelola mengharapkan jumlah kunjungan wisatawan (baik wisnus maupun wisman) meningkat, khususnya ke Pantai Pangandaran sebagai wisata primadona di Kabupaten Ciamis.
6.4.5 Faktor Persaingan

Kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata pantai / bahari di dalam Kabupaten Ciamis tidak terlalu kuat bahkan tidak terjadi persaingan sama sekali dikarenakan semua objek wisata pantai / bahari yang berada di Kabupaten Ciamis berada dalam satu pengelolaan di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis. Selain Pantai Pangandaran, wisata pantai / bahari yang terdapat di Kabupaten Ciamis antara lain Pantai Palatar Agung, Pantai Karapyak, Pantai Lembah Putri, Pantai Karang Tirta, Pantai Batu Hiu, Pantai Batukaras, Pantai Madasari dan Pantai Keusikluhur yang masing-masing berada di kecamatan yang berbeda. Pada kondisi persaingan di luar Kabupaten Ciamis, pihak pengelola merasa persaingan yang terjadi di dalam industri wisata pantai / bahari semakin ketat. Adanya variasi produk yang ditawarkan oleh pesaing juga merupakan ancaman bagi pihak pengelola yang sampai saat ini variasi produk yang ditawarkan pihak pengelola belum berkembang dengan baik. Untuk perbandingan, pihak pengelola menginginkan penataan dan pengembangan objek wisata Pantai Pangandaran dapat seperti pantai-pantai yang berada di Taman Impian Jaya Ancol. Pantai-pantai yang berada di Taman Impian Jaya Ancol tersebut memiliki variasi produk yang sangat beragam serta didukung oleh fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap dan modern. Pantai-pantai di Ancol juga memiliki daya dukung yang sangat kuat dari jenis wisata yang berbeda lainnya seperti adanya Dunia Fantasi, Seaworld, Iceworld dan sebagainya. Tarif masuk yang relatif murah dalam kekuatan tawar menawar konsumen, menjadikan kekuatan tawar menawar konsumen menjadi sangat rendah. Hal ini dikarenakan dengan tarif masuk yang telah ditetapkan tersebut dirasakan secara ekonomi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk kekuatan tawar menawar pemasok juga masih sangat rendah, hal ini dikarenakan pengadaan jasa atau usaha wisata yang berada dikawasan objek wisata Pantai Pangandaran masih dikelola oleh pihak dinas bukan pihak swasta. Sehingga, secara otomatis belum

114

ada pengaruh dari pihak pemasok dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan pihak pengelola.
6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman 6.5.1 Peluang

Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2) Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3) Globalisasi dan AFTA, (4) Perkembangan teknologi informasi yang mendukung, (5) Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata, (6) Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran, (7) Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional, (8) Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian, dan (9) Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami.
6.5.2 Ancaman

Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata, (2) Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata, (3) Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus, (4) Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis, (5) Masih rendahnya daya beli masyarakat, dan (6) Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing.
6.6 Matriks EFE

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor eksternal sebesar 2,7399. Nilai ini memperlihatkan bahwa kemampuan pihak pengelola dalam merespon peluang dan ancaman berada dalam level rata-rata.

115

Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 6, lampiran 7, dan lampiran 9. Lampiran 6 dan lampiran 7 merupakan penilaian bobot dan rating faktor strategis eksternal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan pada lampiran 9 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis eksternal dari kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan matriks EFE yang ditampilkan pada tabel 22 dibawah ini. Pada tabel 22 terlihat bahwa membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional merupakan peluang yang sangat baik bagi pertumbuhan pariwisata karena dengan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisman yang datang ke Indonesia. Peluang yang paling tinggi tersebut mempunyai skor sebesar 0,2667. Peluang kedua yang dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola yaitu terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata dengan skor sebesar 0,2500. Adanya kesenian daerah yang masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar ternyata mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang. Peluang ketiga adalah adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran dengan skor 0,2393. Setelah terjadinya tsunami, kondisi industri wisata mengalami krisis yang cukup berat, namun dengan adanya wisatawan nusantara yang berkunjung ternyata mampu memulihkan kondisi tersebut secara perlahan-lahan. Sehingga wisnus berperan penting sebagai pilar ketahanan pariwisata nasional. Kemudian peluang keempat adalah adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian dengan skor 0,2214. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar objek wisata. Peluang kelima yang juga cukup penting bagi pihak pengelola adalah peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata dengan skor 0,2143 yang diantaranya ditetapkannya Visit

Indonesia Year pada tahun 2008 ini. Peluang-peluang lain yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak pengelola diantaranya perkembangan teknologi informasi yang mendukung (0,1190), adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami (0,1131), globalisasi dan AFTA (0,1000) dan yang terakhir adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata (0,0952).

116

Tabel 22.. Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007) Bobot Rating Faktor Penentu RataRatarata Skor rata Peluang A. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 0,0714 3 0,2143 B. Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 0,0714 3,5 0,2500 C. Globalisasi dan AFTA 0,0500 2 0,1000 D. Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 0,0595 2 0,1190 E. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 0,0476 2 0,0952 F. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 0,0798 3 0,2393 G. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 0,0762 3,5 0,2667 H. Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 0,0738 3 0,2214 I. Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 0,0452 2,5 0,1131 Ancaman J. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor Pariwisata 0,0667 3 0,2000 K. Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 0,0762 2,5 0,1905 L. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 0,0786 2 0,1571 M. Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 0,0643 3,5 0,2250 N. Masih rendahnya daya beli masyarakat 0,0774 2,5 0,1935 O. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing 0,0619 2,5 0,1548 TOTAL 1 2,7399 Sumber : Data primer, diolah (2007) Faktor-faktor yang dapat menjadi ancaman bagi pihak pengelola antara lain persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis. Faktor ini merupakan ancaman yang paling besar karena memiliki skor yang paling besar juga dengan nilai skor 0,2250. Faktor

117

kedua yaitu belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya disektor pariwisata dengan skor 0,2000. Faktor ketiga yang menjadi ancaman bagi pihak pengelola adalah masih rendahnya daya beli masyarakat dengan skor 0,1935. Dengan masih rendahnya daya beli masyarakat maka kebutuhan untuk berwisata masih menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Faktor berikutnya adalah masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata dengan skor 0,1905. Hal ini menjadi ancaman bagi pihak pengelola karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan disekitar objek wisata. Faktor kelima yang juga menjadi ancaman adalah terjadinya tsunami dan musibah nasional terus menerus dengan skor 0,1571. Faktor ini merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan karena berasal dari alam, namun demikian pihak pengelola berusaha untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan wisatawan melalui menara dan pos pengamanan yang berada disekitar pantai. Dan faktor yang terakhir adalah variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing dengan skor 0,1548.
6.7 Matriks IE

Tabel 23. Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007) Total Rata-Rata Tertimbang IFE Kuat
Total Rata-Rata Tertimbang EFE
4,0 3,0

Rata-rata
2,0

Lemah
1,0

Tinggi
3,0

I IV
2,0 1,0

II V VIII

III VI IX

Sedang Rendah

VII

Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, maka dapat dilihat pada tabel diatas bahwa posisi pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis) berada di kuadaran ke lima. Oleh karena itu, strategi terbaik yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola adalah menjaga dan mempertahankan posisi

118

yang selama ini sudah diraih. Kebijakan yang umum dari strategi ini adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan mengembangkan produk. Artinya pengelola harus mempertahankan posisinya dengan terus mengembangkan produknya dan melakukan penetrasi ke ceruk pasar yang potensial dan selama ini belum tergarap, selain dengan tetap menjaga konsistensi dan kualitas produk.
6.8 Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

Tabel 24. Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran


1. 2. KEKUATAN Tarif masuk murah Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 3. Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 4. Terdapat tim penyelamat 5. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 6. Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 7. Kegiatan promosi secara terus menerus 8. Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 9. Adanya anggaran dari APBD per tahun 10. Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 11. Adanya kebijakan-kebijakan dan program-program yang tersruktur 12. Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 1. 2. KELEMAHAN Tidak adanya Divisi Litbang Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata

INTERNAL

3. 4.

5.

EKSTERNAL

119

1. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 2. Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 3. Globalisasi dan AFTA 4. Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 5. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 6. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung 7. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 8. Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 9. Adanya pelatihan dan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 1. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata 2. Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 3. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 4. Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 5. Masih rendahnya daya beli masyarakat 6. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing

STRATEGI SO 1. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. (S2,S3,S4,S5,S6,O2,O6,O9) 2. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversfikasi harga. (S1,S3,O2,O3) 3. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. (S7,S8,S9,S10,S11,S12,O1,O4) 4. Menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. (S8,S9,O1,O3,O5,O7,O8) STRATEGI ST 1. Mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. (S2,S3,S4,S5,S6,S7,S12,T3,T4) 2. Mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. (S1,S2,S3,S5,T4,T5,T6) 3. Memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. (S8,S9,S10,S11,T2,T3) 4. Bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. (S8,S9,S10,S11,T1,T4,T6)

STRATEGI WO 1. Mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata. (W2,W3,O1,O3,O4,O5,O7) 2. Bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata. (W2,W4,O1,O2,O6,O8,O9) 3. Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona (W2,W4,W5,O1,O5,O7) 4. Mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan pasar. (W1,W5,O2,O3,O4,O5) STRATEGI WT 1. Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata. (W2,W4,T2,T3) 2. Peningkatan kualitas wisata dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata. (W1,W5,T1,T3) 3. Mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan. (W3,T4,T5,T6) 4. Melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata. (W1,W5,T3,T6)

ANCAMAN

PELUANG

120

6.8.1 Strategi Strengths-Oppoturnity (SO)

Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan dari kekuatan dan peluang yang diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. Banyaknya keistimewaan-keistimewaan dari Pantai Pangandaran dan juga objek wisata pendukung lainnya seperti adanya Cagar Alam dan kesenian daerah menjadikan objek wisata ini banyak diminati oleh wisatawan. Adanya tim penyelamat, karcis yang disertai dengan asuransi kecelakaan, fasilitas yang lengkap dan aksesibilitas yang memadai juga merupakan salah satu pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola. Keterkaitan masyarakat juga sangat penting dalam perkembangan kepariwisataan baik sebagai wisatawan maupun sebagai pelaku usaha wisata. Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi harga. Selain memiliki objek wisata pendukung, keunggulan lain dari objek wisata Pantai Pangandaran adalah harga tiket masuk yang terjangkau oleh semua kalangan. Strategi diversifikasi harga yang dapat diterapkan oleh pihak pengelola antara lain menerapkan perbedaan tarif masuk berdasarkan umur atau kelompok pengunjung. Sebagai contoh, pihak pengelola dapat memberikan potongan harga bagi wisatawan yang merupakan pelajar atau mahasiswa. Strategi SO lainnya adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. Kegiatan promosi yang dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi seperti internet merupakan suatu keunggulan pihak pengelola dalam mempromosikan objek wisatanya baik didalam maupun luar negeri. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis merupakan bagian dari lembaga pemerintahan yang memiliki sistem manajemen

121

yang terstruktur sehingga kuantitas SDM dan aspek finansialnya dapat terpenuhi. Strategi SO terakhir yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Dengan membaiknya citra bangsa Indonesia diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Baik secara langsung maupun tidak langsung, adanya kegiatan pariwisata memberikan dampak positif bagi perekonomian. Sebagai contoh, semakin banyak wisman yang datang ke Indonesia maka semakin banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu kerjasama dari semua pihak yang terkait, yang disertai dengan pemanfaatan sumberdaya yang ada.
6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)

Pihak pengelola dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari luar dengan menerapkan kebijakan seperti mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. Sebagai salah satu objek wisata alam, Pantai Pangandaran sangat dipengaruhi oleh alam. Terjadinya bencana alam tsunami yang melanda kawasan objek wisata Pantai Pangandaran telah mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan. Dan untuk memulihkan kondisi tersebut diperlukan promosi yang lebih gencar dari sebelumnya. Strategi ST kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini penting agar objek wisata Pantai Pangandaran mampu bersaing dengan objek wisata lainnya, baik dari segi produk maupun harga. Strategi ST berikutnya adalah memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan melestarikan lingkungan wisata. Langkah yang dapat dilakukan pihak pengelola adalah melalui sadar wisata, yang saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah secara nasional.

122

Strategi ST yang terakhir adalah bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. Untuk meningkatkan jasa-jasa wisata, diperlukan adanya investasi yang cukup besar. Adanya investor yang mau menanamkan modalnya di sektor pariwisata akan sangat membantu pertumbuhan pariwisata.
6.8.3 Strategi Weakness-Oppoturnity (WO)

Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO pertama yang dapat dilakukan pihak pengelola adalah mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat merupakan suatu peluang yang harus dimanfaatkan oleh pihak pengelola dalam memasarkan produknya. Dengan pemanfaatan teknologi internet, pemasar dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Strategi berikutnya adalah bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar objek wisata. Peran serta pemerintah dalam pertumbuhan pariwisata merupakan peluang bagi pihak pengelola dalam mengembangkan objek wisata. Langkah nyata dari pemerintah adalah adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami di Pantai Selatan Jawa. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan diri, mengembangkan usaha, serta bangkit dari keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami. Strategi WO yang ketiga adalah bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona. Sapta pesona yang harus dibangun di kawasan wisata terdiri dari 7 unsur yaitu : keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan ketenangan. Dan dalam mewujudkannya, diperlukan adanya kerjasama dengan pihak lain seperti dengan Dinas Kebersihan dalam hal kebersihan dan keindahan, ataupun dengan pihak kepolisian dalam hal keamanan dan ketertiban.

123

Strategi WO yang terakhir adalah mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan. Dengan semakin terbukanya peluang pasar pariwisata maka pihak pengelola harus mampu memberikan produk-produk wisata yang lebih menarik agar mampu bersaing dengan objek wisata lainnya. Banyak cara yang dapat dilakukan pihak pengelola dalam mengembangkan produknya, seperti mengadakan riset atau survey pasar terhadap konsumen-konsumen potensial.
6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)

Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. Terkait dengan ancaman yang berasal dari aktivitas masyarakat, maka kebijakan yang dapat diambil adalah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata. Strategi WT yang kedua adalah peningkatan kualitas wisata dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata. Dengan adanya kemudahan akses masuk bagi para investor diharapkan dapat meningkatkan kualitas wisata yang disertai dengan perbaikan fasilitas sarana dan prasarana wisata. Peningkatan kualitas wisata juga dapat dilakukan melalui penelitian pasar ataupun produk. Strategi WT yang berikutnya yaitu mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan. Pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu bisnis atau usaha, sehingga kesuksesan dari bisnis atau usaha tersebut sangat tergantung dari pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usahanya. Adanya persaingan yang semakin ketat di dalam industri wisata, mengharuskan pihak pengelola lebih fokus terhadap promosi yang dilakukan agar target wisatawan dapat tercapai. Strategi WT yang terakhir adalah melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata. Sebagai pengelola objek wisata Pantai Pangandaran, maka hal-hal yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM haruslah mencukupi dan memadai. Hal ini bertujuan agar pengelolaan objek

124

wisata dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi

Tabel 25. Perangkingan Strategi Objek Wisata Pantai Pangandaran


Alternatif Strategi Strategi SO 1) SO1 2) 3) 4) SO2 SO3 SO4 Keterkaitan Unsur SWOT Nilai Rangking

(S2,S3,S4,S5,S6,O2,O6,O9) (S1,S3,O2,O3) (S7,S8,S9,S10,S11,S12,O1,O4) (S8,S9,O1,O3,O5,O7,O8)

0.1309+0.2410+0.1863+0.2314+ 0.2313+0.2500+0.2393+0.1131 = 1.6233 0.2149+0.2410+0.2500+0.1000 = 0.8059 0.2024+0.1516+0.2153+0.1470+ 0.1515+0.1597+0.2143+0.1190 = 1.3608 0.1516+0.2153+0.2143+0.1000+ 0.0952+0.2667+0.2214 = 1.2645 0.1309+0.2410+0.1863+0.2314+ 0.2313+0.2024+0.1597+0.1571+ 0.2250 = 1.7651 0.2149+0.1309+0.2410+0.2314+ 0.2250+0.1935+0.1548 = 1.3915 0.1516+0.2153+0.1470+0.1515+ 0.1905+0.1571 = 1.0130 0.1516+0.2153+0.1470+0.1515+ 0.2000+0.2250+0.1548 = 1.2452 0.1543+0.1630+0.2143+0.1000+ 0.1190+0.0952+0.2667 = 1.1125 0.1543+0.1401+0.2143+0.2500+ 0.2393+0.2214+0.1131 = 1.3325 0.1543+0.1401+0.1286+0.2143+ 0.0952+0.2667 = 0.9992 0.1286+0.1286+0.2500+0.1000+ 0.1190+0.0952 = 0.8214 0.1543+0.1401+0.1905+0.1571 = 0.6420 0.1286+0.1286+0.2000+0.1571 = 0.6143 0.1630+0.2250+0.1935+0.1548 = 0.7363 0.1286+0.1286+0.1571+0.1548 = 0.5691

2 12 4 6

Strategi ST 1) ST1

(S2,S3,S4,S5,S6,S7,S12,T3,T4)

1 3 9 7

2) 3) 4)

ST2 ST3 ST4

(S1,S2,S3,S5,T4,T5,T6) (S8,S9,S10,S11,T2,T3) (S8,S9,S10,S11,T1,T4,T6)

Strategi WO 1) WO1 2) 3) 4) WO2 WO3 WO4

(W2,W3,O1,O3,O4,O5,O7) (W2,W4,O1,O2,O6,O8,O9) (W2,W4,W5,O1,O5,O7) (W1,W5,O2,O3,O4,O5)

8 5 10 11 14 15 13 16

Strategi WT 1) WT1 2) WT2 3) WT3 4) WT4

(W2,W4,T2,T3) (W1,W5,T1,T3) (W3,T4,T5,T6) (W1,W5,T3,T6)

Sumber : Data primer, diolah (2007) Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa strategi pertama yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola berdasarkan perangkingan adalah strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat oleh pihak pengelola apabila didukung dengan ketersediaan dana. Strategi kedua yang dapat menjadi prioritas bagi pihak pengelola adalah strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki

125

keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak pengelola dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada pada Pantai Pangandaran saat ini. Strategi ketiga adalah strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu yang relatif lama karena kualitas produk dari produk wisata tergantung dari keadaan alam di sekitar kawasan wisata tersebut. Strategi keempat adalah strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak pengelola telah memiliki kekuatan-kekuatan dalam hal manajemen pengelolaan dan teknologi informasi. Strategi kelima adalah strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata. Strategi ini memerlukan waktu yang lama karena banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan ODTW apabila dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat. Strategi keenam adalah strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar misalnya agen wisata, memerlukan proses yang cukup lama karena dalam bekerjasama, kedua belah pihak harus saling diuntungkan. Strategi berikutnya adalah strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan waktu yang lama karena melibatkan banyak pihak terutama pemerintah pusat Strategi kedelapan adalah strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam

126

jaringan pemasaran wisata. Strategi ini memerlukan waktu yang lama karena diperlukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak lain terutama untuk mengembangkan jaringan pemasaran wisata yang berskala internasional. Strategi kesembilan adalah strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. Strategi ini memerlukan waktu yang relatif lama karena menyangkut masyarakat di sekitar objek wisata Pantai Pangandaran. Strategi kesepuluh adalah strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona. Strategi berikutnya yang memiliki rangking kecil berturut-turut adalah strategi WO4 yaitu mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan, strategi SO2 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi harga, strategi WT3 yaitu mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan, strategi WT1 yaitu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata, strategi WT2 yaitu peningkatan kualitas wisata dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata, dan strategi terakhir adalah strategi WT4 yaitu melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Saat ini kondisi industri pariwisata Pantai Pangandaran pasca tsunami dan gelombang pasang dalam keadaan kurang baik. Salah satu faktor utamanya adalah adanya bencana alam tsunami sehingga menimbulkan ketakutan dan trauma pada masyarakat, kemudian berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan. 2. Berdasarkan matriks IFE diperoleh : a. Lingkungan internal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata. Artinya pihak pengelola telah memiliki posisi internal yang kuat. b. Kekuatan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tarif masuk murah, (2) produk memiliki keistimewaan / ciri khas, (3) terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari, (4) terdapat tim penyelamat, (5) fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai, (6) karcis disertai dengan asuransi kecelakaan, (7) kegiatan promosi secara terus menerus, (8) kuantitas sumberdaya manusia tercukupi, (9) adanya anggaran dari APBD per tahun, (10) sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas, (11) adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur, dan (12) sudah memiliki website sebagai sistem informasi. c. Kelemahan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tidak adanya Divisi Litbang, (2) masih lemahnya koordinasi antara Bidang /Dinas /Badan /Lembaga terkait, (3) belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata, (4) belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah, dan (5) masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata. 3. Berdasarkan matriks EFE diperoleh : a. Lingkungan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, yang berarti kemampuan

128

pengelola untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dari luar berada diatas rata-rata. b. Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2) terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3) globalisasi dan AFTA, (4) perkembangan teknologi informasi yang mendukung, (5) adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata, (6) adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran, (7) membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional, (8) adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian, dan (9) adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami. c. Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata, (2) masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata, (3) terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus, (4) persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis, (5) masih rendahnya daya beli masyarakat, dan (6) variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing. 4. Berdasarkan pengamatan terhadap persaingan industri diperoleh hasil bahwa kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis dalam lingkup kabupaten sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran. 5. Berdasarkan hasil analisis SWOT, alternatif strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut : a. Strategi Harga :

Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan harga yang terjangkau oleh semua golongan ekonomi. Menerapkan strategi diversifikasi harga.

129

b. Strategi Promosi :

Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi. Menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada.

Mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. Bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. Mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi seperti internet.

Bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dengan jaringan pemasaran wisata. Mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan.

c. Strategi Produk :

Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan dan berfasilitas lengkap. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung seperti adanya Cagar Alam dan kesenian daerah. Bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar objek wisata.

Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona. Mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversikasi produk. Meningkatkan kualitas produk melalui penelitian dan pengembangan pasar.

130

d. Strategi Tempat :

Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang mudah dijangkau dengan berbagai jenis transportasi. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki fasilitasfasilitas yang memadai. Bekerjasama dengan masyarakat dan pihak lain dalam menciptakan tempat wisata yang bersih, indah, aman dan nyaman.

e. Strategi Peningkatan Kualitas SDM :


Memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata.

Melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata.

6. Berdasarkan hasil perangkingan strategi maka strategi pemasaran yang mendapat rangking sepuluh besar dan dapat menjadi prioritas bagi pihak pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut : 1. Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. 2. Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. 3. Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. 4. Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. 5. Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar objek wisata.

131

6. Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. 7. Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. 8. Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata. 9. Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. 10. Strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona.
7.2 Saran

Dari hasil pembahasan, peneliti menyarankan kepada pihak pengelola objek wisata Pantai Pangandaran, yang dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis agar menerapkan strategi pemasaran baru berdasarkan perangkingan alternatif strategi dengan mempertimbangkan jangka waktu dan biaya yang diperlukan dalam penerapannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti membagi panerapan strategi berdasarkan pembagian waktu sebagai berikut : 1. Strategi pada jangka pendek Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Strategi ini antara lain : 1) Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. 2) Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.

132

3) Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. 2. Strategi pada jangka menengah Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun. Strategi ini antara lain : 1) Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. 2) Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. 3) Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. 3. Strategi pada jangka panjang Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu lebih dari 3 tahun. Strategi ini antara lain : 1) Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata. 2) Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. 3) Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata.

122

DAFTAR PUSTAKA
Cooper C Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1993. Tourism Principles & Practise. Edinburgh : Group Limited. David FR. 2004. Manajemen Strategis : Konsep Konsep. Ed ke-9. Kresno Saroso. Penerjemah. Jakarta : Indeks. Terjemahan dari buku : Strategic Management. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007a. Kampanye Sadar Wisata: Program Kegiatan Pariwisata Harus Memberi Manfaat untuk Kesejahteraan Rakyat. www.budpar.go.id.. [ 25 November 2007 ] ------------------------------------------------ . 2007b. UN-WTO Tetapkan Indonesia Sebagai Tuan Rumah Konferensi Internasional TSA 2009. www.budpar.go.id. [ 4 Desember 2007 ] ------------------------------------------------ . 2007c. Depbudpar Lakukan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami di 3 Kabupaten Pantai Selatan Jawa. www.budpar.go.id. [ 7 Desember 2007 ] ------------------------------------------------ . 2007d. Kunjungan Wisman 5,5 Juta Tahun 2007 Menjadi Rekor Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir. www.budpar.go.id. [ 26 Desember 2007 ] ------------------------------------------------ . 2008a. Wisman Pertama 2008 Disambut dengan Atraksi Kesenian. www.budpar.go.id. [ 1 Januari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008b. Dephub Lakukan Lima Kebijakan Transportasi Udara untuk Dorong Pertumbuhan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 21 Januari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008c. Tiga Menteri Pariwisata IMT-GT Sepakat Dorong Kunjungan Turis Dengan Penambahan Jalur Penerbangan. www.budpar.go.id. [ 25 Januari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008d. VIY 2008: Deplu Lakukan Langkah Strategis untuk Dorong Kunjungan Wisman. www.budpar.go.id. [ 12 Februari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008e. Wardiyatmo: Wisnus Merupakan Pilar Ketahanan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 22 Februari 2008 ] Diding S.E. 1999. Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

122

123 Fauzi A. 1999. Teknik Pengambilan Contoh Untuk Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Kelautan. ----------. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian Sosial Ekonomi : Panduan Singkat . Bogor : Institut Pertanian Bogor, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Firman S. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Bahari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hadi S. 2003. Analisis Pengeluaran Pengunjung Rekreasi Pantai Di Pulau Untung Jawa, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Kertajaya H,dkk. 2005. Attracting Tourist, Trader, Investors : Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Jakarta : MarkPlus&Co. Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Reaserch, an Applied method. USA : Mc Graw Hill. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Millenium.. Hendra Teguh, Ronny A Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management. ----------. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Millenium... Hendra Teguh, Ronny A Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management. Mc Donal, Malcolm, Warren J. Keegan. 1999. Marketing Plans That Work : Kiat Mencapai Pertumbuhan dan Profitabilitas Melalui Perencanaan Pemasaran yang Efektif. Damos Sihombing. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT Ghalia Indonesia. Nellyana K. 2007. Analisis Permintaan Rekreasi dan Wisata Bahari di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Palfreman A. 1999. Fish Business Management : Strategy- Marketing- Development. London : Fishing New Books. Porter M.E. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing. Agus Maulana. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari buku : Competitive Strategy. Rangkuti F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta : PT Gramedia. 123

124

Soekadijo R G. 2000. Anatomi Pariwisata.. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Syahroni D. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Teh Celup Sedap Wangi (Studi Kasus : PT. Sariwangi Agriculture Estate Agency). [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : Pramadya Paramita. Yani M. 2001. Analisis Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran Dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan Di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Yoeti O A. 1980. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.

124

125

LAMPIRAN

125

126 Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
Kepala Dinas (Drs. H. CU Herman Syamsudin, MM)

Bag Tata Usaha (Hj. Atik Rostika, BA)

Sub.Bag Umun

Sub.Bag Keuangan

Bid Kebudayaan (Owoy Ruswanda, SPd)

Bid ODTW (Drs. H. Popo Mustofa)

Bid Sarana Wisata (Yoyo Taryono, SH)

Bid Bina Program (Drs. Apip Winayadi)

Sie Seni & Budaya

Sie Pengelolaan Objek Wisata

Sie Bina Sarana Wisata

Sie Penyusunan Program

Sie Sejarah & Kepurbakalaan

Sie Promosi & Daya Tarik Wisata

Sie Peng Sarana Wisata

Sie Evaluasi & Pelaporan

UPTD Ciamis Utara

UPTD Ciamis Selatan

Kelompok Jabatan Fungsional

126

122

Lampiran 2. Peta Objek Wisata di Kabupaten Ciamis

122

122

Lampiran 3. Informasi Pengamanan Pantai Objek Wisata Pangandaran

122

123
Lampiran 4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 1)
Faktor Strategis Internal Tarif masuk murah Produk memiliki keistimewaan / ciri khas Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari Terdapat tim penyelamat Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan Kegiatan promosi secara terus menerus Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi Adanya anggaran dari APBD per tahun Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas Adanya kebijakan dan programprogram yang terstruktur Sudah memiliki website sebagai sistem informasi Tidak adanya Divisi Litbang Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata Jumlah A B 3 C 2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 38 D 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 24 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 24 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 25 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 23 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 24 3 2 2 3 2 2 3 2 2 41 1 1 2 1 1 2 1 1 24 2 3 2 2 3 2 2 41 3 2 2 3 3 2 42 E 2 1 2 2 F 2 1 2 2 2 G 2 1 2 2 2 2 H 3 2 3 3 3 3 3 I 2 1 2 2 2 2 2 1 J 3 2 3 3 3 3 3 2 3 K 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 L 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 M 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 24 2 3 2 2 41 3 2 2 41 1 1 26 2 41 N 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 O 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 P 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 2 3 Q 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 TOTAL 40 26 40 40 39 41 40 23 40 23 22 40 23 23 38 23 23 544 BOBOT 0.0734 0.0477 0.0734 0.0734 0.0716 0.0752 0.0734 0.0422 0.0734 0.0422 0.0404 0.0734 0.0422 0.0422 0.0697 0.0422 0.0422 1 RATING 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2

A B C D E F G H I J K L M N O P Q

1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 24

41

123

124
Lampiran 5. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 2)
Faktor Strategis Internal Tarif masuk murah Produk memiliki keistimewaan / ciri khas Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari Terdapat tim penyelamat Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan Kegiatan promosi secara terus menerus Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi Adanya anggaran dari APBD per tahun Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas Adanya kebijakan dan programprogram yang terstruktur Sudah memiliki website sebagai sistem informasi Tidak adanya Divisi Litbang Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata Jumlah A B 3 C 3 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 33 D 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 29 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 42 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 3 3 1 3 3 3 3 3 37 1 1 1 1 1 1 1 23 1 2 2 2 2 2 31 E 3 1 2 1 F 3 2 3 2 3 G 2 2 2 1 3 3 H 2 2 2 1 3 1 1 I 2 2 2 1 3 1 1 3 J 2 2 2 1 3 1 1 3 1 K 3 2 2 1 3 1 1 3 1 3 L 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 M 2 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 1 3 3 3 3 3 46 2 2 3 2 31 2 3 2 31 3 2 31 1 26 N 2 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 1 2 O 2 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 1 2 2 P 2 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 1 1 1 1 Q 2 2 2 1 3 1 1 3 1 3 2 1 2 2 2 3 TOTAL 38 31 35 18 45 22 23 43 27 41 33 18 33 33 33 38 33 544 BOBOT 0.0699 0.0570 0.0643 0.0331 0.0827 0.0404 0.0423 0.0790 0.0496 0.0754 0.0607 0.0331 0.0607 0.0607 0.0607 0.0699 0.0607 1 RATING 2 2 3 3 2 4 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3

A B C D E F G H I J K L M N O P Q

1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 26

31

124

125
Lampiran 6. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 1)
Faktor Strategis Eksternal Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata Globalisasi dan AFTA Perkembangan teknologi informasi yang mendukung Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis Masih rendahnya daya beli masyarakat Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing Jumlah A B 2 2 1 1 C 3 3 1 1 3 D 3 3 1 E 3 3 2 3 F 3 2 2 2 G 2 2 1 1 H 3 1 1 2 I 3 3 2 3 J 2 1 1 2 K 3 2 1 2 L 2 1 1 1 M 3 2 2 2 N 3 2 2 2 O 3 2 2 2 TOTAL 38 29 20 27 BOBOT 0.0905 0.0690 0.0476 0.0643 RATING 4 4 2 2

A B C D

E F G H I

1 1 2 1 1

1 2 2 3 1

2 2 3 3 2

1 2 3 2 1 3 3 3 2

1 2

1 2 2

2 3 3 3

2 2 2 2 1

2 2 2 2 2

1 1 2 2 1

2 3 2 3 1

2 2 2 2 2

2 2 2 3 2

21 29 32 33 19

0.0500 0.0690 0.0762 0.0786 0.0452

2 3 4 3 3

2 2 1 2 1

30

0.0714

K L

1 2

2 3

3 3

2 3

2 3

2 3

2 2

2 2

2 3

2 3 2

2 3

2 3

2 3

28 38

0.0667 0.0905

3 2

M N O

1 1 1 18

2 2 2 27

2 2 2 36

2 2 2 29

2 2 2 35

1 2 2 27

2 2 2 24

1 2 1 23

3 2 2 37

2 2 2 26

2 2 2 28

1 1 1 18

2 2 2 31 2 30

2 2

25 26 25 420

0.0595 0.0619 0.0595 1

4 3 3

31

125

126
Lampiran 7. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 2)
Faktor Strategis Eksternal Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata Globalisasi dan AFTA Perkembangan teknologi informasi yang mendukung Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis Masih rendahnya daya beli masyarakat Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing Jumlah A B 1 3 2 2 C 2 3 1 1 3 D 2 3 1 E 2 3 2 3 F 1 1 1 1 G 1 2 2 2 H 2 2 2 2 I 2 3 2 2 J 2 3 2 1 K 1 1 1 1 L 1 2 1 1 M 2 2 2 1 N 1 1 1 1 O 2 2 2 2 TOTAL 22 31 22 23 BOBOT 0.0524 0.0738 0.0524 0.0548 RATING 2 3 2 2

A B C D

E F G H I

2 3 3 2 2

1 3 2 2 1

2 3 2 2 2

1 3 2 2 2 3 3 3 2

1 2

1 2 2

2 3 3 3

2 3 3 2 1

1 2 2 2 1

1 3 2 1 2

1 3 2 2 1

1 2 2 2 1

2 3 2 2 1

19 38 32 29 19

0.0452 0.0905 0.0762 0.0690 0.0452

2 3 3 3 2

2 2 1 2 1

26

0.0619

K L

3 3

3 2

3 3

3 3

3 3

2 1

2 2

2 3

3 2

3 1 1

3 1

1 1

2 2

36 28

0.0857 0.0667

2 2

M N O

2 3 2 34

2 3 2 25

2 3 2 34

3 3 2 33

3 3 2 37

1 2 1 18

2 2 2 24

2 2 2 27

3 3 3 37

2 3 2 30

1 3 2 20

3 3 2 28

1 3 2 27 1 17

2 3

29 39 27 420

0.0690 0.0929 0.0643 1

3 2 2

29

126

127
Lampiran 8. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal
Bobot Responden Responden 1 2 0.0734 0.0699 0.0477 0.0570 0.0734 0.0643 0.0734 0.0331 0.0716 0.0752 0.0734 0.0422 0.0734 0.0422 0.0404 0.0734 0.0422 0.0422 0.0697 0.0422 0.0422 0.0827 0.0404 0.0423 0.0790 0.0496 0.0754 0.0607 0.0331 0.0607 0.0607 0.0607 0.0699 0.0607 Rating Responden Responden 1 2 4 2 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 2 4 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3

A B C D E F G H I J K L M N O P Q

Faktor Strategis Internal Tarif masuk murah Produk memiliki keistimewaan / ciri khas Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari Terdapat tim penyelamat Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan Kegiatan promosi secara terus menerus Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi Adanya anggaran dari APBD per tahun Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur Sudah memiliki website sebagai sistem informasi Tidak adanya Divisi Litbang Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata

Rata-rata Bobot 0.0716 0.0523 0.0689 0.0532 0.0771 0.0578 0.0578 0.0606 0.0615 0.0588 0.0505 0.0532 0.0514 0.0514 0.0652 0.0560 0.0514

Rata-rata Rating 3 2.5 3.5 3.5 3 4 3.5 2.5 3.5 2.5 3 3 2.5 3 2.5 2.5 2.5

127

128
Lampiran 9. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal
Bobot Responden Responden 1 2 0.0905 0.0690 0.0476 0.0643 0.0500 0.0690 0.0762 0.0786 0.0452 0.0714 0.0667 0.0905 0.0595 0.0619 0.0595 0.0524 0.0738 0.0524 0.0548 0.0452 0.0905 0.0762 0.0690 0.0452 0.0619 0.0857 0.0667 0.0690 0.0929 0.0643 Rating Responden Responden 1 2 4 4 2 2 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2

A B C D E F G H I J K L M N O

Faktor Strategis Eksternal Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata Globalisasi dan AFTA Perkembangan teknologi informasi yang mendukung Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis Masih rendahnya daya beli masyarakat Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing

Rata-rata Bobot 0.0714 0.0714 0.0500 0.0595 0.0476 0.0798 0.0762 0.0738 0.0452 0.0667 0.0762 0.0786 0.0643 0.0774 0.0619

Rata-rata Rating 3 3.5 2 2 2 3 3.5 3 2.5 3 2.5 2 3.5 2.5 2.5

128

129 Lampiran 10. Foto-foto Panorama Objek Wisata Pantai Pangandaran

129

130 Lampiran 11. Foto-foto Kawasan Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca tsunami

130

131

131

Você também pode gostar